Anda di halaman 1dari 21

Tugas Makalah Individu

Pengaruh Daya Ingat Terhadap Pembelajaran


Matematika

MASNUR
14B07105
KELAS H

PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2014

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Data Siswa

Biodata siswa yang diobservasi pada saat pembelajaran matematika.

Nama Sekolah : SMP Islam Darussalam Limbung


Nama Siswa : Syaifuddin Latif
TTL : Flores, 20 April 1999
Kelas : IX
Agama : Islam
Alamat : PONPES Darussalam
Orang tua
Ayah : Latif Abdullah
Ibu : St. Hawaduli
Alamat Orang tua : Flores, NTT
Status di Keluarga : Bungsu dari 5 Bersaudara
Siswa Pindahan : SMP Bone

Beberapa kutipan wawancara dengan siswa setelah proses pembelajaran


matematika sebagai berikut.
Observer : “Pindahan dari sekolah mana?”
Syaifuddin : “SMP Bone”
Observer : “Sudah berapa lama di Makassar?”
Syaifuddin : “Sekitar 7 bulan”
Observer : “Pindah ke Makassar sama orang tua?”
Syaifuddin : “Tidak, orang tua tinggal di Flores, di sini tinggal di pondok”
Observer : “Ok syaifuddin, sebutkan satu kata setelah saya mengucapkan
kata matematika”, “Matematika”
Syaifuddin : “Membingungkan”
Observer : “Kenapa matematika membingungkan?”

2
Syaifuddin : “Saya pusing klo liat rumus-rumus dan soal-soal matematika kak,
saya sering bingung dan lupa”
Observer : “Kenapa bisa lupa?”
Syaifuddin : “He…he…rumusnya terlalu banyak, jadi susah dan bingung
apalagi klo soalnya sudah berbeda dengan contohnya”
Observer : “Tapi, suka belajar matematika?”
Syaifuddin : “Suka kak, apalagi ibu gurunya baik”
Observer : “Boleh saya liat buku catatannya?”
Syaifuddin : “Tulisan saya jelek”
Observer : “Klo kamu masuk SMA mau ambil jurusan apa?”
Syaifuddin : “Jurusan IPA kak”
Observer : “Ok …terima kasih Syaifuddin, belajar yang rajin klo mau masuk
jurusan IPA terutama matematika”
Syaifuddin : “Iya”

3
B. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari masalah lupa bukan menjadi hal aneh,

karena semua manusia pasti mengalami hal tersebut. Tidak terkecuali, dalam

proses pembelajaran matematika sering kita jumpai siswa atau juga guru

mengalami ‘tidak dapat mengingat’ atau ‘lupa’. Lupa (forgetting) mengakibatkan

hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang

sebelumnya telah kita pelajari atau ketidakmampuan mengenal atau mengingat

sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah

peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita. Proses

penggalian memori atau ingatan akan ilmu yang telah diperoleh sangat

berpengaruh pada proses pembelajaran. Di dalam penggalian atau mengingat

kembali hasil belajar ini dapat terjadi kesulitan atau masalah. Hasil belajar atau

ilmu yang tersimpan dalam ingatan tidak dapat ditemukan, maka ilmu tersebut

tidak dapat digunakan sebagaimana yang diharapkan.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki rumus-

rumus serta materi pelajaran yang membutuhkan pemahaman konsep. Rumus-

rumus dalam matematika apabila telah dipelajari tidak langsung terbuang atau

dilupakan begitu saja. Rumus-rumus ini akan selalu terpakai karena dalam

pelajaran matematika, antar topik berkaitan satu sama yang lain. Dengan

banyaknya rumus yang harus mampu tersimpan dalam memori otak ini, “lupa”

menjadi salah satu gejala negatif yang menimbulkan kesulitan dalam proses

belajar, baik bagi siswa maupun guru.

3
Seorang siswa lupa akan materi pelajaran seharusnya tidak perlu terjadi,

namun karena hal tersebut hampir selalu dijumpai guru sebagai seorang fasilitator

dalam pembelajaran maka mau tidak mau harus dihadapi. Dengan keadaan siswa

yang mudah lupa akan materi-materi matematika yang telah diajarkan, pasti ada

guru matematika yang merasa frustasi melihat kondisi menyedihkan ini. Apabila

siswa melupakan materi ajar yang diterimanya, maka hal tersebut akan menjadi

masalah serius untuk segera diatasi. Setiap siswa memiliki karakter dan

kepribadian yang berbeda-beda, bahkan dalam mengingat. Untuk itu perlu upaya

yang signifikan agar siswa mampu menguasai materi pelajaran matematika secara

menyeluruh dengan meminimalisir masalah lupa.

Urutan penyajian materi pembelajaran berguna untuk menentukan urutan

mempelajari atau mengajarkannya. Beberapa materi pembelajaran mempunyai

hubungan yang bersifat prasyarat akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya.

Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan

pembagian.

Pada saat observasi, penulis melihat salah satu siswa pada saat proses

pembelajaran matematika sangat kebingungan dalam pelajaran matematika. Saat

proses pembelajaran berlangsung, siswa tersebut nampak kebingungan melihat

penjelasan dari gurunya sambil membolak-balik catatannya. Setelah guru bertanya

kepada siswa tersebut salah satu rumus matematika yaitu median yang telah

dipelajari sebelumnya, siswa tersebut hanya sekedar tersenyum dan berkata “saya

lupa rumusnya Bu”. Kemudian siswa tersebut ditanya pengertian median, yang

dijawabnya pengertian modus.

4
Pada saat diberikan soal latihan untuk dikerjakan, siswa tersebut berlari

ke sana-ke sini bertanya dan meminjam catatan temannya. Berdasarkan

wawancara dari guru matematika, siswa tersebut antusias belajar matematika tapi

terkadang kurang mengerti materi pelajaran dan terkadang salah rumus dalam

menjawab soal. Dan berdasarkan wawancara dari siswa tersebut, kebingungan

dalam proses pembelajaran matematika dan menjawab soal-soal matematika

dikarenakan karena dia lupa rumus-rumus yang telah dipelajari sebelumnya dan

terkadang tertukar dengan rumus lainnya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka

penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana pengaruh daya ingat terhadap

pembelajaran matematika siswa kelas IX SMP Darul Islam?

D. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh

daya ingat terhadap pembelajaran matematika siswa kelas IX SMP Darul Islam.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Toeri-teori Mengenai Lupa

Lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan

tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa,

yaitu Decay theory, Interference theory, Retrieval failure, Motivated forgetting,

dan lupa karena sebab-sebab fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada

memori jangka panjang. (Desmita, 2010:158)

1. Decay theory

Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus dengan

berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Teori ini

mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan dalam memori akan

meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini akan rusak atau menghilang

bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli sekarang

menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi.

2. Teori interferensi

Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam

memori janga panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami

keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu

proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru

diterima mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tetapi bisa juga

sebaliknya.

6
Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari

informasi yang sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif,

yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang mengganggu proses

mengingat informasi yang baru saja disimpan.

3. Teori retrieval failure

Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi

yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan

untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan

mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai.

Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat),

maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.

4. Teori motivated forgetting

Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak

menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini

cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini

didasarkan atas teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari

penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang

telah disimpan masih selalu ada.

B. Faktor-faktor Penyebab Lupa

Beberapa faktor-faktor penyebab lupa (Islamuddin, 2012:194-196):

Pertama, lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau

materi yang ada dalam sistem memori siswa. Seorang siswa akan mengalami

gangguan proaktif apabila materi pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam

7
subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru.

Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran

yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang

waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat

sulit diingat atau diproduksi kembali.

Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila

materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi

pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen

siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pejaran lama kan sangat sulit diingat atau

diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran

lama tersebut.

Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan

terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi

karena adanya kemungkinan.

a. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan

sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan

sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.

b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi

yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.

c. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan

ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.

Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan

antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali. Jika seorang siswa hanya

8
mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar

yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama

hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.

Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa

terhadap proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu

hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena

ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.

Kelima, menurut law of disuse, lupa dapat terjadi karena materi pelajaran

yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut

asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian denga sendirinya akan

masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi

pelajaran baru.

Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak.

Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan

alkohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada

dalam memori permanennya.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Ingat dalam Matematika

Adapun beberapa faktor lain yang mempengaruhi daya ingat siswa

adalah sebagai berikut. (Solichan, 2012)

1. Seorang siswa akan mengalami gangguan lupa apabila materi pelajaran yang

sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu

masuknya materi pelajaran baru.

9
Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi

pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam

tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan

sangat sulit diingat diproduksi kembali. Sebagai contoh, pada waktu siswa belajar

menjumlah dua bilangan pecahan, mereka paham dan dapat menyelesaikan soal

yang berhubungan dengan penjumlahan bilangan dua pecahan. Dalam

perkembangan selanjutnya, pelajaran memasuki pembahasan perkalian dua

bilangan pecahan. Mereka mendapatkan fakta bahwa untuk menentukan hasil kali

dua pecahan diperoleh dari perkalian antara kedua pembilang dibagi perkalian

kedua penyebut. Ketika siswa diberi soal penjumlahan dua pecahan maka sering

terjadi mereka seolah membuat ‘teori’ bahwa hasil dari penjumlahan dua pecahan

diperoleh dari hasil penjumlahan kedua pembilangan dibagi hasil penjumlahan

kedua penyebut.
Pengetahuan sebelumnya

Pengetahuan baru

Lupa

2. Seorang siswa akan mengalami gangguan lupa apabila materi pelajaran baru

membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang

telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut.

Dalam hal ini, materi pelajaran akan sangat sulit diingat atau diproduksi

kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama

tersebut, karena ingatan tentang materi yang dulu sangat paham walaupun sedikit

rumit tergeser dengan adanya hal yang mudah diingat dan menjadikan materi

10
matematika menjadi lebih sulit. Misalnya, siswa telah mampu menguasai materi

vektor namun karena hobi lain yaitu bermain playstation yang memerlukan

hafalan strategi memainkan stick maka siswa akan menggantikan posisi ingatan

untuk materi vektor dengan kombinasi-kombinasi permainan. Dengan begitu ilmu

yang telah diserap tersebut bisa terlupakan.

Contoh lain, dalam pelajaran trigonometri, urutan yang sering digunakan

guru sebelum membicarakan sudut rangkap adalah membahas rumus-rumus

penjumlahan, misalnya dan untuk

memudahkan sering disingkat dengan mengucapkan ‘sin jumlah’. Ketika siswa

diminta membuktikan , kebanyakan mereka menemui

kesulitan karena sudah lupa dengan rumus sebelumnya yaitu ‘sin jumlah’.

3. Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item

yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak.

Perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar mengajar

dengan tekun dan serius. Karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut

menjadi sebaliknya, seperti karena ketidaksenangan kepada guru, maka materi

pelajaran itu akan mudah terlupakan. Penyampaian pelajaran yang dilakukan oleh

guru tidak komunikatif sehingga sulit dipahami oleh siswa, penyampaian materi

yang terlalu ringkas, metode yang membosankan, dan sebagainya dapat

mempengaruhi proses mengingat seorang siswa. Proses kegagalan dalam

penggalian ilmu yang telah disimpan ini sebagian besar karena faktor dari dalam

diri siswa. Siswa yang tidak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar

11
menyebabkan proses belajar menjadi tidak berkesan sehingga tidak terlalu

diperhatikan oleh siswa.

4. Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara

waktu belajar dengan waktu mengingat kembali.

Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari bangun geometri

segitiga, segiempat lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka

kemungkinan ia akan lupa menyebut nama bangun geometri tadi ketika melihat

benda-benda menyerupai bangun tersebut di lingkungan sekitarnya.

5. Lupa dapat terjadi karena para siswa tidak mendapatkan kunci yang tepat

untuk membuka ingatannya.

Setiap siswa mempunyai minat yang berbeda-beda. Misalnya siswa

memiliki minat belajar matematika saat materi geometri ruang namun tidak

memiliki minat yang sama ketika sedang belajar integral. Dengan adanya faktor

dari diri siswa sendiri dapat menimbulkan masalah dalam proses mengingat.

6. Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah

digunakan atau dihafalkan siswa.

Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian

dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga

bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.

D. Kiat Meningkatkan Daya Ingat dalam Belajar

Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan

daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam

meningkatkan daya ingatannya sebagai berikut. (Islamuddin, 2012:197-202)

12
1. Over Learning

Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas

penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila

respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau

respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai

untuk overlearning, antara lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin

dan sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.

2. Exrta Study Time

Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan

alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar.

Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar

materi tertentu.

3. Mnemonic Device

Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga disebut

mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk

memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.

4. Pengelompokkan

Maksud kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item

materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis bahwa item-

item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.

5. Latihan Terbagi

Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah massed practice

(latihan terkumpul) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa

13
melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan

waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari camming,

yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam

melaksanakan istributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan

strategi belajar yang efisien.

6. Pengaruh Letak Bersambung

Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the

serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah

dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.

Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan

menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari

kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang

ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan

diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa.

E. Kiat Meningkatkan Daya Ingat dalam Belajar Matematika

1. Pembelajaran Bermakna

Guru sangat berpengaruh dalam menstimulus atau memotivasi siswa

untuk belajar secara efektif dan harus mampu menciptakan suasana pembelajaran

yang bermakna dan berkesan di setiap pertemuannya. Seorang guru matematika

juga harus mampu mengedepankan pemahaman konsep dari suatu materi daripada

hanya memberikan rumus yang hanya akan menambah bahan yang harus

tersimpan di dalam ingatan. Seorang siswa sangat membutuhkan motivasi dalam

proses belajar.

14
Pembelajaran bermakna menekankan pentingnya pengetahuan prasyarat

dalam membahas suatu materi ajar. Guru perlu menerapkan pembelajaran yang

bersifat kumulatif agar siswa untuk melatih siswa untuk selalu mengingat tentang

materi yang sudah dipelajarai. Sebagai contoh, apabila membahas operasi

pengurangan, guru perlu mengingatkan operasi penjumlahan agar siswa

memahami hubungan antara kedua operasi. Jika membahas operasi perkalian guru

perlu menyelipkan pertanyaan tentang operasi penjumlahn dan pengurangan. Agar

tidak terjadi miskonsepsi antara cara menjumlah dan mengalikan dua bilangan

pecahan, guru dapat menyelipkan pertanyaan misalnya “Apa perbedaan cara

menjumlah dan mengalikan dua pecahan?”.

Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam

belajarnya. Misalnya, siswa membutuhkan objek contoh tiga dimensi pada

pelajaran geometri ruang, siswa belajar matematika diberbagai tempat dan

menggunakan matematika untuk berbagai keperluan, siswa mampu

mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan

problematika baik di sekolahan maupun di rumah.

2. Penerapan Teknik Mnemonic

Teknik mnemonic ada yang mengatakan ‘jembatan keledai’ adalah

teknik yang sudah dikenal di jaman Yunani dan Romawi kuno yaitu mnemonikos

yang artinya mengingat sehingga teknik mnemonics dapat membantu ingatan.

Mnemonic digunakan pada tugas belajar yang berbeda dan merupakan proses atau

teknik mengembangkan memori.

15
Mnemonic merupakan suatu teknik untuk membantu mengingat dalam jumlah

besar informasi yang melibatkan tiga unsur yaitu : pengkodean, pemeliharaan, dan

mengingat kembali. Beberapa contoh penerapan teknik mnemonic.

1. Untuk menghafal beberapa warna pelangi yaitu ‘merah, jingga, kuning, hijau,

biru, nila, ungu’ digunakan mnemonic berupa akronim ”mejikuhibiniu”

2. Dalam trigonometri:

a. Untuk mengingat perbandingan trigonometri yang bernilai positif pada

tiap kuadran digunakan istilah ‘Alsintankos atau Semanis Sinta Tanpa

Kosmetika’ maksudnya:

‘Al = all artinya pada kuadran I, semua nilai perbandingan positif,

‘sin’ = sinus artinya pada kuadran II hanya sinus yang bernilai positif,

‘tan’ = tangen, pada kuaran III hanya tangen bernilai positif, dan

‘kos’= cosinus, pada kuadran IV hanya kosinus yang bernilai positif.

b. Untuk mengingat perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku

dikenalkan istilah ‘sidemi; kosami; tadesa’, maksudnya:

3. Rima dan lagu

Rima dalam tekhnik mnemonic merupakan penggunaan kata-kata yang

memiliki suku kata yang sama. Rima dalam hal ini dapat ditambahkan dengan

pengulangan kata-kata tersebut sehingga kata-kata tersebut memberikan gambaran

16
terlebih lagi dengan adanya iringan atau penambahan lagu sehingga kata-kata

yang akan dihafal lebih hidup dan memberikan bekas pada ingatan.

Contoh: Syair Rumus Luas Bangun Datar, dengan lagu ‘cucak rawa’

p kali l luas persegipanjang / s kali s luas persegi / ½ a kali t luas segitiga

p kali r kali r luas lingkaran / Mari kita sebut rumus yang lain

a kali t luas jajargenjang / ½ a tambah b kali tinggi / Itu rumus luas trapesium

Dua kali panjang ditambah lebar/ Itu keliling persegipanjang

Empat kali s keliling persegi / p kali d keliling lingkaran

Akan tetapi, seperti halnya tekhnik yang lainnya, tekhnik rima dan lagu

ini memiliki kelemahan yaitu hanya menekankan pada hafalan di luar kepala tidak

pada pemahaman. Untuk pembelajaran, cara penggunaan mnemonic sebagai

berikut: (1) siapkan fakta atau kata kunci dari materi pelajaran yang harus diingat,

(2) kaitkan kata-kata tersebut antara satu dengan yang lain, (3) buat visualisasi

(khayalan) di dalam pikiran, (4) panggil ulang kata-kata tersebut. (Solichan, 2012)

F. Lupa dan Kiat Mengatasinya Menurut Al-Qur’an

Manusia berasal dari kata Al Insaan, seakar kata dari Nasiyaa, yang

artinya lupa. Sudah menjadi fitrah bagi manusia akan mengalami kondisi lupa.

Akan tetapi perlu kita pahami bahwa kondisi lupa ada batasan syar’inya.

Dalam surah Al Isra’ ayat 86: “Dan Sesungguhnya jika Kami


menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu, dan dengan pelenyapan itu, kamu tidak akan mendapatkan seorang
pembelapun terhadap Kami”.

Surah Al Kahfi ayat 24: “Kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”[879]. dan
ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: “Mudah-mudahan
Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari
pada ini”.

17
[879] “Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi
Muhammad s.a.w. tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah
Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku
ceritakan. dan beliau tidak mengucapkan insya Allah (artinya jika Allah
menghendaki). tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk
menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah
ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula
bilamana Nabi lupa menyebut insya Allah haruslah segera menyebutkannya
kemudian.”

Surah al A’laa ayat 6-7: “Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu
(Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa. Kecuali kalau Allah menghendaki.
Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.”

Ada 2 macam bentuk lupa dalam diri manusia, yaitu :

1. Lupa yang bersifat Al-Basyariyah

Artinya lupa yang bersifat manusiawi yang terjadi pada diri semua

manusia, akan tetapi sifatnya sementara waktu, tidak menjadi sebuah kebiasaan

yang melekat pada diri seseorang sehingga menjadi sebuah karakter yang negatif.

2. Lupa yang bersifat Al-iimaani

Artinya lupa yang sudah menjadi karakter kebiasaan yang sulit di

hilangkan pada diri seseorang. Masalah lupa merupakan bagian yang tidak

terpisahkan, hal ini sudah menjadi ketetapan dari Allah SWT. (Nursaeful, Ahmad,

2012)

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa,

kurangnya daya ingat atau lupa mengakibatkan hilangnya kemampuan untuk

menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari

atau ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari

atau dialami. Khususnya dalam proses pembelajaran matematika yang merupakan

salah satu mata pelajaran yang memiliki rumus-rumus serta materi pelajaran yang

membutuhkan pemahaman konsep. Rumus-rumus dalam matematika apabila telah

dipelajari tidak langsung terbuang atau dilupakan begitu saja. Rumus-rumus ini

akan selalu terpakai karena dalam pelajaran matematika, antar topik berkaitan satu

sama yang lain. Dengan banyaknya rumus yang harus mampu tersimpan dalam

memori otak ini, “lupa” menjadi salah satu gejala negatif yang menimbulkan

kesulitan dalam proses belajar, baik bagi siswa maupun guru. Adapu kiat-kiat

untuk meningkatkan daya ingat dalam pembelajaran matematika, yaitu

pembelajaran bermakna dan penerapan teknik mnemonic.

B. Saran

Diharapkan bagi para siswa dan pendidik untuk meningkatkan daya ingat

khususnya dalam proses pembelajaran matematika diharapkan dalam

pembelajaran menggunakan pembelajaran bermakna dan penerapan teknik

mnemonic.

19
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Islamuddin. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lupa Menurut Psikologi Belajar

http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/lupa-
menurut-psikologi-belajar.html

Nursaeful, Ahmad. 2012. Lupa dan Kejenuhan.

https://ahmadnursaeful13.wordpress.com/2012/07/25/lupa-dan-kejenuhan/

diakses tanggal 25/12/2014

Solichan,. 2012. Upaya Mengatasi Lupa dalam Pembelajaran Matematika.

http://www.infodiknas.com/upaya-mengatasi-lupa-dalam-pembelajaran-
matematika.html diakses tanggal 25/12/2014

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

20

Anda mungkin juga menyukai