PENDAHULUAN
anak dengan usia puncak 2-5 tahun. Kebanyakan kasus ITP (60-80%) adalah sembuh sendiri.
ITP diyakini disebabkan oleh peningkatan kerusakan trombosit pada tingkat yang melebihi
produksi oleh sumsum tulang (Neunert Cindy, Wendy Lim, Mark Crowther, Alan Cohen et al,
Manifestasi perdarahan yang terjadi pada ITP dapat berupa petekiae, purpura, ekimosis hingga
hematom yang muncul 1-3 setelah infeksi virus. Hal ini juga dapat terjadi pasca vaksinasi
Rubella, Rubeola, varicella, Ebstein Bar Virus (EBV) atau vaksinasi virus hidup lainnya.
epistaksis). Lebih sering terjadi gejala ringan, jarang terjadi perdarahan berat berupa perdarahn
al, 2009).
Sebenarnya penyakit ITP pada anak merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri
dalam waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan. Observasi dapat dilakukan walaupun
jumlah trombosit rendah selama tidak terjadi perdarahan atau perdarahan ringan. Namun
demikian, walaupun jumlah kasus perdarahan berat pada ITP anak yang cukup rendah, dokter
tetap perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan terapi pada ITP.
Terapi lini pertama yang dapat diberikan pada ITP meliputi kortikosteroid, intravena
1
Sindrom Cushing iatrogenik atau sindrom Cushing eksogen (yang disebabkan oleh
pengobatan dengan kortikosteroid) adalah penyebab paling banyak dari sindrom Cushing.
(hiperkortisolisme) dalam darah jangka panjang baik karena glukokortikoid endogen maupun
dari hipofisis maupun sumber lain (ACTH ektopik) dan tidak tergantung ACTH (ACTH-
independent) yang disebabkan oleh hipersekresi kortisol dari adrenal misalnya karena tumor
adrenal baik jinak maupun ganas. (Catt KJ, Dufau ML, 1991, Ehrhart-Bornstein M, Hinson JP,
Diagnosis sindrom Cushing dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang. Tanda-tanda yang mendukung adanya sindrom Cushing adalah obesitas sentral,
kelemahan tubuh, khususnya yang melibatkan otot-otot proksimal, ekimosis spontan, striae
warna keunguan, osteopenia atau osteoporosis, dan hipokalemia (Gordon H, et al. 2005.
Maghrabi A, Yaqub A, Denning KL, Benhamed N, Faiz S, Saleem T, 2013). Dalam hal ini perlu
dimonitor efek samping yang dapat timbul akibat pemberian obat sebagai terapi ITP, yaitu
1.2 Tujuan
Pada laporan kasus longitudinal ini akan disajikan satu kasus anak perempuan dengan
diagnosis Immune Thrombocytopenia Purpura dengan tujuan penulisan kasus panjang untuk
melaporkan pemantauan kondisi klinis dan tumbuh kembang penderita selama 8 bulan.
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
Lebam dan kemerahan di kaki, lebam dikeluhkan kecil. Kemudian melebar dan bertambah
di kaki dan punggung. Lebam muncul dan bertambah dengan sendirinya. Anak mengeluh capek
Dua hari sebelum muncul lebam, anak mendapat imunisasi MR (Measles dan Rubella) saat
di sekolah. Tidak ada keluhan demam, batuk, maupun pilek. Tidak ada riwayat terbentur dan
trauma lainnya. Mimisan (-), Buang air besar berwarna kuning, tidak ada riwayat BAB
kehitaman, Buang air kecil tidak ada keluhan. Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah
Pasien terdiagnosis ITP sejak Oktober 2017. Pada awal muncul lebam pasien periksa
di dokter umum. Telah di lakukan pemeriksaan trombosit dengan hasil 20.000. Oleh Dokter
umum dirujuk ke RSUD Pasuruan, namun 1 bulan tidak ada perkembangan. Pasien dilakukan
pemeriksaan ulang laboratorium dengan trombosit 5000. Pasien dirujuk ke RSSA dan rawat
inap di RSSA.
Semenjak itu, rutin kontrol di RSSA.. Pasien rutin mengkonsumsi prednison 7-7-6 tablet
dosis diturunkan kemudian lepas obat. Pasien rajin minum obat prednison sejak Desember
2017 kemudian berhenti minum obat sampai akhir maret. Saat itu terdapat bintik-bintik merah
3
lagi kemudian pasien minum metil prednisolon, dosis diturunkan kemudian lepas obat pada
akhir bulan Juni 2018. Pasien sempat mendapatkan Gammarash 15 juta 1 ampul tanggal 25
Penderita terdiagnosis sebagai ITP sejak Oktober 2017 (saat pasien berusia 6,5 tahun).
Pertama datang ke RS Saiful Anwar dengan keluhan bintik-bintik merah di tubuh. Mimisan (-).
Riwayat keluarga dengan kelainan darah disangkal. Tidak ada keluarga dengan penyakit
keganasan. Nenek pasien memiliki riwayat sakit liver, pada paman dan bibi pasien ada yang
Kesan: Tidak terdapat faktor risiko penyakit keluarga yang berhubungan dengan kondisi
penderita.
72 tahun 69 tahun
70 tahun 68 tahun
36 tahun 34 tahun
47 tahun 44 tahun 41 tahun 47 tahun 41 tahun 5 tahun 3 tahun 38 tahun 19 tahun
Gambar 2.1.4 Pedigree keluarga penderita. Penderita merupakan anak kelima. Ayah penderita
merupakan anak pertama di keluarganya. Ibu penderita merupakan anak kedua dari keluarganya
4
2.1.5 Riwayat Kehamilan
merupakan kehamilan yang kelima. Ibu memeriksakan kehamilannya secara teratur sejak awal
kehamilan di bidan dekat rumah setiap bulan. Keluhan selama hamil (-), perdarahan (-), pijat
oyok (-) . minum vitamin dari bidan. Selama hamil Ibu tidak pernah dengan keluhan ruam
merah, tidak pernah merasa nyeri saat buang air kecil, dan tidak ada keluhan keputihan. Obat-
obatan yang dikonsumsi selama kehamilan hanya vitamin dari bidan. Asupan makanan selama
hamil berupa nasi, sayur bervariasi, dengan lauk pauk tahu tempe, sesekali telur, ikan atau
ayam. Kenaikan badan ibu selama kehamilan kurang lebih dari 10 kg. Ibu tidak pernah
merokok, tidak minum jamu-jamuan, dan tidak minum alkohol. Usia kehamilan diperkirakan 39-
40 minggu pada saat persalinan. Ketika hamil Ibu bekerja sebagai pegawai pabrik konveksi.
Ketika hamil, ibu tinggal di rumah yang ditempatinya saat ini, Kesan: Riwayat kehamilan ibu
Penderita lahir Normal di bidan, dengan berat badan lahir 2800 gram,
cukup bulan, dan langsung menangis. Panjang badan 48 cm, namun lingkar kepala ibu lupa.
Umur kehamilan saat lahir diperkirakan 39-40 minggu. Saat lahir penderita langsung menangis,
tidak ada sesak, tidak ada riwayat masuk rumah sakit setelah melahirkan, tidak kejang, tidak
pernah mengalami biru pada bibir dan kuku maupun mengalami kuning pada mata atau kulit.
Pada penderita telah diberikan suntikan pada paha. Kesan: Riwayat kelahiran penderita dalam
batas normal.
pemberian ASI setiap ± 2-3 jam, volume tidak diketahui. Setelah pemberian ASI penderita
tampak kenyang dan tertidur pulas.Setelah usia 6 bulan pasien diberikan susu formula sampai
5
dengan usia 4 tahun. Sejak usia 6 –12 bulan penderita mendapatkan bubur susu, frekuensi 2
kali perhari, setiap porsi selalu dihabiskan. Usia 10–12 bulan penderita diberikan nasi lembek
dengan frekuensi 2 kali perhari setiap porsi dihabiskan, satu porsi berisi nasi, sayur
bayam/daun singkong/wortel lauk ayam atau telur. Sejak usia 1 tahun penderita makan dengan
makanan keluarga 2-3 kali/hari, dengan konsumsi sayur disertai tempe atau tahu dan buah
kadang-kadang diberikan berupa buah-buahan. Lauk ikan, ayam, telur atau daging. Saat ini
nafsu makan penderita menurut ibu baik dengan konsumsi nasi 4-5 kali/hari dengan komposisi
nasi 1 centong, sayur disertai tahu atau tempe dan lauk ayam atau telur dengan camilan 2x
sehari. Menurut ibu, penderita tidak pernah mengalami kesulitan minum seperti sering tersedak
adekuat. Sampai saat ini tidak didapatkan penurunan nafsu makan pada penderita baik karena
Menurut ibu, penderita mendapat imunisasi dasar sejak lahir hingga usia 9 bulan,
dengan imunisasi terakhir sewaktu bayi adalah campak. Penderita diimunisasi di bidan dekat
rumah atau ke posyandu. Pasien mendapatkan booster imunisasi (+) usia 7 tahun.
6
a. Pertumbuhan
Penderita diasuh oleh ibu dan ayah sejak lahir. Penderita rutin ditimbang ke posyandu
setiap satu bulan sekali. Penderita pernah memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) saat posyandu
tetapi saat ini telah hilang dan ibu lupa catatan berat badan dan tinggi badan tiap bulannya.
Pada saat lahir, berat badan lahir penderita adalah 2800 gram, panjang badan 48 cm, lingkar
kepala tidak diketahui. Pemantauan berat badan, panjang badan/tinggi badan, dan lingkar
kepala tidak dilakukan dengan baik dan ibu penderita lupa untuk mengingatnya. Saat masuk
rumah sakit (usia 6,5 tahun), berat badan penderita 24,5 kg, tinggi badan 121,5 cm, dengan
lingkar lengan atas 20 cm. Ibu sangat memperhatikan perubahan berat badan penderita dan
tinggi badan penderita. Menurut ibu, penderita cenderung gemuk bila dibandingkan dengan
teman-teman seusianya. Menurut ibu pertumbuhan tinggi badan penderita sama dengan teman
seusianya.
b. Perkembangan
Pada usia 4 bulan penderita sudah bisa tengkurap. Pada usia 7 bulan, penderita duduk
tegak sendiri, sudah bisa meraih mainan di dekatnya. Usia 12 bulan sudah dapat berdiri dan
berjalan sendiri, bicara 1 suku kata yaitu “buk”, “pak”. Setelah usia 1,5 tahun penderita baru
bisa bicara 2 kata yaitu “ibuk” dan “bapak” dengan jelas, dan setelah usia 2,5 tahun penderita
baru lancar bicara. Tahapan perkembangan yang lain ibu penderita lupa. Saat ini penderita
sudah bersekolah, Anak biasanya bermain dengan teman sekolahnya saat di sekolah dan
sering berinteraksi dengan teman sebayanya. Saat ini anak bersekolah SD kelas III, sudah bisa
membaca dan berhitung dan tidak pernah tinggal kelas. Saat terdiagnosa pertama kali, pasien
kelas 2 semester akhir. Saat itu pasen telah selesai ujian dan tidak tinggal kelas
7
2.1.10 Riwayat Kebutuhan Dasar Anak
Asuh (Fisis-Biomedis)
penderita. Kebutuhan hidup penderita dipenuhi sebagian besar dipenuhi oleh ibu penderita
sebagai ibu rumah tangga dan ayahnya yang bekerja sebagai pedagang sembako keliling.
baik dan mendapat sinar matahari langsung. Sirkulasi udara pada kamar penderita cukup baik,
didapatkan ventilasi langsung keluar rumah. Jendela didapatkan pada kamar penderita dan
dibuka setiap hari. Pakaian yang digunakan sederhana namun layak pakai. Kebutuhan pangan
terpenuhi terdiri atas nasi, tahu, tempe, sayur, ayam dan telur. Kadang-kadang ikan atau
daging.
Fungsi indra dan fungsi motorik penderita berfungsi normal. Penderita mempunyai
sempat gemuk dibandingkan dengan teman sebayanya dan sulit untuk berjalan, tetapi
dokter umum setempat yang berjarak 1 km dan dapat ditempuh dalam waktu 10 menit.
Kebutuhan pangan terpenuhi terdiri dari atas nasi, tahu, tempek, ikan, sayur, ayam, daging dan
telur. Air untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari sumber mata air.
Asih (Psikososial)
Penderita tinggal bersama dengan ayah, ibu, dan penderita dalam satu rumah.
Penderita mendapat perhatian dan perawatan yang baik dari terutama dari ayah dan ibu. Setiap
masuk rumah sakit, penderita selalu ditemani dengan ayah dan ibunya. Oleh karena ayah dan
ibu bekerja berjualan gas LPG di rumah, sehingga ayah dan ibu lebih sering di rumah dan
8
memiliki banyak waktu dengan anaknya termasuk mengajari anak. Awalnya ibu bekerja di
pabrik konveksi, namun sejak pasien sakit, ibu mengundurkan diri dari pabrik dan berjualan
online di rumah. Hubungan keluarga cukup harmonis. Hubungan antara orangtua dan anak
saling sayang menyayangi dalam keluarga sangat terlihat dari bentuk perhatian orang tua
terhadap anaknya.
Ibu dan ayah selalu memperhatikan dan mematuhi anjuran dokter untuk tetap rutin
kontrol serta datang tepat waktu sesuai jadwal. Tali asih diantara anggota keluarga terjalin baik,
dan secara psikososial sangat membantu ketenangan penderita yang turut menimbulkan sikap
optimistis bagi penderita untuk tetap merasa nyaman dengan keadaan penderita. Meskipun
orang tua penderita telah mengetahui mengenai penyakit yang dialami penderita.
Asah (Pendidikan)
Saat ini penderita bersekolah kelas 3 di SD karanganyar Pasuruan tidak pernah tinggal
kelas. Penderita sekolah mulai pagi pukul 07.00 sampai siang hari, Sesampainya di rumah
penderita tetap berinteraksi dengan tetangga dan teman-temannya. Kegiatan saat di sekolah
dengan kondisi yang baik, anak dapat mengikuti pelajaran dengan baik, dapat menyesuaikan
dengan baik.
terakhir SMA, pekerjaan berdagang gas LPG dengan membuka toko di rumah, namun setiap
hari keliling untuk memasok gas LPG ke warung-warung kecil dan rumah di desanya. Ibu
penderita berusia 41 tahun, pendidikan terakhir SMA. Ibu tidak bekerja. Penghasilan utama
keluarga berasal berjualan gas LPG, dengan penghasilan yang diperoleh sekitar
9
Rp.2.000.000,00 setiap bulan. Walaupun penghasilan keluarga tidak banyak, biaya kesehatan
Anak pertama meninggal usia 2 hari, ibu tidak tahu penyebab kematian. Hanya
disampaikan bahwa anak lahir prematur. Anak kedua laki-laki berusia 18 tahun, sehat, anak
ketiga perempuan berusia 17 tahun sehat, anak keempat perempuan berusia 12 tahun
Saat ini penderita tinggal bersama ayah dan ibu, lingkungan tempat tinggal penderita
merupakan pemukiman kota, letak rumah di suatu gang dengan jarak desa kurang lebih 2
kilometer dari jalan utama. Rumah penderita permanen dengan luas 72 m2 (9x8 m), terdiri dari 1
ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang makan yang bergabung dengan ruang keluarga, dan 1
kamar mandi yang terletak di dekat dapur. Dinding seluruhnya terbuat dari tembok beratap
genteng, dan beralaskan keramik. Ruang tamu bergabung dengan tempat meletakkan LPG
dengan bentuk memanjang 3 x 6 meter, terdapat pintu dan jendela pada bagian depan rumah,
dengan pencahayaan yang cukup baik. Pada ruang tamu terdapat kursi tamu. Pada masing-
masing jendela terdapat gordin. Ruang keluarga memiliki satu televisi berukuran 36 inchi dan
kasur berukuran 1x2 meter. Ruang makan berukuran bergabung dengan ruang keluarga. dapur
langit langit terbuat dari genteng, tidak terdapat jendela dan pintu, dengan pencahayaan serta
ventilasi yang kurang baik. Ruang makan terdiri dari meja tempat meletakkan makanan.
Terdapat 2 kamar masing masing kamar berukuran 2 x 2.5 m dengan langit langit terbuat dari
geteng, kedua ruangan tersebut dengan pencahayaan dan ventilasi yang baik dimana setiap
ruangan memiliki satu kaca jendela untuk sirkulasi dan berhubungan langsung dengan udara
luar. Masing-masing terdapat tempat tidur yang terbuat dari kapuk dengan sprei. Kamar
penderita memiliki jendela yang berhubungan langsung dengan gudang. Kamar penderita
berukuran 3 x 2,5 meter, terdapat satu tempat tidur, dan 1 lemari pakaian.
Terdapat 1 kamar mandi di rumah penderita, Kamar mandi terletak di belakang di dekat
dapur berukuran 2x3 meter terdiri dari bak mandi dan WC duduk. Kamar mandi dan jamban
10
terlihat sudah permanen dengan lantai keramik dan terkesan terawat. Sumber air berasal dari
a b c
d e f
Gambar 2.1.11 Lingkungan tempat tinggal penderita. A. Rumah tampak depan; B. Halaman samping
rumah; C. Ruang tamu D. Dapur dan tempat mencuci piring; E. Kamar mandi; F.kamar tidur
Dapur terletak dibagian belakang rumah, lantai dapur masih beralaskan plester, dengan
dinding tembok berupa bata dan atap genteng tanpa langit langit. Terdapat kompor namun tidak
terdapat tempat khusus untuk mencuci piring, dapur terkesan rapi. Penerangan listrik dari PLN
dan sarana air bersih dari sumur. Akses kesehatan terdekat adalah ponyandu desa.
Higiene dan sanitasi baik. Ventilasi dan sirkulasi udara di dalam rumah cukup
baik. Penerangan listrik dari PLN dan sarana air bersih dari mata air. Akses kesehatan
adalah dokter umum dan puskesmas yang berjarak 1 kilometer dari tempat tinggal
penderita Sarana ibadah berupa masjid berjarak 500 meter dari rumah penderita.
11
a b
c d
Gambar 2.1.11.2. Gambaran fasilitas umum: A. Akses jalan menuju rumah penderita; B Ponyandu desa
(berjarak 1kilometer rumah dari rumah penderita. C. Mesjid Desa 500 meter D. Sekolah penderita yang
berjarak 2 kilometer dari rumah penderita;
Keadaan umum : Didapatkan penderita dengan keadaan umum baik, anak sadar, tidak
Tanda vital
12
Laju nafas : 20 kali/menit
13
Gambar 2.2.1 Grafik tinggi badan dan berat badan penderita.
Keterangan: tinggi badan penderita adalah 122 cm (P10-25 7 tahun) dan berat badan penderita 29 kg (P75),
dengan persentase berat badan ideal 126%.
14
Gambar 2.2.2 Grafik body mass index (BMI) penderita
Keterangan: body mass index (BMI) penderita adalah 20,9 (P90-95)
15
Gambar 2.2.3 Grafik lingkar kepala penderita.
Keterangan: Lingkar kepala penderita adalah 52 cm (mean s/d 2SD) sesuai usia menunjukkan
normosefali.
Tabel 2.2 Tabel lingkar lengan atas sesuai tinggi badan anak menurut CDC menunjukkan pada persentil
P90-95
16
PEMERIKSAAN FISIS AWAL
(Saat Masuk Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang)
Pemeriksaa Deskripsi
n
Keadaan Tampak sadar baik, napas spontan adekuat, tidak sesak, tidak
Umum pucat, tidak sianosis.
Tanda Vital GCS 456; nadi 88 kali/menit, kuat, regular; napas 20 kali/menit
spontan, adekuat; suhu aksila 36,7oC; tekanan darah 100/70 mmHg
Kepala Normosefal; rambut hitam, tidak mudah dicabut; tanda trauma (-)
17
Lengan Tungkai
Manifestasi klinis: tampak obesitas sentral,moon face, bufallo hump, striae lividae dan ptekiae
18
Gambar 2.2.4 Manifestasi klinis pasien:moon face, bufallo hump, striae lividae dan ptekiae pada
tungkai
19
Parameter 01-08-2018 Nilai normal
Insufisiensi 12 – 20
20
BA
Gambar 2.3.1 Foto radiologi Bone Age A. Tanggal 9 Juli 2018; Usia kronologis penderita 8 tahun 3
bulan dengan hasil foto bone age sesuai dengan gambaran bone age anak usia 10 tahun
Kesimpulan : Bone age sesuai anak usia 10 tahun
21
Gambar 2.3.2 Bone Mineral Densitometry tanggal 31 Agustus 2018; didapatkan nilai Zscore: -3,90 dan T
score: -4,05. Kesimpulan BMD: osteoporosis
RINGKASAN
Seorang anak perempuan berusia 8 tahun 2 bulan dengan berat badan 29 kg datang
dengan keluhan utama bintik kemerahan dan lebam pada kaki. Lebam muncul 2 hari setelah
22
imunisasi MR di sekolah, tidak ada keluhan perdarahan gusi, mimisan dan manifestasi
perdarahan lain
Keluarga penderita juga digolongkan dalam sosial ekonomi kurang, dan riwayat
imunisasi terakhir ketika usia 7 tahun dan teratur.Berhenti imunisasi setelah mendapat
Pasien terdiagnosis ITP sejak Oktober 2017. Semenjak itu, rutin kontrol di RSSA..
Pasien rajin minum obat prednison sejak Desember 20187 kemudian berhenti minum obat
sampai akhir maret. Saat itu terdapat bintik-bintik merah lagi kemudian pasien minum metil
prednisolon, dosis diturunkan kemudian lepas obat pada akhir bulan Juni 2018. Pasien sempat
mendapatkan Gammarash 15 juta 1 ampul tanggal 25 Juli 2018, injeksi gammarash 5 ampul
Pada pemeriksaan fisis didapatkan anak sadar, tidak sesak. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan laju nadi 88 kali/menit (teratur, isi cukup), laju nafas 20 kali/menit spontan dan
adekuat, suhu aksila 36,70C dan tekanan darah 100/70 mmHg. Pemeriksaan fisis didapatkan
moon face, buffalo hump; abdomen dalam batas normal, hepar dan lien tidak teraba
pembesaran. Tampak bercak kemerahan pada kaki, dengan batas yang tegas. Status
Hasil laboratorium saat rawat inap menunjukkan penurunan trombosit, dan nilai
Immature Platelet Fraction 11,4% dengan ANA test dan anti dsDNA dalam batas normal.
Terdapat peningkatan nilai kolesterol, gula dara sewaktu dan penurunan kortisol. Pada
pemeriksaan Vitamin D 25-OH didapatkan hasil 12,5 ng/ml dengan kesimpulan insufisiensi
vitamin D. Hasil bone age tanggal 9 Juli 2018 dengan gambaran bone age sesuai anak usia 10
tahun. Bone Mineral Densitometry tanggal 31 Agustus 2018; didapatkan nilai Zscore: -3,90 dan
23
2.4 Ringkasan Daftar Masalah
2. Trombositopenia
3. Hiperglikemia
4. Hiperkolesterolemia
5. Sindrom cushing
6. Gizi lebih
7. Insufisiensi vitamin D
Purpura (ITP) dengan karakteristik khas ptekiae dan trombositopenia. Kualitas hidup anak
sangat bergantung pada bagaimana orang tua menjaga agar anak patuh untuk kontrol ke
rumah sakit untuk minum obat setiap bulan, diharapkan orangtua peka terhadap keluhan anak
yang mungkin berhubungan dengan penyakitnya serta di butuhkan motivasi dari keluarga
secara terus menerus agar kualitas hidup anak tidak semakin menurun progresif. Pendekatan
24
1. Memberikan penjelasan bahwa Immune Trombocytopenia Purpura (ITP) adalah
penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem imunologi namun bukan penyakit yang
diturunkan, sedangkan sindrom cushing adalah salah satu efek samping terapi yang
2. Memotivasi penderita dan orang tua agar dapat kontrol secara rutin dan tepat waktu,
3. Memberikan informasi tentang pengaturan diit yang tepat pada anak untuk mencegah
4. Melakukan pemantauan terhadap tumbuh kembang anak setiap bulan saat kontrol di
6. Memotivasi orang tua dalam memperbaiki kondisi rumah terutama dengan menata
2. Sindrom Cushing
3. Gizi lebih
4. Insufisiensi vitamin D
25
Tabel 2.6 Pemantauan dan intervensi penderita
Laboratorium
Trombosit √ √ √ √ √ √ √ √
Gula darah √ √ √ √ √ √ √ √
Vitamin D √ √
Intervensi √ √ √ √ √ √ √
Obat √ √ √ √ √ √ √ √
Kortikosteroid
KIE √ √ √ √ √ √ √ √
26
- Makan siang 400 kkal
PROGNOSIS
Prognosis ad vitam : dubia ad bonam
Prognosis ad fungsionam : dubia ad bonam
Prognosis ad sanasionam : dubia ad bonam
27
2.8 Pengamatan lanjutan
Pengamatan dilakukan terhadap keluhan dan keadaan klinis penderita meliputi berat
badan, tinggi badan serta nilai trombosit. Pemantauan keluhan pasien yang berhubungan
dengan kemungkinan adanya efek samping pengobatan yang diberikan seperti peningkatan
gula darah, nyeri pada tulang, osteoporosis, obesitas, peningkatan tekanan darah dan tanda
vital. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan penderita juga dipantau secara berkala.
Pertumbuhan fisik berupa tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan, sedangkan
perkembangan berupa evaluasi PedSQL. Pada pengamatan bulan Oktober 2018 penderita
penderita menggunakan PedSQL. Skor PedsQL penderita pada saat awal pengamatan yaitu
80,45% yang menggambarkan kualitas hidup penderita masih baik. Aspek fisik penderita masih
baik sedangkan kualitas hidup dari aspek emosi dan sosial masing-masing didapatkan nilai
85% dan 85% dan aspek sekolah penderita sebesar 80%. Selain itu, pada pasien dilakukan
konsultasi kepada divisi psikiatri terkait tatalaksana untuk meningkatkan kualitas hidup
penyakit kronis.. Hasil konsultasi dari psikiatri pasien diberikan psikoterapi suportif.
28
Pengamatan pada bulan September 2018
Pemeriksaan antropometri menunjukkan pasien dengan status gizi lebih dengan berat
badan 27,5 kg (P50-75), tinggi badan 123 cm (P10-25 ~ 7 tahun), lingkar lengan atas 22 cm (P75--90),
lingkar kepala 52 cm (Mean sd +2 SD), berat badan ideal 23 kg, Persentase berat badan ideal
119%. Pasien mengatakan tidak ada keluhan perdarahan. Kadang-kadang didapatkan keluhan
nyeri tulang terutama pada kaki. Dari pemeriksaan tanda vital tensi 100/70 mmHg (P50-P90),
Hasil laboratorium didapatkan nilai trombosit 81.000, pasien sudah tidak diberikan
terapi metil prednisolon. Pasien diberikan motivasi dan dukungan untuk lebih percaya diri
terhadap keadaan dirinya. Penderita juga diedukasi tentang pentingnya mengatur pola makan
karena dengan status gizi lebih berpotensi menjadi obesitas. Pada penderiita diberikan
tatalaksana nutrisi sesuai RDA dengan target penurunan BB sesuai berat badan ideal. Selain itu
penderita diedukasi untuk meningkatkan aktivitas fisik dengan berolah raga teratur. Pada
penderita disarankan kontrol rutin untuk menilai status gizi, tumbuh kembang dan kemungkinan
Pemeriksaan antropometri menunjukkan pasien dengan status gizi lebih dengan berat
badan tetap yaitu 27 kg (P25-50), tinggi badan 123 cm (P10-P25 ~ 7 tahun), lingkar lengan atas 21
cm (P75-90), lingkar kepala 52 cm (Mean sd +2 SD), berat badan ideal 23 kg, Persentase berat
badan ideal 117%. Pasien mengatakan tidak ada keluhan perdarahan. Tidak ada keluhan nyeri
tulang, sakit kepala, silau saat terkena sinar matahai. Dari pemeriksaan tekanan darah
didapatkan tensi dalam batas normal yaitu 105/70 mmHg (P50-P90), nadi 88x/mnt, RR
20x/mnt.
29
Hasil pemeriksaan skrining perkembangan awal dengan menggunakan PedsQL untuk
anak usia 8-12 tahun didapatkan total skor rata-rata 80,45% dari nilai fungsi fisik 71,8%, fungsi
emosional 85%, fungsi sosial 85% dan fungsi sekolah 80%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
anak saat ini secara fisik, emosional, sosial dan sekolah dalam keadaan baik.. Anak
mengatakan cukup percaya diri dengan kondisinya saat ini, namun ada sedikit rasa
Pasien diberikan terapi calporosis 2x1 tablet karena didapatkan vitamin D25-OH 16,3
nmol/mg (insufisiensi vitamin D). Pasien tetap diberikan motivasi dan dukungan untuk tetap
rutin kontrol untuk memantau perkembangan penyakit autoimun. Penderita juga diedukasi tetap
Pasien mengatakan tidak ada keluhan Dari pemeriksaan tanda vital pasien dengan tensi
dalam batas normal 95/65 mmHg (P5-P50), nadi 86x/mnt, RR 20x/mnt. Pemeriksaan
antropometri menunjukkan pasien dengan status gizi baik dengan berat badan berkurang, yaitu
24 kg (P25-50), tinggi badan 123 cm (P10-25 ~ 7 tahun), lingkar lengan atas 21 cm (P75-90), lingkar
kepala 52 cm (Mean sd +2 SD), berat badan ideal 23 kg, Persentase berat badan ideal 104%,
Pasien diberikan terapi calporosis 2x1 tablet. Hasil laboratorium menunjukkan hasil nilai
trombosit 56.000, namun tidak ada tanda perdarahan. Keluhan nyeri tulang berkurang
dibanding bulan-bulan sebelumnya, pasien dapat bermain dan beraktivitas bersama teman-
temanya. Pasien tetap dianjurkan kontrol rutin ke poli hematologi dan diberikan edukasi untuk
30
Pasien mengatakan tidak ada keluhan. Dari pemeriksaan tanda vital pasien dengan
tensi dalam batas normal 100/70 mmHg (P5-P50), nadi 82x/mnt, RR 20x/mnt. Pemeriksaan
antropometri menunjukkan pasien dengan status gizi baik dengan berat badan 25 kg (P25-50),
tinggi badan 123 cm (P10-25 ~ 7 tahun), lingkar lengan atas 20 cm (P75), lingkar kepala 52 cm
(Mean sd +2 SD), berat badan ideal 23 kg, Persentase berat badan ideal 108%.
Pasien diberikan terapi calporosis 2x1 tablet. Tatalaksana nutrisi didasarkan pada
recommended dietary allowance (RDA) sesuai umur dan tinggi badan untuk kebutuhan kalori
dan protein. Kepada pasien dan orangtua tetap diberikan edukasi untuk kontrol rutin setiap
gizi baik, dengan berat badan 25 kg (P25-50), tinggi badan 123,5 cm (P10-25 ~ 7 tahun), lingkar
lengan atas 19 cm (P50-75), lingkar kepala 52 cm (Mean sd +2 SD), berat badan ideal 23 kg,
Persentase berat badan ideal 108%. Pasien mengatakan tidak ada keluhan. Meskipun BB
turun, penderita tetap diedukasi untuk mengatur pola makan sesuai target mencapai berat
badan ideal. Pada penderita diberikan motivasi untuk menambah aktivitas fisik seperti olah raga
Pemeriksaan antropometri menunjukkan pasien dengan status gizi baik dengan berat
badan 24 kg (P25-50), tinggi badan 123,5 cm (P10-25 ~ 7 tahun), lingkar lengan atas 19 cm (P50-75),
lingkar kepala 52 cm (Mean sd +2 SD), berat badan ideal 23 kg, persentase berat badan ideal
31
Pasien dilakukan evaluasi kembali perkembangan dengan menggunakan PedsQL
untuk anak usia 8-12 tahun didapatkan total skor rata-rata 83,75% dari nilai fungsi fisik 75%,
fungsi emosional 90%, fungsi sosial 85% dan fungsi sekolah 85%. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya perbaikan dari kualitas hidup penderita dari semua aspek terutama dari segi fisik dan
fungsi emosi.
Nilai trombosit 162.000 tanpa terapi kortikosteroid dengan vitamin D25-OH 19,9
(meningkat dari sebelumnya 16,3). Dari hasil laboratorium pasien masih didapatkan insufisiensi
vitamin D. Pada penderita disarankan untuk kontrol rutin untuk mengukur pertumbuhannya dan
menilai trombosit. Penderita juga diedukasi tentang pentingnya mengatur pola makan dan
aktivitas.
gizi baik, dengan berat badan 24 kg (P25-50), tinggi badan 123,5 cm (P10-25 ~ 7 tahun), lingkar
lengan atas 20 cm (P75), lingkar kepala 52 cm (Mean sd +2 SD), berat badan ideal 23 kg,
Persentase berat badan ideal 104%. Pasien mengatakan tidak ada keluhan.
Meskipun status gizi penderita termasuk gizi baik, penderita tetap diedukasi untuk
mengatur pola makan sesuai target mencapai berat badan ideal. Pada penderita diberikan
motivasi untuk menambah aktivitas fisik seperti olah raga dan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
di sekolah.
Penderita tidak ada keluhan. Nyeri pada persedian, gangguan buang air kecil,
gangguan air besar tidak didapatkan. Pasien dapat beraktivitas seperti sebelum sakit. Sekolah,
32
Tekanan darah, pemeriksaan gula darah dan trombosit dalam batas normal.
Pemeriksaan antropometri menunjukkan pasien tetap dengan status gizi baik, dengan berat
badan 26 kg (P25-50), tinggi badan 124 cm (P10-25 ~ 7 tahun), lingkar lengan atas 21 cm (P75),
lingkar kepala 52 cm (Mean sd +2 SD), berat badan ideal 23 kg, Persentase berat badan ideal
113%.
Pasien tetap disarankan untuk kontrol rutin di poli hematologi untuk pemantauan
penyakit autoimun pada organ lain. Meskipun status gizi penderita termasuk gizi baik, penderita
tetap diedukasi untuk mengatur pola makan sesuai target mencapai berat badan ideal. Pada
penderita diberikan motivasi untuk menambah aktivitas fisik seperti olah raga dan mengikuti
Pemantauan
September Oktober Nopember Desember Januari Pebruari Maret April 2019
2018 2018 2018 2018 2018 2019 2019
Klinis
Pertumbuhan
BB (Kg) 27,5 27 24 25 25 24 24 26
BBI (Kg) 23 23 23 23 23 23 23 23
LLA (cm) 22 21 21 20 19 19 20 21
LK (cm) 52 52 52 52 52 52 52 52
Perkembangan
Rerata Rerata
Peds-QL skor: skor:
80,45% 83,75%
Tanda vital
33
Tekanan darah 100/70 105/70 95/65 100/70 90/60 100/70 90/60 100/65
Nadi (x/m) 88 88 86 82 84 86 84 82
Laju napas 18 24
20 20 20 20 20 20
(x/m)
Laboratorium
Gula Darah 72 98 64 66 70 84 76 78
Vitamin D 25-
16,3 19,9
OH
Tinggi Badan
4
12
6
3.
12
2
3.
12
8
2.
12
4
2. 1 2 3 4 5 6 7 8
12
Ti nggi Badan
Berat Badan
28
27.5
27 27
26 26
25 25 25
24 24 24 24
23
22
1 2 3 4 5 6 7 8
Berat Bada n
34
Gambar 2.8.2 Grafik pertumbuhan berat badan selama 8 bulan pengamatan
c
a
Gambar 2.8.3 foto klinis pasien dari awal sakit sampai terakhir pengamatan
Keterangan gambar:a. Klinis pasien bulan Oktober 2017, b. Klinis pasien Agustus 2018, c Klinis pasien
April 2019
35
36