Anda di halaman 1dari 147
‘Mater Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Setor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.223.23.04.07 at. 42. BABIV STAKE OUT DAN MONITORING Umum. Modul TS-04 : Melakukan Stake out dan Monitoring Posisi mempresentasikan salah satu unit kompetensi dari program pelatihan Juru ukur bangunan gedung Bangunan Gedung (Technician Surveying) ‘Sebagai salah satu unsur, maka pembahasannya selalu memperhatikan unsur-unsur lainnya, sehingga terjamin keterpaduan dan saling mengisi tapi tidak terjadi tumpang tindih (overtapping) terhadap unit-unit kompetensi lainnya yang dipresentasikan sebagai modul- ‘modul relevan. Gambar kerja dipelajari dan dicek secara cermat dan teliti, Peralatan yang ‘akan dipakai berdasarkan evaluasi gambar kerja ditentukan secara jelas. Kejanggalan yang ditemui pada gambar kerja dilaporkan kepada atasan langsung. Titik referensi ditentukan dan dicek kebenarannya. Setting peralatan ukur di lapangan dilakukan secara benar. Pengukuran stake out dilakukan secara benar, cermat, teliti dan hati-hati, ttik atau detail yang sudah di stake out ditandai secara jelas. Gambar kerja dijadikan dasar untuk memonitor pekerjaan. Peralatan pengukuran disiapkan secara lengkap dan benar. Posisi horisontal dimonitor dan diarahkan secara jelas dan benar, posisi diarahkan secara jelas dan benar. jertikal dimonitor dan Gambar Kerja. 4.2.4. Pemahaman Gambar Kerja. 4.2.4.4. Teknik mempelajari gambar kerja. Dalam suatu pekerjaan Konstruksi, sebelumnya dilakukan tahapan- tahapan persiapan yang memeriukan kecermatan tinggi. Tahapan awal tersebut di antaranya adalah pembuatan gambar desain, yang merupakan gambar rencana sebagaimana nantinya pekerjaan konstruksi tersebut akan dibuat Setelah gambar desain tersebut dipastikan akan di laksanakan dan sudah mendapatkan pengesahan dari berbagai disiplin imu yang terlibat, maka dalam pelaksanaannya gambar desain ini didetiikan lagi untuk dilaksanakan dengan sudah menggunakan original ground level atau muka tanah asli hasil pengukuran dari joint survey, Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2014 Halaman: 16 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.$230.223.23.04.07 gambar inilah yang dinamakan gambar kerja atau istilah lainnya adalah ‘shop drawing. 4.2.1.2. Penterjemahan gambar ker Gambar kerja merupakan sarana komunikasi antar berbagai_disiplin pekerjaan pada pelaksanaan di lapangan, berdasarkan gambar kerja ini Pulalah jika terjadi perbedaan pendapat dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan, maka dengan gambar kerja perbedaan tersebut dapat diklarifikasi. Oleh sebab itu seorang Juru ukur bangunan gedung harus bisa membaca, memahami dan mempelajari secara rinci gambar kerja tersebut. Langkah-langkah kerja seorang Juru ukur bangunan gedung adalah selalu mengacu pada gambar kerja yang diberikan kepadanya dengan bimbingan atau pengarahan atasan langsungnya. Atasan langsung disini bisa seorang Chief Juru ukur bangunan gedung atau seorang Survey Engineer. Denan Tower (Potong.n - G) So ——— eT 2 ‘Gambar.4.2.1. Contoh gambar kerja Judul Modul : Stake Out dan Monitoring ; Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 17 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Gambar 4.2.1 a Contoh Gambar Kerja Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2014 | Halaman: 18 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi 7 Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.223.23.04.07 il le 3 i ei Gambar 4.2.1, b Contoh gambar kerja Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 19 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung Kode Modul INA5230.223.23.04.07 Gambar 4.2.1 ¢ Contoh gambar kerja Judul Modul Buku Informasi : Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 20 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 tal Layo Moor Lat 13 [: Gambar 4.2.1 d Contoh gambar kerja Judul Modul _: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 21 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung Kode Modul INA.5230.223,23.04.07 rd th aya i Gambar 4.2.1 e Contoh gambar kerja Judul Modul Buku Informasi Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 22 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 4.2.2. Pengecekan Gambar Kerja. 4.2.2.4. Pemeriksaan gambar kerja. Seorang Juru ukur bangunan gedung sebelum melaksanakan pekerjaan harus melakukan peninjauan ulang atau mempelajari kembali gambar kerja yang diberikan kepadanya. Hal ini perlu dilakukan untuk lebih ‘memantapkan langkah yang akan dilaksanakan. Selain untuk mempelajari lebih dalam, langkah ini juga bertyjuan untuk melakukan kontrol atau Pengecekan terhadap gambar kerja. Gambar kerja yang diterima oleh Juru ukur bangunan gedung kemungkinan masih terdapat kesalahan atau kekurang sempumaan misalnya : ukuran, potongan-potongan, arah, skala dan sebagainya, sehingga kesalahan yang mungkin terjadi dapat dihindari Pengecekan ulang terhadap gambar kerja perlu dilakukan, meskipun engecekan sebelumnya telah dilakukan oleh tim desain maupun tim Penggambaran, hal ini dilakukan untuk memperkecil kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan konstruksi 4.2.3. Penentuan peralatan yang akan dipakal berdasarkan evaluasi gambar kerja. 4.2.3.1. Evaluasi gambar kerja. Dari proses mempelajari, pengecekan dan menterjemahkan gambar kerja kemudian dievaluasi bila terjadi kesalahan-kesalahan atau kejanggalan- kejanggalan gambar kerja untuk diadakan perbaikan-perbaikan oleh tim desain atau penggambaran. Di samping itu dari hasil evaluasi gambar kerja tersebut dapat digunakan sebagai dasar penyusunan program Kerja tim pengukuran meliputi = Penyusunan jadwal pengukuran. = Penyusunan jadwal pengadaan peralatan ukur. - Mobilisasi tim pengukuran. - Mobilisasi peralatan ukur dan pendukungnya - Menyiapkan metode-metode pengukuran. = Dan lain-tainnya. Evaluasi gambar kerja dilakukan secara cermat, telii dan hati-hati untuk menentukan titik-titi utama dan * (definitif rarcig = i) Kemudian secara berurutan dihitung © Sudut azimuth, a, mami» rp Caps Cram © Absis (AY =d sin @) Sin erarapy dy SiN Ob gapy dy Si psp, dy Si Orsspy » 4, sin a, © Ordinat (AY = d cos @) di, C08 O55 1p COS Ogg; dy COS a ‘maa * mF? dy 608 ar mA? FP 608 a ps575 ‘Sebagai kontrol hitungan + Kontrot sudut. 4 Opap, +a, man + Ome + rae + Cram ira * 70180") ‘+ Kontrol absis (X). 4, sin Garam +4; Sin @g55 +d, sin a5, + d, sin a, Xow —X mer Para + Kontrol ordinat (¥). i, 008 atgarag, + dy COS O55 + dy COS Oisras + dy COS Orr ‘mai Pa oat Pa + dy 008 asap; = Yours ~ Yous ‘Untuk memudahkan hitungan maka dibuatkan formulir hitungan koordinat sebagai berikut Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2014 Halaman: 34 dari 167 Kode Modul INA 5230.223.23.04.07 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung Halaman: 35 dari 167 we ws | rd [rs ‘WS Les [ere sas _| 1] eye vx | es | ove seoses'r | oop [meu | oF sx| «|r nyse % o, | ieee ess | cup : ty] tye xx | te fe. ose senp| 7 Tale ss | se a a cup] F ge + y z a oe wy |. Bite crtpm'p| P vy r we | weer euIpiooy URBUNYIH F'e'p 1eGeL Edisi: 2011 : Stake Out dan Monitoring Judul Modul Buku Informasi Materi Peiatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Sebagai kontrol data ukur dan hitungan © Kontrol sudut, avons ~ Furiaes = oS ~ 2180" Kalau tidak sama maka (auysaue ~ © pera) — 2S = Ks Ks sebagai jumlah koreksi sudut kemudian dibagi merata kepada masing-masing sudut, bila pembagian tidak bulat dalam second (‘) maka koreksi yang lebih besar diberikan kepada jarak (d) yang lebih pendek. ‘© Kontrol absis AY Ya sin a= dav = Xue ~ X os @Pabila tidak sama maka Katie — Xovt) — LAK = YAK y UAK, adalah akibat kesalahan ukuran jarak dan sudut secara komulatif Agar supaya hasil ukuran benar maka harus diberi koreksi sebesar -)’ Ky kemudian koreksi ini dibagikan kesetiap koordinat X sebanding dengan jarak setiap sisi poligon. -DK, Ky a @d, sehingga nilai_~—_koordinat ya X= Xouy $4) 8in ayay + Ky -YK, 2 =—}-—@d, —sehingga—nilai_—_Koordinat ya Xp =X) +d, sin pp, + Kya Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Eaton Halaman: 36 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 “Ek, '__@d, — sehingga nilai_—_—koordinat ya X= KX, +d, sin dpyps + Kys - Kye sehingga nilai_—_-koordinat X= Xy +d, sin oso + Ky -Eke rs=—t—®d, —sehingga_—nilai_—_—koordinat Xpus =Xq tds Sin pays +K ys = nilal koordinat xX referensi Xd = jumiah jarak sisi poligon 1 ~ 5 co Kontrol ordinat AY Did cos a = SAY = Fosse — Yowar » APabiila tidak sama maka, 7 T (anne ~ Yana’) = DAY = AK, 4K, adalah akibat kesalahan ukuran jarak dan sudut secara komulatif arah sumbu Y. Agar supaya hasil ukuran benar maka harus diberi koreksi sebesar ~ °K, , kemudian koreksi ini dibagikan kesetiap koordinat Y sebanding dengan jarak setiap sisi poligon. Judul Modul _: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Hataman: 37 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi | Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung 1NA.5230.223.23.04.07 5 -¥K, - Ky =—}—@d,_, sehingga koordinat ya Ke Fier + 4, 208 are + Ky ®@d,_, sehingga koordinat - Ky, =—}— 4d, , sehingga koordinat - Ky =~ 4, ya Yass =Yq + ds 008 pans + Kys = nila Koordinat Y J; Sehingga koordinat referensi Xa = jumiah jarak sisi poligon 1~ 5 T A3. Poligon tertutup (Kring). Poligon tertutup (kring) adalah jaringan titik poligon yang diawali dan dial Pada titik yang sama sehingga harus memenuhi Persyaratan-persyaratan sebagai berikut : Judul Modul _ : Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 38 dari 167 Maier Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA5230.223.23.04.07 4. Jumlah sudut ukur dalam = 5° S = (n — 2)x180" 2, Jumiah sudut ukur luar = $7 S = (n+ 2)x 180" 3 YAK vine 0 4 Sate Gambar7 Keterangan - BMI dan BM2 titik referensi ~ SI~S6 = sudut luar yang diukur. ~ dI-d5 = jarak yang diukur ~ Poligon diawali dan diakhiri pada titik BMI Gambar 7 menunjukkan bentuk geometris poligon tertutup yang dimulai dari titik referensi BM1 dan diakhiri pada tik yang sama (BM1). Data-data poligon yang diukur adalah jarak d1~d5 dan S1~S5, sedangkan titik referensinya adalah BM1 dan BM2. sudut yang Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2014 Halaman: 39 dari 167 Wateri Pelathan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung 1NA.5230.223.23.04.07 diukur adalah sudut luar sehingga harus memnuhi persyartan ke- = (n+ 2)x 180°- - - - - - = = persamaan (1) S = sudut luar yang diukur ‘Sebagai azimuth awal yaitu : @ayigy2 dihitung dari koordinat titik referensi BM1 dan BM2, Cayprgyer = are tg = persamaan (2) Kemudian azimuth berikutnya secara serentak dapat dihitung Gavin = Fara +S, — Sy Grrr = Emarp + Sy ~ 180 Gp zp3 = A pyp2 + Sy — 180 Spspq = Aprpy + Sy 180 Grane = Appa +5, ~180 Kemudian dihitung data absis dan ordinat AX anaes = 4h SM aurres + Yours = 4, COS Creo AX ng = dy SiN Apypy i} AYyp AX papy = dy Si paps} AY paps = AX ppg = de Sin pap § AYpapy = dy COS Opry AX pana = 4s SID vanes i AY paar 1, C08 pau Hasil hitungan data absis dan ordinat masing-masing harus memenuhi persyaratan > 41) Persyaratan absis. 5 LAX =0, jika tidak sama dengan nol maka selisihnya merupakan kesalahan ukuran, jarak dan sudut, untuk Pembenarannya harus dikoreksi sebesar (-) kesalahannya, Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 40 dari 167 Mie diss BO Sane om “Kode Modul Sektor is th Stee beta 1NA.5230.223.23.04.07 " ne dengan nol maka selisihnya an, jarak dan sudut, untuk sebesar (-) kesalahannya ** dan jarak (d) untuk meghitung = diukur langsung di fapangan aka dibuatkan formullir hitungan verikut ini 2. Pir sy tert etoinat: = nyse. Sieo bidak soma dengan wol| malar adisihmin matugaleay leesalahan Ueuren J arale sudut, Untuk peu Benaty Yon wy harus alileofeles: teberar © > eeroilahar, wy a. Dorta- data voliqon %suadut (5) dam \ptaly (A) wruk ee leoo roti wat Link -Hrie p ligon hats oti ukor Lawes ng, ar \afon n wrtul wmamuoal leur Wiikungons malea Ailouatleay focmulst Livtonaons seperti tober Wirengans \eoordlimot erivot ini: -N\ Judul Modul: Ste Buku Informasi ues 2011 Halaman: 41 dari 167 Kode Modul INA.5230.223.23.04.07 Mater Pelatinan Berbasis Kompetensi ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung Halaman: 42 dari 167 v3 rx | 9d eS yS| 93 |r 23 os_|_ima s S - NES sy] | ve vy i = . tid p ry[s | a a ax | vy[ cs | cy = e ieep . vy | | hye et a v wy ix ¥ ey vy | os | na tam |e rons | va iu 0oy raswmmm favawon | EO | anne pus _| seer sso | ons yeujpiooy ueBuNyIH Z'e"y lege L Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Judul Modul Buku Informasi Mater Pelatian Berbasis Kompetensi ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung Kode Modul INA.5230.223.23.04.07 ‘Tabel 4.3.3 Contoh hitungan koordinat ame —_ Hitungan Koordinat — ~ =P Sense = srisfdeyceeye| el me fafa] E |S yep] “pe eo me fe fefefecda}s fer) cpt} cp cp psec ch erprpt ptf] Sp Spc ccd cee) wes) Dyiiijjneeye) oS 4S peed pan epee ep ae | mep e sey set on pee : ape jo of sf cdesy 2 pt pcprpcieyses) Spc er med eee ele IFsnene: oe — Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 43 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 = (5+2)x180 =1260°, bila tidak sama )°S #1260° maka koreksi sudutnya = -(1260—)S), jumlah koreksi sudut = — )° KS © SAY =0, kalau tidak sama maka jumlah koreksi absisnya = -Yar + SLAY =0, kalau tidak sama maka jumlah koreksi ordinatnya =-Yar Perhitungan koreksi seperti pada poligon terikat sempuma. AA. Penentuan azimuth dengan pengamatan matahari Bentuk-bentuk geometri poligon butir-butir A1 ~ A3 dapat dihitung apabila poligon-poligon terikat pada titik tetap BM sebagai referansi. Sebagai acuan diperlukan koordinat dan azimuth awal atau akhir. Azimuth awal atau akhir dapat dihitung dari dua tik teferensi : apabila hanya terikat pada satu titik referensi maka harus dilakukan penentuan azimuth matahari (Am). Azimuth ‘matahari untuk setiap saat bisa ditentukan bila kita dapat ‘mengamati matahari tersebut untuk menentukan tinggi matahari serta dicatat pula waktu atau saat pengamatannya. Sebelum atau sesudah mengamati matahari bacaan horizontal dibaca dan dicatat kemudian teropong dibidikkan ke tik acuan (P) dan dibaca lingkaran horisontainya, sehingga dapat dihitung sudut horisontal antara titik acuan dan matahari. Dengan data tersebut, maka dapat ditentukan besamya azimuth titik pengamatan ke acuan. Judul Modul _: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2014 Halaman: 44 dari 167 Mater Pelathan Berbasis Kompetenst Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung 1INA.5230.223.23.04.07 u Titik 0 Pengamatan > Titik ‘Acuan Gambar 8 Azimuth matahari dan arah tk acuan, Untuk itu diperlukan lat ukur yang dapat mengukur sudut horisontal dan vertikal, yaitu theodolite dan sejenisnya, serta alat Penunjuk waktu atau arloji. Sudut horisontal adalah selisih Pembacaan lingkaran horisantal theodolte ke titik acuan (Hs) dan ke matahari (Hm), ‘Sehingga = Hs-Hm. Pada segi tiga astronomis, azimuth matahari (A) dari segi tiga bola KU-M-Z dapat ditentukan bia diketahui tiga unsur padanya Dengan peralatan tersebut diatas dapat ditentukan dua unsur yaitu busur ZM, waktu pengamatan (t), sehingga masih kurang data, di mana kekurangan data tersebut bisa dibantu dengan ‘a. Peta topografi untuk menentukan lintang pengamat dengan cara interpolasi linier, sehingga unsur Z-KU dapat ditentukan. b. Tabel dektinasi_matahari dan perataan waktu untuk menentukan M-KU, pada tanggal dan tahun pengamatan. Tabel deklinasi untuk setiap tahun dapat diperoleh dari Nautical Almanac, atau dari Dinas Topografi A.D. Sehingga sekarang dari segi tiga astronomis di atas diketahui empat unsumya yaitu 1.2M = 90°-h. 2.ZKU =90"-9 3. M-KU, = 90-5 Judul Modul _ : Stake Out dan Monitoring ; Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 45 dari 167 ‘Water! Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 4. MKUZ = t (sudut waktu). Apabila pemecahan segi tiga astronomis untuk menentukan besamya azimuth (A) kita gunakan tiga unsur dari atas yaitu: (90° = h), (90° - @), (90° - 5), dinamakan metode tinggi matahari. Dan apabila pemecahannyamenggunakan tiga unsur dari bawah, yaitu :t, (90°- 6), (90° - g), dinamakan metode sudut waktu. Namun demikian metode penentuan azimuth matahari tidak terbatas hanya dengan metode tersebut di atas namun masih ada metode yang lain, yaitu metode tinggi yang sama, sehingga harus diamat matahari pagi dan sore. Tiap-tiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan, oleh karenanya penggu-naannya perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi peratatan dan persyaratan yang mengharuskan penerapan salah satu metode. Metode Sudut Waktu. ‘Seperti hainya dalam metode tinggi matahari, dalam metode ini juga dipertukan peta topografi untuk menentukan lintang dan bujur pengamat dengan ketelitian yang cukup. Data deklinasi dan perata waktu diperoleh dari tabel, pencatat waktu digunakan pula arloji yang dapat menunjukkan waktu universal (UT) atau GMTatau salah satu wilayah waktu, dengan ketelitian tidak kurang dari satu menit. Adapun data pengamatan adalah waktu mengamat matahari dan sudut horisontal antara matahari dan titi acuan, Adapun rumus dasar untuk metode sudut waktu adalah: TgA= -sint cos p 1g 5— sin g cost ‘Sudut waktu (t) besamya = GMT + PW + A- 12 jam. Di mana GMT = Waktu wiiayah indonesia barat - 7 jam. Pw = Perata waktu (dari tabe!) a = Bujur pengamat. Atau t dicari dengan rumus Judul Modul Buku Informasi Stake Out dan Monitoring eaetzan Halaman: 46 dari 167 Mater Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modut ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung 1NA.5230.223.23.04.07 cost= sinh—sing sind (05 @ cos 5 kadang-kadang untuk menghindari agar harga PW tidak negatif, harga PW diganti dengan E yang besamnya = PW + 12 jam, sehingga t= GMT +E +A~24 jam. Hitungan Azhimut matahari Metode Sudut Waktu Tuk pengamat = 0 Diamatiolch —:spen Saft Tk acon ° Dintung oleh: S. Basukd Tol pengamatan = 1312.85 agen [Romar Pengamaian Hitongan ' LB lp B ~( 0 LB C L rare OF e OFS OF aE sat 55.24 5752 59.42) 06. 00,56 06,00, 52 06,00, 47 06. 00, 43, 07.20.08, 81 07, 26. 08,81 07, 20.08, 81 07.20.08, 81 Soci wa) Pox er ary OST Sara | oFar sae | Os a6" O8F ez 0) dalam suc 58° 10:11" 573655" 56" 5958" |. 56° 32 24° Lang (9) OF ag 07 a6 av" Sor a8 9 -o7- 46: Jpengamat Deksnasi (6) |-23" 03°05" 23" 08 05" 23°08 05" - 23" 08" 05 Fsnt=e roeaaeraT F ogaaaras > OR38ES7T > OAT lor | o.9908104 + os908104 + ,9908194 tos o272526 |" 0.4272526 -0.4272526 sn 0.135192 0.135192, 0.135192 Joost + o.sz74038 + o.5356016 }+0.5513535, ‘OADESIOZ 04233302 0 aas3502 0.0713008, 010748385 03520204 03487916 24134764 24064428 23918915 ror Fie ar asa Ta ae OF ae aa - 53°20 03" - 93°23 37° - 94° 07 37- var feoo 1957.17 | 09" 20-04-76 00° 20-137, 15 + 00° 20 197.84 TEST OE, TeSO TH TEST aE TS TST OF 3.) Koordinat Polar. Dalam sistim koordinat polar suatu titik dilapangan ditentukan dengan sudut (02) dan jarak (d). Sudut (01) bisa berarti azimuth dan bisa sudut horisontal yang dibentuk antara titik referensi dan titik yang bersangkutan. Pada gambar 8a kordinat itik A adalah ((ta,da). Judul Modul: Stake Out dan Monitoring . Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 47 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung 1NA.5230.223.23.04.07 (ta adalah azimuth dari BM ke titik A diukur, BM adalah titik referensi Pada gambar 8b, koordinat titik A adalah (S12A,daa), $12 adalah sudut ukur di titik 2. titk 1 dan 2 adalah titik referensi. Dengan ‘mengukur sudut S124 dan d2a didapat titik A. Sistim koordinat polar ini banyak digunakan pada pengukuran detil seperti : pengukuran detil topographi, pengukuran detil bangunan yang ada atau rencana. Khususnya pengukuran detil rencana bangunan gedung sangat dominan menggunakan sistim koordinat polar ini yang akan digunakan dalam Bab Stake out. Data-data koordinat polar sudut (S) dan jarak (4) yang diperluakn untuk penggambaran harus diukur langsung di lapangan. Sedangkan untuk keperluan stake out data-data sudut dan jarak dihitung dari data koordinat UTM menjadi koordinat polar sehingga stake out titik- titik yang dikehendaki dapat dilakukan. Gambar 8a BM = titik referensi U_ = arahutara Qa = azimuth BM ke titik A A= titik yang dipasang di lapangan (stake out) Judul Modul Buku Informasi Stake Out dan Monitoring Edisi: 2014 Halaman: 48 dari 167 ‘Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA5230.223.23.04.07 dan A © A(suasdny Gambar 8 1 dan 2 = titik referensi titik yang dipasang di lapangan diz = jarak tik 1 ke 2 (stake out) Size = sudutdititk2 ——-d2A, jarak titik 2 ke titik A Sistim koordinat polar ini terbatas pengunaannya terutama diterapkan dalam bidang sipil, pemetaan, agraria dan lain-lainnya. Setiap Juru ukur bangunan gedung minimum harus menguasai sistim koordinat UTM dan koordinat polar. Penggunaan kedua sistim kordinat tersebut dimulai dari tahap perencanaan _hingga pelaksanaan proyek, diantaranya pengukuran pemetaan, mutual check, stake out, pengecekan, pengarahan dan monitoring pelaksanaan pekerjaan. 4.) Pengukuran data poligon. Unsur-unsur poligon ada yang sudah definitif dan ada yang harus diukur di lapangan. Data defintif yaitu berupa titik referensi atau BM yang pada umumnya berasal dari pihak Direksi atau dari Instansi- instansi yang berkompeten dalam bidang pengukuran seperti JANTOP, TNI AD dan BAKOSURTANAL. Data yang harus diukur dilapangan adalah sudut (S) dan jarak (4). Judul Modul Buku Informasi Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 49 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.230.223.23.04.07 + Pengukuran sudut. Gambar 9 menunjukkan suatu contoh pengukuran sudut @ dengan membidik titik A dan tik B dari tik observasi 0. Prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut : Theodolite dipastikan sudah memenuhi persyaratan untuk pengukuran sudut : sumbu kesatu dalam keadaan vertikal, sumbu kedua mendatar dan garis bidik tegak lurus sumbu kedua. 1, Pasang theodolite di atas ttik 0. 2. Theodolite dalam keadaan biasa (B) titik A kemudian sete! index nonius lingkaran horisontal mendekati 0°00'00", kemudian kencangkan sekrup klem. 3. Himpitkan pusat benang silang teleskop dengan titik A dengan ‘memutar sekrup tangen horisontal. 4. Baca index lingkaran horisontal didapat ba. Kendorkan sekrup klem dan bidik titik B sehingga pusat benang silang teleskop berhimpit dengan titik B. Dan baca index lingkaran horisontal didapat 68. 6. Teleskop dibalik dalam keadaan luar biasa (16), bidik titik B sehingga pusat benang silang berhimpit dengan tik 8. Baca index lingkaran horisontal didapat Z68. 7. Teleskop diputar ke arah titik A sehingga pusat benang silang teleskop berhimpit dengan tik A, baca index lingkaran horisontal didapat Iba. Data hasil bacaan bA, 68, /ba dan /bB dicatat dalam buku ukur. Contoh pencatatan ke dalam buku lapangan dapat dilihat pada tabel pengukuran bA, 68, 1b8 dan /bA disebut satu seri pengukuran, Pengukuran sudut tunggal a Target A Gambar 9a Gambar 9 Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 50 dari 167 ; ‘Mareri Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230,223,23.04.07 ‘abel buku lapangan sudut horisontal (pengukuran sudut tunggal) Titik | Titik yang _ Vernir ‘Sudut leskop : derajat Rata-rata Observes! dicari 7 W observasi ~ 6 a Tos oar | Om oar] OO Oo ° 8 32 |s5 0 |55 6 | 3255 3 | 325431 ® 8 22 |ss 1 |55 2 \212 55 2 | 92 5431 A 180 | 032 | 030 | 180 0 31| Oo o TO @inya= | 32 64 3t Tabel buku lapangan sudut horisontal dapat diamati bahwa bacaan sudut horisontal dalam keadaan theodolite biasa (b) dan luar biasa (Ib) ke arah titik yang sama berbeda + 180°, hal ini adalah untuk ‘mengontro! bacaan dan pencatatan dan sebagai koreksinya perbedaan bacaan tersebut maximum sama dengan ¥% bacaan terkecil dari alat yang digunakan. Bacaan ke titik A alat dalam keadaan biasa 4a : 0° 0' 32° Bacaan ke titk A alat dalam keadaan luar biasa Iba : 180° 0° 31” Perbedaan ba dan Iba: 179° 59’ 59” Koreksi (00° 00" 01” Toleransi pengukuran sudut : +10" ~ 15" Yn" n= jumlah ttik potigon + Pengukuran jarak ‘Yang dimaksud dengan pengukuran jarak adalah pengukuran jarak antara dua tik, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dilaksanakan secara serentak maupun dibagi dalam beberapa seksi Pengukuran jarak adalah salah satu basis dalam ilmu ukur tanah maupun pekerjaan konstruksi sipil. Pengukuran sudut dilakukan dengan telii dengan perhitungan koreksi yang rumit, harus dilengkapi dengan pengukuran jarak untuk menentukan posisi ttik tertentu. Jarak yang dimaksud adalah jarak horisontal antara dua Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Hataman: 51 dari 167 Maieri Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 1 Cara langsung. Cara pengukuran jarak langsung dapat diakukan dengan alat ukur jarak, secara sederhana menggunakan langkah, rantai ukur, pita ukur, elektronik. a) Langkah. Pengukuran jarak dengan langkah adalah perhitungan banyaknya langkah dari tik pertama hingga titik kedua, misalnya (n langkah) sebelum memulai mengukur maka Panjang langkahnya diukur terlebih dahulu. Pada umumnya Panjang langkah bangsa Indonesia berkisar 0,75 m, ‘sehingga jarak titik pertama hingga tik kedua sama dengan (1.x 0,75) m. Pengukuran jarak dengan langkah ini keteliiannya rendah, dilakukan untuk keperluan praktek lapangan seperti orientasi lapangan. b) Ranta ukur. Rantai ukur terdiri atas mata rantai yang dibuat dari kawat baja atau kawat besi yang tebalnya antara 3 mm ~ 4 mm. Bentuk mata rantainya bisa bulat dan oval. Tiap mata rantai tersebut digabungkan satu sama lain dengan gelangan ‘sedemikian rupa sehingga jarak antara dua gelangan 0,50 m. Pada tiap-tiap 5 m getangan diberi bentuk lain (diberi ‘tanda). Panjang rantai ukur jarak ini ada 10 m, 20 m, 25 m dan 30 m. Keuntungan penggunaan rantai ukur dalam pengukuran jarak —adalah_—kecilnya_-—_pengaruh reganganftegangan pada saat dilakukan tarikan untuk mendapatkan jarak furus. Bentuk dan macam rantai ukur seperti berikut, Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Eero Halaman: 52 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul _ ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung 1NA5230.223.23.04.07 © Gambar 11. a. Pita ukur kain.b. Pita ukur dengan campuran serat gelas dan serat kimia. «Pita ukur baja ©) Pita ukur baja. Pita ukur baja umumnya mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dari pita ukur fiber dan ketahanannyapun cukup lama. Karenanya pita ukur tipe ini dipergunakan untuk Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 53 dari 167 Mater Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 pengukuran teliti, misalnya pengukuran untuk pelaksanaan konstruksi dan penempatan titk-ttk kontrol. Pita ini terbuat dari baja karbon atau baja anti karat yang dibungkus dengan cat putih, cat metalik atau cat-cat berwama lainnya. Selain untuk meningkatkan ketahanan terhadap asam dan karat, cat pembungkus tersebut digunakan untuk menempatkan graduasi serta tanda-tanda lainnya. Biasanya satuan graduasinya adalah 1 mm. Pemuaian dan penyusutan pita ukur baja, bukanlah disebabkan oleh pengaruh kelembaban udara, melainkan oleh temperatur dan tegangan. Guna memberikan koreksi terhadap hasil pengukuran, maka selama proses Pengukuran haruslah diketahui temperatur pita pada ketegangan tertentu Toleransi Kalibrasi untuk pita ukur baja (pada temperatur dan tegangan standar) adalah 1 mm untuk 5 m dan 10 mm untuk 50 m. Jadi ketelitian relatifnya adalah 1/5.000, yang berarti suatu ketelitian yang dapat dikatakan cukup tinggi juga Dalam penggunaannya, dianjurkan agar tegangan pita ukur disesuaikan dengan tegangan pada saat kalibrasi. Apabila dlam penggunaannya terjadi tegangan yang berbeda dengan tegangan kalibrasi, maka harusiah diadakan koreksi dengan menggunakan rumus sebagai berikut (dalam hal Penggunaan tegangan standar untuk kalibrasi) W-10y AE dl Dimana dl, = koreksi panjang (cm) 1 = panjang pada tegangan 10 kg W = tagangan dalam penggunaan A =luas penampang pita (cm?) E = konstanta elastik (2,1 x 10° kg/cm2) Apabila dalam penggunaannya temperatur pita berbeda dengan temperatur standar, maka koreksi dilakukan dengan Persamaan sebagai berikut : Judul Modul Buku Informasi Stake Out dan Monitoring Eset Halaman: 54 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 dl, =at—t)I Dimana dl, = koreksi panjang (cm) 1, =temperatur standar 1 =temperatur dalam penggunaan 1 =jarak ukur = koeffisien perpanjangan tinier pita baja 12, x 10°C Untuk pengukuran dengan ketelitian yang tinggi, baik sebelum maupun sesudah proses pengukuran disarankan agar mengkalibrasi_konstanta dari skalanya (angka karakteristiknya). yalon yalon JAB A B Gambar 12a Pita ukur/rantai ukur dan yalon kaki tiga kaki tiga JAB A B ‘Gambar 12b. Pita ukurrantai ukur dan unting-urting beserta kaki tiga Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Esisi: 2014 Halaman: 55 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi ~ Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA$230,223 23.04.07 Bila jarak yang diukur panjang sekali sehingga tidak memungkinkan untuk sekali pengukuran, maka cara yang ditempuh adalah dengan pengukuran bertahap seperti GAB = di + d2 + d3 a2 d3 (Gambar 12c. Pita ukurrantai ukur dan unting-unting, ‘Gambar 124. pengukuran dengan pita ukur invar Kesalahan-kesalahan pengukuran jarak dengan pita Uukur/rantai ukur. Kesalahan pada pengukuran jarak dapat dibagi dalam kesalahan teratur dan kesalahan tidak teratur yang bersumber dari Surveyor (manusia) Alt ukur (pita ukur / rantai ukur) ‘+ Alam (temperatur udara) Yang termasuk kesalahan yang teratur + Kesalahan panjang alat ukur yang digunakan ‘+ Kesalahan pada waktu mendatarkan alat ukur + Kesalahan karena perubahan tegangan yang diberikan pada alat ukur ‘+ Kesalahan melengkungnya alat ukur ‘+ Kesalahan menempatkan alat ukur, tidak digaris yang akan diukur Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 56 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 + Kesalahan karena perubahan temperatur. Yang termasuk kesalahan tidak teratur + Kesalahan tidak tepatnya menghimpitkan kedua ujung alat ukur + Kesalahan pembacaan skala alat ukur + Kesalahan mencatat data ukuran, Keteliian Pengukuran Jarak Ketelitian pengukuran jarak dengan pita ukur / rantai ukur tergantung dari beberapa faktor antara lain: a. Kecermatan surveyor b. Alat ukur yang digunakan (bahan, skala terkecil) . Keadaan topografi daerah yang diukur Dengan menggunakan pita ukur invar yang dilengkapi dengan alat pengukur tegangan dan alat_pencatat temperatur udara dapat mencapai ketelitian relatif (1 x 10%). Dengan menggunakan pita ukur baja, dapat mencapai ketelitian retatif (6 x10%) Dengan menggunakan rantai ukur, dapat mencapai ketelitian retative (1 x 10° s/d 4 x 10°) tergantung keadaan topografi tanah. Toleransi pengukuran jarak. Angka toleransi adalah besaran kesalahan yang diperbolehkan pada waktu melakukan pengukuran jarak, dinyatakan dengan rumus sebagai berikut a. Untuk medan yang mudah (datar) t1=0,008/D + 0,0003D + 0,05 b. Untuk medan yang agak sukar (lereng) 11=0,010/D + 0,0004D + 0,05 c. Untuk medan yang sangat sukar (curam) 11=0,012D +0,0005D + 0,05 Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Botst: 2011 Halaman: 57 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 dimana ti =toleransi (kesalahan yang diperbolehkan) D_ = jarak yang diukur (meter) 2. Cara tidak langsung, Pengukuran jarak cara tidak langsung dapat dilakukan dengan jenis peralatan Theodolite dan EDM (Electronic Distance Measurement), total station. Peralatan theodolite. a. Jarak Optis Pengukuran jarak secara optis dilakukan dengan peralatan theodolite dan rambu ukur, dimana bacaan pada rambu masin terbaca. Prinsip pengukuran jarak secara optis adalah sebagai berikut : bbenang silang teropong memotong bak ukur Gambar 13a. Data ukuran : 1. Sudut m. BA, BT, BB Rumus : D = 100 (BA-BB) Cos? m 2. Sudut z, BA, BT, BB Rumus : D = 100 (BA-BB) Sin? z Keterangan BA = bacaan benang atas BT = bacaan benang tengah Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring eae zort Halaman: 58 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Setor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung 1NA.5230.223.23.04.07 BB = bacaan benang bawah m = sudut miring Z = sudut zenith D = jarak mendatar Dm = jarak miring ‘Angka 100 adalah perbandingan antara fob (jarak focus lensa objektif) dengan p (jarak BA dan BB pada benang silang diafragma). Perhatikan Gambar di bawah ini Sebetulnya menurut teori jarak yang diukur secara optis adalah jarak; d= 100 (BA - BB) cos” m, sedang jarak D = (a+ fob) cos m + 100 (BA - BB) cos? m Karena (a + fob) cos m kecil sekali dapat diabaikan, sehingga; - 100 (BA - BB) cos? m, atau 100 (BA - BB) sin? z, Gambar 13b. b. Jarak basis tegak. Pengukuran jarak basis tegak dilakukan dengan peralatan theodolite dan rambu ukur beserta dua buah target. Kegunaan dari dua target tersebut adalah untuk menentukan nilai basisnya karena pada pengukuran cara Judul Modul Buku Informasi : Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 59 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 ini bacaan rambu ukur tidak terbaca, sehingga yang dibidik adalah target-targetnya. Prinsip pengukuran jarak basis tegak adalah sebagai berikut Gambar 136 Data ukuran ; 1. Sudut ma, sudut mb, b (basis) Perhitungannya (1) b=X, -X,—> X, =X, - (2) Persamaan (2) subtitusikan ke persamaan (1) tan ma tanmb tan mb X,.tan mb ~ X,.tan ma tan ma.tan mb X, (lan mb ~ tan ma) tanma.tan mb jadi x, ~~ (tan mb —tan ma) tan mb (tan mb — tan ma) Maka: D=—%e ‘ana Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 60 dari 167 Materi Peiatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.223.23.04.07 -b (tan mb — tan ma) Data ukuran 2. Sudut za, sudut zb, b (basis) Perhitungannya : Y, h, cotan za cotan zb D= b= ,-Yy—> Y,=¥, +6 - -- @ Persamaan (2) subtitusikan ke persamaan (1) b+, ¥, cotan za cotanzb 6 ¥, Y cotan za cotan za cotan zb b Yo cotan za cotanzb cotan za Y,.cotanzb_—b cotan za.cotanzb—— cotan za Y,(cotan za-cotanzb)_—_b cotan za.cotanzb — cotan za Jad ¥, b(cotan za — cotan 2b) cot an za(cotan za — cotan zb) %, Maka; D=—“+__ cotan zb 6 D cot an za — cotan zb Pengukuran jarak ini juga disebut pengukuran jarak “Tangensial’, karena perhitungannya menggunakan rumus- rumus tangent. ¢. Jarak basis datar Pengukuran jarak basis datar ini dapat dilakukan dengan dua cara Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 61 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Carat Menentukan jarak dengan sistim basis. Peralatan ukur yang digunakan theodolite dan meetroll Pada cara ini basis datar dibuat dengan jalan memasang sebuah titik (patok) didekat tempat theodolite, kemudian diukur jaraknya dengan meetroll dan jaraktersebut adalah basisnya. Selain dari itu pada pengukuran jarak basis ini ada hal yang perlu diperhatikan yaitu mengenai_panjang basis jangan terlalu panjang (maksimum 5 meter). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pengukuran basis, karena kesalahan pengukuran basis akan merambat ke jarak hasil perhitungan. Pada pengukuran jarak basis yang diukur adalah sudut-sudut dan panjang basis, dan Pengukurannya dilakukan pergi-pulang sehingga jarak yang diperolen merupakan hasil rata-rata dari pengukuran jarak pergi dan pengukuran jarak pulang. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut ini Basis. © darak yang diokur = Dae tidak angsung dinitung Gambar 14 ‘AC dan DB jarak basis maximal 5 m (diukur) (041 dan 012 = diukur B1 dan P2 = diukur Pengukuran pergi, Judul Modul Buku Informasi : Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 62 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223,23.04.07 Judul Modul Buku Informasi Target Data ukuran : dC, 01, B1 Rumus DAB _ dAC sin, sin, ——+ DAB Pengukuran pulang, Data ukuran : dBD, 02, B2 Rumus BD sin 8, sin (180° — @, ~ f,) Maka ukuran yang diperoleh pap - DAB (pergi) + DAB (pulang) Cara-2 Peralatan Theodolite dan Subtensbar (invar basis) Pengukuran jarak dengan subtensbar _merupakan pengukuran jarak optis tidak langsung yang didapatkan dari hubungan panjang basis invar yang sudah fix diketahui Panjangnya, sudut paralaktis yang diukur terhadap invar basis dan jarak yang akan dihitung. Untuk lebih jelas cara pengukuran jarak jlengan_subtensbar, perhatikan gambar Target v¥—_v Ivar basis, Stato Gambar alat|Subtensbar Stake Out dan Monitoring Edi: 2011 Halaman: 63 dari 167 = Wateri Pelathan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Jarak yang diukur (Das). Gambar 15a 2b = 1 mdiukur @ = =diukur Das =dihitung Data ukuran : sudut Ot, basis b (2 meter) Rumus DAB = % b cotan % = 1m cotan % OL Dimana OL = sudut parataktis Pengukuran jarak sistim basis untuk mengatasi hambatan- hambatan di fapangan sehingga tidak _dilakukan engukuran langsung, misalnya 1. Jarak AB panjang dan medannya terjal 2. Jarak AB memotong/melewati rawa atau sungai Peratatan Electronic Distance Measurement (EDM) Pada pengukuran jarak elektronik ini menggunakan prinsip Perambatan gelombang elektromagnetis, hal ini disebabkan karena sifat dari rambatan gelombang elektromagnetis yang ‘melalui udara atau media lain akan memancarkan sejumlah energi. Dengan mengetahui berapa besar jumlah energi yang dipancarkan dengan dideteksi oleh suatu alat tertentu dapatiah diketahui berapa jarak yang ditempuh oleh gelombang elektromagnetis tersebut. Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 64 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi ~ Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung 1NA.6230.223.23.04.07 Reflektor L=(D+d cos 6) sino Gambar 163 {system ttl) Gambar 16 Theodolit + EDM Reflektor + Target Gambar 16¢ Proses pengukuran dengan EDM - Theodolite mengukur sudut vertikal (0) - EDM mengukur jarak miring (D) JJudul Modul: Stake Out dan Monitoring 4 Buku informasi Edisi: 2011 Halaman: 65 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223 23.04.07 Prinsip utama pengukuran jarak elektromagnetis Untuk mendapatkan jarak yang diukur adalah perbedaan fase antara sinyal utama dan sinyal data, dimana sinyal utama adalah sinyal langsung dari pembangkit sinyal modulasi ke Pembanding fase, sedang sinyal data adalah sinyal yang dipancarkan oleh pemancar unit utama setelah dimodulasikan Pada sinyal pembawa, kemudian diterima dan dipantulkan kembali oleh unit pembantu (reflektor) ke arah unit utama dan kemudian dimasukkan ke pembanding fase. Pada pengukuran jarak dengan gelombang elektromagnetis terdiri dari dua alat yaitu a. Unit Utama : disebut master pada alat-alat micro-wave dan control unit pada alat-alat light-wave. b. Unit Pembantu : disebut remote pada alat-alat micro-wave yang bersifat aktif dan pada alat-alat light-wave disebut reflektor yang bersifat pasif. Sagan umum dari alat pengukur jarak elektronik (EOM) Sinyal pembawa —— | pembawa Modulasi Pemancar Pembanding fase i Uni +—[_ Sinyal modula pembantu Bacaan Demodulasi_ | + Penerima — Pengukuran jarak dengan EDM, bisa dilakukan dengan tiga sistem Sistem | Unit utama EDM dan Theodolite Unit pembantu Reflektor dan Target Data ukuran D (jarak miring), © (sudut zenit - diukur terpisah dengan jarak D) Rumus : L = D sin @ Sistem Il Judul Modul __: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 66 dari 167, Materi Pelatihan Berbasis Kompetens! Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung, INA.5230.223,23.04.07 Unit utama EDM dan Theodolite Unit pembantu : Reflektor Data ukuran D (arak miring), @ (sudut zenit -diukur terpisah dengan jarak D), d (jarak teropong theodolite ke EDM) Rumus : L = (D + dcos ®) sin @ Sistem It Unit utama EDM Unit pembantu_: Reflektor Data ukuran D (Garak miring), @ (sudut zenit - diukur terpisah dengan jarak D) Rumus =Dsin® Apabila lat EDM dilengkapi dengan alat penghitung (Computerynote book) maka sudut @ tinggal dimasukkan, sehingga jarak yang diinginkan (L) langsung di dapat. Selain untuk mengukur jarak, alat EDM juga dapat dipakai_ untuk mengukur beda tinggi, yang akan dibahas lebih detail di dalam BAB selanjutnya. Untuk memahami ketiga sistem tersebut di atas dapat diihat pada gambar berikut L= D sin 8 (sistem 1) Gambar 16d Judul Modul _ : Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 67 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 a a Dd © Gambar 17. Instrumeninstrumen EDM elektro-optis ‘a. Citation Cl 450 instrumen infra merah dengan pemasangan pada teropong theodolite (Wild Heerbrugg Instrumens, Inc) b. RED 2 sistim infra merah dipasang pada penopang theodolite (the Lietz Company) Rangemaster Ill instrument laser dengan pasangan kaki tiga tersendiri (Keuffel & Esser) Gambar 18. Pengukur jarak Hewlett-Packard 30858 (Hewlett Packard Co) Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2014 Halaman: 68 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung Kode Modul INA.5230.223.23.04.07 ‘Gambar 19. Diagram kotak bekerjanya Hewett-Packard 3800 disederhanakan wr Gambar 20. Pemantul batik rangkap tiga (Hé lewlett-Packard) Gambar 21. Instrumen EDM gelombang-renik (microwave) Micro-fx 100c (Telludiet, Inc.) Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 69 dari 167 ~ Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 4.) Matematika ilmu ukur tanah. 1 2 3. 4 5. 6. Satuan panjang, dan sudut Sistem Koordinat. Menghitung jarak antara 2 titik. Fungsi Trigonometri. Kuadran. Menghitung Koordinat suatu tik dari tik yang telah diketahui - Tabel harga positif/Negatif untuk Sin dan Cos. ~ Contoh hitungan untuk Kuadran I Hitungan beda tinggi trigonometrs. . Satuan panjang dan sudut. Satuan jarak atau panjang yang dipakai dalam Ukur Tanah adalah : km (kilometer), m (meter), dm (decimeter), cm (centimeter) dan mm (milimeter). Sedangkan untuk sudut, dipakai derajat dan grade. Derajat adalah satuan sudut yang lazim dipakai, Sedangkan grade kadang-kadang terpaksa_harus dipakai, kalau pembacaan alatnya dalam grade. Pengertian grade adalah : lingkaran dibagi dalam 400 grade, atau sudut siku-siku besamya 100 gr ( = 90°), sedangkan sudut lurus 200 gr (= 180°). Sistem Koordinat. Dalam Ukur Tanah kita kenal Sistem Koordinat Tegak Lurus (Orthogonal, Cartesian). Suatu titik P di lapangan, dinyatakan dalam Sistem Koordinat Tegak Lurus P(x, y) = (Xp ). ‘Sumbu x, kita sebut Absis. Judul Modul Buku Informasi Stake Out dan Monitoring Co BEan Halaman: 70 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.6230.223.23.04.07 Xp = jarak sepanjang sumbu x yang diukur dari Pusat Salib ‘Sumbu O, positif kearah kanan (timur), dan negatif kearah kiri © (barat). ‘Sumbu y, kita sebut Ordinat. ‘Ye = jarak sepanjang sumbu y ( sumbu y tegak lurus sumbu x), yang diukur dari Pusat Salib Sumbu O, positif kearah atas (utara) dan negatif kearah bawah (selatan ). 3. Menghitung Jarak antara. 2, titik.: Jarak PQ = dy dihitung dari koordinat P(X,yq) dan Q (Xe Ya); PR=Xa-Xp QR=Ya-Yp Menurut Dalil Pythagoras PQ? = PR? + QR? atau PQ = VPR™+QR7 sehingga PQ = V(xq=%)"* (Ya- Yel 4. Fungsi trigonometris. Titik P dengan koordinat xp ¥p Titik Q dengan koordinat xa, Yq Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 71 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetens! Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 dari dua titik P dan Q diperoleh segitiga siku-siku POR Sudut QPR=a Sudut PQR=b Sudut P RQ = 90° Fungsi Trigonometris Sina (sinus a) Cosa (cosinus a) tga (tangens a) cotg a ( cotangens a ) dalam segitiga siku-siku POR : Sina=Cos b= 2% PQ PR PO QR PR I OR Dimana a + b = 90° atau b= 90°— a Cos a=Sinb Tg a=Colg b= Corg a= Tg b = Dari perbandingan absis dan ordinat diatas, diperoleh hubungan antara fungsi-fungsi trigonometris sebagai berikut Untuk sudut a lebih kecil dari 90° Sina = Cos (90°- a) Cos a = Sin (90°- a) Sina dan Cotg a= Tea 8° Cosa iga . Kuadran. ‘Sudut dalam Ukur Tanah besamya tidak hanya terbatas antara 0° dengan 90° (sudut lancip) atau antara 90° dan 180° (sudut tumpul), tetapi dapat pula mencapai 360° ‘Sudut yang diukur dari Sumbu Y (positif atau Utara), kearah putaran jarum jam, dalam Ukur Tanah disebut AZIMUTH, dan besamya adalah 0° untuk arah Utara 90° untuk arah Timur Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 72 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 180° untuk arah Selatan 270° untuk arah Barat 360° kembali ke arah Utara Azimuth antara 0° - 90° terletak di Kuadran | Azimuth antara 90° - 180° terletak di Kuadran I Azimuth antara 180° - 270° terletak di Kuadran It Azimuth antara 270° - 360° terletak di Kuadran IV Arah garis PQ ditentukan oleh besarnya Azimuth. ‘Sudut perpotongan y | @ ra dua garis, tidak IN. ‘menunjukan arah. | “Too | S) 6. Menghitung koordinat suatu titik dari titik yang telah diketahui. Kita dapat menghitung koordinat suatu titi Q dari titik P yang tatah kita ketahui, kalau kita dapat menghitung Selisih Koordinat (4x,4y) antara titik P dan Q. Yang perlu diukur adalah Azimuth garis PQ dalam besaran derajat, menit dan detik, dan jarak antara kedua titik P dan Q dalam besaran meter. ‘Sesuai dengan kaidah trigonometris, maka : Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 73 dari 167 M. Kode Modul Sektor : ‘ INA.5230.223.23.04.07 oy an Q tan Q ».Yp), maka dengan mudah An “41a 0° — 90%), ia 0° - 90°), vat * Yara 0° 90%), ara 0° ~ 90°), siti. Tabel harga p: wadran ory KORN Kuadran | * + + + 1 Kuadranit | 9) + = + : " Kuadran it [48 = = = = uw Kuadranty | 270 = + E + iV Judul Modul: Stake Buku Informasi Halaman: 74 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Setor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.223.23.04.07 Azimuth [Sina Cosa o” 0 = ‘90° +1 0 160" o- a] 270" +1 0 360" 0 1 Contoh hitungan untuk kuadran It Xq = Xp + dpq Sin apq ; Sin apa = positif (+) x Yp + dpq Cos apq ; Cos apq = negatif(-) Xq = Xp + (+AXpq) ———> Xq = Xp + AXpq Ya= Yp +(-AYpq) ———> Yq= Yp-AYpq 7. Hitungan beda tinggi trigonometris. Rumus yang dipakai D(mendatar) = D' (miring) Sin?Z. AT (beda tinggi) = D’ (miring) Sin z Cos z + Tg M- Tg AB Dimana z adalah sudut zenith adalah jarak optis diukur dengan rambu ukur. Kalau z = 90° maka garis bidik atat mendatar, atau ketinggian titik A sama dengan tinggi titik B. (Ta = Te) Dari rumus diatas dapat dilihat D=D'Sin?'z=Dx1=D AT =D! Sinz Cos z- 0 Ini berarti Ty = T, (Tinggi ‘Adan B sama) Kalau z < 90° maka AT positif, atau Te > Ta (B lebih tinggi dari A) Kalau z > 90° maka AT negatif, atau Ts < Ta (B lebih rendah dari A). Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 75 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.223.23.04.07 Contoh soal Hitungan Tachymetri Diketahui Tinggi Titik A = 57,81 m Dilakukan pengukuran dengan TO kearah titik B, diperoleh jarak miring dan sudut zenith D'=64,9m 2 =78".45' ( D’ =jarak optis, diukur dengan rambu ukur) Rumus yang dipakai: D = D' Sin?z AT=D'SinzCosz tekan (78 ) kemudian (° **) terbaca 78. tekan (45) kemudian (°*") terbaca 78.75 tekan (Min) untuk menyimpan harga z tekan (Sin) kemudian (x’) akan terbaca 0.961939766 tekan (x) kemudian (64.9) dan (=) maka hasilnya adalah D = 62,43 m tekan (MR) kemudian tekan (Sin) akan terbaca 0.98078528 tekan (x) kemudian (MR) dan (Cos) dan (=) terbaca 0.191341716 tekan (x) kemudian (64.9) hasilnya adalah AT = 12.42 m Tinggi tik 8 = 57.81 m+ 12.42m= 70.23m Kalau z yang diukur lebih besar dari 90 , maka beda tingginya negati, berart tinggi titik 6 lebih rendah dari tik A Misainya diukur D' = 89,4 m dan 2 = 104° 15° tekan (104) ; (°"") ; (15); °°") ; (Min ) terbaca 104.25 tekan (Sin ) ; (x) ; (89-4) ; (=) ; hasilnya D = 86.65 m tekan (MR) ; (Sin) ; (x) ; (MR) ; (Cos) ; (=); terbaca - 0.23857938 PERHATIKAN TANDA NEGATIF tekan (x) ; (89.4) ; (=) ; maka hasilnya beda tinggi T = - 21.33 m Menghitung Tinggi Bangunan Untuk menghitung tinggi gedung digunakan;Rumus : tPQ=dAP TangmA dimana {PQ adalah tinggi bangunan AP adalah jarak alat dengan alas bangunan mA adalah sudut miring PA Q atau tPQ=d AP CotangzA = dAP/tangzA yana_z A adalah sudut zenith AQP Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 76 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Ketelitian ukuran tinggi dengan cara Trigonometris dapat dihitung sebagai berikut : Kalau ketelitian alat 3" ( Theodolite 1 ") maka untuk bangunan yang tingginya mencapai 50 m , ketelitian ukuran tinggi adalah t= 50.000 ( mm ) tang 3* atau t= 50.000 x 0,0000145444 t=0,7mm a Hitungan Koordinat Sudut Jurusan_| Jara ax | ay x Y Nor’ [| “| Mendatar | om | m m m |X A - 7 #23,745_[-23,721 [A 363412 | 56,734 | - B B 725 [53 | 24) 74.512 “| c ~ c 113 | 23 54] 35,923 D - o 38 25 | 83.413 ~ a E E 293 | 07 | 44 | 73,824 FE i 7e| 42| 34 | 48843 SG 6 95 | 36 |" 26 | 65,832 H H 201 | 46] 35 |" 74,634 i i Judul Modul __: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 77 dari 167, ‘Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi ~ Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.23.23 04.07 Hasil hitungan koordinat Sudut Jurusan_| Jara ax | ay x Y Noy S [T° [| mendatar | im m m m |" cs a 923,745 | 23,721 | A | 34] 2 3256 8 71093 | 7.535 | B 135 [53 [24 43.681 [ 131.458 | 36.146 | C 713 | 23 | 54 “14.266. | 364.497 | 50.412 | D 30 31] 25 | e3.413 | 53.084 | 64.342 E — irsii| 1393 | & __| 293 | 07 | 44 | 73,824 | -67.888 | 28.997 |— FE _ 149.623 [42.927 | F 7342 48,943 | 47.808 | 9563 S jorsoi| 6249 | 6 | | 6 5517 | 6432 4 | 263.038 20% 71634 | 26575 | -66522| t — 736463 Ketinggian atau Elevasi Yang dimaksud dengan ketinggian adalah jarak vertikal antara bidang persamaan atau referensi sampai dengan titik yang bersangkutan. Ae Neon vet SE) LauT—+> E = Elevasl 4, = Jarak Vertical Gambar 22. ‘Sedangkan yang dimaksud dengan bidang persamaan adalah permukaan air laut rata-rata (Mean Sea Level). Untuk mendapatkan permukaan air laut rata-rata ini diperlukan waktu pengamatan yang cukup panjang dengan periode ; jam, hari, minggu dan bulan. Pengamatan ini dilakukan oleh Instansi tertentu yang berkompeten. Lokasi pengamatan biasanya dilakukan disekitar pelabuhan. Agar supaya nilai bidang persamaan (MSL) tidak hilang maka disimpan pada patok beton permanen dengan konstruksi yang kokoh, aman dan mudah diketahui yang selanjutnya Judul Modul _: Stake Out dan Monitoring Sue ieee a Halaman: 78 dari 167 Water Pelatihan Berbasis Komspetenst Kode Modul ‘SeKtor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.223,23.04.07 disebut Bench Mark (BM.0). Kemudian BM ini disebarkan ke daratan untuk digunakan referensi berbagai pekerjaan. Dengan sistim koordinat UTM dan ketinggian maka setiap titk di lapangan misalnya titik BM posisinya dinyatakan dalam notasi BM (X, Y, E) Untuk kepertuan yang lebih besar maka dari BM.0 ini dibuat jaringan BM baru yang tersebar di setiap pulau, sehingga untuk pekerjaan sipil dapat mengambil referensi dari BM yang terdekat dengan lokasi pekerjaan. Penyebaran ketinggian dari BM 0 ke daratan dilakukan melalui metode Pengukuran sifat datar memanjang yang akan dibahas dalam sistim ketinggian ini dan pengukuran poligon. Untuk penyebaran koordinat yang telah dibahas dalam sistim koordinat. Selanjutnya berikut ini akan dibahas cara-cara penyebaran ketinggian (elevasi). a. Sipat datar (waterpass), Penentuan selisin tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara penempatan alat penyipat datar tergantung pada keadaan lapangan. Pada cara pertama kita menempatkan alat penyipat datar di atas salah ‘satu titik, misainya di atas titik 8 seperti terlihat pada gambar 23 dan mengukur tinggi garis bidik J, yaitu jarak dari tik B sampai titik tengah teropong. Pembacaan rambu ukur, yang didirikan pada titik A menjadi misalnya R. Maka perbedaan tingginya titik A dan tik B menjadi h = RY. Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2014 Halaman: 79 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Gambar 24. Cara kedua lihat gambar 24 kita menempatkan alat penyipat datar an- tara kedua titik demikian rupa, sehingga jarak dari alat penyipat datar ke kedua rambu ukur masing-masing hampir sama, tanpa memperhatikan apakah alat penyipat datar diletakkan pada garis lurus antara dua titik itu. Kemudian pada tik A kita membaca nilai R (pembacaan belakang) dan tanpa mengubah pendirian alat penyipat datar, kita baca nilai V (pembacaan muka) pada mistar yang didirikan ada titi B. Maka selisih tingginya titik A dan titk B menjadi h = RV. ‘Gambar 25, Cara ketiga menurut gambar 25 di atas, tidak mungkin kita menempatkan alat penyipat datar pada/di atas tik A atau B, maupun di antaranya. Kita harus menempatkan alat penyipat datar di sebelah kanan titik B. Pembacaan rambu ukur dilakukan pada titik A (R) dan pada titik 8 (V), maka selisih tingginya titik A dan titik 8 menjadi juga h R- V. Dari tiga cara menyipat datar, cara dengan alat penyipat datar yang diletakkan antara dua tik (cara kedua) yang memberi hasil yang Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi : 2011 Halaman: 80 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230,223.23.04.07 Paling eli, karena kesalahan yang mungkin masin ada pada Pengaturan dapat saling memperkecil. Apa lagi jika jarak antara alat penyipat datar ke kedua titik dibuat sama, kesalahan pada garis bidik yang tidak horisontal (garis sumbu Z-Z tidak sejajar pada L-L), pada pembacaan rambu ukur timbul sebelah-menyebelah dengan nilai yang sama. Dengan demikian perbedaan antara pembacaan mistar belakang dan rambu ukur muka (R—V) menjadi berbedaan tingginya dua titik yang sebenamya, Cara ini juga dapat dinamakan ‘menyipat datar dari tengah-tengah’ dan dapat dilakukan sebagai pengetahuan dasar pada menyipat datar memanjang. Bila kita ingin mengetahui tinggi titik-titik yang diletakkan di sekitar titik yang ditempati oleh alat penyipat datar kita menyipat datar pada bidang. Atas dasar pengetahuan dasar mengenai teknik ‘menyipat datar dan alat-alat penyipat datar akan dibicarakan cara menyipat datar memanjang dan menyipat datar pada bidang. Sipat datar memanjang ( Diferential Levelling) Sipat datar memanjang dilakukan apabila jarak antara dua buah titik yang akan ditentukan beda tingginya terlalu jauh, sehingga rambu tidak dapat langsung dibaca dengan jelas dan teliti atau keadaan lapangan sedemikian rupa sehingga garis bidik tidak dapat memotong garis skala rambu ukur, karena jatuh di atas atau di bawah rambu ukur maka terpaksa jarak antara dua buah titik tersebut dibagi menjadi jarak-jarak yang lebih pendek. ‘Syarat-syarat pengukuran sipat datar memanjang a. Banyaknya slag tiap harus genap, slag adalah jarak antara dua tempat dimana didirikan rambu ukur, adalah jarak antara dua titik yang akan ditentukan beda tingginya. b. Sebelum dan sesudah pengukuran harus dilakukan pemeriksaan garis bidik. c. Pengukuran beda tinggi dilakukan pergi-pulang, ‘Sebaiknya pengukuran pergi jam 06.00 sid 11.00 Pengukuran pulang jam 13.30 sid 17.30 d. Masing-masing pengukuran tiap slag dilakukan “double stand" (diubah alatnya ke kiri ke kanan atau ke muka ke betakang). @. Pengukuran satu harus diselesaikan dalam satu hari. Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 81 dari 167 Wateri Peiatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung 1NA5230.223.23.04.07 f. Diusahakan tiap memenuhi syarat jumlah jarak belakang sama dengan jumiah jarak muka, 9. Pembacaan selalu dilakukan ke rambu belakang baru ke rambu ‘muka, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan tanda h. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang, sedang rambu belakang menjadi rambu muka slag berikutnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengeliminasi pengaruh kesalahan sistematis dari rambu ukur. i. Selisin stand- dan stand-II tidak boleh lebih dari 2 mm, i. Jarak antara rambu dengan alat ukur dihitung secara optis, yaitu: ~ Jarak belakang —_: Db = 100 (BA.bIk - BB.bik) ~ Jarak muka_ : Dm = 100 (BA.mk - BB.mk) k. Rambu harus diletakkan tegak lurus di atas titik / pilar atau tatakan rambu ukur. |. Beda tinggi dihitung dengan rumus : AH = BT. bik - BT.mk Gambar 26, ‘Satu rambu ukur kita dirikan pada tik 1 dan kita pilih tempat untuk alat penyipat datar J; demikian rupa, sehingga garis bidik masih kena rambu ukur pada tik 1. Rambu ukur kedua didirikan di atas titik 2 yang demikian rupa, sehingga garis bidik kena rambu ukur pada titik 2 dan jarak antara alat penyipat datar dengan kedua rambu ukur masing- ‘masing sama. Sekarang kita lakukan pembacaan rambu ukur belakang 81 dan pembacaan rambu ukur muka M1 menurut gambar 26. Setelah Pembacaan dilakukan dan ditulis pada buku ukur, maka alat penyipat datar dipindahkan ke titik Jz. Rambu ukur pada tik 2 kita putar hati-hati ke arah alat penyipat datar pada titkk J. Kita baca rambu ukur Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring eaertaot Halaman: 82 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.223.23.04.07 belakang 82, pindahkan rambu ukur dari titi 1 ke fitik 3, sehingga kita dapat membaca rambu ukur muka M2. dan sebagainya. Pekerjaan ini kita ulangi sampai dengan pembacaan rambu ukur muka Ms pada titik 5. Pembacaan-pembacaan B1 sid B4 dan M1 sid M¢ kita catat sebagai tabel pada buku ukur seperti berikut Titk | Pembacsan| Rambuukurbelakang @ | Rambu ukur muka M | 1 B 2.435 2 mM 0.397 2 B 1.152 3 M 2.758 3 B 2.153 4 M 0.251 4 B 2.246 5 M 0.205 Jumiah bacaan rambu belakang = + 7.986 -3.611 Jumlah bacaan rambumuka = - 3.614 Beda tinggi 1 dan 5 =44375m Jikalau kita hanya mencari selisih tinggi antara tik 1 dan titik 5, maka dapattah jumlah semua pembacaan rambu ukur muka dikurangi jumlah semua pembacaan rambu ukur belakang. Pada contoh 1 ini selisih tinggi antara tik 1 dan tik 5 menjadi +4.375 m, atau secara umum: f= (B4 + B2 + B3....... +Bn) — (Mt + M2 + M3......* Mn) Penentuan B1, 82 dan Mt dan M2 dan sebagainya. Pada contoh ini dan pada contoh berikut hanya kita pilin untuk memudahkan engertian pada tabel-tabel. Jikalau kita perlu juga menentukan tinggi titik-tiik antara 2, 3. dan 4, maka antara dua titik yang berturut-turut kita tentukan beda tingginya dengan rumus B - M. Walaupun pada tabel ia harus menulis tiap-tiap titik dua kali, satu pembacaan rambu ukur muka dan satu kali pembacaan rambu ukur belakang, kita dapat menghindarkannya dengan menulis pembacaan rambu ukur muka dan pembacaan rambu ukur belakang pada satu garis seperti ter-ihat pada tabel 1b berikut. Selalu kita hanya memperhatikan titik-titik tempat kita mendirikan rambu ukur dan bukan titik meletakkan alat penyipat datar. Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 83 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA5230.223,23.04.07 Perbedaan tinggi titik / dan tik 2 misalnya kita dapatkan dari hasil Pengurangan B1 - M2 ini sebaiknya ditulis pada garis antara titk 1 dan, titik 2, dan biasanya juga kita gunakan satu baris untuk hasil Pengurangan yang positif (+) dan satu baris untuk yang negatif (-) yang ‘memudahkan pekerjaan/perhitungan selanjutnya a Pembacaan Rambu Ukur B-M Belakang B Muka W + = 1 81 2.435 —_ 2.038 2 B2 1.152 M2 0.397 1.606 3 Bs 2.153 M3 2.758 1.902 4 Ba 2.246 Ms 0.251 2.0414 5 _ Ms 0.205 By 7.986 IM) | _3.611_ | +5981 | -1.606 | - [6] = [M] = + 4.375 | [8] [MJ=+ 4.375 _| Hasil pengurangan antara jumlah semua pembacaan rambu ukur belakang 6] dan jumlah semua pembacaan rambu ukur muka [M] menjadi beda tinggi titik 1 dan titik 5. Hasil yang sama harus kita dapat ‘sebagai jumlah baris [B - Mj. Maka rumus [8] — [M] = [B—M] selalu kita lakukan sebagai pemeriksaan tabel tersebut. Cara menyipat datar ini sering dilakukan pada jarak yang jauh. Pada Peristiwa ini kita harus melakukan kontrol yang tel. Kontrol ini tidak hanya menemukan kekeliruan dalam pembacaan melainkan juga membuktikan ketelitian pengukuran-pengukuran kita. Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 84 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sek!nr Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 pen ‘Reet |” Tugu primer dan! Tugu tersier | [tugusekunder | di Jaw lau kita tidak mengetahui tinggi dua tik yang berjauhan jaraknya. Maka kita menyipat datar bolak-balik (pergi-pulang). _Hasil Pengurangan jumlah B dan jumiah M sebetulnya harus menjadi nol. Tetapi pada prakteknya akan selalu terjadi perbedaan kecil. Kesalahan akhir i terdiri dari kesalahan yang sistematis dan kesalahan yang kebetulan, kesalahan-kesalahan yang tidak dapat dihindarkan. Tugu Tugutersier | kwarter | dituarJawa_} Gambar 28. Pada contoh 3 berikut pada penyipatan datar memanjang disisipkan titik-tik dan pembacaan rambu ukur ditulis pada jalur Z. Keterangan ‘mengenai jalannya perhitungan dapat dilihat sesudah tabel 3a dan 3b berikut. Pada tabel 3a kita melihat dan dapat mengikuti pada seluruh Perhitungan penyipatan datar ini. Pada tabel 3b kita melihat contoh yang sama tetapi lebih se-derhana, seperti pada praktek kita catat hasil penyipatan datar pada buku ukur. Judul Modul Buku Informasi Stake Out dan Monitoring Esereon Halaman: 85 dari 167 Harga penyipatan datar Harga sebenarnya S Kesalahan yg. timbul = ‘Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung 1NA5230.223.23.04.07 Contoh 3 Tabel 3a eer arr) + 5215 Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2014 Halaman: 86 dari 167 Kode Modul INA.5230.223,23.04.07 Materi Pelathan Berbasis Kompetensi ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung, ueyeueaua,y ueunqui (Gambar 29. Hasil pengukuran dan gambar potongan memanjang. Halaman: 87 dari 167 ‘Stake Out dan Monitoring Judul Modul Edisi: 2011 Buku Informasi Water! Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung 1NA5230.223.23.04.07 Pengukuran sipat datar memanjang dalam pekerjaan sipil_ dapat diterapkan pada pengukuran pengikatan/penyebaran titik referensi, Pengukuran profil memanjang dan profil melintang, Sipat datar profil terbagi atas 2 macam a. Sipat Datar Profil memanjang Teknik Pengukuran + Pengukuran beda tinggi dilakukan pada setiap tempat yang mengalami perbedaan relief ketinggian dan pada titik/pilar tetap. + Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur/rantai ukur, setiap Panjang 50 meter diberi tanda untuk keperluan profil melintang. . Sipat Datar Profil metintang Teknik Pengukuran © Pengukuran profil melintang dilakukan setiap jarak 50 m dan pada setiap titik/pilar tetap yang dilewati. *kanan sumbu profil memanjang, dimana pada setiap 5 m diukur ketinggiannya * Pada titik/pilar tetap yang membentuk, sudut, profil melintangnya dibuat dalam arah membagi sudut sama besar. + Bila jarak antara titikpilar tetap kurang dari 50 m, maka pada sisi tersebut ujung dan pangkalnya dibuat profil melintangnya Contoh Pengukuran Sipat Datar Profil Profil melintang ‘Gambar 30. Judul Modul Buku Informasi : Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 88 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Pengambilan data profil dapat dilakukan dengan 2 cara : 1. Alat ukur waterpass diluar titik yang bersangkutan Gambar 31. Tinggi garis bidik : T.garis bidik = 2. Alat ukur waterpass di atas titik yang diketahui tingginya (BM) Tinggi garis bidik : T.garis bidik = HI + ta Tinggi titi - I: Til = T.garis bidik - til, dan seterusnya. Pengolahan Data 1. Hitung tinggtitk-titik profil memanjang yang meliputi * Tinggi itk-titk /pilar tetap T2 = T.gariss bidik - 12, dan seterusnya. ‘+ Tinggi ttik-ttik As (titik dimana dibuat profil melintang) TIl = T.garis bidik - til, dan seterusnya. ‘© Tinggi ttik-tik yang mempunyai relief ekstrem TI=T.garis bidik - tl, dan seterusnya. 2. Hitung ting titik-titik profil melintang yang meliputi ‘+ Tinggi ttt yang melalui pitar tetap Tla = T.garis bidik - tla, dan seterusnya Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edis: 2011 Halaman: 89 dari 167 Judul Modul Buku Informasi Kode Modul i INA.5230.223.23.04.07 ssnya. Cy par ‘one sesuai atau 1: 1,000. bisa dihindarkan dari kesalahan- slahan pengukuran sipat datar __ssak teratur yang bersumber dari « yedung dan pembantunya) ‘ak mendatar. © ona thiak vertikal sedua tidak mendatar. uik tidak tegak lurus sumbu kedua. vey bak ukur aK) Halaman: 90 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 ‘ Kesalahan menghimpitkan benang silang teropong terhadap bak ukur, * Kesalahan menerapkan metode pengukuran. * Kesalahan mencatat data ukur. ‘+ Kesalahan akibat cuaca. Ketelitian hasil ukuran tergantung pada beberapa faktor * Ketelitian Jury ukur bangunan gedung. ‘ Alat ukur sipat datar yang digunakan. * Keadaan topografi pengukuran daerah pegunungan/perbukitan berbeda dengan daerah dataran. Untuk _mengeliminasimenghilangkan_kesalahan-kesalahan_tersebut dilakukan beberapa macam metode antara lain 1. Pengukuran pergi-putang. 2. Pengukuran dua kali berdiri (double stand). 3. Pengukuran terikat sempurna 4. Pengukuran membentuk kring/lop. 1. Pengukuran sipat datar pergi-pulang dilakukan dalam satu hari ada jalur yang sama. Misainya pengukuran pergi dilakukan pagi hari dari titik 1 s/d titik 5 , setelah istirahat ditakukan pengukuran pulang dari titk 5 s/¢ titik 1. Dari rangkaian pengukuran tersebut didapat: Mh. .,, dan Mh, « ning Secara matematis hasil ukuran Ah, sem = MFi-s ping » t@tapi dalam kenyataannya jarang terjadi dan yang sering terjadi adalah Ms orgy Fs png - SESIN AMY ry ~ MIs pang <2 mm , apabila Mi sperm ~ Sis pine 242mm maka hasil ukuran diteliti untuk mengetahui kesalahannya dan diulang pengukurannya pada seksi yang salah saja ‘Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 91 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung Kode Modul INA 5230.223,23.04.07 Contoh tabel 2a. Diisi di lapangan diisi di kantor Tiak Pembacaan beda tinggi (B-M) ‘Tinggi Tinggi B M + 7 ‘sementara sebenamya em | 1 | 2435 345.150 ~ | 345.150 e 2.038 8 }2| 1.152 | 0397 347.188 347.186 i 1.606 $ /3|2153 | 2758 345,582 346.580 z 1.902 S]4|2246 | 0251 347.484 347.480 é 2041 5 0205 | 349.525 349.519 73e6_[3611 | 5961 | 1606 18]=[M|= +4375 | (6) Mj=+4.375 _ 5 [0368 Baa 2 2.037 & | 4|oste | 2395 347.476 2 1.897 B/S | 2556 | 2313 345.579 = 1.605 & |2 | 0555 | 0.951 2.034 347.184 alt 2.589 _ 345.450 3005 [8248 [7.605 [5968 [8] =[M= -4.363 [8] [Mi] = - 436: Pada contoh 2 ini tinggi titi-titk« dihitung penyipatan pulang-pergi ‘masing-masing dimulai pada tinggi tertentu 345.150 m pada titik 1 Perhitungan pada penyipatan pulang dilakukan dani bawah ke atas. Pembagian perbedaan 12 mm antara penyipatan pergi dan penyipatan uiang dapat kita lakukan dengan menentukan hasil rata-rata pada Pembacaan masing-masing agar berbedaan tinggi seluruhnya selalu ‘menjadi 4.369 m seperti dilhat pada tabel 3 berikut. Memang ada juga kemungkinan dengan menentukan hasil rata-rata perbedaan tinggi pada contoh 2 pada titik masing-masing berdasarkan pada tinggi titik 1 Judul Modul Buku Informasi : Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 92 dari 167 ‘ater Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul “onstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Seki dengan 345.150 m. pada cara ini kita tidak mempunyai suatu control dalam perhitungan (lihat tabel 2b), Titik Beda tinggi Pergi Pulang Ratarata Tinggi 345.150 +2.038 2.034 +2036 347.186 1.606 +1.605 1.606 345.580 +1.902 “1.897 +1.900 347.480 42.041 -2.037 42.039 349.519 2. Pengukuran dua kali berdiri (double stand). Pengukuran ini dilakukan dalam satu slag pengukuran dilakukan dua kali sehingga didapat dua ukuran beda tinggi dari dua titik yang diukur. Misalnya titik 1 dan 2 diukur double stand didapat AM s¢anq dan Mh 2ismaar Sebagai control Mh sisenay > MA rsnea2) $ 2mm Apabila Ah, rsa) ~ Mh rsuesr) 242mm maka pengukuran harus diulang. Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out ddan Monitoring maaan Halaman: 93 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.223.23.04.07 Ah def = bh uk + koreksi 3. Pengukuran terikat sempurna. Pengukuran terikat sempuma adalah pengukuran sipat datar memanjang yang diawali dan diakhiri pada titik tetap sebagai titik refferensi .sehingga hasil ukurannya terkontrol. Misalnya titik-titik 1,2,3,4 dan 5 akan ditentukan ketinggiannya melalui pengukuran sipat datar. Tahap pertama dilakukan orientasi untuk mencarititik refferensi misalnya titik A disekitar titik 1 dan titi B disekitar tik 5. Untuk menentukan ketinggian titik 1,2,3,4 dan 5 dilakukan pengukuran sipat datar memanjang dari tiik A ,1,2, 3 ,4 5 dan berakhir di ttik B. Kontrol hasil ukuran sebagai berikut Ketinggian tit A = Elam. Ketinggian titk B = Elb m. Beda tinggi tik Adan B: Ahy,..-)= Ela - Elb.........Persamaan 1 Beda tinggi titi A dan B Mania) = (hy + Bhi + Alt + Mhgy + Migs + Alyy) Monat) = 3 (Mh Persamaan 1 = persamaan 2 AA, + Mhyy) .--Persamaan 2. lds) = Ay , Sebagai control ukuran. Pada umumnya Aha, # Aso, dan perbedaannya merupakan kesalahan pengukuran. Untuk mendapatkan hasil ukuran defenitit ‘maka hasil ukuran diberi koreksi sebesar: (-) kesalahan. Gambar 36 Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 94 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 4, Pengukuran kring ( loop). Tehnik pengukuran sipat datar berbentuk kring tidak jauh berbeda dengan pengukuran terikat sempuma yang diawali dan diakhiri pada {itik tetap. Untuk pengukuran terikat sempurna titik awal dan titik akhir berbeda , sedangkan untuk pengukuran kring/loop titik awal dan akhir adalah sama .sehingga bentuk pengukuran sipat datar merupakan kringloop. Pengukuran bentuk kring ini haus memenuhi syarat ‘sebagai berikut Ketinggian titik A (awal) = Elam. Ketinggian titik A (akhir) = Elam. Beda tinggi titik A dan A definitit Mguaeyy = Ela - Ela = 0.000 m Persamaan 1 Beda tinggi titik A dan A ukuran Mraopary = (Ay, + Shy + Migs + Ming + Als + Msg) Mia) = (Aig ao Mise) Persamaan 2 Persamaan 1 = persamaan 2 Ah, tans) Ah, = 0,000 m Pada umumnya sulit dicapai. Selisih dari pada (Mtgcay) ~ MPa) Merupakan _kesalahan pengukuran dan tidak boleh melebihi dari pada toleransi yang ditetapkan. Untuk mendapatkan hasil ukuran defenitif maka hasil ukuran diberi Koreksi sebesar: (-) kesalahan. A h def = A h uk + koreksi wana) a (Ahn) 6 ° (Ane) (Aha) ° (ahs) Gambar 37 udu Modul: Stake Out don Monitoring ee Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.223.23.04.07 Gambar 37 adalah contoh pengukuran sipat datar kring di awali dan di akhiri pada tik A. A-1~-2-3-4~-5~—A menghasikkan : Didh= Ah, + Mhz + Alyy + Aly + Mhyy + Ah, = 0 Bila} A4h*0 maka selisihnya merupakan akumulasi kesalahan Pengukuran beda tinggi A/,, ~ Ak, . Untuk mengeliminer kesalahan diberi koreksi sebesar (-) kesalahan Koreksi = (-) kesalahan, kemudian dibagikan kepada setiap beda tinggi ukuran sebanding dengan jarak setiap slag pengukuran. Lihat contoh erhitungan waterpass. Judul Modul _: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 96 dari 167 Materi Pelathhan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung Kode Modul INA.5230.223.23.04.07 ‘Lampiran_: Contoh hitungan waterpass Nama Proyek _: Bangunan Gedung Menara Hijau Lokasi ‘Seksi ring 3 Diukur oleh ‘Tanggal 8 Des 2004-18 Des 2004 Alat ukur No. Halaman cae Judul Modul ‘Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 97 dari 167 Materi Pelatiian Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Lampiran_: Contoh hitungan waterpass. Nama Proyek _: Bangunan Gedung Menara Hijau Halaman Lokasi Dihitung oleh: Suprapto Seksi Kring 3 ‘Tanggal 20 Des 2004 Diukur oleh ‘Alat hitung ‘Tanggal 8 Des 2004 ~ 18 Des 2004 Diperiksa Alat ukur No. Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 98 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung Kode Modul INA.5230.223 23.04.07 Nama Proyek = Bangunan Gedung Menara Hijau Lokasi Dinitung oleh: Suprapto ‘Seksi sing 3 Tanggal = 20 Des 2004 Diukur oleh ‘lat hitung Tanggal 8 Des 2004 - 18 Des 2004 Diperisa ‘Alat ukur Lampiran_: Contoh hitungan waterpass. Halaman Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 99 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 5.Toleransi. Seperti disebutkan di atas bahwa setiap pengukuran akan mendapatkan kesalahan-kesalahan. Kesalahan ini masih bisa diperbolehkan apabila tidak melebihi dari pada toleransi yang ditentukan. Toleransi adalah batasan maximum kesalahan yang tidak boleh dilampaui Kesimpulannya : Kesalahan < toleransi. Toleransi untuk keperluan proyek - proyek sipil seperti : proyek irigasi, gedung, jalan raya dan lain-lainnya sebagai beriut 1), Sipat datar utama 8mm _JD,,_, km arak dalam km. 2), Sipat datar cabang: + 10mm /D,,_, km jarak dalam km, 6. Pemeriksaan garis bidik ——— Gambar 38 Kedudukan 4 AHAB =bt'—mt*=(b1—bt'bt) - (m1 —mt'm1) = bt'— mt" = (bt —m1) - (b1'b1 — mt'm1) = b1'— mt" = (b1 ~ m1) - (Ob1 tan ot — Dmt.tan o))........persamaan 1 Kedudukan 2 : AHAB = bt" — mt" = (b1 — m1) - (Db2- Dm2) tan a. sevseeeaPersamaan 2 Persamaan 1 = Persamaan 2 (1 ~ m1) - (Db1 — Dt) tan 0: = (b2 - m2) - (Db2 - Dm2) tan (B1= ml) ~ (62 -m2) Tang = —_Ol— mi) (62 =m?) _ (Dbl = Dmt) — (Db2 ~ D2) Tan ct = kesalahan garis bidik Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Hataman: 100 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung Kode Modul INA.5230.223.23.04.07 Maka koreksi garis bidik yang perlu diberikan pada pengukuran beda tinggi adalah Pengukuran Pergi AH'= AH (pergi) + (Db - ¥ Dm) (- tan a) jumlah slag Pengukuran Pulang AH’ (Db - YD) (- tan a) AH ng) + (putang) jumlah slag Jadi beda tinggi definitif AH = %(AH' + AH") Gambar 39 Untuk menguji garis bidik mendatar atau tidak kita pilih suatu jarak ‘sepanjang 45 m sampai 60 m, masukan jarak A-D yang kita bagi tiga (3d) menurut gambar 39 di atas. Pada antaranya titiktitik B dan C 5_ Bos 5 Arahkan ke 8 LB+5 8=0 7 Titik [Teropong [ NoniusA | NoniusB | RatarataX) | 3 P B 238,865| «38,860 238,8625 39,130 239,130 39,1300 ~ 199,7325 | 0,134 Diarahkan P ‘Bo 38,995 | Q B 102,165 302,160 102, 1625 Q iB 302,150[ ‘102,158 302, 1540 | 0,004 “| 20,0085 B =BIASA Judul Modul _: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 112 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 LB =LUAR BIASA x) = Dengan dasar nonius A #\diatragma Socom | cell Gambar 45 Skrup Diafragma, Pelaksanaan mengatur + Dirikan total station sebaik-baiknya + Kemudian aturlah sumbu I nya ‘+ Arahkan teropong pada suatu titik P, lazimnya titik dibuat pada kertas ditempel di tembok Bacalah pada piringan horisontal Gambar 46 Contoh target untuk bidikan Kemudian putarlah teropong menjadi dalam kedudukan luar biasa (Luar Biasa), arahkan ke P lagi, kemudian baca piringan horisontal. Carilah harga 5, berikan koreksi ini kepada pembacaan terakhir dengan memutar skrup gerak halus (mikro) arah horisontal, sampai dengan pembacaan terkoreksi sambil mata melihat ke loupe pembacaan. Akibatnya benang silang tergeser sedikit ke samping, kembalikan benang silang ini ke P dengan memutar skrup diafragma, sebagai findak penelitian, arahkan ke tik P atau titik lait piringan horisontal, seperti diterangkan di atas. dan baca lagi Ulangi pekerjaan itu sedemikian hingga 5 hilang atau relative sangat kecil Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 113 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230,223.23.04.07 c. Penyetelan Waterpass Peralatan Waterpass biasanya digunakan untuk melakukan Pengukuran beda ketinggian antar titik. Cara penyetelan atau setting peralatan ini pada prinsipnya lebih sederhana daripada penyetelan theodolite atau total station. Langkah-angkah yang pertu dilakukan adalah sebagai berikut a) Pasang kaki tiga penyanggaltripodistatip pada tempat yang dikehendaki, biasanya pada titik ikat atau pada titik yang sudah diketahui koordinat dan elevasinya ) Pastikan kaki tiga penyangga terpasang secara kuat dan stabil serta posisi pelat tempat dudukan alat ukur (tribrach) pada posisi ‘semendatar mungkin. ©) Kencangkan sekrup-sekrup penguat yang ada pada masing- masing kaki secukupnya. @) Pasang Waterpass pada dudukan atau tribrach dan kencangkan sekrupnya e) Atur_sumbu 1 Vertikal dan sumbu if Horisontal dengan menggunakan sekrup penyeimbang nivo kotak, yang biasanya disebut sekrup A,B, C. f) Pengaturan dilakukan pertama-tama dengan posisi nivo sejajar dengan posisi kita berdiri, tepatkan gelembung nivo tepat di dalam lingkaran yang ada g) Putar Waterpass terhadap sumbu | sebesar 90° terhadap posisi kita, cek apakah posisi nivo masih tetap berada di tengah lingkaran, jika tidak gunakan sekrup C untuk menempatkan nivo Kembali ke tengah lingkaran. hh) Jika centering dan posisi gelembung pada masing-masing nivo sudah berada pada tengah-tengah bidang nivo pada segala posisi, maka alat sudah siap untuk dioperasikan, 4.3.2.3. Penentuan peralatan ukur dan perlengkapanny: Berdasarkan identifikasi kondisi lapangan dan evaluasi gambar kerja maka ditentukan peralatan ukur dan perlengkapannya untuk digunakan Pengukuran. Kondisi lapangan sangat mempengaruhi pertatan ukur yang akan digunakan dan metode pengukuran yang akan diterapkan. Untuk Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edis: 2011 Halaman: 114 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.223.23.04.07 kondisi lapangan yang terdapat hambatan/halangan diperlukan peralatan ukur utama dan alat pendukung yang memadai, Alat utama Theodbolite atau Total station. Waterpass. Alat pendukung Meteran 50 m dan 5 m. Yalon atau target. Patok-patok sementara, paku, cat dan palu. Alat komunikasi. Waterpass tanga (waterpass tukang). Unting-unting, Reflektor atau prisma Dan lain-tainnya. Peralatan utama sebelum digunakan harus dalam keadaan siap pakai artinya harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut a. Theodolite. = Sumbu pertama dalam keadaan vertikal ~ Sumbu kedua dalam keadaan mendatar dan tegak lurus sumbu pertama, ~ Garis bidik dalam keadaan tegak lurus sumbu kedua. = _ Garis jurusan nivo dalam keadaan mendatar. ~ Bacaan sudut horizontal teropong dalam keadaan biasa (B) dan luar biasa (LB) berbeda 180°. - Bacaan sudut vertikal teropong dalam keadaan 8 dan LB berjumiah 360°. Total station. = Sumbu pertama dalam keadaan vertikal ~ Sumbu kedua dalam keadaan mendatar dan tegak lurus sumbu pertama, = Garis bidik dalam keadaan tegak lurus sumbu kedua. ~ _ Keteliian bacaan sudut horizontal ~ Ketelitian bacaan sudut vertikal ~ _ Ketelitian bacaan jarak mendatar dan beda tinggi ~ Kemampuan software untuk menghasitkan hitungan beda tinggi Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2014 Halaman: 115 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA5230.223.23.04.07 - Kemampuan software untuk menghitung koordinat. cc. Waterpass - Sumbu pertama dalam keadaan vertikal. - Sumbu kedua dalam keadaan horizontal - Garis jurusan nivo dalam keadaan mendatar dan sejajar sumbu kedua - Garis bidik dalam keadaan tegak lurus sumbu kedua. - _ Kejeminan lensa dalam keadaan baik dan normal. - _ Sekrup-sekrup penyetel dal keadaan balk dan normal. . Peralatan pendukung dal keadaan baik dan normal seperti : meteran, yalon, reflektor/prisma, waterpass tangan dan lain-lainnya. Pelaksanaan pengukuran stake out. 4.3.3.1. Teknik pengukuran stake out bangunan gedung Pengukuruan stake out adalah pemindahan gambar kerja yang diwakili dari ttik-titik utama dan ttik detil ke lapangan. Sebelum pelaksanaan stake out dilakukan maka perlu diadakan persiapan-persiapan terfebih dahulu seperti - Pengukuran jaringan titik referensifitik acuan. - Mempelajari rencana bangunan utama dan bangunan sementara, - _Peralatan dan pertengkapannya - Identifkasi titik-tiik utama dan tik detil pada gambar kerja dengan ‘memberi nama dan nomor secara sistimatis dan mudah dimengerti Titik-titk utama dan tik detil dalam gambar kerja masing-masing mempunyai koordinat dan elevasi yang akan digunakan sebagai dasar pengukuran stake out. ‘Ada 3 (tiga) unsur penting yang dipertukan untuk pelaksanaan stake out, yaitu : a) Posisi absis (x), b) Posisi ordinat (y) ©), Posisi vertikal (E) Ketiga data tersebut dapat diperoleh dari gambar kerja. Pelaksanaan pengukuran stake out dilaksanakan oleh Jury ukur bangunan gedung sejak dari tahap persiapan, pelaksanaan, pengecekan, monitoring dan mutual check pekerjaan selesai. Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2014 Halaman: 116 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA $230.223.23.04.07 43.3.2 ‘Secara umum pada pekerjaan konstruksi bangunan gedung pelaksanaan stake out dibagi menjadi dua jenis pelaksanaan yaitu posisi horisontal dan vertikal Pengukuran stake out. a) Stake out horisontal ‘Tugas pertama stake out horisontal bangunan gedung adalah menentukan lokasi dengan benar pada kapling, garis sepadan bangunan dan jalan serta batas pemilikan. Kebanyakan kota mempunyai peraturan tentang garis sepadan bangunan dari jalan dan antara rumah-rumah, Stake out horisontal adalah penentuan posisi titik-titik utama dan titik det bangunan secara horisontal di lapangan sehingga terlihat rencana tapak bangunan. Stake out horisontal ini diperiukan untuk pekerjaan seperti enentuan posisi tiang pancang pondasi, posisi pilar beton, bentuk suatu X1 sehingga X2-X1 = (+) Y2 < Y1 sehingga Y2-¥1 = (-) a, = arctan 5 @,, >90° (kwardan II) (G-%) a - Dari contoh gambar 44 X2 Y1 sehingga Y2-¥1 ¢ tan a, = arc tan @, =are tan > aj, > 180° (kwardan IH) oO Besamya sudut S =a, — a, ‘ Perhitungan jarak. Perhitungan azimuth (a) ada 4 (empat kemungkinan, dengan ‘memperhatikan tanda-tanda (...) AX’ dan (...) AY Kemungkinan pertama AX =+ ay=+ Besamya ct : 0° < ot < 180°: kwadran | Kemungkinan kedua AX =+ AY =- Besamya 0. : 90°< ot < 180° : kwardan I Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring eaaaoia Halaman: 121 dari 167 Mai ‘Sektor Ki Judul Modul Buku Informasi Kode Modul NA.5230.223.23.04.07 on ~ worden (-) man: 122 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223,23.04.07 Gambar 50 + Perhitungan jarak. | Cara pertamé 4 = V0 KY 1 d,, = JAK} + AY2 — Persamaan Cara kedua sin at, = dy =(X, -X,) sin a, d,, = AX, sin a, —> Persamaan 2 (% Ki) cos ay, AY, 0s a, — Persamaan 3 Persamaan (1) rsamaan (2) = persamaan (3) : (Sebagai kontrol) Gambar 51 dan 52 contoh pengukuran stake out bangunan sekolahan 4 lantai, ‘Tahap pertama adalah pengukuran stake out lantai pertama - Titi-ttik utama adalah titi-titk tiang pancang/pondasi dan titiktitik Potong ruangan yaitu At ~ A3 sid I1 ~ 13 yang mempunyai koordinat dari gambar. Judul Modul —_: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 123 dari 167 ti. oi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sekto: » vnstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223 23.04.07 ~ M1 ~ m9 adalah titik-tik simpanan (marking) ~ Sudut (S) dan jarak (d) adalah data-data untuk pengukuran stake out dihitung, kemudian dibuatkan daftar seperti table 1 Pelaksanaan pengukuran stake out. Theodolite atau total station berdiri di BM1 kemudian arah kan ke titik ‘AM1, ukur sudut O11 dan jarak dBMBO didapat titi BO, kemudian pasang paku di atas patok. Lanjutkan ukur 02 dan dBM1B1 didapat tik B1, kemudian pasang paku di atas patok. Dengan cara yang sama didapat ttik-tik m1L1, m2L1, m3L1, At, A2, A3 dan seterusnya. Catat data-data bacaan pengukuran stake out dalam buku ukur. Sebelum pindah alat, periksa terlebin dahulu pelaksanaan stake out apakah sudah benar dan lengkap , alat pindah ke BM lain dan lakukan urutan pengukuran stake out seperti tersebut di atas sehingga didapat titik-titk utama lainnya. Apabila diperlukan pengukuran detil caranya seperi urutan- turutan tersebut di atas = Hitung koordinat titik detil dari gambar kerja ~ Hitung sudut (S) dan jarak (d) dari koordinat yang diketahui. ~ Buatkan table sebagai data pengukuran stake out. Tahap kedua adalah pengukuran stake out lantai kedua, koordinat titik- titik utama dengan notasi yang sama mempunyai nilai sama. Sebagai contoh : koordinat titik A lantai pertama sama dengan koordinat titik A lantai kedua Xa: Yat = Xat2 : Yat2 dan seterusnya, sehingga pelaksanaan Pengukuran stake out tetap dilakukan dari titik referensi (BM) yang sama Sebagai contoh akan diuraikan cara stake out horisontal bangunan ‘gedung tingkat tinggi (4 tingkat), Tahap pertama : Stake out lantai | ‘Stake out lantai | atau memasang rencana tapak bangunan di lapangan ~ Pertama yakinkan bahwa lokasi kapling sudan benar. ~ Titik+titik referensi sudah terpasang. ~ Peta garis sepadan bangunan dari jalan. St eres eam met Halaman: 124 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA §230.223.23.04.07 ~ Identifikasi dan penomoran titik-titik utama dan titk-titik deti Contoh Bangunan 5 : Sekolahan jatas Kepemilikan + DENAn LANAI + DENAILANTALI 120 280, + DENARTANTALIY Balas Kepemilikan Batas Kepemilikan Judul Modul Buku Informasi Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Gambar 51 Keterangan Gambar 45 A BM~AM titk referensi MEAL ~0L1_ ttk-ttik utama lantai | © mit~meatr titi simpanan (marking) pada lantai pertama, s sudut arah 4 jarak Alat Penangkal ea - Petir Wo | woo ME OL ML tt Perhitungan H Judul Mc Buku Inf i dari 167 POTONGAN 3 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223 23.04.07 ‘Gambar 52 Gambar $1 contoh pengukuran stake out titik-tiik utama dan tiik detil lantai pertama. Titik-titik utama A°L1 ~ H°L1 merupakan titik lokasi tiang Pancang sehingga pelaksanaan pengukurannya harus tel, cermat dan hati-hat Kemudian titik-tiik utama A°L1 ~ H°L1 diproyeksikan ke lantai 2, 3, dan 4, artinya titik utama lantai 2 adalah A°L2 ~ H°Lz, lantai 3 adalah A°Ls ~ H°3 dan lantai 4 adalah A°.« ~ H°L4, koordinat yang bemotasi sama yang berada di lantai 1 ~ lantai 4 adalah sama - AX, AX, AL dan A’L4, koordinatnya adalah Xa’,Ya° = Alu, Al, A'ts dan A'u, koordinatnya adalah Xa',Ya' - Alu, Ai, A%Ls dan A’us, koordinatnya adalah Xa*,Ya’. > Abu, Av, AL dan AXLs, koordinatnya adalah Xa’,Ya. Titik-titk utama yang bemotasi sama dari lantai pertama sampai dengan lantai empat akan membentuk garis vertikal misalnya titik A°L1 ~ As kalau dihubungkan akan membentuk garis vertikal A°.s- A’ - A°Ls - A‘U, demikian pula titik-titik yang lainnya. Titik-titik m't1 ~ mu: adalah titiktitik simpanan, yang setiap tiang dipasang 3 (tiga) buah tik berupa baut 1 cm. ketiga titik tersebut membentuk sudut siku-siku (90°) disalah satu titiknya. Maksudnya adalah sebagai pedomandreferensi untuk * Stake out sudut siku-siku setiap ruangan, ‘+ Stake out titik detil dalam ruangan. * Kontrol vertikal Titikcitik m1 ~ me yang bemotasi sama dari lantai pertama sampai dengan lantai empat akan membentuk garis vertikal (di setting) : m'u — m'us di stake out sehingga membentuk garis vertikal : m'L1 — m't2 - m'ts —m'us, demikian pula yang lainnya. Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 127 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA6230.223,.23.04.07 * Pelaksanaan pengukuran stake out ttik-titk utama lantai pertama ‘sesuai dengan prosedur di atas dengan menghitung dan membuat table data sudut (S) dan jarak (d) dari tik referensi ke titk-titk utama. * Pelaksanaan pengukuran stake out ttik-tiik utama lantai kedua, Berdirikan theodolite di tik BM1 kemudian arahkan alat ke AM1, kur sudut cit sehingga theodolite mengarah ke titik A° tetapi belum ke titik A°L2, ukur tinggi lantai 2 dengan meteran pada titik ‘AS, misalnya hut = 4 m. Dengan kombinasi pengukuran sudut ct, dan jarak hus = 4 m didapat titik A°L2, kemudian tentukan titik m't2. Sebagai kontrol dapat dihitung. Meena 41 jarak BM1 ke AOL1 dinitung. m = sudut miring diukur. ta = tinggi alat diukur. Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 128 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.223.23.04.07 Mey, = Vy (Dy) sin 2m, — D, =ba- bb ba = bacaan benang atas bb = bacaan benang bawah Dm = jarak miring m sudut miring demikian seterusnya ukur sudut az dan hz = m didapat B°L2 is dan hiz di atas maui = 4 m didapat titik maiz dan seterusnya, Gambar 54b. Penentuan titk pondasi’ Judul Modul Buku informasi Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 129 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA,5230.223,23.04.07 2) Tampak samping penumpukan tiang pancang ) Tampak depan penumpukan tiang pancang, ‘Gambar 55. Pondasi tang pancang, b) Stake out vertikal Stake out vertikal adalah penentuan posisi titik utama dan titik-titik det bangunan secara vertikal, artinya penentuan titiktitik utama dan titik-ttik detil dari lantai pertama sampai dengan lantai terakhir. Stake out vertikal dipertukan untuk pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan seperti penentuan arsitektur, sipil, mekanikal, elektronik, tata-lingkungan (ASMET) lantai kedua sampai_terakhir, kemiringan urinoir_ masing-masing lantai, penentuan pipa-pipa saluran air lainnya, kemiringan turunan atau tanjakan parkir bertingkat, saluran drainase, penentuan tangga dan sebagainya, Data yang diperlukan adalah a) Elevasi titik acuan. b) Elevasititik yang akan di stake out, seperti ‘+ Elevasi tiang pancang. + Elevasi pondasi, + Elevasi lantai + Elevasi etemit (plafon). + Elevasi tembok Judul Modul : Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2014 Halaman: 130 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223 23.04.07 ‘+ Elevasi lantai kedua dan berikutnya. + Elevasi tangga. © Dan lain-lainnya, ‘Tahap pertama tentunya penentuan elevasi tiang pancang/pondasi pada lokasi yang telah ditentukan melalui pengukuran stake out horisontal. Lihat gambar 65. pasang bowplank di area lokasi tiang pancang/pondasi Di bowplank diberi tanda (marking) segitiga terbalik dan dipasang paku yang menunjukan As pondasi, segitiga di cat wama merah atau hitam dan elevasinya diukur dengan mengikat pada titik acuan yang ada kemudian hasilnya ditulis di papan bowplank tersebut. Penulisan elevasi tersebut digunakan untuk referensi pelaksanaan, pengecekan dan monitoring pekerjaan Dari ke dua data elevasi di atas, maka dapat diketahui beda tinggi antara titik acuan ke titik yang akan di stake out. Pelaksanaan stake out vertikal tersebut dapat disajikan seperti pada gambar berikut: Gambar 56. Contoh Stake out Vertkal Dari gambar di atas, dapat dijelaskan misalkan elevasi titik referensi adalah +20,500 dan eievasi rencana detil yang di stake out (B) +21,500 ‘maka selisih antara B-A adalah 1,000, sehingga bacaan untuk rambu pada B harus ditepatkan pada 1,000 meter lebih pendek dari pada bacaan rambu pada A atau bisa dicontohkan misalkan bacaan rambu pada A ‘adalah 1,900 maka bacaan rambu pada B harusiah ditepatkan pada 1,900 - 1,000 = 0,900, Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Earn Halaman: 131 dari 167 Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 ‘Mater Pelatihan Berbasis Kompetensi | Kode Modul Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan untuk stake out vertikal berdasarkan gambar 48. di atas dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Berdasarkan gambar kerja, tentukan beda tinggi titk acuan ke titik yang akan di stake out. 2. Pasang dan setting peralatan waterpass di antara titik acuan (A) dimana elevasinya adalah diumpamakan + 20,500 dengan titik yang akan distake out titik (B), 3. Bidik bacaan rambu pada titik A misalkan terbaca tepat pada bacaan 1,900. 4, Selanjutnya tempatkan rambu pada titik detil yang akan di stake out vertikal 5. Dengan data beda tinggi yang sudah diketahui, geser secara vertikal dan tegak lurus rambu sehingga bacaan benang tengah waterpass pada rambu tepat berada pada bacaan 0,900. 6. Lakukan penandaan marking dengan coretan mendatar pada patok posisi tik B dengan disertai catatan eievasi targetnya ( di sini eievasi + 21,500). Stake out vertikal untuk satu titi detil selesai dilakukan. Untuk. titiketitik selanjutnya lakukan kembali langkah (3) sampai langkah (7) sesuai jumiah titik yang di stake out. Pelaksanaan stake out ini biasanya dilakukan bersamaan antara pihak pelaksana, pihak. pengawas dan pihak pemilik pekerjaan yang biasanya disebut dengan survey bersama atau Joint Survey. Hasil joint survey dituangkan dalam format yang sudah disepakati dan ditanda tangani oleh ketiga beta pihak, berdasarkan hasil joint survey yang sudah disepakati bersama inilah maka pekerjaan tahap berikutnya dapat dilaksanakan. Pelaksanaan pengukuran stake out vertikal pada lantai 2 dan seterusnya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran horisontal, karena untuk mendapatkan titik A°.z harus diukur sudut (S), jarak (d) dan tinggi fantai 1 atau elevasi A°2. kemudian titik A°L2 (as tiang) dipasang paku di atas patok, karena titik A’Lz akan tertutup tiang beton maka harus ada titik ‘simpanan (marking) yaitu m'tz, m’z dan m’iz yang secara berurutan bersamaan stake out titik utama C'tz dan A‘. titik marking m'tz, m2 dan mz dan untuk stake out tik A’, B22, C’2dan AX, Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 132 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung ‘Kode Modul INA §230.223.23.04.07 Penutup Atap ‘ Genteng Beton Pres Kuda-kuda Baja The TR Ela Cantilever TRe Judul Mc Tia Buku Inf. oe Demikian seterusnya dilakukan pada titik utama dan detil lainnya. | 1600 +1200 +000 +400 Sesuai Darhit Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung Kode Modul INA.5230.223.23.04.07 Gambar 57 4.3.4. Pemberian tanda titik utama atau detail yang sudah di-stake out. 4.3.4.1. Titik utama dan titik-titik detil, a) Titik Utama. Titik utama adalah titik-tik penting yang merupakan tumpuan dari konstruksi bangunan gedung. Titik utama pada bangunan gedung merupakan titik-titik lokasi tiang pancang pada bangunan gedung tinggi yang pada umumnya pada pertemuan-pertemuan/bersilangan tembok- tembok utama yang diawali dari lantai dasar hingga lantai-lantai berikutnya b) Titiktitik Deti Titik-titik detil lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan titik utama, Titik detil ini pada garis besamya satu dengan lainnya terhubungkanvterangkai_ dengan bagian-bagian utama konstruksi bangunan misalnya : titit-tiik sudut ruangan satu dengan lainnya yang dibatasi dengan tembok, pertemuan tangga (lit) dengan lantai dari lantai kesatu dan seterusnya, konstruksi plafon-plafon, konstruksi saluran pembuang di dalam bangunan, konstruksi jaringan listrik, konstruksi jaringan air conditioner (AC) dan lain-ainnya yang masin banyak jumlahnya 4.3.4.2. Pemberian tanda (Marking) titik utama dan titik-titik detil. Pada bab 4.3.3, Pelaksanaan pengukuran stake out titik utama dan titik- titik detail telah ada di lapangan dinyatakan dengan paku diatas patok atau tanda-tanda lainnya. Penandaan ini dicat dengan wama yang mudah dikenal dan mencolok(kontras). Penandaan ini selanjutnya disebut dengan Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring SaerTentt Halaman: 134 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 ‘marking. Penandaan (marking) adalah standar stake out yang selanjutnya akan digunakan sebagai referensi pelaksanaan pekerjaan. ‘Sebagai contoh marking pada setiap lantai (lantai 1~4) pada gambar 3.6a dan 3.6b dengan notasi m'tr ~ m'L4, ML ~ MLE econ LA ~ MPLA, titik-tikk marking dipasang di lantai sehingga mempunyai koordinat dan elevasi,titik-tikt marking digunakan sebagai acuan horisontal dan vertikal kemudian disebarkan ke areal pekerjaan menurut kebutuhannya untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Sebagai contoh di marking di tembok-tembok dengan penyimpanan Elevasi (ketinggian) Gambar 58 Pekerjaan Setting Out Finishing dalam Bangunan. 1) Persiapan Pengukuran, Dari satu benchmark atau dua benchmark di halaman proyek dipilih sehingga pengukuran bisa langsung. us wu ue te us ur a ‘Gambar 59 Diagram pengukuran tachimetry dari patok A&E kesetiap lantai gedung, Judul Modul __: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2014 ‘Halaman: 135 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230,223.23.04.07 Beberapa persiapan periu dilakukan untuk memulai pengukuran menentukan marka posisi horizontal dan vertikal yaitu persiapan alat-alat ukur dan bahan-bahan untuk keperluan identifikasi marka. a. Persiapan Alat. Untuk pengukuran penentuan kordinat posisi marka di setiap lantai dengan metode pengukuran tachimetry, alat - alat yang di persiapkan adalah 1 unit buku ukur, alas tulis dan alat tulis. + 3.unittripot atau statif. + unit target sudut + 3 unit unting- unting bertali + 1 unit theodolitefotal station, fraksi baca sudut per 10 detik. +1 unit Reflector atau prisma. + 2unit radio Handy Talky. 1 buah payung. + 1 unit kompas ‘Sedangkan untuk pengukuran menentukan elevasi di tiap-tiap lantai dipersiapkan alat-alat sebagai berikut ‘© 1 unittripot stati * 1 unk Sifat Datar Automatic level. ‘© 2unit mistar ukur @ panjang 3 meter. Persiapan alat tersebut untuk satu unit kerja pengukuran penentuan ‘marka posisi horizontal dan vertikal dan satu unit kerja pengukuran Penentuan elevasi . b. Persiapan Bahan Pelaksanaan penentuan marka posisi horizontal dan vertikal untuk tiap lantai di persiapkan dulu rencana pengukuran, membaca dari lembar Peta rencana tapak, lembar gambar struktur lantai gedung dan lain ‘sebagainya. Selanjutnya menghitung besaran absis dan ordinat yang ‘akan di setting out ke setiap lantai dari patok proyek di halaman luar gedung, mempersiap/kan bahan-bahan seperti cat wama kuning, paku beton dan membuat sablon huruf dan angka . Penomoran marka periu dibuatkan sistem yang langsung mengidentifikasikan lantai dimana osisi marka berada, misalnya titik nomor 1 di lantai 1 maka di buat Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 136 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.223,23.04.07 1M, ttikt nomor 2 ditantai 1 maka di buat 2/1 dan titik 1 di lant di buat nomor 1/2 dan seterusnya, maka 2) Pelaksanaan Pekerjaan Setting Out Finishing Dalam Bangunan. Menyiapkan sketsa pengukuran tachimetry dari patok di halaman proyek kesetiap lantai begitu juga untuk mempermudah perhitungan di persiapkan tik - titk di halaman proyek yang akan di pakai sebagai acuan Pengukuran, sketsa yang di persiapkan salah satunya seperti gambar 53 dan bisa juga mempersiapkan sketsa tampak atas seperti gambar 54 ini ‘Gambar 60. Diagram pengukuran posisi marka horisontaldilantai 5. Gambar 54 Diagram pengukuran posisi marka horizontal di lantai 5 empat buah titik untuk marka posisi horizontal ditantai 5 yaitu titik 1/5, 2/5, 3/5 Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 137 dari 167 Materi Petatinan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung Kode Modul INA.5230.223 23.04.07 dan 4/5 dibuatkan identifkasi dari paku beton di beri tanda ( + ), titik tersebut akan di setting dari A dan E 1. Membuat marka posisi horizontal Dari lembar kerja di hitung secara grafis kordinat titik. 1.2,3 dan 4, pada lantai pertama, kemudian titik-tiik marka 1, 2, 3 dan 4 diproyeksikan ke lantai 2 ~ 9 sehingga nilai koordinatnya sama untuk setiap lantai. Dari data diketahui kordinat tik A, B, D dan E , dan kordinat tik 1/5, 215, dan 3/5 scrta 4/5 di tentukan dengan cara grafis menggunakan dua lembar gambar kerja yaitu struktur ‘Gambar 61, Penentuan secara grafs koordinat 1/5, 2/5, 3/5 dan 4/5. Koordinat yang telah di ketahui seperti kordinat tik A, B,D, dan E serta 1/5, 2/5, 3/5, dan 4/5 di susun dalam tabel kemudian di hitung jarak dari titik A ke B, ke 1/5 dan ke 2/5 serta dari E ke D, ke 3/5 dan ke 4/5, berikut sudut jurusan masing-masing dari A ke B, ke 1/5 dan ke 205 serta dari E ke D, ke 3/5 dan ke 4/5, peta rencana tapak dan gambar No | Absis | Ordinat JARAK SUDUT JURUSAN A XA YA dAB GAB 8 x8 Ye D xD yo — XE YE dE—D a@eED ws | xus vus Aus ous 25 X25 Y25 dA25S Az as | x35 yas eas ess Judul Modul _: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 138 dari 167 ~Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sekto: Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung 1NA.5230.223.23.04.07 4s | xas yas dE 4s oe Tabel 6.1. Daftar Koordinat grafis setiap lanai ‘* Jarak AB di hitung dari V ( Xe . Xx )% ( (, ’dan sudut jurusan AB iitung dari arctan X24. ¥,-¥, hal yang sama dihitung A 1/5, A 2/5 dan ED, E 3/5 dan E 4/5 masing- masing jarak dan sudut jurusan, kordinat A, B, D dan E hasil Pengukuran poligon yang dilkatkan ke tik acuan (BM) jadi kordinat tersebut sudah definit. Dihitung juga sudut antara dua sisi yaitu Si=a@15-aAB Sy=03/5-aED S,=a25-aA8 S,=a: 416-a ED Pelaksanaan pengukuran di mulai dari titk A. theodolite di tempatkan di titik A kemudian di arahkan ke fitik B, bacaan lingkaran mendatar di setting sebesar ass, kemudian teropong di arahkan kebacaan lingkaran mendatar sebesar a 4 1/5, urut-urutannya sebagai berikut Teropong theodolite di arahkan a A 1/5, dengan bantuan radio handy talky di tanyakan kepada asisten di target sudut, apakah pemasangan targaet berada tepat pada titi 1/5, apabila posisi target sudah tepat di benang silang teropong theodolite artinya posisi marka horizontal 1/5 sudah balk, apabila belum berada pada benang silang supaya teropong di arahkan ke target sudut dan baca sudutnya dan ukur tinggi alat theodolite. ‘* Ukur jarak langsung atau jarak miring ke titik 1/5, kemudian baca sudut vertikal, baca jarak datar dan tinggi alat reflektor + Dengan cara yang sama titik 2/5 dapat di tentukan koordinat. Apabila bangunan gedung bertingkat sampai dengan lantai sembilan maka prosedur pengukuran di atas dapat dilaksanakan, di sarankan untuk mendapatkan nilai yang sama besaran ordinat dan absis untuk setiap lantai, maka urutan lantai yang akan di tentukan posisi marka horizontal adalah sebagai berikut: Judul Modul Buku Informasi ‘Stake Out dan Monitoring eaenaon Hataman: 139 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modut ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Tentukan posisi marka horizontal titik 1 dilantai 1 lakukan prosedur pengukuran ( lihat prosedur pengukuran lantai 5 ) seperti diatas, kemudian asisten surveyor pindah ke lantai 2, tempatkan target sudut atau reflektor di tik 1/2 dengan bantuan radio target sudut bisa diarahkan masuk ke benang silang teropong theodolite dan seterusnya sampai lantai atas. Apabila asisten juru_ukur sudah sampai dilantai 9, dan Pengukuran 1/9 sudah selesai maka target sudut dipindahkan ke titik 2/9, dengan cara yang sama urut-urutan di atas mulai di laksanakan, turun ke 2/8, ke 2/7 dan seterusnya sampai ke 2/1 Kemudian teropong di pindahkan ke titik E, Kembali urut-urutan seperti penentuan marka 1/1 sampai 1/9 dan 2/9 sampai 2/1 Lantai Titik 4 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Ke | Absis | Ordinat | Absis | Ordinat | Absis | Ordinat | Absis | Ordinat 7 xt Yi ¥2 Y2 x3 3 Xa Ya z xT YI 2 Y2 xs Y3 x4 [Ya 3 xt Yi x2 Y2 8 ¥3 xa Ya 4 xt Yi xX Y2 x3 ¥3 x4 Ya ls xt Yi x Y2 8 Ys xa Ya 6 x Yi 2 Y2 xs Ys xa Ya 7 xt Yi x2 YZ x ¥3 4 Ya 8 x Yr 2 Y2 x3 ¥3 xa Ya 9 x Yi oo Y2 x3 ¥3 xa Ya abel 6.2. Daftar koordinat tik 1,2, 3 dan 4 Secara praktis besamya nilai absis dan ordinat tik no. 1 dilantai 1 atau sama dengan absis dan ordinat tik no. 1 di lantai 2 dan seterusnya sampai dengan lantai 9, demikian juga ditiik 2,3 dan 4 mulai lantai | sampai lantai 9. Hal ini bisa terjadi Karena posisi marka horizontal dhentukan dengan cara yang sama (gambar 56) disetiap lantai gedung serta posisi teropong theodolite tidak Bi Vases ae ence oT Halaman: 140 dari 167 ‘Materi Pelathan Berbasis Kompelensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 bergerak dari pembacaan lingkaran horizontal yaitu sebesar A 1/1 = A1/2 sampai sama dengan A 1/9. Apabila terjadi penyimpangan absis dan ordinat dimana besarannya tidak sama maka dipastikan ada kesalahan kontruksi, atau pada saat target sudut atau reflaktor ‘masuk’ pada Perpotongan benang silang yang ada diteropong theodolite tetapi pada waktu centering secara optis temyata tidak berada ‘tepat’ ititik yang akan ditentukan sebagai posisi marka horizontal untuk lantai dimana marka berada. Misalnya diperiksa dengan teliti apakah penentuan posisi marka langsung dilantai sudah benar, dan berapa toleransi dalam ‘milimeter’ yang enyimpangan tersebut. izinkan adanya 2. Membuat Marka Posisi Vertikal be Dari lembar kerja yang ada diitung elevasi setiap lantai. elevasi dihitung terhadap patok A,B.0 dan E, tahap pertama diukur elevasi lantai 1 untuk tiap sudut lantai atau tepat pada posisi marka horizontal, karena perbedaan tinggi antara permukaan tanah dengan lantai ‘ tidak begitu besar, misalnya kurang dari 2,0 m marka dapat diukur dengan Pengukurn sifat datar automatic level, gambar 57 memperiihatkan Pengukuran sifat datar dari patok A ke titik 1/1 1/2 1/3 1/4 serta berakhir dipatok D sebagai kontrol pengukuran sipat datar ditantai 1 he mf ~ Bes] ok Gambar 62. Pengukuran sipat datar di lantai 1. Judul Modul _: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi eoerTeort Halaman: 141 dari 167 Materi Peiatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung 1NA5230.223.23.04.07 dari hasil pengukuran sifat datar diperoleh data seperti terlihat pada tabel berikut Pembacaan Mistar TMK Jarak Beda Tinggi | Tinggi Titik belakang muka A HA bA Mit A4n2 H12 % Ht bt mais, 12-415 hue 472 ais, Ha b2 Mo 415-0 has D D Hb ‘Tabel 6. pengukuran dan perhitungan sipat datar titik-itik tainnya pada lantai 1 seperti tik 2/1 dan 3/1 diukur juga dengan cara sifat datar. Penentuan posisi marka vertikal pada lantai- lantai berikutnya ditentukan dengan cara pengukuran tachimetry, data yang sudah tersedia ialah jarak datar dari titik-tiik pada setiap lantai ke titik A dan E, sebenamya pada penentuan posisi marka horizontal dengan mencatat data seperti tinggi alat theodolite terhadap titik A, kemudian tinggi alat target sudut atau reflektor terhadap lantai maka elevasi setiap lantai dapat dihitung Rambu ‘Gambar 63. Pengukuran penentuan elevasilantai dengan cara tachimetry. Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 142 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Pada penentuan elevasi tinggi % dengan cara trigonometi, tinggi alat theodolite dibuat sam dengan tinggi alat target sudut, TA - TR1 = 0, maka elevasi tik 1/2 didapat dari hubungan Tv2=JA% tana 1+TR1-TA TW2= JA %tanat TA= tinggi alat TR = bacaan rambu = tinggi lantai Urut-urutan pengukuran trigonometri untuk menentukan elevasi setiap lantai disusun sebagai berikut: + Elevasi tik 1/1, 2/1, 3/1 dan 4/1 diukur dengan pengukuran sifat datar Elevasi titik 1/2,2/2 diukur dengan pengukuran trigonometri dari titik A, theodolite masih dithik A, diukur elevasi tik pada lantai 3 yaitu 1/3 dan 2/3, dan seterusnya sampai lantai 9 + Elevasi titik 3/2, 4/2 dhikur dengan pengukuran trigonometri dari titik E, elevasititt-titk pada lantai berikutnya tanpa memindahkan alat theodolite hasil pengukuran trigonometri untuk menentukan postsi marka elevasi adalah sebagai berikut LaNTAt mK mK TmiK Tirik No 1 2 3 ‘ 7 WA war Wan Wan 2 HAR Hae Hae Har 3 HB H28 Ha Ha 4 Hos Hae Have Ha 5 Haus. H26 Has Has 6 Has #206 H36 Hae 7 Haw Har Han Har 8 HV H26 H36 Ha 9 Hie 29 439 Has ‘Tabel 6.3 Daftar ketinggian titk 1,2.3 dan 4 ‘Judul Modul Buku Informasi : Stake Out dan Monitoring EarToor Halaman: 143 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetens) Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 ‘4. Belokkan atau kurva sederhana. Secara praktis elevasi titiktiik 1,2,3 dan 4 dilantai 1 akan sama ketinggiaiuiya, demikian juga tik yang berada dilantai 2 dan seterusnya samy lantai 9, apabila terjadi penyimpangan elevasi dimana ketinggiannya tidak sama maka dipastikan ada kesalahan konstruksi, masalahnya berapa toleransi dalam “millimeter” yang dizzinkan adanya penyimpangan tersebut. Setting out Finishing Datam Bangunan. Dengan telah diketahuinya posisi-posisi marka horizontal dan vertikal maka kegiatan setting out untuk berbagai kelengkapan gedung disetiap lantai dapat dilakukan. Peralatan pengukuran yang diperlukan adalah : meteran, automatic leveling yang mempunyai pembacaan sudut mendatar dan beberapa bak ukur @ panjang 2 m atau 3 m. Pemasangan kelengkapan interior gedung dilaksanakan_ setelah Pekerjaan mekanikal dan elktrikal selesai dipasang. Pekerjaan tersebut antar fain + Pemasangan ducting + Penyemprot air pemiadam kebakaran + Alarm tanda bahaya kebakaran + Sistem penyejuk udara + Kabel sistem komunikasi atau telpon. + Kabel listrik untuk daya dan penerangan. + Sistem pemipaan air miffum dan cuci. + Sistem pemipaan air limbah dan sanrtasi. + Dan lain sebagainya, ‘Oleh Juru ukur bangunan gedung untuk mempertancar kegiatan dalam bangunan gedung, sebelum melakukan setting out bagian dalam bangunan gedung Juru ukur bangunan gedung mempelajari gambar kerja denan telii, cermat dan hati-hati, sehingga pelaksanaan setting ut berjalan lancar dan menghindari kesalahan yang akan terjadi Judul Modul Buku Informasi Halaman: 144 dari 167 ‘ater Peiatinan Berbasis Kompetenst Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Gambar 64. Uncur-uncur sebuah kurva sederhana, Unsur-Unsur Sebuah Kurva Sederhana. Beriku ini adalah unsur-unsur utama sebuah kuna sederhana, lihat Gambar 58 1 Titik perpotongan. Titik perpotongan (PI, point of intersection) adalah suatu titik tempat garis singgung muka dan belakang berpotongan. Titik ini merupakan salah satu stasiun pada traverse pendahuluan. ‘Sudut perpotongan. ‘Sudut perpotongan (/) adalah sudut kemiringan (deflection angle) di PI. Besamya bisa dinitung dari sudut-sudut stasiun traverse pendahuluan atau diukur di lapangan. dark ari. Jari-jari (R) adalah radius lingkaran yang busumya membentuk kurva tersebut. Titik kelengkungan. f Tilik kelengkungan (PC, point of curvature) adalah titik tempat kurva lingkaran berawal Garis singgung belakang adalah garis singgung kurva di tit ini Titik singgung. Titik singgung (PT, point of tangency) adalah akhir dan kurva. Garis singgung muka adalah garis singgung kurva dititik ini Panjang kurva. Panjang kurva (L) adalah panjang dari PC sampai PT diukur sepanjang kurva Jarak singgung. Jarak singgung (T, tangent distance) adalah jarak sepanjang garis singgung dari Pl ke PC atau PT. Kedua jarak ini sama pada kurva sederhana, Sudut pusat. Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2014 Halaman: 145 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Seldor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223 23.04.07 ‘Sudut pusat (A) adalah sudut yang dibentuk oleh dua buah jari-jari yang ditarik dari Pusat lingkaran (O) ke PC atau PT. Besar sudut pusat sama dengan scidtit perpotongan (A = 1). 9. Tali busur panjang. Tali busur panjang (LC, long chord) adalah tali busur dari PC ke PT. 10. Jarak luar. Jarak luar (E, extemal distance) adalah jarak dai P| ke titik tengah kurva. Jarak luar ini membagi dua sudut dalam di PI. 11. Ordinal tengah, Ordinal tengah (M, middle ordinate) adalah jarak dan titik tengah kurva ke titik tengah tali busur. Perpanjangan ordinat tengah membagi dua sudut pusat. 12, Derajat kurva. Derajal kurva (D, degree of curve) mendefinisikan " kelengkungan” atau kedataran kurva ada dua definisi umum untuk derajat kurva ini (iihat Gambar 59), yaitu (2) Definisitali busur (b) Definisi Busur ‘Gambar 65. Derajat kurva (@) Definisi tali busur. Definisi tali busur menyatakan bahwa derajat kurva adalah sudut yang terbentuk oleh dua jari-jari yang ditarik dan pusat lingkaran ke ujung-ujung tali busur yang panjangnya 100 ft; lihat Gambar 59a. Definisi tali busur ini digunakan dalam bidang sipil (umum) terutama untuk Konstruksi jalan re! dan oleh militer digunakan untuk jalan dan jatan rel (b) Definisi busur. Definisi busur menyatakan bahwa derajat kurva adalah sudut yang terbentuk oleh dua jari-jari yang ditarik dari pusat lingkaran (titik © dalam Gambar '58) ke ujung-ujung busur yang panjanya 100 ft Definisi ini dipakai teruuma untuk Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2014 Halaman: 146 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223 23.04.07 jalan raya, lihat Gambar 596. Perhatikan bahwa semakin besar derajat kurva. semakin “melengkung” kurva tersebui dan semakin pendek jari-jarinya 13. Tali busur. Untuk kurva dengan jarijari yang panjang, tidak praktis untuk memasang atok-patok kurva tersebut dengan menentukan lokasi pusat lingkarannya lalu memutar busumya dengan sebuah pita ukur. Tata letak semacam itu dibuat dengan mematok tujung-ujung dari serangkaian tali busur, lihat Gambar 60 Karena ujung-ujung tali busur terletak pada keliling kurva, busur tadi lalu ditentukan di lapangan. Panjang tali busur akan bervariasi menurut derajat kurvanya. Untuk mengurangi perbedaan antara jarak busur dan jarak tali busur, umumnya digunakan panjang tali busur berikul ini Derajat Kurva Panjang Tali Busur (ft) 0 sampai 3° 100 3 sampai 8° 50 8 sampai 16° 25 16° 10 Panjang tali busur yang lercantum dalam tabel di alas merupakan jarak maksimum di ‘mana perbedaan antar panjang busur dan panjang tali busur akan jatuh di dalam batas- batas kesalahan yang diizinkan, yaitu 0,02 ft per 100 ft yang paling umum untuk survai konstruksi. Tergantung pada keadaan medan dan kebutuhan pengawas proyek, kurva bisa dipatok dengan tali busur yang lebih pendek atau lebih panjang dari jarak yang dianjurkan dalam tabel Judul Modul : Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 147 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 14, Sudut kemiringan. Sudut kemiringan adalah sudut antara suatu garis singgung dan tujung tali busur, dengan PC sebagai puncaknya, lihat Gambar 60. Sudut ini dipakai untuk menentukan letak jurusan di mana tali busur harus diletakkan. Jumlah sudut kemiringan selalu sama dengan separuh sudut perpotongan (% 1). Jumiah ini bertaku sebagai kontrol atas perhitungan sudut kemiringan. Rumus-rumus berikut dipakai dalam perhitungan suatu kurva sederhana. Semua rumus berlaku baik untuk definisi busur maupun tali busur kecuali yang disebutkan lain. Lihat Gambar 61 are ‘Gambar 67. Sebuah kurva sedethana 58 (definisi busur 100 ft) ~~ r= (definisi busur 100) -— sin —D 2 £1004, D Dengan L = panjang busur (eksak) untuk definisi busur dan jarak perkiraan sepanjang tali busur untuk definisi tali busur. PC =PI-T --. => (12-5) PT=PC+L —» (126) -- => (12-7) 1 1 B= Rexsec51 dengan exsee > => (12-8) Judul Modul _: Stake Out dan Monitoring een Buku Informasi Edisi : 2011 Materi Pelathan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA 5230.223.23.04.07 M=R-(Reos 31) -- > (12-9) 1 1 1 Mo=Roers $1 dengan vers 21 =1 0831 --—-~~—-» (12-10) Sudut kemiringan, a= alive] 4 =03CD Dengan d = sudut kemiringan, menit C = panjang tali busur D = derajat kurva Persamaan (12-11) dan (12-11b) adalah eksak untuk definisi busur 100 ft dan merupakan pendekatan untuk definisi tali busur. sind =< -- 2R Dengan C = panjang tali busur, ft == (12-110) R= jar-iari d=im19% - R Dengan d = sudut kemiringan, menit ‘a= panjang busur, ft R = jarijari Persamaan (12-11¢) adalah eksak untuk definisi tali busur, 5729,58 R D= (definisi busur) sin tp = 30 - 2 R LC =2R sin a 2 Penyelesaian Kurva Sederhana, Untuk menyelesaikan suatu kurva sederhana, tiga unsur harus diketahui, titik perpotongan Pl, sudut perpotongan |, dan derajat kurva. Biasanya derajat kurva diketahui dalam ‘Spesifikasi proyek. atau dihitung dengan memakai salah satu unsur yang dibatasi oleh keadaan medan. P! dan | biasanya ditentukan pada traverse pendahuluan untuk jalan atau proyek lainnya, tetapi bisa juga ditentukan dengan tnanguiasi bila PI tidak dapat dicapai, Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2014 Halaman: 149 dari 167 Materi Peiatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 CONTOH 12.1 Asumsikan bahwa yang berikut ini adalah data yang diketahui untuk sebuah kurva : Pl= 18 + 00, | = 75°. dan D = 15°, (a) Selesaikan kurv dengan menggunakan definisi busur, (b). Selesaikan kurva ini dengjn menggunakan definisi tali busur. Penyelesaian : Buatlah sebuah skets sebagai acuan, lihat Gambar 61. Karena kalkultor tidak metakukan pembulatan, maka hasilnya agak sedikit lebih akurat bila anda menggunakan kalkulator sebagai pengganti tabel untuk menghitung fungsi matematiknya _ 5729.58 _ 5729.58 R = 381,97 fi (a) >? 7 8 T= Ran 51 = 38197(0,16733) =29310 fi PC =PI-T Pl= 15+06,90 L= + 5+00,00 PT= 20+06,90 E=Rexsec 4 = 381,97 (0.26047) = 99,49 ft M=Rovers i = 381,97 (0,20665) = 78,93 ft LC =2R sin il = 2 (381,97) (0.60876) = 465,06 ft Ra 50____ 383,065 sin Lp 001305262 (b) 2 T=Rtan i = 383,065 (0,76733) = 293,94 ft PC=PI-1 PI = 18+00,00 = (2+ 93,94) PC= 15+06,06 I 15 1 =100— =100 2 |= soo D (73) f Judul Modul: Stake Out dan Monitoring : Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 150 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223,23.04.07 PT=PC+L PC= 15 +06,06 +L= + 5+00,00 PT = 20+06,06 Rexsec 3H = 383,05 (0,26047) = 99.78 ft M = Rovers i = 383,05 (0,20665) = 79.16 ft LC =2Rsin 3 = 2.(383,065) (0,60876) = 466,39 ft 4.4. Monitoring Posisi. Setelah kukan stake out, maka pekerjaan dilanjutkan dengan pelaksanaan konstruksi ‘Selama pekerjaan konstruksi secara periodik seorang Juru ukur bangunan gedung perlu untuk melakukan pengecekan kebenaran posisi horizontal dan elevasi pelaksanaan konstrul Pengecekan dilakukan terhadap posisi horizontal dan posisi vertikal, hal ini diakukan agar di dalam pelaksanaan konstruksi tidak terjadi penyimpangan penempatan posisi baik posisi horizontal dan vertikal. 4.4.1 Pemahaman gambar kerja. 4.4.1.1 Penterjemahan gambar kerja. Pemantauan atau monitoring posisi tentu harustah berpegang kepada gambar kerja yang ada, oleh sebab itu gambar kerja yang ada harus dipelajari dan dimengerti dengan jelas dan benar. Besaran-besaran dengan detil yang ada pada gambar kerja harus dimengerti dengan jelas dan benar. Besaran-besaran dan detil yang ada pada gambar kerja harus dimengerti oleh seorang Jury ukur bangunan gedung bangunan gedung Sebagai contoh posisi titi utama lokasi tiang pancang meliputi kedalaman dan elevasi atas tiang pancang, perpotongan kolom-kolom beton dan lainain. Pada umumnya seorang Juru ukur bangunan gedung ‘akan mendapatkan gambar kerja disertai penjelasan langsung oleh atasan langsung atau bagian desain. Dengan berpegangan pada gambar kerja ini pulalah seorang Jury ukur bangunan gedung bangunan gedung ‘memonitor posisi-posisi konstruksi. Judul Modul ‘Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 151 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 Penelitian gambar kerja dilakukan dengan cermat dan teliti untuk pedoman monitoring pelaksanaan konstruksi. Penelitian gambar kerja meliputi : = Arab horizontal dan vertikal. ~ _ Dimensi detil setiap bagian bangunan, - Hubungan bagian-bagian bangunan satu dengan yang lainnya misalnya : hubungan lantai dasar dengan tantai ke 2, lantai ke 2 dengan lantai ke 3 dan seterusnya. Penelitian gambar kerja yang berkaitan dengan pekerjaan pengukuran ‘meliputi:titik utama dan titik-titik detil serta dimensi, yang akan digunakan untuk dasar monitoring dan pengarahan pelasanaan pekerjaan. Dengan menguasai gambar kerja tersebut juru ukur bangunan gedung ‘mengarahkan dan monitoring pelaksanaan konstruksi arah horizontal dan vertikal dengan benar. 4.4.2, Penyiapan peralatan pengukuran. 4424 4422 Pemilihan peralatan ukur dan perlengkapannya. Setelah gambar kerja tersebut dipelajari, maka Juru ukur bangunan gedung harus segera menyiapkan peralatan yang diperiukan untuk ‘melakukan monitoring. Untuk monitoring posisi horizontal dan pemantauan ketegakan atau arah vertikal digunakan peralatan ukur theodolite atau total station sedangkan untuk melakukan pengecekan posisi vertikal atau ketinggian digunakan peralatan ukur waterpass. Peralatan pengukuran disiapkan dan diletakkan pada tempat yang strategis, aman dan bisa menjangkau pelaksanaan monitoring, Jika hal ini tidak dimungkinkan, maka seorang Juru ukur bangunan gedung bisa ‘membuat tik bantu dengan cara membuat poligon dan mengikatkannya ada titi referensi yang ada, sehingga titik bantu tadi mempunyai sistem koordinat yang sama dengan titk referensi utama Peny pan peralatan pengukuran untuk monitoring. Dalam waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi tim pengukuran harus stand by di lokasi pekerjaan. Tim pengukuran selalu siap sedia dengan eralatannya untuk melakukan monitoring dan pengarahan baik arah horizontal maupun vertikal ‘+ Untuk monitoring dan pengarahan arah horizontal disiapkan Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 152 dari 167 ‘ateri Pelathan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 1, Peralatan utama - Theodolite atau total station. 2. Peralatan pendukung: - _Statif - Rambu ukur. = Meteran 50 m dan 5 m. ~ Reflektor. - Target (yalon) ~ Unting-unting. - Buku ukur dan alat tulis. ~ Ala hitung, = Gambar kerja + Untuk monitoring dan pengarahan ketinggian disiapkan 1. Peralatan utama - Waterpass 2. Peralatan pendukung - Statif = Rambu ukur. - Waterpass tangan, = Buku ukur dan alat tulis. - Tataan rambu ukur. - Alat hitung. 4.4.3, Monitoring dan pengarahan posisi horisontal. 4.4.3.1. Monitoring arah horizontal menggunakan peralatan ukur. Kebenaran penempatan posisi pada pelaksanaan konstruksi tidak terlepas dari tanggung jawab bagian pengukuran pada suatu organisasi pelaksanaan konstruksi Selama perjalanan suatu konstruksi tim pengukuran seialu_ memonitor posisi setiap detil konstruksi yang dilaksanakan hal ini tentunya untuk menjaga agar konstruksi yang dilaksanakan tidak melenceng dari desain yang ada. Monitoring posisi horizontal dilakukan dengan menggunakan peralatan theodoliteh atau total station. Selama memonitor, koordinasi terus menerus dilakukan dengan bagian pelaksanaan konstruksi, sehingga dapat dicegah adanya kesalahan posisi horizontal. Jika ditemukan adanya kesalahan posisi horizontal, maka Jury ukur bangunan gedung segera memberitahukan kepada pihak pelaksana untuk segera memperbaikinya dengan bantuan pengarahan posisi dari Juru ukur bangunan gedung. Arahan posisi horizontal tersebut diberikan oleh seorang Jury ukur bangunan gedung dengan mengacu kepada gambar kerja yang berlaku, Judul Modul Buku Informasi Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 153 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223.23.04.07 oleh sebab itu diharapkan seorang Juru ukur bangunan gedung seialu siap dengan gambar kerja detil konstruksi yang sedang dilakukan. Kecepatan memonitor posisi oleh seorang Juru ukur bangunan gedung sangat dipertukan, karena keterlambatan melakukan pengecekan atau memonitor ‘akan berakibat fatal terhadap pelaksanaan suatu konstruksi. Monitoring posisi horisontal pertu dilakukan pada pelaksanaan konstruksi detil-deti! bangunan semisal penentuan posisi tiang pancang pondasi, Posisi pilar beton, kolom, dimensi suatu detil konstruksi, pemasangan begesting dan sebagainya Contoh kejanggalan yang mungkin ditemui pada monitoring posisi horisontal dapat dilinat pada gambar 52. Sud penyimpangan eS posts yang para akoraks Posi sebarssnya me Posts polasanaan Gambar 69. Contoh kejanggalan yang ditemui pada monitoring posisi horisontal 44.3.2, Arahan posisi horizontal menggunakan peralatan ukur berdasarkan gambar kerja dan titik referensi yang ada. Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 154 dari 167 Mater Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223,23.04.07 4.4.4 Monitoring dan pengarahan po: 4444 ASAD Pekerjaan monitoring dan arahan posisi horizontal dapat dilakukan bersamaan sehingga waktu dan tenaga dapat efisien dan dapat mempercepat pekerjaan. Pada dasamya pekerjaan monitoring dan arahan Posisi horizontal tersebut tidak berbeda. Bila dalam monitoring horizontal ditemukan kesalahan berdasarkan gambar kerja maka langsung diarahkan sesuai dengan gambar kerja. Alat yang digunakan untuk arahan posisi horizontal adalah theodolite atau total station dan alat pendukungnya. Arahan posisi horizontal mengacu pada titik referensi, gambar kerja dan marka-marka yang dipasang pada titik utama dan fitik+ttik detil. Marka-marka titi utama dan titik-tiik detil dipasang disetiap lantai untuk pedoman pelaksanaan, arahan dan ‘monitoring konstruksi. vertikal. Monitoring arah vertikal menggunakan peralatan ukur. Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan tinggi, banyak detail-detail Penting yang harus dikontrol ketinggiannya, misainya : pemasangan balok- balok, elevasi, kedatarannya lantai , saluran drainase, kemiringan jalan menuju parkir dan lain-lainnya. Peralatan yang digunakan untuk pengontrolan detail-detail tersebut adalah waterpass. Sebagai referensi Pelaksanaan dipasang beberapa peil-peil elevasi dengan di-marking di tempat-tempat yang mudah dikenali dan dijangkau, misalnya dipasang di- bowplank (gambar 65). Untuk monitoring elevasi bagian luar gedung yang tinggi bisa digunakan alat bantu folal station. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian elevasi antara pelaksanaan dengan gambar kerja, maka Jurr ukur akan segera memberikan arahan perbaikan dengan memberikan peil-peil elevasi yang seharusnya dengan tanda atau marking pada bowplank terpasang atau bidang yang stabil didekat detil yang dikonstruksi. Contoh kejanggalan yang mungkin ditemui pada monitoring posisi vertikal dapat dilihat pada gambar 53. Arahan posisi vertikal menggunakan alat ukur berdasarkan gambar kerja dan titik referensi yang ada . Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 155 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA5230.223.23.04.07 Pada dasamya pekerjaan monitoring dan arahan vertikal dapat dilakukan bersamaan sehingga lebin efisien dan mempercepat pel:aksanaan konstruksi sebagai referensi menggunakan gambar kerja, titik referensi dan marka-marka dari tik utama dan tik detil, Marka-marka dan titik referensi terdapat di lantai dasar dan lantai-lantai lebih atas sehingga memudahkan pelaksanaan, arahan dan monitoring konstruksi. PENGECORANLANTAI Gambar 70. Contoh kejanggalan yang ditemui pada monitoring posisi vertikal E = Elevasi h= beda tinggi PEKERJAAN PONDASI Gambar 71 Judul Modul Buku Informasi Stake Out dan Monitoring Edisi: 2011 Halaman: 156 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223,23.04.07 hi ~ h4 adalah beda tinggi antara EL bowplank dengan bagian-bagian Pondasi yang dapat diukur dengan meteran, sehingga pekerjaan pelaksanaan, pengecekan, monitor pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan mudah. Gambar 72. 2, menentukan tanda batas kedalaman pada mini pile sebagai acuan pemancangan '. Memindahkan mini pile dari stock yard ke lokasi tik tiang pancang dengan menggunakan mobil ‘Gambar 73. Mengangkat dan menarik mini ple sampei berdii tegak tepat pada kepela thang (cushion block) dan emancangan tiang pancang JJudul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 187 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung Kode Modul INA.5230.223.23.04.07 Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi 2011 Halaman: 158 dari 167 Materi Peiatihan Berbasis Kompetensi ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung ~~ Kode Modul INA.§230.223.23.04.07 Gambar 74. Verticality check Gambar 75. check verticality TP dengan bantuan theodottofunting-unting pada posisi dua arah yang saling tegak turus. Judul Modul Buku Informasi ian: 159 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA5230.223.23.04.07 Gambar 77. atas - form inspeksi & tes (tanggal pengecoran tiang pancang, panjang tp, no. tp serta cacatretak, ppecah dan kropos) bbawah ~ member tanda setiap 60 cm dan check posisitiang pancang Gambar 78. Penyetelan posisi pembesian pondasi sumuran sudah dimasukan kedalam sumuran dengan 'memperhatikan vertkalti,elevasi top penempatan pembesianpondasi sumuran dengan cara ‘menggantung pembesian yang suah dist! di atas tanah existing diberi kayu balok untuk Penggantungannya, Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 160 dari 167 Materi Pelatinan Berbasis Kompetensi Kode Modul ‘Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA5230.223.23.04.07 Gambar 79, Pengecekan kemball top elevasi pembesian pondasi sumuran, vertkalii penempatan pembesian ppondasi sumuran, ‘Gambar 80. Menentukan elevasi existing guna mengetahui kedalaman penggalian yang akan dilakukan Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Hataman: 161 dari 167 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul Sektor Konstruksi Sub Sektor Bangunan Gedung INA.5230.223,23,04.07 Gambar 81. menentukan diameter galian dilapangan ‘gambar 82. a. Cek elevasi top sumuran '. pembuangan air di dalam galian sumuran Judul Modul: Stake Out dan Monitoring Buku Informasi Edisi: 2011 Halaman: 162 dari 167

Anda mungkin juga menyukai