Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL

Pemanfaatan Beras (Oryza sativa L.) Inpari 17 Menjadi Tepung


sebagai Bahan Baku Roti Tawar Non Gluten
Utilization of Inpari 17 Rice (Oryza Sativa L.) Modified as Flour
to be used as Gluten-Free Bread Raw Materials
Kendri Wahyuningsiha, Natasa Puteri Dwiwangsab, Wisnu Cahyadib,
Endang Yuli Purwania
a
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
b
Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan
Jl. Tentara Pelajar No. 12 Cimanggu-Bogor 16114
Email : eyplab@gmail.com

Diterima : 21 Agustus 2015 Revisi : 9 September 2015 Disetujui : 23 Oktober 2015

ABSTRAK
Roti tawar adalah produk berbasis sereal, umumnya terbuat dari tepung terigu yang masih
diimpor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana beras INPARI 17 yang dibuat menjadi tepung
beras dapat dimanfaatkan dalam pengolahan roti dengan bantuan gum xanthan. Jenis tepung beras
termodifikasi Heat Moisture Treatment (HMT) yang dipilih adalah yang memiliki nilai viskositas dingin
terbaik. Rancangan Acak Kelompok dengan pola faktorial 3 x 3 sebanyak tiga kali pengulangan diterapkan
dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Faktor percobaan meliputi jenis tepung beras (giling basah, giling
kering, termodifikasi HMT) dan konsentrasi gum xanthan (1 persen, 2 persen dan 3 persen). Penggunaan
gum xanthan memberikan pengaruh terhadap sifat kimia (kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat),
sifat fisik (volume pengembangan dan tekstur), dan rasa roti. Semakin tinggi konsentrasi gum xanthan,
semakin tinggi nilai kekerasan yang diperoleh. Produk terbaik diperoleh pada tepung beras giling basah
termodifikasi HMT dengan penambahan gum xanthan sebesar 1 persen dengan kadar air, abu, lemak,
protein, dan karbohidrat secara berurutan sebesar 36,38; 1,81; 10,58; 10,65; dan 40,58 persen, dengan
volume pengembangan sebesar 3,94 cm3/gram, angka lempeng total sebesar 1,25 x 103 koloni/gram, dan
memberikan skor terbaik pada uji kesukaan.
kata kunci : roti tawar, tepung beras, gum xanthan

ABSTRACT
Bread is a cereal-based product, usually made from wheat flour from other countries. The purpose
of the research is to know how INPARI 17 rice modified as rice flour is used in bread processing by xanthan
gum addition. The selected type of Heat Moisture Treatment (HMT) rice flour is the one with the best cold-
viscosity (setback value). The design used is Randomizes Block Design with 3 x 3 factorial patterns and
three replications, followed by Duncan`s test. The research factors are rice flour types (wet-milled rice flour,
dry-milled rice flour, and modified HMT rice flour) and xanthan gum concentrations (1 percent, 2 percent
and 3 percent). The results show that the use of xanthan gum affects chemical properties (water, ash,
protein, fat and carbohydrate content), physical properties (specific volume and texture), and bread taste.
The higher concentration of xanthan gum is used, the higher value of hardness (texture) is produced. The
treatment of 1 percent xanthan gum with wet-milled modified HMT rice flour is the best treatment and gives
the best result with water, ash, fat, protein and carbohydrate contents of 36.38, 1.81, 10.58, 10.65, and
40.58 percents respectively, 3.94 cm3/g of specific volume, 1.25 x 103 colonies/g of total plate count and
gives the best score in preference test.
keywords : bread, rice flour, xanthan gum

Pemanfaatan Beras (Oryza sativa L.) Inpari 17 Menjadi Tepung Sebagai Bahan Baku Roti Tawar Non Gluten 167
Utilization of Inpari 17 Rice (Oryza Sativa L.) Modified as Flour to be used as Gluten-Free Bread Raw Materials
Kendri Wahyuningsih, Natasa Puteri Dwiwangsa, Wisnu Cahyadi, Endang Yuli Purwani
I. PENDAHULUAN sifat-sifat tepung yang lebih baik. Modifikasi
dilakukan karena secara umum pati alami
R oti saat ini telah menjadi tren konsumsi
masyarakat yang praktis dan memiliki
karakteristik sebagai makanan pokok.
memiliki kekurangan yang sering menghambat
aplikasinya di dalam proses pengolahan
pangan. Teknik modifikasi dapat dilakukan
Kandungan gizi roti cukup lengkap untuk
secara fisik (Heat Moisture Treatment), kimia
melengkapi kebutuhan nutrisi orang yang
(cross linking, substitusi dan hidrolisis asam) dan
mengkonsumsinya, sehingga dari tahun ke
enzimatis (Pomeranz, 1985). Modifikasi secara
tahun konsumsi roti terus meningkat. Menurut
fisik Heat Moisture Treatment (HMT), umumnya
SNI 1995, roti adalah produk yang diperoleh dari
lebih banyak digunakan karena dianggap lebih
adonan tepung terigu yang diragikan dengan
aman dibandingkan dengan modifikasi secara
ragi roti dan dipanggang, dengan atau tanpa
kimia. Heat Moisture Treatment (HMT) adalah
penambahan bahan makanan lain dan bahan
proses pemanasan pati pada suhu tinggi di
tambahan makanan yang diizinkan (SNI, 1995).
atas suhu gelatinisasi dalam kondisi semi
Data Survei Sosial Ekonomi (Susenas) yang
kering, yaitu tingkat kadar air yang lebih rendah
diolah menunjukkan pada tahun 2005 konsumsi
dari kondisi yang disyaratkan untuk terjadinya
roti tawar sekitar 460 juta bungkus. Angka ini
proses gelatinisasi. Kadar air yang disyaratkan
meningkat sebesar 61 persen pada 2008 yaitu
untuk proses HMT adalah 18 - 30 persen dan
mencapai 742 juta bungkus (Mulyadi, 2011).
suhu yang digunakan 100°C (Lorenz dan Kulp,
Akan tetapi, ketersediaan tepung terigu sebagai
1982). Modifikasi pati dengan teknik HMT dapat
bahan baku pembuatan roti yang harus impor
merusak bentuk granula pati hingga terbentuk
merupakan kendala utama di Indonesia, karena
lubang di bagian permukaannya. Proses
tanaman terigu belum banyak dibudidayakan
pemanasan pati dan keberadaan air saat HMT
di Indonesia (Ginting, dkk., 2007). Data yang
berlangsung mengakibatkan area amorphous
berasal dari APTINDO (2014) menyebutkan
pati mengembang, kemudian menekan keluar
bahwa impor tepung terigu mencapai 680.125
area berkristal sehingga terjadi kerusakan dan
milyar ton/tahun. Tingginya impor ini telah
pelelehan area berkristal granula pati, serta
menimbulkan masalah terhadap ketergantungan
menghasilkan bentuk granula pati yang lebih
pemenuhan kebutuhan tepung terigu sebagai
stabil terhadap panas (Hoover dan Manuel,
bahan dasar pembuatan roti, oleh sebab itu
1996).
solusi lain yang ditawarkan adalah penggunaan
jenis tepung lain yang berasal dari bahan lokal Tepung beras dapat digunakan dalam
seperti tepung beras (Harry, 2013). pembuatan roti karena memiliki sifat yang
mirip dengan tepung terigu dalam hal rasa dan
Di Indonesia beras cukup tersedia dan
kemampuan menyerap air, tetapi kemampuan
mudah diperoleh. Salah satunya jenis beras dari
dalam menahan gas secara keseluruhan sangat
varietas padi unggul yaitu INPARI 17 dengan
rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu bahan
kadar amilosa tinggi + 26 persen. Sebagian
yang dapat membantu menahan gas, salah
besar orang tidak suka mengkonsumsi beras
satunya penambahan gum xanthan (Faustine,
dengan kadar amilosa yang tinggi karena
dkk., 2008). Gum xanthan ditambahkan dalam
tekstur yang dihasilkan sangat pera dan tidak
pembuatan roti karena mampu berinteraksi
enak untuk dikonsumsi. Namun demikian, beras
dengan komponen lain yang ada seperti pati
jenis INPARI 17 cukup potensial dimanfaatkan
dan protein. Gum xanthan bersifat mengikat
dalam bentuk tepung beras sebagai pengganti
air selama pembentukkan adonan sehingga
tepung terigu dalam pembuatan roti tawar.
saat pemanggangan air yang dibutuhkan untuk
Ada dua cara yang umum digunakan untuk gelatinisasi lebih cepat terjadi. Selain itu gum
membuat tepung yaitu cara basah dan cara xanthan dapat membentuk lapisan film tipis
kering. Pada dasarnya kedua cara ini sama, dengan pati sehingga dapat berfungsi seperti
hanya berbeda pada proses perendaman selama gluten dalam roti. Hasil interaksi tersebut mampu
24 jam untuk beras yang akan ditepungkan meningkatkan umur simpan, menghasilkan
dengan cara basah. Tepung yang dihasilkan struktur crumb yang baik dan mempertahankan
dapat juga dimodifikasi untuk menghasilkan kelembaban (Whistler dan BeMiller, 1993).

168 PANGAN, Vol. 24 No. 3 Desember 2015 : 167-182


Penggunaan gum xanthan pada produk bakery cawan petri, Texture Analyzer Brookfield dan
pada umumnya berkisar antara 0,1 - 0,5 persen. alat-alat gelas lainnya.
Akan tetapi penambahan gum xanthan sebanyak
2.2. Metode Penelitian
0,5 persen menghasilkan tekstur yang rapuh
dan mudah hancur saat dikunyah. Penggunaan 2.2.1. Pengilingan Beras (Dwiwangsa, 2014)
gum xanthan dengan konsentrasi 2 persen lebih Proses ini dilakukan untuk menentukan
disukai oleh panelis daripada penggunaan gum jenis tepung modifikasi terbaik sebagai bahan
xanthan dengan konsentrasi 2,5 persen karena baku utama dalam pembuatan roti tawar
pada tingkat konsentrasi gum xanthan sebesar non gluten dan dilakukan uji sifat fisiko kimia
2,5 persen tekstur roti tawar tanpa gluten terasa tepung dengan menggunakan Brabender Unit.
terlalu kenyal (Faustine, dkk., 2008). Tepung beras dari beras jenis INPARI 17 yang
Atas dasar permasalahan-permasalahan telah digiling melalui cara basah dan cara
tersebut yang meliputi tingginya produksi beras kering dimodifikasi dengan teknik HMT. Proses
pera di Indonesia yang kurang pemanfaatannya pembuatan tepung beras giling kering meliputi
untuk tepung terigu, tingginya impor gandum dan proses pencucian, penirisan, penggilingan
tepung terigu, serta konsumsi roti tawar yang dan pengayakan dengan screen berukuran
semakin meningkat, maka dilakukan penelitian 100 mesh. Sedangkan proses pembuatan
mengenai pemanfaatan beras INPARI 17 dalam tepung beras giling basah dilakukan melalui
bentuk tepung sebagai bahan baku pembuatan perendaman beras selama 24 jam. Proses
roti tawar non gluten dengan memanfaatkan modifikasi tepung beras giling kering dengan
teknik modifikasi pati secara HMT untuk teknik HMT meliputi penimbangan, penyesuaian
memperbaiki sifat alami pati menjadi lebih baik kadar air (35 persen) dengan rumus segi empat
dan penambahan gum xanthan sebagai bahan Pierson, penyemprotan dengan air pada tepung,
tambahan mirip gluten (gluten-like). Tujuan pengemasan, penyegelan, pendinginan selama
penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis 24 jam pada suhu 4oC, perlakuan panas selama
tepung beras dan konsentrasi gum xanthan 16 jam pada suhu 100oC, pengkondisian suhu
yang digunakan untuk menghasilkan tekstur ruang, pengecilan ukuran dan penyaringan
roti tawar non gluten yang diinginkan dengan hingga ukuran 100 mesh.
memanfaatkan sumber daya beras sebagai 2.2.2. Pembuatan Roti Tawar Non Gluten
bahan baku alternatif dalam pembuatan roti (Dwiwangsa, 2014)
tawar.
Proses pengolahan roti tawar diawali
II. METODOLOGI dengan penimbangan yang bertujuan untuk
Penelitian dilakukan pada bulan Januari menyesuaikan berat setiap bahan yang
sampai Juli 2014 di Laboratorium Penanganan dibutuhkan sesuai dengan formulasi yang
dan Pengembangan Pengolahan Hasil telah ditentukan. Pencampuran I, dilakukan
Pertanian Balai Besar Litbang Pascapanen dengan mencampurkan air hangat, gula
Pertanian Bogor. halus dan ragi dalam satu wadah hingga
tercampur rata, pencampuran cukup dilakukan
2.1. Bahan dan Alat Penelitian
menggunakan sendok, kemudian dibiarkan
Bahan-bahan yang digunakan pada hingga campuran tersebut berbuih akibat reaksi
penelitian meliputi tepung beras (INPARI 17), ragi kemudian sisihkan. Pengocokan, dilakukan
gum xanthan, garam, susu bubuk, putih telur, untuk mengocok putih telur hingga kaku dan
gula halus, margarin, ragi instan, air, baking tidak tumpah ketika dibalik. Pengocokan ini
soda, dan bahan-bahan kimia H2SO4 pekat, dilakukan pada wadah yang berbeda dengan
serbuk selenium, H3BO3 1N, indikator BCG-MM, menggunakan mixer kecepatan tinggi.
HCl 0,1N, NaOH 1N, Hexane dan plate count
Pencampuran II, dilakukan dengan
agar (PCA). Sedangkan alat-alat yang digunakan
mencampurkan bahan-bahan kering yaitu
adalah neraca digital Sartorius, mixer, fermentor
tepung beras, garam, susu bubuk, baking soda,
Heng Wei, oven Memmert, desikator, tanur
gum xanthan dan margarin. Pencampuran III,
Memmert, tangkrus, cawan porselen, Bunsen,
dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan

Pemanfaatan Beras (Oryza sativa L.) Inpari 17 Menjadi Tepung Sebagai Bahan Baku Roti Tawar Non Gluten 169
Utilization of Inpari 17 Rice (Oryza Sativa L.) Modified as Flour to be used as Gluten-Free Bread Raw Materials
Kendri Wahyuningsih, Natasa Puteri Dwiwangsa, Wisnu Cahyadi, Endang Yuli Purwani
kering dan adonan hasil pencampuran I ke pasta menggunakan Brabender Amylograph.
dalam putih telur yang telah dikocok. Atur mixer Sedangkan respon organoleptik terhadap roti
pada kecepatan tinggi, lakukan selama 5 menit. tawar meliputi warna, rasa dan tekstur yang
Pencetakan, dilakukan dengan memasukkan paling disukai. Metode yang digunakan adalah
adonan ke dalam loyang yang telah disediakan uji hedonik dengan menggunakan 15 orang
dengan bantuan spatula karet. Fermentasi, panelis terlatih dan kriteria penilaian skala 1
dilakukan dengan memasukkan adonan ke sampai 5, 1 : sangat tidak suka, 2 : tidak suka,
dalam fermentor selama 40 menit dengan 3 : agak suka, 4 : suka dan 5 : sangat suka.
suhu 40oC. Pengovenan, dilakukan dengan Respon mikrobiologi dilakukan dengan analisis
memasukkan loyang ke dalam oven untuk total bakteri (Total Plate Count/TPC) untuk
dipanggang selama + 35 - 40 menit dengan suhu produk terpilih berdasarkan hasil pengujian
150oC. Pengkondisian suhu ruang, dilakukan organoleptik baik warna, rasa dan tekstur.
untuk membuat roti tawar yang dihasilkan lebih
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
mudah dipotong sekaligus membuang uap
panas dari roti. 3.1. Karakteristik Tepung Beras
3.1.1. Analisis Amilograf
2.2.3. Analisis
Pembacaan amilograf dengan mengguna-
Rancangan percobaan yang digunakan
kan Amilograph Brabender dilakukan dengan
mengikuti metode Gaspersz dan Vincent (1995)
tujuan untuk mengetahui bagaimana sifat pati
yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
setiap jenis tepung yang digunakan sebagai
dengan pola 3x3, pengulangan 3 kali sehingga
bahan baku. Dengan melakukan analisis ini,
diperoleh 27 kombinasi. Faktor yang digunakan
dapat diketahui sifat pasta pati yang akan
adalah jenis tepung beras (J) dan konsentrasi
digunakan sebagai bahan baku. Sifat pasta
gum xanthan (H). Rancangan analisis data
yang diinginkan adalah sifat pasta yang memiliki
hasil percobaan menggunakan analisis variansi
nilai viskositas dingin tertinggi atau nilai setback
(ANAVA) dengan taraf kepercayaan 5 persen.
yang tinggi. Hasil perbandingan pembacaan
Jika F hitung > F tabel pada taraf 5 persen,
amilograf untuk jenis tepung yang digunakan
maka perlakuan jenis tepung beras dengan
sebagai bahan baku dapat dilihat pada Tabel 1.
konsentrasi gum xanthan serta interaksinya
berpengaruh terhadap karakteristik roti tawar. Kurva pada Gambar 1 memperlihatkan
Dengan demikian hipotesis diterima, kemudian perubahan profil pasta pati termodifikasi HMT
akan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk dibandingkan dengan profil pasta pati alami dan
mengetahui perbedaan sampel. Namun pasta pati termodifikasi HMT yang ditambahkan
jika F hitung < F tabel pada taraf 5 persen, dengan gum xanthan konsentrasi 1,2 dan 3
maka perlakuan jenis tepung beras dengan persen. Pati termodifikasi HMT cenderung
konsentrasi gum xanthan serta interaksinya mengalami penurunan viskositas puncak dan
tidak berpengaruh terhadap karakteristik roti breakdown, serta peningkatan viskositas pasta
tawar. Demikian hipotesis penelitian ditolak dingin dan setback. Sesuai dengan pernyataan
(Gaspersz and Vincent, 1995). Stute (1992) bahwa perlakuan HMT dapat
mengakibatkan profil pasta pati mengalami
Rancangan respon meliputi respon
penurunan viskositas puncak dan breakdown,
kimia, respon fisika dan respon organoleptik
serta peningkatan viskositas dingin.
(Soekarto, 1985) terhadap roti tawar serta
respon mikrobiologi terhadap sampel roti tawar Modifikasi pati dengan HMT mengakibatkan
terpilih. Respon kimia meliputi kadar air metode peningkatan suhu gelatinisasi dan penyempitan
Gravimetri (AOAC, 1995), kadar abu metode rentang suhu gelatinisasi (French, 1984). Kurva
pengabuan kering (AOAC, 1995), kadar protein amilograf menunjukkan pati termodifikasi HMT
metode Kjedahl (AOAC, 1995), kadar lemak lebih stabil selama pemanasan. Saat proses
metode Soxhlet (AOAC, 1995) dan kadar HMT berlangsung, sebagian kristal granula pati
karbohidrat metode by difference. Respon fisika meleleh dan setelah proses pendinginan kembali
meliputi uji kekerasan menggunakan Texture untuk pati menjadi lebih stabil dibandingkan
Analyzer, volume pengembangan dan sifat bentuk pati alami (French, 1984).

170 PANGAN, Vol. 24 No. 3 Desember 2015 : 167-182


Tabel 1. Hasil Pembacaan Amilograf Untuk Viskositas Gabungan

Awalnya tepung HMT memiliki puncak pemanasan hingga akhir pendinginan di dalam
viskositas tinggi yang diikuti penurunan viskositas Brabender Amilograf.
yang tajam selama pemanasan, dengan kata
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaku-
lain tepung HMT ini termasuk ke dalam pati
kan, dapat dilihat bahwa nilai setback yang
tipe A. Setelah penambahan gum xanthan,
paling tinggi (ditunjukkan dengan nilai yang
viskositas puncak tidak terjadi dan viskositas
paling rendah) yaitu tepung HMT 35 persen
tidak mengalami penurunan bahkan dapat
dengan penambahan gum xanthan 1 persen.
meningkat selama pemanasan atau disebut
Dengan demikian, secara kasar dapat diketahui
dengan pati tipe C. Sesuai dengan penyataan
bahwa produk yang berasal dari bahan baku
French (1984) bahwa penambahan gum
tepung HMT 35 persen dengan penambahan
xanthan terhadap tepung HMT dapat mengubah
gum xanthan 1 persen akan memiliki tekstur
profil pasta pati dari tipe A dan menjadi tipe C
yang semakin empuk, sehingga diduga dapat
yang hampir tidak memiliki puncak viskositas
lebih disukai oleh panelis dari segi organoleptik.
dan peningkatan viskositas terus terjadi selama

Gambar 1. Grafik Hasil Pembacaan Amilograf Gabungan

Pemanfaatan Beras (Oryza sativa L.) Inpari 17 Menjadi Tepung Sebagai Bahan Baku Roti Tawar Non Gluten 171
Utilization of Inpari 17 Rice (Oryza Sativa L.) Modified as Flour to be used as Gluten-Free Bread Raw Materials
Kendri Wahyuningsih, Natasa Puteri Dwiwangsa, Wisnu Cahyadi, Endang Yuli Purwani
3.1.2. Analisis Proksimat kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein
dan kadar karbohidrat pada pembuatan roti tawar
Analisis bahan baku dilakukan untuk
non gluten. Kadar air yang disyaratkan oleh SNI
mengetahui kadar air, abu, lemak, protein
adalah maksimal 40 persen. Berdasarkan pada
dan karbohidrat yang terdapat pada tepung
Tabel 3 (A), dapat diketahui bahwa interaksi
beras yang akan dijadikan bahan baku dalam
setiap jenis tepung dan konsentrasi gum xanthan
pembuatan roti tawar non gluten. Hasil analisis
berpengaruh terhadap kadar air produk. Interaksi
proksimat tepung beras disajikan pada Tabel 2.
tepung HMT dengan konsentrasi gum xanthan 3
Secara umum, hasil yang ditunjukkan persen berbeda nyata dengan interaksi tepung
Tabel 2 berbeda cukup signifikan dengan HMT dengan konsentrasi gum xanthan 1 persen
komposisi kimia yang dikeluarkan oleh dan 2 persen terhadap kadar air produk, begitu
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik juga dengan tepung giling kering, hal ini dapat
Indonesia yang menyatakan bahwa kandungan terjadi karena kemampuan gum xanthan yang
air pada tepung beras per 100 gram bahan dapat mengikat air. Menurut Stute (1992), gum
adalah 12 gram, abu 145,8 mg, lemak 0,3 xanthan merupakan hidrokoloid yang mampu
gram, protein 7 gram dan karbohidrat sebesar mengikat air, dengan semakin tinggi gum
80 gram. Perbedaan komposisi kimia ini dapat xanthan yang ditambahkan maka semakin
dipengaruhi oleh perbedaan varietas beras besar pula kadar air yang mampu diikat oleh
yang diuji. Pada umumnya tepung beras yang gum xanthan. Akan tetapi menurut Sika (2006),
diuji adalah tepung beras yang berasal dari penambahan gum xanthan yang lebih dari 2
varietas yang umum dikonsumsi masyarakat persen juga dapat menghambat pengikatan
untuk membuat makanan basah seperti tepung air bahan sehingga kemampuan mengikat
beras rose brand yang berasal dari campuran airnya menjadi berkurang. Pernyataan tersebut
beras impor Thailand dan beras lokal. relevan dengan hasil pengujian kadar air yang
3.2. Karakteristik Roti Tawar ditunjukkan pada Tabel 3 (A). Interaksi setiap
jenis tepung dengan konsentrasi gum xanthan
Proses pembuatan roti tawar non gluten lebih dari 2 persen memiliki kadar air yang paling
dengan tepung modifikasi HMT terpilih tepung rendah jika dibandingkan dengan penambahan
beras giling kering dan tepung beras giling basah gum xanthan 1 persen dan 2 persen.
sebagai bahan bakunya. Rancangan respon
yang dilakukan meliputi respon kimia (kadar Secara vertikal, konsentrasi gum xanthan
air, abu, lemak, protein, karbohidrat), respon juga berpengaruh terhadap kadar air produk
fisika (volume pengembangan, tekstur), respon yang dihasilkan. Konsentrasi gum xanthan
organoleptik (crumb, warna, rasa, tekstur) dan memberikan pengaruh yang berbeda untuk
respon mikrobiologi (total plate count untuk setiap jenis tepung. Hal ini dapat terjadi
produk terpilih). sebab setiap jenis tepung memiliki kadar air
yang berbeda. Pada pembuatan roti dengan
3.2.1. Analisis Kimia menggunakan tepung beras giling basah,
Tabel 3 merupakan data hasil perhitungan kandungan air produk juga akan tinggi sebagai
analisis variansi (ANAVA) untuk interaksi jenis akibat kadar air tepung beras giling basah yang
tepung dan konsentrasi gum xanthan terhadap juga tinggi. Jika dibandingkan, kadar air produk

Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Tepung Beras

172 PANGAN, Vol. 24 No. 3 Desember 2015 : 167-182


Tabel 3. Tabel Dua Arah untuk Interaksi Jenis Tepung dan Konsentrasi Gum Xanthan terhadap
Kadar Air, Kadar Abu, Kadar Lemak, Kadar Protein dan Kadar Karbohidrat Roti Tawar Non
Gluten

yang menggunakan tepung HMT sebagai dapat terangkat. Menurut Sudarmadji (1996),
bahan bakunya adalah paling rendah. Hal ini banyaknya lembaga dan endosperm pada
disebabkan tepung HMT mengalami dua kali serelia menandakan proses pengolahan kurang
proses pengeringan (French, 1984). baik karena masih banyak mengandung bahan
pengotor yang menyebabkan hasil analisis
Kadar abu yang disyaratkan oleh SNI
kadar abu menjadi tidak murni. Selain itu faktor
adalah maksimal 1,00. Berdasarkan Tabel 3 (B),
konsentrasi gum xanthan juga berpengaruh
interaksi antara jenis tepung dan konsentrasi
terhadap kadar abu roti tawar yang dihasilkan.
gum xanthan berpengaruh nyata terhadap
Pada Tabel 3 (B) menunjukkan bahwa semakin
kadar abu roti tawar yang dihasilkan. Pengaruh
tinggi konsentrasi gum xanthan, semakin tinggi
jenis tepung HMT dan tepung giling kering ini
pula kadar abu produk. Gum xanthan sendiri
diduga sebagai akibat cara penepungan tepung
merupakan polisakarida yang menggunakan
yang masih melibatkan banyak lembaga dan
molase sebagai sumber karbon dalam
endosperm, sehingga kadar abu menjadi
pembuatannya. Adanya karbon ini menjadi faktor
tinggi. Berbeda dengan tepung giling basah
kadar abu meningkat dengan semakin tingginya
yang cara penepungannya dilakukan dengan
konsentrasi gum xanthan yang ditambahkan.
merendam beras terlebih dahulu, sehingga
Menurut Suhardi dan Bonimin (2007), gum
lembaga dan endosperm yang melekat

Pemanfaatan Beras (Oryza sativa L.) Inpari 17 Menjadi Tepung Sebagai Bahan Baku Roti Tawar Non Gluten 173
Utilization of Inpari 17 Rice (Oryza Sativa L.) Modified as Flour to be used as Gluten-Free Bread Raw Materials
Kendri Wahyuningsih, Natasa Puteri Dwiwangsa, Wisnu Cahyadi, Endang Yuli Purwani
xanthan berpengaruh terhadap pemerangkapan lemak.
oksigen setelah proses fermentasi dan setelah
Tabel 3 (D), interaksi setiap jenis tepung
proses pemanggangan. Adanya oksigen dan terhadap konsentrasi gum xanthan yang
beberapa mineral kemungkinan teroksidasi beragam pada umumnya tidak berbeda nyata
menjadi mineral bervalensi lebih tinggi sehingga terhadap kadar protein produk, sebab komposisi
mempengaruhi kadar abu yang terdeteksi, bahan yang ditambahkan adalah sama,
namun tidak mempengaruhi nilai gizinya. yang membedakan hanya jenis dan jumlah
Pada Tabel 3 (C), disajikan Tabel 2 arah tepung serta konsentrasi gum xanthan yang
yang menyatakan bahwa interaksi jenis tepung ditambahkan. Selain itu kandungan protein pada
dengan setiap konsentrasi gum xanthan tidak semua jenis tepung tidak terlalu signifikan, oleh
berbeda nyata terhadap kadar lemak produk sebab itu kadar protein yang ditunjukkan hampir
yang dihasilkan. Hasil tersebut berbeda seluruhnya tidak berbeda nyata. Akan tetapi
berdasarkan Tabel 3 (D) dapat diketahui bahwa
dengan interaksi tepung giling basah dengan
kandungan protein naik pada penambahan gum
konsentrasi gum xanthan 2 persen dan 3
xanthan 2 persen kemudian menurun kembali
persen. Kadar air yang tinggi pada tepung beras
pada penambahan konsentrasi gum xanthan
giling basah menyebabkan kadar lemak yang
3 persen. Hal ini diduga akibat kemampuan
terdeteksi menjadi tinggi. Sedangkan pada
matriks tepung HMT untuk merangkap protein
jenis tepung HMT dan tepung giling kering, yang dibantu dengan penambahan gum
kadar airnya lebih rendah. Menurut Sika (2006), xanthan. Seperti telah disebutkan bahwa
kadar air yang rendah pada tepung dalam penambahan gum xanthan yang melebihi 2
pembuatan roti dapat berpengaruh terhadap persen akan membuat tekstur roti menjadi
kadar lemak yang terdeteksi. Hal ini disebabkan bantat. Oleh sebab itu, protein yang berinteraksi
oleh struktur tepung yang lemah sehingga dengan gum xanthan konsentrasi 3 persen
tidak mampu menahan lemak dan matriks kadarnya menjadi berkurang. Secara vertikal,
gel gum xanthan. Lemahnya struktur tepung interaksi konsentrasi gum xanthan terhadap
HMT dan tepung giling kering diakibatkan oleh jenis tepung juga umumnya tidak berbeda
kerenggangan amilopektin yang terdapat di nyata. Menurut Widyaningtyas dan Susanto
dalamnya serta kandungan kadar air yang (2013), gum xanthan sendiri bukan merupakan
sangat rendah pada tepung tersebut, sehingga sumber protein namun merupakan suatu
ketika terjadi gelatinisasi struktur tepung tidak polisakarida yang berfungsi sebagai binding
mampu menahan matriks gel gum xanthan yang agent, pengental dan pembentuk gel sehingga
terbentuk. Menurut Widyaningtyas dan Susanto tidak mempengaruhi kadar protein produk. Hal
(2013), kadar lemak yang tidak saling berbeda ini relevan dengan hasil yang ditunjukkan pada
nyata adalah akibat dari terperangkapnya lemak Tabel 3 (D). Tabel tersebut juga menunjukkan
dalam matriks gel yang terbentuk oleh gum bahwa konsentrasi gum xanthan yang semakin
xanthan selama proses pemanggangan. tinggi menyebabkan kadar protein produk
meningkat. Menurut Sika (2006), kemampuan
Secara vertikal, beragam konsentrasi gum mengikat protein yang dimiliki oleh gum xanthan
xanthan berpengaruh terhadap kadar lemak ini diduga dapat berbeda-beda sesuai dengan
produk. Konsentrasi gum xanthan 1 persen banyaknya gum xanthan yang ditambahkan ke
berpengaruh terhadap kadar lemak produk dalam adonan. Walaupun kadar protein yang
yang dihasilkan dari jenis tepung yang berbeda. ada pada setiap jenis tepung tidak signifikan,
Semakin rendah konsentrasi gum xanthan yang namun banyaknya jumlah gum xanthan yang
ditambahkan maka semakin sedikit lemak yang ditambahkan akan mempengaruhi kadar protein
dapat terperangkap dalam matriks gel gum produk yang dihasilkan.
xanthan yang terbentuk. Seperti yang diutarakan Tabel 3 (E), untuk interaksi jenis tepung
Faustine, dkk., (2008), bahwa banyaknya gum terhadap konsentrasi gum xanthan tidak
xanthan yang digunakan dalam pembuatan roti berbeda nyata. Interaksi yang berbeda nyata
berpengaruh terhadap kadar lemak, walaupun ditunjukkan oleh tepung beras giling basah
gum xanthan sendiri bukan merupakan sumber dengan konsentrasi gum xanthan 3 persen,

174 PANGAN, Vol. 24 No. 3 Desember 2015 : 167-182


sebab kandungan air yang tinggi pada tepung roti tersebut memiliki tekstur yang paling empuk
beras giling basah akan mempengaruhi kadar jika dibandingkan dengan roti lain berdasarkan
karbohidrat produk yang dihasilkan menjadi pengukuran dengan alat Texture Analyzer.
lebih rendah. Menurut Merdianti (2008), kadar Menurut Widyaningtyas dan Susanto (2013),
air bahan berbanding terbalik dengan kadar banyaknya gum xanthan yang ditambahkan
karbohidratnya. Semakin tinggi kandungan mempengaruhi pemerangkapan gas dan
kada air tepng beras akan berakibat semakin pori-pori crumb yang terbentuk sehingga ikut
rendah kadar karbohidrat pada produk. Akan mempengaruhi tekstur roti tawar non gluten
tetapi kadar karbohidrat yang ditunjukkan oleh yang dihasilkan. Konsentrasi gum xanthan yang
tepung giling basah dengan konsentrasi gum tinggi akan berkolerasi dengan banyaknya gas
xanthan 3 persen ternyata cukup tinggi. Hal ini yang dapat ditangkap oleh gum xanthan selama
diduga akibat konsentrasi gum xanthan yang proses fermentasi. Semakin banyak gum
ditambahkan. Menurut Widyaningtyas dan xanthan yang ditambahkan, semakin banyak
Susanto (2013), gum xanthan yang ditambahkan gas yang dapat ditangkap, maka semakin
merupakan heteropolisakarida dari β-D-Glukosa empuk pula tekstur roti yang dihasilkan.
melalui ikatan glikosidik β 1 - 4 yang juga
Selain itu, setiap jenis tepung memiliki nilai
merupakan golongan karbohidrat. Oleh sebab
viskositas dingin yang berbeda-beda. Viskositas
itu, dengan semakin meningkat gum xanthan
dingin atau nilai setback akan berhubungan
yang ditambahkan, maka semakin meningkat
dengan tingkat kekerasan produk. Tepung HMT
pula kadar karbohidrat yang ada pada produk
dengan penambahan gum xanthan 3 persen
yang dihasilkan.
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
3.2.2. Analisis Fisik memiliki nilai setback 360 BU, yang artinya
memiliki kestabilan terhadap panas dan ketika
Sifat fisik yang dilakukan pada roti tawar
didinginkan tidak kaku dan elatis. Lopez,
non gluten adalah analisis terhadap tekstur dan
dkk. (2004) menuturkan roti non gluten yang
volume pengembangannya. Analisis terhadap
terbuat dari tepung HMT dengan gum xhantan
tekstur dengan menggunakan alat Texture
teksturnya akan terasa lebih baik karena sifat
Analyzer. Tekstur merupakan sensasi tekanan
viskoelastik yang dimiliki tepung HMT. Berbeda
yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu
dengan penggunaan jenis tepung lainnya,
digigit, dikunyah, dan ditelan) ataupun perabaan
penggunaan gum xanthan yang semakin
dengan jari. Kekerasan pada produk roti tawar
tinggi justru akan membuat produk semakin
tanpa gluten ini dapat didefinisikan sebagai
keras. Gustaw, dkk., (2003) melaporkan bahwa
besarnya tekanan yang dapat membuat roti
penggunaan gum xanthan yang berlebihan akan
sobek menjadi dua bagian. Kekerasan pada
menghambat terjadinya interaksi antara protein
produk roti mempengaruhi tekstur roti tawar
dengan gum xanthan, dan cenderung terjadi
saat dimakan (Faustine, dkk., 2008). Volume roti
interaksi parsial. Kondisi tersebut menyebabkan
tawar juga merupakan parameter yang penting
pada proses pemanasan ikatan ini mudah
untuk mengetahui kemampuan pengembangan
dipatahkan oleh CO2, sehingga kemampuan
roti. Volume roti tawar tanpa gluten yang
membentuk struktur rongga stabilitasnya rendah.
dihasilkan diukur dan dinyatakan dalam cm3/
Rendahnya stabilitas rongga ini membuat roti
gram karena berat total adonan berbeda-beda
yang dihasilkan tidak mampu menahan gas dan
untuk tiap perlakuan setelah penambahan gum
akhirnya menjadi bantat.
xanthan dengan konsentrasi yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan adanya
Tabel 4 (A) menunjukkan bahwa interaksi
pengaruh nyata penggunaan konsentrasi gum
jenis tepung terhadap setiap konsentrasi
xanthan terhadap volume spesifik roti tawar.
gum xanthan tidak berbeda nyata terhadap
Interaksi antara konsentrasi gum xanthan dan
tekstur yang dihasilkan karena menunjukkan
jenis tepung menunjukkan hasil yang berbeda-
taraf yang sama. Akan tetapi interaksi yang
beda. Menurut Faustine, dkk., (2008), semakin
berbeda ditunjukkan oleh tepung HMT dengan
besar konsentrasi gum xanthan yang digunakan
konsentrasi gum xanthan 3 persen, yang
akan menyebabkan semakin besar volume
menunjukkan nilai pembacaan terendah. Artinya
spesifiknya. Akan tetapi perlu diketahui bahwa

Pemanfaatan Beras (Oryza sativa L.) Inpari 17 Menjadi Tepung Sebagai Bahan Baku Roti Tawar Non Gluten 175
Utilization of Inpari 17 Rice (Oryza Sativa L.) Modified as Flour to be used as Gluten-Free Bread Raw Materials
Kendri Wahyuningsih, Natasa Puteri Dwiwangsa, Wisnu Cahyadi, Endang Yuli Purwani
penggunaan gum xanthan melebihi 2,5 persen meningkat. Semakin tinggi kemampuan
justru akan membuat roti tawar menjadi bantat. mempertahankan gas, maka adonan roti dapat
Hal ini nampaknya terjadi pada interaksi tepung semakin mengembang (Faustine, dkk., 2008).
HMT dan gum xanthan, dimana pada konsentrasi
3.2.3. Analisis Organoleptik
3 persen volume spesifiknya menjadi semakin
kecil. Analisis organoleptik dilakukan terhadap
sifat crumb, warna, rasa dan tekstur. Sifat crumb
Tetapi hal tersebut tidak terjadi pada tepung
adalah istilah yang digunakan oleh pembuat
giling kering yang justru volumenya semakin
roti untuk menerangkan bagian dalam dari roti,
meningkat seiring dengan meningkatnya
dengan melihat struktur sel yang membentuk
konsentrasi gum xanthan. Menurut Faustine,
remah, bentuk, ukuran dan warna dari sel
dkk., (2008), gum xanthan mampu berinteraksi
yang meyusunnya (Artisan, 2014). Data yang
dengan pati membentuk suatu lapisan film
disajikan pada Tabel 5 (A), menunjukkan bahwa
yang berfungsi sebagai pengganti gluten dalam
sampel yang paling disukai berdasarkan sifat
pemerangkapan gas hasil fermentasi. Kekuatan
crumb-nya adalah sampel yang menunjukkan
lapisan film ini mempengaruhi kemampuan
jumlah angka yang paling tinggi yaitu sampel
adonan dalam mempertahankan gas yang
J3H2 dengan total angka 166.
terbentuk selama fermentasi. Semakin tinggi
konsentrasi gum xanthan yang digunakan, Gum xanthan mempengaruhi
kemampuan mempertahankan gas yang pemerangkapan gas dan pori-pori crumb
terbentuk selama fermentasi pun semakin yang terbentuk sehingga ikut mempengaruhi

Tabel 4. Tabel Dua Arah untuk Interaksi Jenis Tepung dan Konsentrasi Gum Xanthan terhadap
Tekstur dan Volume Pengembangan Roti Tawar Non Gluten

Keterangan : Huruf kecil dibaca arah horizontal dan huruf kapital dibaca arah vertikal, huruf yang berbeda
menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf 5 persen uji Duncan

176 PANGAN, Vol. 24 No. 3 Desember 2015 : 167-182


Tabel 5. Hasil Uji Organoleptik terhadap Sifat Crumb, Warna, Rasa dan Tekstur Roti Tawar Non
Gluten

kekerasan produk roti tawar non gluten yang mata. Timbulnya warna dibatasi oleh faktor
dihasilkan. Gum xanthan mampu berinteraksi terdapatnya sumber sinar. Pengaruh tersebut
dengan pati membentuk suatu lapisan film terlihat apabila suatu bahan dilihat di tempat
yang dapat menggantikan fungsi gluten dalam yang suram dan di tempat yang gelap akan
pemerangkapan gas selama proses fermentasi. memberikan perbedaan yang menyolok (Kartika
Semakin tinggi konsentrasi gum xanthan yang dkk., 1987). Data yang disajikan pada Tabel 5
ditambahkan, maka lapisan film yang terbentuk (B) diatas menunjukkan bahwa warna roti tawar
semakin kokoh dan pemerangkapan gas selama yang paling disukai berdasarkan pengujian
fermentasi semakin maksimal. Pemerangkapan organoleptik adalah sampel J1H1 dengan total
gas yang maksimal berpengaruh pada pori-pori angka 181. Perbedaan respon terhadap warna
crumb dan pembatas antar pori-pori crumb yang ini bisa disebabkan adanya selera panelis pada
akhirnya berpengaruh pada kekerasan roti. saat pengujian organoleptik yang berbeda-
Gum xanthan yang ditambahkan pada adonan beda. Secara keseluruhan, warna yang
roti tawar dapat menciptakan interaksi adhesif dihasilkan sebenarnya tidak berbeda nyata,
di antara granula-granula yang tergelatinisasi. sebab produk dipanggang dengan waktu dan
Pembentukkan film oleh gum xanthan serta suhu yang sama. Warna yang lebih pucat akan
interaksi adhesif di antara granula-granula dapat menimbulkan kesan produk belum matang,
memperkuat matriks amilosa dan amilopektin sedangkan warna terlalu coklat menimbulkan
sehingga meningkatkan kekakuan granula. kesan gosong. Warna yang menarik akan
Peningkatan kekakuan granula ini menyebabkan memberikan asumsi makanan tersebut memiliki
pori-pori crumb yang terbentuk menjadi keras rasa yang enak dibandingkan dengan suatu
sehingga roti yang dihasilkan ikut keras. produk yang memiliki warna yang tidak menarik
Semakin tinggi konsentrasi gum xanthan yang meskipun komposisinya sama. Makanan yang
ditambahkan menyebabkan pembentukkan kurang menarik sering diasumsikan memiliki
film dengan amilosa terlarut semakin tinggi rasa yang tidak enak (Isnaini, dkk., 2010).
yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan
Rasa merupakan faktor yang cukup
kekakuan granula (Faustine dkk., 2008).
penting dari suatu produk makanan selain
Warna merupakan suatu sifat bahan yang penampakan dan warna. Umumnya bahan
dianggap berasal dari penyebaran spektrum pangan tidak hanya terdiri dari salah satu rasa
sinar. Warna bukan merupakan suatu zat atau saja, akan tetapi merupakan gabungan dari
benda melainkan suatu sensasi seseorang berbagai macam rasa yang terpadu sehingga
oleh karena adanya rangsangan dari seberkas akan menimbulkan cita rasa makanan yang
energi radiasi yang jatuh ke indera atau retina utuh dan padu (Kartika, dkk., 1987). Data

Pemanfaatan Beras (Oryza sativa L.) Inpari 17 Menjadi Tepung Sebagai Bahan Baku Roti Tawar Non Gluten 177
Utilization of Inpari 17 Rice (Oryza Sativa L.) Modified as Flour to be used as Gluten-Free Bread Raw Materials
Kendri Wahyuningsih, Natasa Puteri Dwiwangsa, Wisnu Cahyadi, Endang Yuli Purwani
pada Tabel 5 (C) menunjukkan bahwa sampel penggunaan gum xanthan sebesar 1 persen
yang paling disukai berdasarkan pengujian berbeda dengan konsentrasi gum xanthan
terhadap rasa adalah sampel J1H1 dengan total sebesar 2 persen dan 3 persen. Penambahan
angka 166. Rasa dasar pada bahan pangan konsentrasi gum xanthan yang berbeda ini
terdapat empat macam yaitu manis, asam, mengakibatkan pula perbedaan tekstur roti yang
asin, dan pahit. Konsep tersebut sebenarnya dihasilkan. Pada konsentrasi gum xanthan 1
hanya penyederhanaan rangsangan yang persen tekstur roti yang dihasilkan agak rapuh.
diterima oleh otak, karena rangsangan elektris Pada konsentrasi 2 persen, tekstur roti yang
yang diteruskan dari sel perasa sebenarnya dihasilkan sangat kompak. Sedangkan pada
sangatlah kompleks. Rasa dari produk makanan penambahan gum xanthan sebanyak 3 persen,
pada umumnya tidak hanya terdiri dari satu rasa tekstur roti yang dihasilkan terasa terlalu kenyal.
saja akan tetapi merupakan gabungan berbagai Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan
macam yang terpadu sehingga menimbulkan konsentrasi gum xanthan yang ditambahkan
cita rasa makanan yang utuh (Kartika, dkk., berpengaruh nyata terhadap tekstur terutama
1987). Rasa yang ditimbulkan oleh roti yang kekerasan roti tawar yang dihasilkan. Gum
dibuat dari tepung giling kering memang terasa xanthan mempengaruhi pemerangkapan gas
sangat kering. Hal ini disebabkan kandungan dan pori-pori crumb yang terbentuk sehingga ikut
airnya yang sangat kecil sehingga mouthfeel mempengaruhi kekerasan roti yang dihasilkan.
serta flavor yang ditimbulkan pun menjadi Semakin tinggi konsentrasi gum xanthan yang
kurang disukai oleh panelis. Penggunaan gum ditambahkan, maka semakin meningkat pula
xanthan diduga dapat meningkatkan rasa kekakuan granula pati yang akan menyebabkan
maupun aroma roti. Hal ini diduga bahwa gum tekstur roti semakin keras dan tidak disukai
xanthan merupakan biopolimer yang hidrofilik panelis (Faustine, dkk., 2008).
yang dapat larut sehingga akan membantu
3.3. Penentuan Sampel Terpilih
penyebaran air yang lebih merata dalam
adonan. Disamping itu gum xanthan merupakan Hasil analisis uji organoleptik roti tawar non
serat terlarut sehingga membuat rasa nyaman gluten yang meliputi sifat crumb, warna, rasa dan
dimulut saat roti dikonsumsi. Penggunaan gum tekstur yang paling disukai serta berdasarkan
xanthan dalam pembuatan roti dari tepung non hasil analisis kimia yang meliputi kadar air,
gandum akan menghasilkan tekstur yang remah kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan
dan halus sehingga dapat meningkatkan nilai kadar karbohidrat pada penelitian utama, maka
rasa (Sukamto, 2013). diperoleh perlakuan terbaik yang mengacu pada
karakteristik yang diinginkan pada produk roti
Tekstur merupakan sensasi tekanan
tawar non gluten. Berdasarkan hasil pengujian
yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu
organoleptik yang ditunjukkan pada Tabel 5,
digigit, dikunyah, dan ditelan) ataupun perabaan
untuk atribut sifat crumb, warna, rasa dan
dengan jari. Pada saat dilakukan pengujian
tekstur roti tawar non gluten yang diuji dengan
inderawi, sifat-sifat seperti keras atau lemahnya
menggunakan metode uji ranking, nilai yang
bahan pada saat digigit, hubungan antar serat-
tinggi untuk sifat organoleptik adalah perlakuan
serat yang ada, dan sensasi lain misalnya
J3H2, J3H3 dan J1H1. Ketiga perlakuan tersebut
rasa berminyak, rasa berair, rasa mengandung
unggul pada hasil pengujian organoleptik untuk
cairan. Pengamatan tekstur dapat juga dilakukan
urutan ke-1 sampai urutan ke-3.
dengan jari yang akan menimbulkan kesan
apakah suatu bahan kenyal atau agak lembek. Berdasarkan hasil analisis kimia, parameter
Ciri yang paling penting yang sering digunakan yang dapat dijadikan dasar untuk penentuan
sebagai acuan untuk penilaian tekstur suatu sampel terpilih adalah kadar air dan kadar abu
makanan adalah kekerasan (Kartika, dkk., yang penilaiannya disesuaikan dengan standar
1987). Data yang ditunjukkan pada Tabel 5 (D) mutu yang telah ada yaitu SNI. Hasil uji skoring
menyatakan bahwa tekstur roti tawar yang paling untuk kadar air dan kadar abu roti tawar non
disukai berdasarkan pengujian organoleptik gluten ditunjukkan pada Tabel 6.
adalah sampel J3H3 dengan total angka 179. Berdasarkan hasil analisis kimia yang
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, mengacu pada SNI yaitu bahwa kadar air

178 PANGAN, Vol. 24 No. 3 Desember 2015 : 167-182


Tabel 6. Nilai Rata-rata dan Hasil Skoring Analisis Kimia Roti Tawar Non Gluten

maksimal roti tawar adalah 40 persen dan kadar HMT 35 persen. Perlakuan J1H1 dengan
abu maksimal adalah 3 persen, maka kadar konsentrasi gum xanthan 1persen dengan
air dan kadar abu yang memiliki nilai rata-rata tepung beras giling basah modifikasi HMT
terendah memiliki skor yang lebih tinggi. Hampir memiliki kadar air 36,38 persen, kadar abu 1,81
seluruh perlakuan yang dilakukan memiliki persen, kadar lemak 10,58 persen, kadar protein
hasil yang mendekati, akan tetapi nilai rata-rata 10,65 persen dan kadar karbohidrat 40,58
tertinggi dan menunjukkan hasil pengujian kimia persen. Roti tawar non gluten yang merupakan
yang terbaik adalah perlakuan J1H1. produk terpilih ditampilkan pada gambar 2.
Berdasarkaan hasil analisis fisik pada 3.4. Analisis Mikrobiologi Sampel Terpilih
setiap perlakuan, setiap perlakuan menunjukkan
Analisis mikrobiologi dilakukan untuk
hasil yang bervariasi. Berdasarkan hasil
mengetahui apakah sampel terpilih memiliki
pengujian fisik terhadap volume pengembangan
nilai angka lempeng total yang termasuk dalam
dan tekstur yang tertinggi ditunjukkan oleh
standar atau bahkan melebihi standar yang
perlakuan J1H1, J2H3, J3H1 dan J3H3 sesuai pada
mengacu pada Standar Nasional Indonesia
Tabel 7.
yaitu maksimal 106 koloni/gram. Berdasarkan
Berdasarkan hasil akumulatif dari analisis hasil pengujian yang dilakukan terhadap
kimia, analisis fisik dan uji organoleptik, maka sampel terpilih yaitu J3H2, sampel termasuk
dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik ke dalam standar yang ditetapkan dalam SNI,
adalah perlakuan J1H1. Sampel J1H1 adalah yaitu 1,25 x 103 koloni/gram. Menurut Fardiaz
perlakuan konsentrasi gum xanthan 1 persen (1992), rendahnya angka lempeng total pada
dengan tepung beras giling basah modifikasi suatu makanan merupakan indikasi bahwa

Tabel 7. Nilai Uji Skoring Sifat Fisik Roti Tawar Non Gluten

Pemanfaatan Beras (Oryza sativa L.) Inpari 17 Menjadi Tepung Sebagai Bahan Baku Roti Tawar Non Gluten 179
Utilization of Inpari 17 Rice (Oryza Sativa L.) Modified as Flour to be used as Gluten-Free Bread Raw Materials
Kendri Wahyuningsih, Natasa Puteri Dwiwangsa, Wisnu Cahyadi, Endang Yuli Purwani
Keempat, hasil pengujian mikrobiologi untuk
produk terpilih metode TPC adalah 1,25x103
koloni/gram yang artinya bahwa produk tersebut
layak karena jumlahnya berada dalam kisaran
angka yang diperbolehkan.

DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of
Assosiation of Official Analytical Chemist. AOAC
Int. Washington DC.
APTINDO (Asosiasi Produsen Tepung Terigu
Indonesia). 2014. Overview : Industri Tepung
Gambar 2. Produk Roti Tawar Non Gluten Terpilih Terigu Nasional Indonesia. Jakarta.
Artisan. 2014. Crumb. www. Artisanbakers.com/
pengolahan bahan yang dilakukan sudah crumb.html. Diakses tanggal 20 Juli 2014.
cukup baik. Hal ini sejalan dengan apa yang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat,
telah dilakukan dalam pengolahan roti tawar. 2013. Deskripsi Varietas Padi INPARI 17. Dinas
Setiap pengolahan dilakukan menggunakan Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
alat, sehingga kontaminasi yang berasal dari Barat. Jawa Barat.
tangan dapat diminimalisir. Selain itu proses Dwiwangsa, N.P. 2014. Pemanfaatan Tepung Beras
pemanasan, dalam hal ini pemanggangan (Oryza sativa L.) dan Gum Xanthan sebagai
roti akan membantu mengurangi jumlah Bahan Baku Roti Tawar Non Gluten. Skripsi.
mikroorganisme yang ada. Menurut Subchi Jurusan Teknologi Pangan. Fakultas Teknik
(2011), pemanasan yang dilakukan pada suhu Universitas Pasundan. Bandung.
190,6oC selama 25 menit dapat membunuh Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Penerbit
bakteri Stapylococcus aureus. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
Faustine, Ch., Trisnawati Y., dan Kuswardhani
IV. KESIMPULAN I., 2008. Kajian Penggunaan Xanthan Gum
Pertama, tepung beras yang dimodifikasi pada Roti Tawar Non Gluten yang Terbuat dari
Maizena, Tepung Beras dan Tapioka. Jurnal
secara HMT dengan kadar air 35 persen terpilih
Teknologi Pangan dan Gizi. Vol. 7. No.1. April
sebagai bahan baku roti tawar karena memiliki 2008.
nilai setback atau viskositas dingin yang tinggi.
French, D. 1984. Organization of Starch Granules. Di
Kedua, konsentrasi gum xanthan, jenis tepung dalam : Whistler, R.L. et. al. Starch: Chemistry
beras dan interaksi antara jenis tepung dan and Technology. Academia Press, Inc. Florida.
konsentrasi gum xanthan berpengaruh terhadap Gaspersz, Vincent. 1995. Teknik Analisis dalam
sifat kimia (kadar air, kadar abu, kadar lemak, Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung.
kadar protein dan kadar karbohidrat), volume Ginting, E dan Suprapto. 2007. Pemanfaatan Pati
pengembangan dan rasa roti tawar non gluten Ubi Jalar Sebagai Substitusi Terigu pada
Pembuatan Roti Manis. Jurnal Teknologi dan
yang dihasilkan. Sedangkan sifat crumb, warna
Industri Pangan. 12(3):52-55.
dan tekstur hanya dipengaruhi oleh konsentrasi
Gustaw W., Targoński Z., Glibowski P., Mleko S.,
gum xanthan.
Pikus S., 2003. The Influence of Xanthan Gum
Ketiga, berdasarkan penilaian organoleptik, on Rheology and Microstructure of Heat-induced
fisik dan kimia, produk terbaik adalah produk Whey Protein Gels. Electronic Journal of Polish
dengan perlakuan gum xanthan 1persen dengan Agricultural Universities. Series Food Science
and Technology. 6 (2).
tepung beras giling basah termodifikasi (HMT)
35 persen dengan hasil kadar air, abu, lemak, Harry, Wied, 2013. Dampak Tepung Terigu untuk
Tubuh Kita. https://id-id.Facebook.com/Halal
protein, karbohidrat secara berurutan adalah
Healthy Yummy By Indri/. [Diakses 10 Juni
36,38 persen; 1,81 persen; 10,58 persen; 10,65 2014].
persen; 40,58 persen, volume pengembangan
Hoover R. dan Manuel H., 1996. Effect of Heat-
3,94 cm3/gram dan memberikan skor terbaik Moisture Treatment on The Structure and
pada uji kesukaan Physicochemical Properties of Legume

180 PANGAN, Vol. 24 No. 3 Desember 2015 : 167-182


Starches. Food Res Int. 29: 731-750. Organoleptik Roti yang dibuat dari Bahan Baku
Isnaini, Lailatul dan Khamidah, Aniwatul. 2010. tepung Jagung Dimodifikasi Oleh Gum Xanthan.
Kajian Lama Blanching dan Konsentrasi CaCl2 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Universitas
Terhadap Sifat Fisik Pembuatan French Fries Widyagama. Malang.
Ubi Jalar (Ipomoea batatas L). Balai Pengkajian Whistler, R.L. dan BeMiller, J.N., 1993. Industrial
Teknologi Pertanian. Jawa Timur. Jurnal Gum : Polysaccharide and Their Derivatives.
Penelitian. Hal. 2. New York : Academic Press.
Kartika,B.P. Hastuti, W. Supartono. , 1987. Pedoman Widyaningtyas, M. dan Susanto, W.H., 2013.
Uji Inderawi Bahan Pangan. Penerbit UGM. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Hidrokoloid
Yogyakarta. (CMC, Xanthan Gum dan Karagenen) terhadap
Lopez, A.C.B., Pereira, A.J.G., and Junqueria, R.G. Karakteristik Mie Kering Berbasis Pasta Ubi
2004. Flour Mixture of Rice Flour, Corn and Jalar varietas Ase Kuning. Jurnal Pangan dan
Cassava Starch in The Production of Gluten- Agroindustri. Vol. 3. No. 2. April 2015:417-423.
Free White Bread. Brazillian archieve of Biology
and Technology. Vol 47(1):66-70. BIODATA PENULIS :
Lorenz, K. dan Kulp, K. , 1982. Cereal and Root
Starch Modification By Heat Moisture Treatment. Kendri Wahyuningsih, dilahirkan di Sleman, 16
I. Physico-chemical Properties. Starch/Starke 34 Juni 1982. Menyelesaikan pendidikan S1 jurusan
: 50 – 54. Kimia di Universitas Gadjah Mada.
Merdianti, A. 2008. Skripsi Paket Teknologi Natasa Puteri Dwiwangsa, dilahirkan di Cianjur,
Pembuatan Mi Kering dengan Pemanfaatan 2 Desember 1991. Menyelesaikan pendidikan
Bahan Baku Tepung Jagung. IPB. Bogor. S1 Jurusan Teknologi Pangan di Fakultas Teknik
Mulyadi, Joko. 2011. Tren Konsumsi Roti Sebagai Universitas Pasundan Bandung.
Makanan Pokok Masyarakat Indonesia. http:// Wisnu Cahyadi, dilahirkan di Bandung, 3 Oktober
bataviase.co.id. [Diakses 10 Juni 2014]. 1967. Menyelesaikan pendidikan S3 Farmasi di
Pomeranz, Y., 1985. Functional Properties of Food Institut Teknologi Bandung.
Components. Academic Press, Inc. Endang Yuli Purwani, dilahirkan di Nganjuk, 18
Sika, E.Y., 2006. Pengaruh Penambahan Gum Juli 1964. Menyelesaikan pendidikan S3 jurusan
Xanthan terhadap Sifat Fisiko Kimia dan Ilmu Pangan di Institut Pertanian Bogor.
Organoleptik Gluten-Free Doughauts dari
Tepung Tapioka. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Katolik Widya Mandala. Surabaya.
SNI. 1995. Standar Nasional Indonesia untuk Roti
(SNI 01-3840-1995). Dewan standarisasi
Nasional. Jakarta.
Soekarto. 1985. Penelitian Organoleptik untuk
Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhatara
Karya Aksara. Jakarta.
Stute, R. 1992. Hydrothermal Modification of
Starches : The Difference between Annealing
and Heat Moisture Treatment. Food Chemistry
65:339-346.
Subchi, M. 2011. Aspek Mikrobiologis pada Produk
Bakery#2. http://muhammad subchi.wordpress.
com/2011/08/24/aspek-mikrobiologis-pada-
produk-bakery-2/. [Diakses 16 September 2014].
Sudarmadji. 1996. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Suhardi dan Bonimin. 2007. Pengaruh Penambahan
Tapioka terhadap Mutu Brondong Jagung
Dengan Menggunakan Ekstruder. Jurnal
Penelitian. Vol. III . Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Timur. 409.
Sukamto. 2013. Perbaikan Tekstur dan Sifat

Pemanfaatan Beras (Oryza sativa L.) Inpari 17 Menjadi Tepung Sebagai Bahan Baku Roti Tawar Non Gluten 181
Utilization of Inpari 17 Rice (Oryza Sativa L.) Modified as Flour to be used as Gluten-Free Bread Raw Materials
Kendri Wahyuningsih, Natasa Puteri Dwiwangsa, Wisnu Cahyadi, Endang Yuli Purwani

Anda mungkin juga menyukai