Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
REPLIKASI DNA
Oleh :
KIMIA A 2014
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017
REPLIKASI DNA
1. Model konservatif, yaitu dua rantai DNA lama tetap tidak berubah,
berfungsi sebagai cetakan untuk dua rantai DNA baru.
2. Model semikonservatif, yaitu dua rantai DNA lama terpisah dan rantai baru
disintesis dengan prinsip komplementasi pada masing-masing rantai DNA
lama.
3. Model dispersif, yaitu beberapa bagian dari kedua rantai DNA lama
digunakan sebagai cetakan untuk sintesis rantai DNA baru. Oleh karena itu,
hasil akhirnya diperoleh rantai DNA lama dan baru yang tersebar pada
rantai DNA lama dan baru Replikasi ini menghasilkan dua molekul DNA
lama dan DNA baru yang saling berselang-seling pada setiap untai.
1. DNA cetakan, yaitu molekul DNA atau RNA yang akan direplikasi.
5. Enzim pembuka ikatan untaian induk, yaitu enzim helikase dan enzim
girase.
6. Molekul protein yang menstabilkan untaian DNA yang sudah terbuka, yaitu
protein SSB (single strand binding protein).
7. Enzim DNA ligase, yaitu suatu enzim yang berfungsi untuk menyambung
fragmen-fragmen DNA.
Denaturasi yang terjadi pada saat awal replikasi DNA adalah proses
enzimatis. Oleh karena molekul DNA adalah biomolekul yang sangat vital bagi
jasad, maka denaturasi DNA terjadi secara parsial dan bertahap. Denaturasi awal
terjadi pada bagian DNA yang dikenal sebagai ori (origin of replicotion) atau titik
awal replikasi. lkatan hidrogen antara A-T dan C-G akan terputus dan diikuti
dengan pembukaan untaian DNA. Untaian DNA membuka membentuk struktur
yang disebut sebagai garpu replikasi (replicotion fork). Garpu replikasi akan
bergerak sehingga molekul DNA induk membuka secara bertahap. Masing-masing
untaian DNA induk yang sudah terpisah satu sama lain berfungsi sebagai cetakan
untuk penempelan nukleotida-nukleotida yang akan menyusun molekul DNA baru.
Nukleotida-nukleotida baru akan dipolimerisasi menjadi untaian DNA baru dengan
urutan sesuai dengan urutan cetakan DNA komplemennya. Basa nukleotida A
dipasangkan dengan basa T yang ada pada cetakannya, sedangkan basa C
dipasangkan dengan basa G. Oleh karena itu, untaian DNA baru yang terbentuk
merupakan komplemen untaian DNA induk. Proses polimerisasi nukleotida terjadi
pada kedua untaian DNA cetakan sehingga pada akhir satu kali putaran replikasi
akan dihasilkan dua molekur DNA baru yang identik. Masing-masing molekul
DNA untai-ganda yang terbentuk terdiri atas untai DNA induk dan untai DNA baru
hasil polimerisasi selama proses replikasi. Dalam putaran replikasi berikutnya akan
terjadi proses yang serupa sehingga DNA anakan menjadi DNA induk untuk
replikasi berikutnya.
Gambar 2. Garpu replikasi
Tahapan Replikasi
1. Tahap Inisiasi
Merupakan proses permulan sintesis untaian DNA yang sebelumnya didahului
oleh sintesis molekul primer. Proses inisiasi berlangsung dengan mekanisme
yang berbeda antara suatu jasad dengan jasad yang lain. Dalam proses replikasi
DNA terjadi pemutusan ikatan hidrogen antara basa-basa nitrogen dari dua untai
yang antiparalel. Pemutusan ikatan tersebut terjadi pada rantai yang kaya akan
ikatan A-T. Hal tersebut dikarenakan ikatan antara adenin dan timin yang hanya
merupakan ikatan rangkap dua, sedangkan pada ikatan antara sitosin dan guanin
adalah ikatan rangkap tiga. Helikase adalah enzim yang berfungsi untuk
membuka untai ganda DNA. Titik awal dimana terjadinya splitting disebut
sebagai origin of replication. Struktur yang dihasilkan disebut dengan
Replication Fork.
2. Salah satu hal penting dalam tahapan replikasi DNA adalah pengikatan primase
RNA pada titik awal rantai induk 3’-5’. Primase RNA dapat menarik nukleotida
RNA yang berikatan dengan nukleotida DNA dari untai 3’-5’ dikarenakan ikatan
hidrogen antar basanya. Nukleotida RNA adalah primer (starter) untuk ikatan
nukleotida DNA.
Gambar 4. Tahap pembentukan RNA primer
3. Tahapan elongasi berbeda untuk cetakan 5’-3’ dan 3’-5’, yaitu:
a. Cetakan 5’-3’
Cetakan 5’-3’ disebut sebagai untaian DNA awal (leading strand) karena
DNA polimerase α dapat membaca cetakan dan secara kontinu menambah
nukleotida (komplemen dari cetakan nukleotida, sebagai contoh adenin
berlawanan dengan timin).
b. Cetakan 3’-5’
Cetakan 3’-5’ tidak dapat dibaca dengan DNA polimerase α. Replikasi dari
cetakan ini rumit dan DNA barunya disebut untaian DNA lambat (lagging
strand). Pada lagging strand RNA primase menambah lebih banyak RNA
primer. DNA polimerase α membaca cetakan. Pada untaian DNA lambat
polimerisasi dilkukan fregmen demi fregmen. Jarak antara dua RNA primer
disebut sebagai fragmen Okazaki.
Pada eukariot, proses replikasi DNA adalah sama dengan replikasi dari bakteri
atau DNA prokariotik dengan beberapa modifikasi kecil. Pada eukariot, molekul
DNA lebih besar daripada di prokariot dan tidak melingkar, juga banyak tempat
untuk memulai replikasi.
Pada eukariot replikasi DNA hanya terjadi pada fase S di dalam interfase.
Untuk memasuki fase S diperlukan regulasi oleh sistem protein kompleks yang
disebut siklin dan kinase tergantung siklin atau cyclin-dependent protein kinases
(CDKs), yang akan diaktivasi oleh sinyal pertumbuhan yang mencapai permukaan
sel. Beberapa CDKs akan melakukan fosforilasi dan mengaktifkan protein-protein
yang diperlukan untuk inisiasi pada masing-masing ORI. Berhubung dengan
kompleksitas struktur kromatin, fork replikasi pada eukariot bergerak hanya dengan
kecepatan 50 pb tiap detik. Sebelum melakukan penyalinan, DNA harus dilepaskan
dari nukleosom pada fork replikasi sehingga gerakan fork replikasi akan
diperlambat menjadi sekitar 50 pb tiap detik. Dengan kecepatan seperti ini
diperlukan waktu sekitar 30 hari untuk menyalin molekul DNA kromosom pada
kebanyakan mamalia. Sederetan sekuens tandem yang terdiri dari 20 hingga 50
replikon mengalami inisiasi secara bersamaan pada waktu tertentu selama fase S.
Deretan yang mengalami inisiasi paling awal adalah eukromatin, sedangkan deretan
yang agak lambat adalah heterokromatin.
Suatu kromosom mengandung satu molekul DNA yang biasanya sangat besar,
misalnya beberapa kromosom bakteri tersusun oleh sebanyak 4 x 106 pasang basa.
Selain itu dalam banyak hal, DNA berbentuk tertutup atau struktur lingkar.
Beberapa kromosom bakteri berbentuk linier. Hanya sedikit diketahui mengenai
kromosom bakteri linier.
Replikasi kromosom bakteri bisa dibagi ke dalam tiga tahap: inisiasi, elongasi,
dan terminasi.
Seperti telah dijelaskan di atas, replikasi DNA terjadi baik pada untai
pengarah maupun pada untai tertinggal. Pada untai tertinggal suatu kompleks yang
disebut primosom akan menyintesis sejumlah RNA primer dengan interval 1.000
hingga 2.000 basa. Primosom terdiri atas helikase DNA B dan DNA primase.
Primer baik pada untai pengarah maupun pada untai tertinggal akan
mengalami elongasi dengan bantuan holoenzim DNA polimerase III. Kompleks
multisubunit ini merupakan dimer, separuh akan bekerja pada untai pengarah dan
separuh lainnya bekerja pada untai tertinggal. Dengan demikian, sintesis pada
kedua untai akan berjalan dengan kecepatan yang sama.Masing-masing bagian
dimer pada kedua untai tersebut terdiri atas subunit a, yang mempunyai fungsi
polimerase sesungguhnya, dan subunit e, yang mempunyai fungsi penyuntingan
berupa eksonuklease 3’–5’. Selain itu, terdapat subunit b yang menempelkan
polimerase pada DNA.
Begitu primer pada untai tertinggal dielongasi oleh DNA polimerase III,
mereka akan segera dibuang dan celah yang ditimbulkan oleh hilangnya primer
tersebut diisi oleh DNA polimerase I, yang mempunyai aktivitas polimerase 5’– 3’,
eksonuklease 5’ – 3’, dan eksonuklease penyuntingan 3’ – 5’. Eksonuklease 5’-3’
membuang primer, sedangkan polimerase akan mengisi celah yang ditimbulkan.
Akhirnya, fragmen-fragmen Okazaki akan dipersatukan oleh enzim DNA ligase.
Secara in vivo, dimer holoenzim DNA polimerase III dan primosom diyakini
membentuk kompleks berukuran besar yang disebut dengan replisom. Dengan
adanya replisom sintesis DNA akan berlangsung dengan kecepatan 900 pb tiap
detik.
Perbedaan Replikasi DNA pada Sel Eukariot dan Prokariot