Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEKNOLOGI PENGELOLAAN HAMA

DINAMIKA POPULASI HAMA

Disusun oleh :
Anisa Fitri Nurmayanti 134180133
Yohana Khairunnisa 134180134
Titin Andriani 134180135
Dena Aisyah Puspitasari W 134180138
Anindita Nur Fauziyya 134180139
Erwin Novia 134180142

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hama adalah hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat
menurunkan dan merusak kualitas juga kuantitas produk pertanian. Menurut
Winarno (2006), suatu bahan dianggap rusak bila menunjukan adanya
penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh
panca indera atau parameter yang biasa digunakan manusia. Berdasarkan
keawetannya bahan pangan dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:
tahan lama, mudah rusak dan semi perishable. Setelah dipanen, biasanya
bahan pangan perlu disimpan, baik digudang atau di tempat penyimpanan
lainnya. Selam penyimpanan, bahan pangan tersebut dapat mengalami
kerusakan yaitu tergantung jenis produk yang disimpan dan cara
penyimpanannya. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh salah satunya adalah
hama gudang.
Menururt Karatasapoetra (1991), perlu dijelaskan bahwa hama-hama
yang terdapat dalam gudang tidak hanya menyerang produk yang baru
dipanen daja melainkan juga produk industri hasil pertanian tersebut. Produk
tanaman yang disimpan dalam gudang yang terserang hama tidak hanya
terbatas pada produk biji-bijian melulu melainkan pula produk betupa daun-
daunan dan kayu-kayuan/kulit kayu. Ini menjelaskan bahwa hama gudang
juga perlu diperhatikan dalam penanganannya.
Salah satu populasi makhluk hidup yang penting terutama terkait
peranannya terhadap kehidupan manusia adalah populasi serangga. Serangga
memiliki beragam peran bagi manusia, salah satunya dapat menjadi hama bagi
budidaya pertanaman yang dibuat oleh manusia. Serangga-serangga yang
berperan sebagai hama, perlu diperhatikan keberadaannya terutama berkaitan
dengan populasi dan tingkat serangannya. Oleh karena itu, pembuatan laporan
praktikum ini berguna untuk mengetahui hubungan populasi hama dan
perkembangannya sehingga dapat diketahui upaya pengendalian dengan tepat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu dinamika populasi?
2. Bagaimana perkembangan populasi hama?
3. Bagaimana tabel kehidupan hama?
4. Bagaimana mekanisme keseimbangan alami?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dinamika populasi
2. Mengetahui perkembangan populasi hama
3. Mengetahui tabel kehidupan
4. Mengetahui mekanisme keseimbangan alami
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Dinamika populasi
a. Pengertian :
Dinamika Populasi (DP) adalah naik turunnya jumlah serangga dalam
suatu populasi. Penyebab naik turunnya jumlah populasi serangga dipengaruhi
oleh kelahiran, kematian, imigrasi dan emigrasi.
DP  mempelajari fluktuasi ukuran populasi hewan (serangga) dan
tumbuhan.
b. Struktur Umur
Secara ekologis, setiap organisme memiliki 3 macam bentuk umur :
1) Praproduktif
2) Produktif
3) Lewat / Post produktif
Manusia  Ketiga jenis umur ± sama panjang.
Serangga  Praproduktif (panjang), produktif (pendek) & lewat
produktif (tidak ada).
Ada 3 macam struktur umur suatu populasi :
1. Populasi cepat berkembang  Porsi kelompok muda besar.
2. Populasi stasioner  Porsi penyebaran umur praproduktif, produktif dan
lewat produktif merata.
3. Populasi menurun / decline population  Porsi kelompok umur tua lebih
besar.

B. Perkembangan Populasi Hama


Populasi adalah kumpulan makhluk hidup dari spesies yang sama atau
memiliki kesamaan genetik dan secara bersama-sama mendiami suatu tempat
tertentu dan dalam waktu tertentu pula (Odum, 1971). Populasi hama
sepanjang musim tanam dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat tidak
tetap tetapi dinamis. Berfluktuasi sekitar suatu garis atau posisi keseimbangan
umum ( General Equilibrium Position). Banyak faktor abiotik dan biotik yang
mempengaruhi dinamika populasi hama. Perkembangan populasi hama
ditentukan dua kekuatan yaitu:
1. Potensi biotik atau "Biotic Potential “ Potensi biotik adalah kemampuan
suatu organisme untuk tetap hidupdan berkembang biak. Serangga
mempunyai potensi biotic yang sangat besar dan kemampuan berbiak
sangat cepat. Pertumbuhan populasi organisme mengikuti model
pertumbuhan eksponensial/ pertumbuhan geometric
2. Perlawanan lingkungan atau "Environmental Resistance". Di alam
populasi organism tidak dapat meningkat secara eksponensial karena
adanya kekuatan lain yang melawan/menghambat yang dinamakan
“perlawanan lingkungan”. Kekuatan yang menghambat populasi suatu
organisme untuk bertahan dan meningkat sesuai dengan kemampuan
biotiknya. Model pertumbuhan populasi yang cocok adalah model
pertumbuhan logistic.

Pertumbuhan populasi organisme dapat dibagi menjadi 5 tahapan :

1. Dareah I merupakan periode peningkatan populasi yang tumbuh secara


sigmoid
a. Periode ini terdiri dari tahap pembentukan populasi ( A )
b. Pertumbuhan cepat secara eksponensial ( B )
c. Tahap menuju keseimbangan ( C )
2. Daerah II merupakan pencapaian atas keseimbangan yang merupakan
garis asimtot kurve sigmoid. Pada tahap ini populasi telah mencapai
stabilitas numerik.
3. Daerah III merupakan tahap okilasi dan fluktuasi populasi
4. Daerah III merupakan tahap okilasi dan fluktuasi populasi
a. Oksilasi populasi adalah penyimpangan populasi yang tidak numerik.
b. Fluktuasi populasi merupakan penyimpangan populasi yang tidak
simetris.
5. Daerah IV merupakan periode penurunan populasi/periode pertumbuhan
negative
6. Daerah V merupakan periode kepunahan populasi
https://www.academia.edu/37591810/LANDASAN_EKOLOGI_PENGELOLAAN_H
AMA
Faktor dalam yang mempengaruhi perkembangan hama tanaman antara
lain :
1. Kemampuan berkembang biak
Tinggi rendahnya kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh
kecepatan berkembang biak dan perbandingan kelamin. Semakin tinggi
kemampuan berkembang biaknya maka hama tersebut semakin cepat
berkembang biak. Kecepatan berkembang biak dipengaruhi oleh keperidian
dan jangka waktu perkembangan. Keperidian adalah besarnya kemampuan
jenis hama untuk melahirkan keturunan baru. Sedangkan jangka waktu
perkembangan adalah waktu yang dibutuhkan untuk berkembang sejak telur
dikeluarkan sampai masak kelamin.
2. Sifat mempertahankan diri
Hama tanaman mempunyai alat dan kemampuan untuk mempertahankan
diri terhadap gangguan organisme lain di sekitarnya. Misalnya ulat kantong
(Metisa plana Wlk.) membuat kantong sebagai tempat tinggal. Bila diganngu,
ia akan segera menutup pintu kantong dan sembunyi di dalamnya. Walang
sangit (Leptocorixa acuta Thumb.) mengeluarkan bau kurang sedap. Ulat api
(darna trima Mr.,) memiliki bulu beracun sehingga bila terkena kulit akan
terasa panas. Wereng hijau (Nephotettix spp.) berwarna hijau mirip daun
padi.
3. Umur imago
Umur imago mempengaruhi peningkatan populasi hama. Semakin lama
umur betina, semakin banyak pula kesempatan untuk bertelur.
Faktor luar adalah keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi
kahidupan hama tanaman. Populasi hama sifatnya dinamis. Jumlah tersebut
bisa naik, bisa turun atau tetap seimbang tergantung keadaan lingkungan. Bila
kondisi lingkungan cocok populasi hama berkembang pesat. Adapun faktor
luar antara lain :
1. Iklim, unsur iklim yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan hama
adalah :
a. Suhu
Suhu lingkungan sangat mempengaruhi suhu tubuh serangga dimana
setiap serangga memiliki kisaran suhu tertentu. Apabila serangga berada di
luar suhu ideal serangga akan mati dan apabila mendekati titik maksimum
atau minimum serangga tersebut akan tidur. Sedangkan apabila serangga
berada pada suhu efektif maka serangga akan mampu beraktivitas secara
maksimal. Umunya suhu optimal serangga adalah 26oC, suhu minimumnya
adalah 15oC dan suhu maksimumnya antara 38oC-45oC.
b. Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi perkembangan biakan dan aktivitas
hidupnya. Misalnya hama gudang baru bisa menyerang apabila kadar air
beras atau jagung di atas 14%.
c. Curah hujan
Curah hujan yang tinggi dapat rnempengaruhi perkembangan populasi
serangga secara langsung yaitu dengan pengaruh fisiknya akibat turunnya
hujan terutama untuk serangga-serangga berukuran kecil dan
mempengaruhi secara tidak langsung yaitu dengan mernbuat kondisi yang
baik bagi perkernbangan penyakit yang dapat menjadikan serangga sakit
hingga mengalarni kernatian,
d. Cahaya
Beberapa aktivitas serangga dipengaruhi oleh responnya terhadap
cahaya, sehingga terdapat serangga yang aktif pagi, siang, sore atau malam
hari. Cahaya matahari dapat mempengarui aktifitas dan penyebarannya.
Habitat serangga dewasa (imago) dan serangga pradewasa (larva dan pupa)
ada yang sama dan ada yang berbeda. Pada Ordo Lepidoptera, larva aktif
makan dan biasanya menjadi hama, sedangkan serangga dewasanya hanya
menghisap nektar atau madu bunga. Pada Ordo Coleoptera, umumnya larva
dan imago aktif makan dengan habitat yang sama, sehingga keduanya
menjadi hama (Jumar, 2000). Cahaya mempunyai peranan penting dalam
pertumbuhan, perkembangannya dan daya tahan kehidupan serangga baik
secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya mempengaruhi aktifitas
serangga, cahaya membantu untuk mendapatkan makanan, tempat yang
lebih sesuai. Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya yang
berbeda untuk aktifitasnya. Berdasarkan pernyataan diatas serangga dapat
digolongkan :
a. Serangga diurnal merupakan serangga yang membutuhkan intensitas
cahaya tinggi, sehingga aktif pada siang hari, sementara dimalam hari
tidur.
b. Serangga nokturnal merupakan kebalikan dari perilaku diurnal, yaitu
serangga yang membutuhkan intensitas cahaya rendah, sehingga aktif
pada malam hari, sementara disiang hari tidur.
c. Serangga krepskular adalah serangga yang membutuhkan intensitas
cahaya sedang atau saat remang-remang selama peralihan hari yakni
waktu senja dan fajar. Serangga ini juga aktif pada malam terang bulan
e. Angin
Angin akan berpengaruh terhadap proses penyebaran hama. Pergerakan
udara merupakan salah satu faktor yang penting dalam penyebaran
serangga. Arah dari penyebaran serangga terkadang mengikuti arah angin.
Angin berpengaruh terhadap perkembangan hama, terutama dalam proses
penyebaran hama tanaman. Misalnya kutu daun dapat terbang terbawa
angin sejauh 1.300 km, seperti penyebaran kutu loncat (Heteropsylla
cubana). Seperti pada tahun 1986, kutu loncat lamtoro mengalami ledakan
(Outbreak atau Explosive) pada daerah yang luas dalam waktu relatif
singkat. Belalang kayu (Valanga nigricornis Zehntneri Krauss), bila
terdapat angin dapat terbang sejauh 3-4 km. Selain mendukung penyebaran
hama, angin kencang dapat menghambat kupu-kupu untuk bertelur, bahkan
dapat mematikannya (Tarumingkeng, 1994).
2. Tanah
Struktur dan kelembaban tanah berpengaruh besar terhadap kehidupan
tanah. Tanah berstruktur gembur, dengan kandungan bahan organik tinggi,
dan kelembaban yang cukup dapat mendukung perkembangan hama yang
seluruh atau sebagian hidupnya di dalam tanah. Misalnya lalat buah untuk
meletakkan kepompong, kumbang badak yang hidup di dalam tanah.
3. Tanaman inang
Tanaman inang adalah tanaman yang menjadi makanan dan tempat
tinggal organisme hama. Makanan merupakan faktor lainnya yang sangat
menentukan perkembangan populasi serangga hama. Faktor kualitas dan
kuantitas makanan akan memberikan pengaruh pada tinggi rendahnya
perkernbangan populasi. Makanan merupakan sumber gizi yang
dipergunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembang biak. Jika
makanan tersedia dengan kualitas yang sesuai, maka populasinya akan
cepat meningkat. Sebaliknya, jika makan kurang, maka populasinya akan
menurun. Pengaruh jenis makanan, kandungan air dalam makanan dan
besarnya butiran material juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu
jenis serangga. Dalam hubungannya dengan makanan, masing-masing
jenis serangga memiliki kisaran inang yang berbeda yaitu Monofag (hidup
dan makan hanya pada satu atau beberapa spesies dalam satu famili
tertentu), Polifag (hidup dan makan pada berbagai spesies pada berbagai
famili), dan Oligofag (hidup dan makan pada berapa spesies dalam satu
famili) (Jumar, 2000).
http://pengelolaanhama.blogspot.com/2016/03/v-
behaviorurldefaultvmlo.html
Konsep timbulnya hama dapat digolongkan menjadi tiga kelompok
yaitu :
1. Adanya proses pembukaan lahan baru dimana terjadi berubahaan
ekosistem menjadi tidak seimbang lagi, misalnya terjadinya penurunan
atau bahkan musnahnya musuh alami sehingga populasi hama meningkat
drastis dan menimbulkan kerusakan. Ekosistem pertanian akibat
pembukaan lahan baru biasanya akan membuat kondisi tidak stabil.
Kemudian, penanaman secara monokultur akan berpotensi terjadinya
dominasi suatu organisme pada ekosistem tersebut. Penanaman
monokultur akan menyediakan sumber makanan yang sangat berlimpah
untuk suatu organisme sehingga populasi organisme tersebut akan
berkembang dengan cepat sementara faktor pembatas seperti musuh alami
mung kin sangat kurang.
2. Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini dapat dipahami dari
dua arah yaitu tanaman tersebut memang tidak membawa hama namun
perkembangan yang cepat tanaman tersebut dapat merubah status tanaman
tersebut menjadi gulma dan keberadaannya sangat membahayakan
tanaman budidaya yang lain seperti kasus introduksi eceng gondok. Yang
kedua adalah introduksi tanaman budidaya dengan membawa hama
tanaman namun tidak terbawa musuh alami hama tersebut Pada saat
tanaman tersebut dibudidayakan dan hama dapat berkembang dengan
balk, maka tindakan pengendalian menjadi sulit dilakukan. Ini sangat
penting untuk dipahami dalam hal pencegahan penyebaran hama lebih
luas.
3. Selain itu perubahan persepsi manusia juga dapat menentukan status
hama, salah satunya dapat diukur dari ambang ekonomi. Hewan dapat
berubah statusnya menjadi hama jika populasinya sudah melebihi atau di
atas ambang ekonomi, atau tingkat kerusakan yang ditimbulkannya sudah
merugikan secara ekonomi. Dengan serna kin meningkatnya pemahaman
konsumen terhadap kualitas produk maka pihak produsen akan berusaha
memenuhi keinginan konsumen tersebut. Dengan demikian keberadaan
hama di lapangan lebih diperhatikan dalam arti tindakan pengendalian
lebih digiatkan agar produk yang dihasilkan memenuhi keinginan
konsumen. Produsen akan segera mengendalian hama walaupun mungkin
populasi masih rendah yang mana tindakan ini merupakan suatu tindakan
yang sebelumnya tidak dilakukan.
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/25631/1/worksh
op_hama_jarak_pagar-1.pdf

C. Tabel Kehidupan
Salah satu cara atau langkah awal untuk mempelajari perkembangan
suatu populasi serangga adalah dengan menyusun neraca kehidupan. Di
dalam neraca kehidupan terdapat suatu gambaran ringkas tentang kehidupan
yang spesifik dari ssuatu populasi atau kohor. Di dalam neraca kehidupan
terdapat deskripsi yang sistematis tentang mortalitas dan kelangsungan hidup
suatu populasi.
Diketahui ada dua macam tabel yaitu
1. Tabel hidup khas umur atau cohort atau horizontal
2. Tabel hidup khas waktu atau vertikal.
Tabel hidup ini sangat baik untuk menunjukkan fekunditas atau
mortalitas spesifik untuk masing-masing kelompok umur dengan tepat

MANFAAT TABEL KEHIDUPAN


Manfaat:
– mengetahui berbagai faktor mortalitas (abiotik dan biotik) yang
mempengaruhi perkembangan populasi hama.
– mampu menentukan faktor-faktor mortalitas yang berpengaruh dan
fase perkembangan hidup hama
– dapat menentukan kapan dan bagaimana cara pengendalian hama yang
paling efektif.
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/03112/edy_syahputra1.htm

D. Mekanisme Keseimbangan Alami


Populasi ditentukan:
1. Kemampuan hayati/ potensi biotik
2. Hambatan lingkungan
Hambatan Lingkungan adalah berbagai faktor biotik dan abiotik di
ekosistem yang cenderung menurunkan fertilitas dan kelangsungan hidup
individu-individu dalam populasi organisme.
Hambatan Lingkungan menghalangi suatu organisme untuk dapat
berkembang sesuai dengan potensi biotiknya sehingga populasi organisme
selalu berada pada kedudukan idealnya atau kedudukan keseimbangan
("equilibrium position")

Asal Hambatan lingkungan dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Internal / intrinsik : persaingan interspesifik dan tekanan sosial
2. Ekstern / ekstrinsik : faktor biotik dan abiotik

Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/37591810/LANDASAN_EKOLOGI_PENGELOLAAN_H
AMA
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/25631/1/workshop_
hama_jarak_pagar-1.pdf
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/03112/edy_syahputra1.htm
http://pengelolaanhama.blogspot.com/2016/03/v-
behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai