Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
Proses Penuaan merupakan proses alamiah yang dapat terjadi pada siapa saja
Berdasarkan hal tersebut, maka konsep Anti Aging Medicine (AAM) terdiri dari 3
pemikiran yaitu pertama, penuaan adalah suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari,
dan diobati sehingga dapat berfungsi kembali seperti semula. Kedua, manusia bukanlah
orang hukuman yang pasrah terperangkap dalam takdir genetiknya. Ketiga, manusia
mengalami keluhan atau gejala penuaan karena kadar hormonnya menurun, bukan kadar
Ada banyak faktor yang berperan dalam terjadinya proses penuaan. Pada dasarnya
penyebab penuaan dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Beberapa faktor
internal adalah radikal bebas, perubahan kadar hormon, proses glikosilasi, metilasi,
apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan genetic. Faktor eksternal yang utama
adalah pola hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stress
teori radikal bebas dan teori wear and tear. Menurut teori radikal bebas, organisme
menjadi tua karena akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu.
Radikal bebas dapat merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas
sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel.
2
Sedangkan menurut teori wear and tear, tubuh dan selnya menjadi rusak karena terlaku
sering digunakan dan disalah gunakan. Organ tubuh seperti hati, ginjal, kulit, dan lainnya
menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi lemak, gula, kafein,
alkohol, nikotin yang berlebihan, sinar ultraviolet, stress fisik dan emosional. Teori ini
menyakini bahwa pemberian suplemen yang tepat dan pengobatan yang tidak terlambat
kemampuan tubuh untuk melakukan perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
(Pangkahila, 2011)
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. Umur Harapan Hidup
terus meningkat setiap tahunnya. Selama periode 2010 hingga 2018, Indonesia telah
berhasil meningkatkan Umur Harapan Hidup saat lahir sebesar 1,39 tahun atau tumbuh
sebesar 0,25 persen per tahun. Peningkatan Umur Harapan Hidup pada tahun 2010 hanya
sebesar 69,81 tahun dan pada tahun 2018 telah mencapai 71,20 tahun (Badan Pusat
Statistik, 2019).
Hingga saat ini penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di
dunia. Hampir 17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun akibat epidemi global
penyakit degeneratif (WHO). Epidemi global ditemukan lebih buruk di banyak negara
dengan pendapatan nasional rendah dan sedang, di mana 80% kematian penyakit
degeneratif terjadi di Brazil, Kanada, Cina, India, Nigeria, Pakistan, Rusia, Inggris, dan
degeneratif merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit
3
penyakit kronis adalah pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum
alkohol, pola makan dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres, dan pencemaran
pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan
adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035.
penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun
2035. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, diperkirakan
penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan
mengacu pada pola pertambahan penduduk, maka diperkirakan pada tahun 2030 nanti
akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun (PERKENI, 2015).
Hal ini disebabkan adanya perubahan pola hidup di kawasan Jawa-Bali, di mana
pada kehidupan daerah urban terjadi perubahan di segala aspek meliputi sosial, ekonomi,
budaya dan politik. Kurangnya lapangan kerja, penghasilan yang tidak mencukupi, status
perkawinan, pendidikan yang semakin mahal, kawasan tempat tinggal dan sebagainya,
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas
telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari Diabetes Melitus tipe-2.
Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan tetapi pengendalian kadar gula darah melalui
diet, olah raga, dan obat-obatan dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis
(PERKENI, 2015).
Sel beta pankreas merupakan sel yang sangat penting diantara sel lainnya seperti
sel alfa, sel delta, dan sel jaringan ikat pada pankreas. Disfungsi sel beta pankreas terjadi
akibat kombinasi faktor genetik dan faktor lingkungan. Jumlah dan kualitas sel beta
pankreas dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain proses regenerasi dan kelangsungan
hidup sel beta itu sendiri, mekanisme selular sebagai pengatur sel beta, kemampuan
adaptasi sel beta ataupun kegagalan mengkompensasi beban metabolik dan proses
apoptosis sel.
Ada beberapa teori yang menerangkan bagaimana terjadinya kerusakan sel beta,
hiperglikemia terhadap sel beta pankreas dapat muncul dalam beberapa bentuk. Pertama
adalah desensitasi sel beta pankreas, yaitu gangguan sementara sel beta yang dirangsang
oleh hiperglikemia yang berulang. Keadaan ini akan kembali normal bila glukosa darah
dinormalkan. Kedua adalah hausnya sel beta pankreas yang merupakan kelainan yang
5
masih reversibel dan terjadi lebih dini dibandingkan glukotoksisitas. Ketiga adalah
berdasarkan kriteria kadar glukosa darah puasa (GDP) hasil pemeriksaan kadar glukosa
darah puasa > 126 mg/dL, oral glucose tolerance test (OGTT) dan glukosa darah sewaktu
(GDS) dengan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl atau kriteria
yaitu pemeriksaan kadar GDP memerlukan puasa terlebih dahulu dan harus dilakukan 2
kali, OGTT memerlukan banyak waktu dan membutuhkan 2 sampel darah, serta GDS
harus disertai gejala klasik DM. Parameter lain diperlukan untuk memudahkan diagnosis
diabetes melitus, salah satunya Glycated albumin, yang merupakan ketoamin hasil glikasi
dipengaruhi oleh transfusi dan kelangsungan hidup eritrosit, sehingga dapat digunakan
pada pasien dengan anemia atau hemoglobinopati yang juga menderita diabetes melitus
(ADA, 2015)
Glycated Albumin adalah senyawa yang terbentuk ketika glukosa bereaksi dengan
protein Albumin dalam darah, dalam proses yang disebut glikasi. Tes ini mengukur kadar
Glycated Albumin dalam darah. Semakin tinggi kadar glukosa dalam darah, semakin
besar jumlah Glycated Albumin yang terbentuk.. Kadar Glycated Albumin dalam darah
adalah refleksi dari kadar glukosa 2-3 minggu sebelumnya, sehingga glycated albumin
bisa dipakai sebagai indeks kontrol glikemik dan diharapkan dapat memantau pemberian
6
hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut. Kedua, tujuan jangka panjang: mencegah
ketiga yang merupakan tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui
berupa edukasi pola hidup sehat, perencanaan makanan atau terapi nutrisi medic,
kegiatan jasmani, dan penurunan berat badan lebih atau obesitas. Bila dengan langkah-
langkah tersebut sasaran pengendalian diabetes belum tercapai, maka dilanjutkan dengan
penggunaan obat atau terapi farmakologis dengan pemberian obat hipoglikemik oral atau
Pada sekarang ini belum ada obat anti diabetik yang terbukti secara klinis efektif
ntuk mencegah atropi sel beta pankreas seperti thiazolidinediones (TZDs) dan glucagon-
like-peptide-1 (GLP-1) yang telah dilaporkan efektif pada penelitian hewan percobaan.
Oleh karena itu banyak dilakukan penelitian dengan fitokimia. Efek antidiabetik dari
dari usus, menghambat produksi glukosa di hati, meningkatkan uptake glukosa oleh
7
jaringan, memperbanyak insulin sekresi dari sel beta dan meningkatkan regenerasi
yang antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya sekresi insulin selama 6 bulan.
Namun, efek ini hanya sementara, setelah 6 bulan terapi dengan tiazolidindion, terjadi
menurunkan kadar gula darah sudah ada sebanyak 800 jenis spesies salah satunya adalah
Clitoria ternatea yang ditemukan di India, China, Philipina, dan Madagascar. Clitorea
ternatea merupakan tanaman dari family Fabaceae, atau lebih dikenal dengan nama
Butterfly pea. Penelitian yang telah dilakukan pada Clitoria ternatea menunjukkan
bahwa bunga telang mengandung senyawa kimia seperti tanin, karbohidrat, saponin,
Dimana kandungan senyawa tersebut memiliki khasiat sebagai antimikroba, obat cacing
atau agen antiparasit dan insektisidal, obat demam dan pereda nyeri, antikanker,
antialergi, imuomodulator dan dapat digunakan dalam pengobatan luka (Al-Snafi, 2016).
Ekstrak daun ini dapat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan kadar
insulin pada tubuh manusia.Hal itu terungkap dari hasil penelitian dari tim peneliti dari
Swiss German University (SGU). Percobaan awal dilakukan pada mencit yang sengaja
diinduksi diabetes dengan memberikan suntikan aloksan. Setelah pemberian ekstrak daun
8
bunga telang selama 8 pekan, ditemukan bahwa kadar gula darah pada tikus mulai
kembali normal.
Para peneliti di dunia telah melakukan penelitian pada ekstrak daun bunga telang
sebagai salah satu cara mengobati penyakit Diabetes Melitus. Jadi pada kesempatan ini
dilakukan penelitian dengan melihat efek ekstrak kembang Telang (Clitoria ternatea)
dalam menurunkan kadar gula darah puasa dan meningkatkan jumlah sel beta pankreas.
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan
jumlah sel beta pankreas tikus putih (Rattus norvegicus) jantan Wistar diabetes
melitus?
kadar glycated albumin tikus putih (rattus norvegicus) galur winstar jantan
diabetes melitus?
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh pemberian
oral ekstrak kembang Telang (Clitoria ternatea) pada tikus putih (Rattus norvegicus)
oral meningkatkan jumlah sel beta pankreas tikus putih (Rattus norvegicus)
oral menurunkan kadar glycated albumin tikus putih (rattus norvegicus) galur
ekstrak kembang Telang (Clitoria ternatea) pada tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan Wistar diabetes melitus, serta dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
penelitian selanjutnya.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3.1 Penuaan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tridak dapat memperbaiki kekurangan yang didierita. Penuaan dapat
ditandai dengan penurunan energi, massa otot, dan gangguan kognitif. Saat ini,
pengetahuan dan teknologi kedokteran telah banyak memberikan bukti bahwa proses
penuaan dapat dicegah, dihambat bahkan dikembalikan ke kondisi optimal seperti pada
Penuaan merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari dan pasti dialami
setiap makhluk hidup. Manusia lahir, berkembang dewasa, menjadi tua dan akhirnya
meninggal merupakan suatu siklus kehidupan alami yang tidak dapat terpisahkan. Namun
anggapan bahwa bertambahnya usia berarti harus disertai dengan segala kekurangan dan
dan psikis harus tetap baik sehingga manusia dapat menjalani hidup dengan kualitas yang
(Cunnningham, 2003)
bertahap kesalahan dalam masa replikasi DNA, sehingga terjadi kematian sel.
Terjadinya proses penuaan adalah karena kerusakan sel DNA yang mempengaruhi
mengganggu fungsi sel dan menyebabkan kerusakan atau kematian sel/organ yang
bersangkutan.
Proses penuaan merupakan akibat dari terjadinya ikatan silang yang progresif antara
elastisitas dan kelenturan kolagen di membran basalis atau di substansi dasar jaringan
Teori ini mengatakan bahwa proses menjadi tua diatur oleh pace maker, seperti
dan secara berkaitan mengatur keseimbangan hormonal dan regenerasi sel-sel tubuh
dari molekul intraselular karena pengaruh sinar UV. Radikal bebas ini akan merusak
Proses menua dapat dibedakan dalam 3 fase berdasarkan kelainan yang timbul
yaitu :
1. Fase subklinis, dimulai pada usia 25-35 tahun yang ditandai dengan penurunan
sebagian besar hormon, yaitu melatonin, GH, testosteron dan estrogen. Meski sudah
mulai terjadi kerusakan pada sel dan jaringan akibat berbagai penyebab seperti
radikal bebas, tetapi pada masa ini belum muncul gejala. Pada tahap ini orang merasa
dan tampak normal, tidak mengalami gejala dan tanda penuaan. Di fase ini mulai
terjadi kerusakan sel tapi tidak memberi pengaruh pada kesehatan. Tubuh pun masih
2. Fase transisi, pada rentang usia 35-45 tahun. Pada fase ini kadar hormon dapat
menurun sampai 25%. Terjadi peribahan komposisi tubuh yang ditandai oleh
menurunnya massa otot sebanyak 1 kg/ beberapa tahun, peningkatan lemak tubuh,
radikal bebas yang menyebabkan kerusakan DNA, dan tubuh sudah mulai tidak
mampu melakukan perbaikan dan kompensasi, mulai timbul pula gejala berupa al.:
timbul, kerutan kulit mulai jelas terlihat, penglihatan dan pendengaran berkurang dan
3. Fase klinis, pada usia lebih dari 45 tahun. Gejala semakin timbul akibat penurunan
hormon yang semakin banyak dan kerusakan berbagai sistem organ. Penyakit kronis
semakin menampakkan efeknya pada sistem organ, kehilangan massa otot semakin
pasangan. (Pangkahila,2017).
Penyakit degeneratif adalah penyakit akibat penurunan fungsi organ tubuh. Tubuh
kerusakan sel (DNA) danpembuluh darah. Secara umum dikatakan bahwa penyakit ini
merupakan proses penurunan fungsi organ tubuh yang umumnya terjadi pada usia tua.
Namun ada kalanya juga terjadi pada usia muda, akibat yang ditimbulkan adalah
Menurut WHO, hingga akhir tahun 2005 penyakit degeneratif telah menyebabkan
kematian hampir 17 juta orang di seluruh dunia. Penyakit degeneratif adalah istilah medis
untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel
tubuh dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Ada sekitar 50 penyakit degeneratif.
Penyakit yang masuk dalam kelompok ini antara lain kanker, diabetes melitus, stroke,
kaitan cukup kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang. Meskipun faktor
kenaikan kadar gula dalam darah atau biasa disebut dengan hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (PERKENI, 2015).
Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada
tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia
(dengan usia yang distandarisasi) telah meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980,
meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang dewasa. Hal ini mencerminkan
peningkatan faktor risiko terkait seperti kelebihan berat badan atau obesitas. Selama
Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah yang lebih
tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian, dengan
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya. Empat puluh tiga persen (43%)
dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun. Persentase kematian yang
15
disebabkan oleh diabetes yang terjadi sebelum usia 70 tahun lebih tinggi di negaranegara
WHO memperkirakan bahwa, secara global, 422 juta orang dewasa berusia di atas
18 tahun hidup dengan diabetes pada tahun 2014. Jumlah terbesar orang dengan diabetes
diperkirakan berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat, terhitung sekitar setengah
kasus diabetes di dunia. Di seluruh dunia, jumlah penderita diabetes telah meningkat
secara substansial antara tahun 1980 dan 2014, meningkat dari 108 juta menjadi 422 juta
Secara garis besar, terdapat dua kategori diabetes melitus, yaitu tipe 1 dan tipe 2.
Kedua tipe 1 dan tipe 2 diawali oleh fase homeostasis glukosa normal seiring dengan
proses patogenik. Diabetes melitus tipe 1 lebih dikenal dengan bawaan genetik dimana
terdapat kekurangan insulin secara total atau hampir total. Sedangkan diabetes melitus
tipe 2 adalah gangguan yang didapat, dan ditandai dengan adanya resistensi insulin,
Secara garis besar, diabetes dibagi menjadi beberapa tipe sesuai dengan tabel
dibawah ini.
16
Peningkatan jumlah pasien diabetes naik tajam secara signifikan disebabkan oleh
faktor
1. Faktor demografi
panjang.
Mengingat jumlah pasien yang terus membengkak dan besarnya biaya perawatan
pasien diabetes yang terutama disebsbkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang
paling baik adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada
1. Pencegahan primer
individu yang beresiko untuk jadii diabetes atau pada populasi umum.
2. Pencegahan sekunder
3. Pencegahan tersier
Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi itu,
meliputi :
Mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak menjadi kegagalan
organ
DeFronzo pada tahun 2009 menyampaikan, bahwa tidak hanya otot, liver dan sel
beta pankreas saja yang berperan sentral dalam pathogenesis penderita diabetes melitus
tipe 2 tetapi organ lain yang berperan yang disebutnya sebagai the ominous octet
(PERKENI, 2015).
18
Pada diabetes melitus, terdapat dua patofisiologi utama yang mendasari terjadinya
diabetes melitus tipe 2 yaitu resistensi insulin dan defek fungsi sel beta pankreas.
Resistensi insulin merupakan kondisi umum bagi orang-orang dengan berat badan
overweight atau obesitas. Insulin tidak dapat bekerja secara optimal di sel otot, lemak,
dan hati sehingga memaksa pankreas mengkompensasi untuk memproduksi insulin lebih
banyak. Ketika produksi insulin oleh sel beta pankreas tidak adekuat guna
meningkat, pada saatnya akan terjadi hiperglikemia kronik. Hiperglikemia kronik pada
diabetes melitus tipe 2 semakin merusak sel beta di satu sisi dan memperburuk resistensi
insulin di sisi lain, sehingga penyakit diabetes melitus tipe 2 semakin progresif.
Gambar 2.3.4.1 The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam
adekuat dari insulin signaling mulai dari pre reseptor, reseptor, dan post reseptor. Secara
molekuler beberapa faktor yang diduga terlibat dalam patogenesis resistensi insulin
antara lain, perubahan pada protein kinase B, mutasi protein Insulin Receptor Substrate
(IRS), peningkatan fosforilasi serin dari protein IRS, Phosphatidylinositol 3 Kinase (PI3
Kinase), protein kinase C, dan mekanisme molekuler dari inhibisi transkripsi gen IR
(Insulin Receptor). Sekresi insulin terutama dipengaruhi oleh kadar glukosa darah. Pada
kadar glukosa darah lebih dari 3,9 mmol/L atau setara dengan 70 mg/dL, akan
Disfungsi Sel Beta Pankreas terjadi karena penurunan fungsi sel beta pankreas
Hiperglikemia kronik juga berdampak memperburuk disfungsi sel beta pankreas. Sel beta
peningkatan resistensi insulin oleh karena pada saat itu fungsi sel beta pankreas yang
normal tinggal 50%. Pada tahap lanjut dari perjalanan DMT2, sel beta pankreas diganti
secara absolut. Sel beta pankreas merupakan sel yang sangat penting diantara sel lainnya
seperti sel alfa, sel delta, dan sel jaringan ikat pada pankreas
Jumlah dan kualitas sel beta pankreas dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
proses regenerasi dan kelangsungan hidup sel beta itu sendiri, mekanisme selular sebagai
pengatur sel beta, kemampuan adaptasi sel beta ataupun kegagalan mengkompensasi
beban metabolik dan proses apoptosis sel. Pada orang dewasa, sel beta memiliki waktu
hidup 60 hari. Pada kondisi normal, 0,5 % sel beta mengalami apoptosis tetapi diimbangi
dengan replikasi dan neogenesis. Normalnya, ukuran sel beta relatif konstan sehingga
jumlah sel beta dipertahankan pada kadar optimal selama masa dewasa. Seiring dengan
bertambahnya usia, jumlah sel beta akan menurun karena proses apoptosis melebihi
Jumlah sel beta dapat beradaptasi terhadap peningkatan beban metabolik yang
disebabkan oleh obesitas dan resistensi insulin. Peningkatan jumlah sel beta ini terjadi
melalui peningkatan replikasi dan neogenesis, serta hipertrofi sel beta. Ada beberapa teori
yang menerangkan bagaimana terjadinya kerusakan sel beta, diantaranya adalah teori
beta pankreas dapat muncul dalam beberapa bentuk. Pertama adalah desensitasi sel beta
pankreas, yaitu gangguan sementara sel beta yang dirangsang oleh hiperglikemia yang
berulang. Keadaan ini akan kembali normal bila glukosa darah dinormalkan. Kedua
adalah ausnya sel beta pankreas yang merupakan kelainan yang masih reversibel dan
terjadi lebih dini dibandingkan glukotoksisitas. Ketiga adalah kerusakan sel beta yang
menetap.
Pada diabetes melitus tipe 2, sel beta pankreas yang terpajan dengan
hiperglikemia akan memproduksi reactive oxygen species (ROS). Peningkatan ROS yang
merupakan keadaan yang dapat menyebabkan berkurangnya sintesis dan sekresi insulin
di satu sisi dan merusak sel beta secara gradual. (Decroli, 2019)
Keluhan lain berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
(PERKENI, 2015)
makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Penyandang DM perlu diberikan
penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan
23
kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin
Karbohidrat
Lemak
Protein
Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa
Natrium
Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan
Serat
24
serat.
Kebutuhan Kalori
o Berat badan kurang (BBR< 90%), kebutuhan kalori sehari : 40-60 kal/kgbb
Terapi Farmakologis
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan kombinasi insulin
Albumin glikat merupakan ikatan molekul glukosa pada residu asam amino lisin, arginin
atau sistein albumin membentuk albumin glikat. Albumin merupakan komponen protein utama
dalam serum (80%) dengan waktu paruh 20-25 hari, sehingga pemeriksaan albumin glikat dapat
digunakan untuk penilaian kontrol status glikemik dalam jangka waktu yang lebih pendek
(indeks intermediate) yaitu 20-25 hari sesuai waktu paruhnya. Albumin glikat dapat dijadikan
pilihan untuk pemantauan status glikemik yang lebih cepat, sehingga diharapkan dapat
26
mengantisipasi terjadinya komplikasi akibat DM lebih dini, dan memantau pemberian terapi
lebih adekuat. Adanya keterbatasan pada pemeriksaan HbA1c tidak berpengaruh pada
pengukuran albumin glikat, sedangkan keterbatasan pemeriksaan albumin glikat yaitu tidak
menggambarkan kontrol glikemik secara tepat pada pasien dengan gangguan metabolisme
albumin. Nilai albumin glikat sebanding dengan nilai HbA1c, dengan rasio albumin glikat
Proses glikasi terjadi secara non enzimatik, dimana glukosa berikatan secara kovalen
dengan residu asam amino lisin, arginin, sistein albumin, membentuk albumin glikat (Schiff-
base), kemudian melalui rearrangement Amadori menjadi bentuk keton aminometil atau
ketoamin yang lebih stabil. Pada keadaan normal kadar albumin glikat berkisar antara 6-15%
total albumin serum. Pada pasien diabetes melitus, keadaan hiperglikemia akan meningkatkan
sebelumnya, hal ini sesuai waktu paruh albumin sekitar 25-30 hari. Protein terglikasi (albumin
glikat) dapat membentuk Advanced Glycation End–products (AGE). AGE dapat menghasilkan
Reactive Oxigen Species (ROS), berikatan dengan reseptor permukaan sel dan membentuk
cross-links. Sehingga AGE berkontribusi terhadap timbulnya komplikasi baik mikro maupun
makrovaskular pada diabetes melitus. AGE dapat merubah matriks ekstraselular (ECM), kerja
hormon, sitokin dan radikal bebas melalui reseptor permukaan sel dan berdampak pada fungsi
Faktor utama pembentukan AGE meliputi rerata turn over protein untuk glikosilasi,
derajat hiperglikemia dan stress oksidatif dari lingkungan. Satu atau lebih kondisi tersebut
menyebabkan glikasi dan oksidasi protein. AGE memperlihatkan efek atherogenik yang
potensial pada beberapa tipe sel seperti monosit-makrofag, sel endotel dan sel otot polos
pembuluh darah. Pada sel endotel, AGE merangsang NAD(P)H oksidase meningkatkan ROS,
p21 RAS dan Mitogen Activated Protein Kinase (MAPK). Selain itu juga meningkatkan p38
MAPK dan CDC 42/RAC yang semua itu berperan dalam pembentukan signal NF-κB,
Eselectin, Vascular cell Adhesion Molekul-1 (VCAM-1), tissue factor, sitokin proinflamasi
(interleukin-1α (IL-1α), IL-6, Tumor Necrosis Factor (TNF-α). Hal ini berperanan pada
boronate affinity chromatography (BAC), enzyme linked boronate immunoassay (ELBIA), dan
metoda enzimatik. Pemeriksaan kadar albumin glikat dapat berbeda, tergantung pada tempat
glikasi yang diukur. Metoda boronate affinity chromatography (BAC) digunakan untuk
Pemeriksaan ini berdasarkan reaksi spesifik antara asam boronat dengan gugus cis-
diol albumin glikat. Gugus cis-diol albumin glikat bereaksi dengan asam boronat yang terdapat
dalam kolom, dan dipisahkan dari albumin non glikat dengan menggunakan larutan buffer.
Kadar albumin glikat dan non glikat, ditentukan menggunakan bromcresol hijau. Intensitas
28
warna yang terbentuk diukur dengan fotometer pada panjang gelombang 630 nm. Kadar albumin
glikat dihitung dalam bentuk persentase terhadap albumin total. Metoda affinitas untuk
mengukur kadar albumin glikat berdasarkan ELBIA pada prinsipnya berdasarkan interaksi antara
asam boronat dengan gugus cis-diol albumin glikat yang diikat oleh antibodi anti-human serum
albumin (HAS) yang dilekatkan pada sumur microtiter plate. Sampel dimasukkan ke dalam
sumur microtiter plate yang mengandung antibodi anti-HAS, akan terjadi ikatan antara antibodi
anti-albumin dengan albumin glikat dan non glikat. Selanjutnya ditambahkan asam boronat
peroksidase yang akan berinteraksi 7 dengan gugus cis-diol albumin glikat. Reaksi diakhiri
dengan penambahan substrat (asam sulfuric). Serapan dibaca dengan microplate reader pada
panjang gelombang 492 nm. Kalibrator albumin non glikat (NGA) dan kalibrator albumin glikat
yang mengandung 40% albumin glikat (GA) digunakan untuk menghitung persentase kadar
albumin glikat dalam sampel. Kadar albumin glikat (dalam %) dihitung berdasarkan rumus :
%GA = [(A sampel – A NGA)/(AGA 40% – A NGA)] x 40%. Koefisien variasi (CV) uji
ketelitian within run dan between days untuk serum dengan kadar AG 11,5% dan 21,4%
berurutan sebesar 3,7% dan 3,5%. CV between days untuk serum dengan kadar AG 14,2% (n=5)
didapatken sebesar 4,2%.19 Saat ini dikembangkan metoda pengukuran albumin glikat yang
lebih mudah dan akurat, menggunakan metoda enzimatik. Metoda enzimatik ini dianggap ideal,
karena spesifik terhadap albumin dan dapat mengukur semua tempat glikasi dari albumin. Pada
metoda enzimatik asam amino endogen glikat dan peroksidase dieliminasi terlebih dahulu oleh
ketoamin oksidase dan peroksidase. Selanjutnya albumin glikat dihidrolisis menjadi asam amino
atau peptida oleh proteinase spesifik albumin, kemudian asam amino glikat atau peptida
dioksidasi oleh ketoamin oksidase menghasilkan hidrogen peroksida yang diukur secara
kuantitatif. Kadar albumin diukur dengan metoda bromcresol purple, dan kadar albumin glikat
29
dihitung sebagai persentase AG terhadap total albumin. Koefisien variasi (CV) metoda ini 0,63%
dan 0,93% untuk uji ketelitian within run dan 0,685- 0,75% untuk uji ketelitian between days
(Kohzuma, 2011).
Masa paruh albumin serum lebih pendek dibandingkan eritrosit. Hal tersebut
menyebabkan perubahan kadar GA lebih cepat ketika terjadi perubahan status control
glukosa dalam waktu yang singkat. Perubahan yang singkat biasanya terjadi karena
adanya faktor terapi luar, seperti pengobatan oral maupun injeksi insulin. Disisi lain,
kadar GA juga lebih baik dari HbA1c ketika status glukosa darah naik dalam waktu
singkat. Dalam kasus ini GA menangkap sinyal kenaikan kadar glukosa lebih dini
2. Pemantauan kadar glukosa pada pasien dengan dialisis, anemia, dan beberapa kondisi
kelainan hemoglobin.
Kontrol glikemik pada wanita hamil penderita diabetes melitus maupun diabetes
gestasional sangat penting untuk menurunkan resiko terjadinya kematian janin, gangguan
pertumbuhan janin dan penyulit maternal. perubahan kadar HbA1c selama kehamilan
albumin. Nilai AG lebih rendah pada pasien dengan sindroma nefrotik, hipertiroidisme dan
pasien yang mendapat obat glukokortikoid. Pada kondisi ini metabolisme albumin meningkat.
Nilai AG relatif lebih tinggi terhadap kadar glukosa plasma pada pasien dengan hipotiroidisme,
karena metabolisme albumin menurun. Pada pasien dengan obesitas nilai AG didapatkan lebih
rendah. Hal ini berhubungan dengan inflamasi kronik. Keadaan inflamasi menyebabkan
katabolisme albumin meningkat, waktu paruh albumin menurun, dan hasil AG relatif lebih
rendah. Keadaan ini juga terjadi pada perokok, pasien hiperurisemia, hipertrigliseridemia dan
Kembang telang (Clitoria ternatea) adalah tumbuhan monokotil rambat berwarna biru
yang sejak dulu biasa digunakan sebagai hiasan taman dan tanaman pagar. Tumbuhan anggota
suku polong-polongan ini berasal dari Asia tropis yang menyebar ke Negara tropis seperti
Indonesia. Salah satu pigmen alami yang berpotensi dan mempengaruhi warna biru pada bunga
Kembang telang merupakan tanaman berbunga dari genus Clitoria. Ciri-ciri bunga ini
Selain sebagai tanaman hias, sejak dulu tumbuhan ini dikenal secara tradisional sebagai
obat untuk mata, dan pewarna makanan yang memberikan warna biru. Dilihat dari tinjauan
fitokimia, bunga telang memiliki sejumlah bahan aktif yang memiliki potensi farmakologi.
Potensi farmakologi bunga telang antara lain adalah sebagai antioksidan, antibakteri, anti
31
immunomodulator, dan potensi berperan dalam susunan syaraf pusat, Central Nervous System
(CNS). Bagian lain dari tanaman ini, yaitu daun dan akar juga memiliki potensi sendiri.
2.5.1 Klasifikasi
Ordo : Fabales
Genus : Clitoria
Kandungan antoianin pada kembang telang adalah sebesar 227,42 mg/Kg (Vankar dan
Srivastava, 2010 dalam Sapiee, 2013). Bunga telang mengandung tanin, flobatanin, karbohidrat,
antisianin, stigmasit 4-ena-3,6 dion, minyak volatile dan steroid. Komposisi asam lemak meliputi
Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah adalah tikus. Tikus
(Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara sempurna, mudah dipelihara, dan
merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai penelitian. Ciri-ciri morfologi
Rattus norvegicus antara lain memiliki berat 150-600 gram, hidung tumpul dan badan besar
dengan panjang 18-25 cm, kepala dan badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil
mendapatkan hewan percobaan yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Kriteria yang
dibutuhkan oleh peneliti dalam menentukan tikus putih sebagai hewan percobaan, antara lain:
kontrol (recording) pakan, kontrol (recording) kesehatan, recording perkawinan, jenis (strain),
umur, bobot badan, jenis kelamin, silsilah genetik. (Hau, 2003). Taksonomi dari tikus putih
Kingdom : Animalia
Divisi : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
34
Subfamili : Murinae
Genus : Rattus
immunogenetik dental dan penelitian parasitologi. Terdapat beberapa perbedaan antara tikus liar
dan tikus laboratorium. Contohnya, tikus laboratorium mempunyai adrenal lebih kecil dan
kelenjar preputial, kematangan seksualitas lebih cepat, tidak ada siklus reproduksi yang
terdiri dari bagian tubuh dengan lobus kanan dan kiri. Tubuh pankreas terletak di sepanjang
bagian kranial dari duodenum. Lobus kanan diperluas sampai ke ligamentum duodenum,
35
sedangkan lobus kiri memanjang kearah limpa. Elayat et al. (1995) mengungkapkan bahwa
pankreas tikus dibagi menjadi beberapa regio yaitu duodenal dengan lobus dorsal dan ventral,
regio gastric dan regio splenic (lien). Pankreas merupakan asinus serous murni dengan sel-sel
sentro acinus pada tengah asinus, karena duktus intralobularis mulainya di tangah-tengah asinus.
Dalam keadaan segar berwarna merah pucat atau putih dengan simpai yang tidak jelas. Diliputi
oleh jaringan ikat yang jarang dan tipis dan membentuk septa ke dalam sehingga membagi
kelenjar dalam lobulus yang nyata. Jaringan pankreas terdiri dari lobula sel sekretori yang
tersusun mengitari saluran halus Pankreas merupakan campuran kelenjar eksokrin berupa asinus
Gambar 2.6.2.1 Sketsa regio lokasi pankreas pada tikus. Lower duodenal (LD), upper
duodenal (UD), gastric (G) dan splenic (SP) (Elayat et al., 1995).
Kondisi morfologi pulau Langerhans pada diabetes tipe 2 secara detail diteliti oleh DENG et al. (2004).
Hasilnya dilaporkan bahwa pada keadaan normal, jumlah sel beta diperkirakan 65% dan sel alpha 35%.
Pada tikus diabetes derajat sedang, ditemukan hampir 67% pulau Langerhans berdiameter kurang dari
150 μm, sedangkan pada tikus normal jumlah pulau Lengerhans yang berdiameter lebih dari 150 μm
sekitar 50%. Selain terjadi perubahan pada ukuran, dan bentuk juga terjadi fragmentasi pulau
36
Langerhans. Pada kondisi diabetes derajat sedang, jumlah sel beta secara nyata berkurang bahkan pada
diabetes parah sel beta tidak ditemukan namun sel alpha masih ditemukan di bagian perifer pulau
Langerhans.
Kadar glukosa darah normal tikus sehat adalah 50 mg/dL sampai 135 mg/dL. Kadar gula
darah tergantung pada tipe makanan yang dikonsumsi dan waktu pemberian makan terakhir.
Kadar gula darah pada tikus dapat dikatan menderita diabetes melitus jika kadar gula darahnya
Diabetes Melitus
Kerusakan sel pankreas dan kondisi diabetes yang terjadi secara perlahan dapat dicapai
apabila streptozotocin diberikan secara bertahap pada dosis rendah. Kerusakan terjadi melalui
kombinasi efek toksik streptozotocin langsung pada sel β pankreas, dan cidera akibat reaksi
imunologi.
merupakan senyawa kimia yang disintesis dari Streptomycetes achromogenes dan digunakan
untuk menginduksi baik diabetes mellitus ttipe 1 maupun tipe 2. Streptozotocin memasuki sel β
melalui transporter glukosa (GLUT 2) dan menyebabkan alkilasi DNA. Kerusakan DNA
menginduksi aktivasi poly ADP-rybosylation, yang menyebabkan deplesi NAD+ dan ATP
seluler. Peningkatan defosforilasi ATP setelah induksi strepozotocin menghasilkan substrat bagi
reaksi katalisis xantin oksidase yang menghasilan radikal superoksid. Akibatnya hidrogen
peroksida dan radikal hidroksil juga terbentuk. Selanjutnya, streptozotocin membebaskan banyak
37
zat toksik dari nitric oksid yang menghambat aktivitas aconitase dan berperan pada kerusakan
DNA, yang pada akhirnya terjadi apoptosis dan nekrosis sel β (Szkuldeski, 2001).
Efek diabetogenik pada pemberian streptozotocin multiple dengan dosis rendah (40
mg/kgbb selama 5 hari berturut-turut) diinisiasi oleh Reactive Oxygen Stress (ROS) melalui efek
toksik langsung pada GLUT 2, kerja sitokin TNF-α dan INF-γ akibat stimulasi sel T dependent,
serta aktivasi IKK-α dan NF-κB. Sebagai respon terhadap streptozotocin, Th-1 type cytokines
dan sel-sel imun lainnya menghasilkan Reactive Oxygen Stress (ROS) yang mengaktifkan NF-
κB, berikutnya menyebabkan aktivasi gen yang terkait sitokin-sitokin pro inflamasi yang
diaktifkan dan mengaktifkan NF-κB. Regulasi ini menjadikan respon inflamasi lokal diperkuat
dan dipertahankan. Aktivitas anti inflamasi berkurang, dan berakhir dengan kerusakan sel β
pankreas. Reaksi inflamasi tersebut menggambarkan peran penting NF-κB sebagai regulator
utama reaksi imunologi dan inflamasi pada induksi streptozotocin multipel dosis rendah.
Nicotinamid adalah bentuk amid dari vitamin B3 (niacin) yang fungsinya memberikan
perlindungan terhadap sel beta pankreas akibat kerusakan oleh streptozotocin, mekanisme
terhadap NAD dan ATP pada sel beta pankreas yang terpapar streptozotocin, sehingga kerusakan
BAB III
Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik yang timbul pada seseorang karena
adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dan
bersifat kronis. Faktor eksternal tersering terjadinya Diabetes Melitus adalah pola makan yang
39
tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi genetic
Disfungsi sel beta pankreas dan resistensi insulin merupakan penyebab tersering pada
Diabetes Melitus tipe 2 atau yang didapat. Dimana sel beta pankreas tidak berfungsi secara
optimal sehingga berakibat pada kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa
darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti contoh penyakit
Salah satu penentuan diagnosa dengan pemeriksaan kadar Glycated Albumin yang
menggambarkan kadar glukosa 2-4 minggu sebelumnya. Pada pemeriksaan disebut menderita
Bunga Telang (Clitoria ternatea), sering disebut juga sebagai butterfly pea merupakan
bunga yang khas dengan kelopak tunggal berwarna ungu. Tanaman telang dikenali sebagai
Dilihat dari bijinya yang serupa dengan kacang hijau, tumbuhan ini termasuk suku polong-
polongan. Selain bunga ungu, bunga te-lang juga dapat ditemui dengan warna pink, biru muda
dan putih.
Dimana kandungan senyawa tersebut memiliki khasiat sebagai antimikroba, obat cacing
atau agen antiparasit dan insektisidal, obat demam dan pereda nyeri, antikanker, antioksidan,
Efek antidiabetik dari fitokimia dimediasi melalui berbagai mekanisme seperti penurunan
penyerapan glukosa oleh jaringan, memperbanyak insulin sekresi dari sel beta dan meningkatkan
40
regenerasi jaringan pankreas. Kandungan dari kembang Telang yang sudah diteliti saat ini adalah
saponin, tanin, alkaloids, glycosides, phytosterols, flavonoid, carbohydrads yang bisa digunakan
sebagai antibiabetik. Flavonoid dan tanin berperan sebagai antioksidan sehingga produksi
radikal bebas dalam tubuh berkurang. Flavonoid juga berperan dalam memperbaiki kerusakan
pada sel beta pankreas sehingga pankreas dapat kembali mensekresikan insulin yang berefek
pada penurunan kadar gula darah. Selain itu, tanin juga berfungsi untuk memacu metabolisme
Berdasarkan perumusan masalah dan kajian pustaka maka disusun kerangka konsep
sebagai berikut :
1. Ekstrak kembang Telang (Clitoria ternatea) dapat meningkatkan jumlah sel beta
albumin pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan Wistar diabetes melitus.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimental, dengan
rancangan penelitian yang digunakan adalah posttest only control group design (Federer, 2008).
P1
P1
P S R
42
Keterangan :
P = Populasi
S = Sampel
R = Random
O1 = Pemeriksaan kadar gula darah puasa dan jumlah sel beta pankreas kelompok kontrol
O2 = Pemeriksaan kadar gula darah puasa dan jumlah sel beta pankreas kelompok perlakuan
Volume cairan maksimal yang dapat diberikan secara per oral pada tikus adalah 5 ml per
Dosis ekstrak Kembang Telang yang dilakukan pada berbagai jurnal penelitian adalah
Dosis yang diberikan pada tikus dengan berat badan 200 gram adalah 200 x 200 /
Dosis Streptozotocin (STZ) yang diberikan pada tikus putih untuk menimbulkan keadaan
Dosis yang diberikan pada tikus dengan berat badan 200 gram adalah 60 x 200 / 1000mg
= 12mg /200grBB.
Dosis Nikotinamid (NIC) pada tikus putih untuk memberikan perlindungan terhadap sel
beta dari efek toksik STZ adalah 230 mg/kgBB (Srinivasan and Ramarao, 2007;
Szkudelski, 2012).
Dosis yang diberikan pada tikus dengan berat badan 200 gram adalah 230 x 200 /
Pertanian Universitas Udayana, Denpasar, Bali. Pembuatan krim ekstrak kembang telang
Denpasar, Bali.
Universitas Udayana. Penelitian hewan coba dilakukan di Laboratory Animal Unit bagian
untuk membuat sediaan histopatologi jaringan pankreas dan penghitungan jumlah sel beta
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan dengan rincian sebagai berikut :
1. Penelitian seperti penentuan dosis, kandang tikus, pembersihan lokasi serta pemilihan
Populasi pada penelitian ini adalah tikus jantan yang sesuai dengan sampel yang telah
Pada penelitian ini perhitungan jumlah sampel dihitung dengan rumus (Federer, 2008).
Rumus : (t – 1)(n – 1) ≥ 15
(2 – 1)(n – 1) ≥ 15
n – 1 ≥ 15
n ≥ 16
Besar sampel per kelompok 16 ekor tikus. Jumlah tikus keselurugan 32 ekor untuk
a. Dari populasi tikus jantan diadakan pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi.
b. Dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat diambil secara random untuk
c. Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
kontrol (plasebo), dan kelompok perlakuan tikus hiperglikemia yang diberi 40 mg /200gr
b. Variabel tergantung : kadar gula darah puasa, jumlah sel beta pankreas
c. Variabel kendali : strain tikus, jenis kelamin tikus, umur tikus, dan berat badan tikus
1. Tikus jantan dengan diabetes melitus adalah tikus yang dibuat menyerupai diabetes
2. Ekstrak kembang Telang adalah ekstrak yang dibuat dari bagian bunga yang dikeringkan
yang diekstraksi dengan menggunakan etanol. Diberikan sebanyak satu kali sehari
dengan cara sonde, sebanyak 1cc yang setara dengan dosis 40mg /200grBB kepada tikus
keruskan pada sel beta pankreas. Injeksi streptozotocin diberikan 15 menit setelah injeksi
4. Nikotinamid Adenin Dinukleotida (NAD) adalah amida dari niacin, suatu antioksidan
yang memberikan efek perlindungan terhadap efek sitotoksik STZ oleh radikan bebas dan
hanya menyebabkan kerusakan kecil pada sel beta pankreas sehingga memberikan
5. Glycated Albumin adalah glukosa yang terikat pada albukin, menggambarkan kadar
glukosa darah 2-4 minggu sebelumnya. Dengan nilan normal 11-16%. Standart Curve
Range GA tikus DM menggunakan Rat Glycated Albumin ELISA Kit merk BTL
6. Sel beta pankreas ditemukan di sel pulau Langerhan yang berfungsi menghasilkan
insulin. Pada pewarnaan Hemotoksilin Eosin akan tampak berwarna ungu. Penghitungan
menggukan pembesaran 400x pada mikroskop cahaya dilakukan per lapang pandang.
Pengamatan terhadap sel beta pankreas adalah menghitung rata-rata jumlah sel beta
pankreas (buah), yang dihitung dari lima Pulau Langerhans per sediaan.
7. Plasebo adalah substansi yang bukan merupakan zat aktif dan digunakan sebagai control
dalam suatu penelitian atau pengujian untuk menemukan keefektifan dari suatu obat.
8. Jenis tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus norvegicus) galur
Wistar, berjenis kelamin jantan, berumur 2,5 – 3,5 bulan dengan berat badan 180 – 200
gram. Umur tikus diketahui dengan melihat tanggal kelahiran yang telah dicatat pada
kandang binatang percobaan sedangkan berat badan tikus ditimbang dengan timbangan
gram.
48
Variabel Tergantung
Variabel Bebas
1. Kebutuhan tikus : makanan ternak pakan ayam 594 produksi PT Pokphan dengan
komposisi protein 20-25%, lemak 5%, karbohidrat 45-50% dan serat 5%, kandang tikus,
alat fiksasi tikus, wadah minum dan makan tikus, injeksi streptozotocin, injeksi ketamine,
kit, tabung microhematokrit, spuit injeksi 3cc, sonde lambung, alat timbangan, kertas
3. Hewan Percobaan : tikus jantan galur Wistar usia 2,5 – 3,5 bulan dan berat 180 – 200
gram.
3. Setelah itu didiamkan di tempat tidak terkena sinar matahari, sesekali diaduk minimal
4. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman. FIltratnya diuapkan dengan rotary
evaporator dengan suhu 400C supaya air yang masih tersisa menguap sehingga
ukuran kandang 40x30x20 cm, setiap kandang dialasi sekam padi dan diganti setiap 7
libitum.
percobaan.
5. Penerangan diatur dengan siklus 12 jam terang dan 12 jam gelap (siklus terang
6. Bila didapati tikus dalam kondisi sakit, segera dikonsultasikan kepada dokter hewan.
1. Semua tikus diadaptasikan selama 7 hari terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan.
2. Pada hari ke 8 semua kelompok tikus kemudian dipuasakan selama 8 jam, lalu diberi
suntikan nicotanamid dosis 46mg/ ekor dan streptozotocin dosis 12 mg/ ekor secara
intraperitoneal untuk membuat keadaan diabetes melitus dengan kadar glukosa darah
≥ 136 mg/dL.
3. Setelah 11 hari, dipilih tikus yang memenuhi syarat kriteria diabetes. Semua tikus
diabetes dengan kadar glukosa darah ≥ 136 mg/dL kemudia dibagi menjadi 2
kelompok perlakuan.
Kelompok 1
secara ad libitum.
secara sonde.
52
Kelompok 2
secara ad libitum.
5. Dilakukan analisis data untuk membandingkan hasil dari kedua kelompok tikus
tersebut.
6. Setelah semua tikus selesai diberi perlakuan selama 21 hari, tikus diabetes melitus di
bawah anastesi dengan Ketamin 20 mg/ 25gr dan diambil sampel pankreas untuk
tissue cassette.
3. Setelah itu dimasukkan ke dalam tissue processor dan terjadi tiga tahap yaitu:
Dehidrasi dengan menggunakan berbagai konsentrasi alkohol mulai dari 70%, 96%,
dan 98%.
53
dari alkohol.
5. Setelah itu diinfiltrasi dalam paraffin cair kemudian jaringan yang matang dilakukan
satu malam.
6. Hari selanjutnya baru ditrimming dengan rotary mikrotom. Hasil yang diperoleh akan
8. Selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan HE, ditunggu hingga kering pada suhu
kamar.
9. Preparat ditutup dengan cover glass yang kemudian dibaca di bawah mikroskop
cahaya.
Standard Solution Well berisi 50µl larutan standart (S1-S2) + 50µl Streptavidin-HRP.
3. Dilakukan pencucian dengan wash buffer dan didiamkan selama 30 detik, diulangi
sebanyak 5 kali.
6. Dihomogenkan dan diinkubasi 10 menit pada suhu 37oC dalam ruangan gelap.
Tikus jantan sehat, 36 ekor, BB 180 – 200 gram, usia 2,5 – 3,5 bulan
Hari ke-8 tikus disuntikkan streptozotozin dan nicotinamide dan ditunggu sampai hari
ke 10
Hari ke-11 dilakukan pemeriksaan kadar gula darah pada tikus yang memenuhi syarat
diabetes melitus (GDS > 136 mg/dL)
Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis menggunakan program SPSS Version
1. Analisis deskriptif untuk melihat karakteristik data mean, standar deviasi, batas
minimal dan maksimal jumlah kadar gula darah dan jumlah sel beta pankreas.
2. Analisis normalitas data dengan Uji Saphiro-Wilk, untuk mengetahui rerata data
sampel berdistribusi normal atau tidak. Kedua data berdistribusi normal dengan p >
0,05.
3. Uji homogenitas data dengan Levene’s Test, untuk mengetahui varian data sampel
4. Jika data normal dan homogen dilakukan Uji Komparasi dengan menggunakan uji T-
Independent. Jika data yang sudah ditransformasi tapi tetap tidak normal dilakukan
uji Mann-Whitney.