Anda di halaman 1dari 40

DAFTAR ISI

A. Pengantar Zeolit .......................................................................................................... 1


B. Jenis-jenis Zeolit ......................................................................................................... 2
C. Struktur dan Komposisi Zeolit .................................................................................... 5
D. Deposit natural zeolit di Indonesia............................................................................ 15
E. Sifat Permukaan Zeolit.............................................................................................. 17
F. Zeolit termodifikasi ................................................................................................... 22
G. Aplikasi zeolit dan zeolit termodifikasi .................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 39

ii
A. Pengantar Zeolit

Gambar 1. zeolit

Zeolit pertama kali ditemukan oleh Freiherr Axel Cronstedt, seorang ahli
mineralogi dari Swedia pada tahun 1756. Zeolit merupakan suatu material
aluminosilikat berpori terhidrat dengan dimensi ukuran pori molekularnya
pada range 0.3-2 nm. Zeolit tersusun atas satuan-satuan tetrahedral (SiO4)4-
dan (AlO4)-5 dengan satu atom oksigen sebagai penghubung antara atom
silikon dan aluminium yang membentuk struktur tiga dimensi terbuka dan
berongga yang didalamnya diisi oleh atom-atom logam biasanya logam-
logam alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas.
Atom silikon yang memiliki muatan +4 dapat digantikan oleh atom
aluminium dengan muatan +3 sehingga menghasilkan struktur bermuatan
negatif yang berasal dari perbedaan muatan antara tetrahedral (SiO4)4- dan
(AlO4)-5 . Muatan negatif inilah yang menyebabkan zeolit mampu
mengikat kation sehingga zeolit biasa digunakan sebagai penukar ion,
katalis, dan adsorben.

Mineral zeolit banyak ditemukan di alam sebagai batuan sedimen vulkano.


Penyusunan utama zeolit adalah mordenit dan klipnotilonit dalam berbagai
variasi komposisi. Nama zeolit berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani
yaitu zein yang berarti mendidih dan lithos yang berarti batuan. Disebut
demikian karena mineral ini mempunyai sifat mendidih atau mengembang
apabila dipanaskan. Dimana air dalam rongga-rongga zeolit akan mendidih
bila dipanaskan pada suhu 100oC.

1
B. Jenis-jenis Zeolit
Zeolit menurut proses pembentukannya dibagi 2, yaitu :
 zeolit alam (natural zeolit)
Zeolit alam merupakan senyawa alumino silikat terhidrasi , dengan
unsur utama yang terdiri dari kation alkali dan alkali tanah.
Senyawa ini berstruktur tiga dimensi dan mempunayi pori yang
dapat diisi oleh molekul air.
Zeolit alam terbentuk dari reaksi antara batuan tufa asam berbutir
halus dengan air pori atau air meteorik. Penggunaan Zeolit adalah
untuk bahan baku water treatment, pembersih limbah cair, limbah
rumah tangga, industri pertanian , perternakan , perikanan , industri
kosmetik , farmasi dan lain lain

 zeolit sintetis (syntetic zeolit)


Zeolit sintetik adalah zeolit yang dibuat secara rekayasa yang
sedemikian rupa sehingga didapatkan karakter yang lebih baik dari
zeolit alam. Prinsip dasar produksi zeolit sintetik adalah
komponennya yang terdiri dari silika dan alumina, sehingga dapat
disintesis dari berbagai bahan baku yang mengandung kedua
komponen di atas. Komponen minor dalam zeolit juga dapat
ditambahkan dengan mudah menggunakan senyawa murni,
sehingga zeolit sintetik memiliki komposisi yang tetap dengan
tingkat kemurnian yang tinggi.
Dengan perkembangan penelitian, dewasa ini telah dikenal
beragam zeolit sintetik, dan beberapa diantaranya disajikan dalam
Tabel 1.
Tabel 1. Rumus oksida beberapa jenis zeolit sintetik
Zeolit Rumus Oksida
Zeolit A NA2O.Al2O3.2SiO2.4,5H2O
Zeolit N-A (Na,TMA)2O. Al2O3.4,8SiO2.7H2O TMA –
(CH3)4N+
Zeolit H K2O.Al2O3.2SiO2.4H2O

2
Zeolit L (K2Na2)O.Al2O3.6SiO2.5H2O
Zeolit X Na2O.Al2O3.2,5SiO2.6H2O
Zeolit Y Na2O.Al2O3.4,8SiO2.8,9H2O
Zeolit P Na2O.Al2O3.2-5SiO2.5H2O
Zeolit O (Na,TMA)2O. Al2O3.7SiO2.3,5H2O TMA –
(CH3)4N+
Zeolit Ω (Na,TMA)2O. Al2O3.7SiO2.5H2O TMA –
(CH3)4N+
Zeolit ZK-4 0,85Na2O. 0,15(TMA)2O.Al2O3.3,3SiO2.6H2O
Zeolit ZK-5 (R-Na2)O.Al2O3.4-6SiO2.6H2O

Zeolit dapat dibagi berdasarkan unit bangunan sekunder (unit


sodalit dan pentasil) sebagai susunan dari unit bangunan primer
(tetrahedral SiO4 dan AlO4) dengan sistem void dan dimensi pori
berbeda seperti yang ditunjukkan Gambar 2.

Gambar 2. Struktur primer dan sekunder macam zeolit

3
Unit bangunan primer pada zeolite berbentuk tetrahedral SiO4 dan
AlO4.

Gambar 3. Zeolite Primary Building Unit


Jika 24 tetrahedral berikatan satu sama lain, maka akan terbentuk
unit sodalit atau cage-β.

Keterangan warna:

Merah = oksigen

Kuning = sulfur

Putih = natrium

Biru = Al3+

Abu-abu = Si4+

Gambar 4. White spheres are sodium cations and a trisulfide


radical anion sits in the center of the sodalite cage.

4
Jika unit bangunan sekunder berupa unit pentasil, maka ZSM-5
dengan sistem pori sepuluh cincin akan terbentuk.

Gambar 5. Struktur pentasil

C. Struktur dan Komposisi Zeolit


Struktur kerangka zeolit mengandung saluran atau hubungan rongga yang
berisi kation dan molekul air berikut ini Gambar 6 Struktur Zeolit

Gambar 6. Struktur Zeolit

Gambar 7. Struktur kerangka zeolit

5
Gambar 8. Struktur Kerangka Zeolit tiga dimensi

Karakteristik struktur zeolit antara lain :


a. Berpori, karena kristal zeolit merupakan kerangka yang terbentuk dari
jaring tetrahedral SiO4 dan AlO4.
b. Pori-porinya berukuran molekul karena pori zeolit terbentuk dari
tumpukan cincin beranggotakan 6, 8, 10, atau 12 tetrahedral.
c. Dapat menukarkan kation. Karena perbedaan muatan Al3+ dan Si4+
menjadikan atom Al dapat kerangka kristal bermuatan negatif dan
membutuhkan kation penetral. Kation penetral yang bukan menjadi
bagian kerangka ini mudah diganti dengan kation lainnya.
d. Dapat dijadikan padatan yang bersifat asam. Karena penggantian
kation penetral dengan proton-proton menjadikan zeolit padatan asam
Bronsted.
e. Mudah dimodifikasi karena setiap tetrahedral dapat dikontakkan
dengan bahan-bahan pemodifikasi.

Zeolit umumnya memiliki struktur tiga dimensi, yang terbentuk dari


tetrahedral alumina dan silika dengan rongga-rongga di dalam yang berisi
ion-ion logam, biasanya alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat
bergerak bebas. Secara empiris, rumus molekul zeolit adalah
Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.ZH2O. dimana M = kation alkali tanah atau alkali, n
= valensi logam alkali dan x,y = bilangan tertentu z adalah jumlah
molekul air yang terhidrat. Rumus tersebut menunjukkan struktur satu unit
sel dari zeolit dan bagian di dalam kurung menunjukkan komposisi
kerangkanya Struktur zeolit sejauh ini diketahui bermacam-macam, tetapi
secara garis besar strukturnya terbentuk dari unit bangun primer, berupa
tetrahedral yang kemudian menjadi unit bangun sekunder polihedral dan
membentuk polihendra dan akhirnya unit struktur zeolit.

6
Tabel 2. Beberapa contoh jenis mineral zeolit beserta rumus kimianya :
Nama Mineral Rumus Kimia Unit Sel
Analsim Na16(Al16Si32O96). 16H2O
Kabasit (Na2,Ca)6 (Al12Si24O72). 40H2O

Klinoptilolit (Na4K4) (Al8Si40O96). 24H2O

Erionit (Na, Ca5K)(Al9Si27O72). 27H2O

Ferrierit (Na2Mg2)(Al6Si30O72).18H2O

Heulandit Ca4(Al8Si28O72).24H2O

Laumonit Ca(Al8Si16O48).16H2O

Mordenit Na8(Al8Si40O96). 24H2O


Filipsit (Na,K)10(Al10Si22O64). 20H2O

Natrolit Na4(Al4Si6O20). 4H2O


Wairakit Ca(Al2Si4O12). 12H2O

Adapun komposisi dari zeolit alam disajikan pada Tabel 3


Tabel 3. Komposisi Zeolit Alam (Sutarti, 1994)
Komposisi % Berat
SiO2 78,83
Al2O3 12,50
Fe2O3 1,5
K2 O 2,27
Na2O 1,07
MgO 1,95
CuO 2,14

Rasio Si/Al

Rasio Si/Al yang berbeda akan menghasilkan zeolit dengan karakter


berbeda. Zeolit A memiliki rasio Si/Al = 1-1,5 dan zeolit Y dengan rasio
Si/Al = 1,5-3,0. Zeolit ZSM-5 dari mobil oil Co memiliki rasio Si/Al = 20-
tak terhingga. Dengan mengubah rasio Si/Al berarti mengubah kandungan

7
kationnya. Sedikit kandungan atom Al berarti sedikit pula kation yang ada
pada zeolit.

Kation yang dapat di pertukarkan

Perubahan posisi kation menyebabkan perubahan distribusi muatan di


dalam kaviti sehingga mempengaruhi sifat adsorbsinya dan aktifitas
katalitiknya.

Gambar 9. Kerangka dan situs kation zeolit-A dalam bentuk K+. Pada
bagian kiri tampak molekul etana didalam kanal

Gambar 9 menunjukkan situs K+ dalam zeolit A. Beberapa menempati


situs pusat cincin-6, yang lainnya berada didalam cincin-8 menuju β-cages
(sangkar beta). Posisi kation menurunkan ukuran cincin dan sangkar.
Kation divalen dapat menggantikann kation univalen. Sehingga
mengurangi keberadaan kation. Kation divalen cendrung nenempati situs
cincin-6 membiarkan kanal bebas.

8
Gambar 10. Kerangka faujasit dengan situs kation utama

Gambar 10 menunjukkan situs kation utama dalam mineral faujasit (analog


untuk zeolit-X dan –Y). Situs utama disebut S(I). S(I’), S(II) dan S(II’).
Situs S(I) berada dalam prisma heksagonal dan biasanya ditempati oleh ion
dengan bilangan koordinasi lebih tinggi. Situs S(I’) berada dekat β-cages :
S(I) dan S(I’) tidak secara simultan ditempati. Situs S(II) berada didalam
dinding super cages dan sebagian besar hampir ditempati. S(II’) tidak
ditempati.

Kristal zeolit normal mengandung molekul air yang terkoordinasi dengan


kation yang dapat ditukar. Struktur ini dapat didehidrasi dengan pemanasan
dibawah kondisi vakum dan kation berpindah posisi pada waktu
bersamaan, menempati situs dengan bilangan koordinasi lebih rendah.
Zeolit yang terdehidrasi sangat baik sebagai agen pengering (drying agent),
menyerap air dan kembali ke kondisi terhidratnya.

Kanal dan Kavati

Struktur zeolit yang penting yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai


keperluan adalah gabungan antara kaviti dan pori membentuk sistem
kanal sepanjang struktur. Kaviti merupakan dimensi molekular dan dapat
mengadsorb spesies yang cukup kecil kedalamnya. Faktor pengontrol
dimana molekul dapat teradsorb didalam kaviti adalah ukuran jendela atau

9
mulut pori menuju kanal. Diameter berbagai zeolit ditunjukkan pada tabel
berikut ini:

Tabel 4. Diameter berbagai zeolit

Zeolit No. Of Window Cavity


tetrahedral diameter Diameter
Ring (pm) (pm)
Sodalite (SOD) 4 260 600

Zeolite-A(LTA) 8 410 1140

Erionite-A(ERI) 8 360x520

ZSM-5(MEI) 10 510x550
540x560
Faujasite(FAU) 12 740 1180

Mordenite 12 670x700
(MOR) 290x570
Zeolite-L (LTL) 6 710

Zeolit dibagi dalam tiga kategori : tunel pararel terhadap : (a) Arah
tunggal, kristal bersifat fibrous, (b) Dua arah tertata dalam bidang, kristal
bersifat lamellar, (c) Tiga arah, seperti sumbu kubus dimana terdapat
ikatan yang kuat.

Gambar 11. Fibrous zeolit : edingtonite (EDI), Ba[(AlO2)2(SiO2)3].4H2O

10
Lamelar zeolit : philipstite (PHI), (K/Na)5[(SiO2)11(AlO2)5].10H2O

Gambar 12. Struktur zeolit lamelar (philipsite). Unit tetrahedral ganda


ditunjukkan pada (a) proyeksi bidang; (b) segitiga tunggal.

Gambar 13. Struktur Zeolit-A (LTA) menunjukkan bentuk truncated


cuboctahedron dari supercage.

Zeolit hasil modifikasi yang disintesis oleh Mobil Oil Co, yaitu ZSM-5
dan ZSM-11 (MEL) dan silkalit (MFI) serta beberapa struktur yang sangat
mirip zeolit dinamakan pentasil. Struktur ZSM-5 dan pentasil ditunjukkan
pada gambar 14. Struktur ZSM-11 digambarkan pada gambar 15.

11
Gambar 14. (a) Unit pentasil dengan potongan struktur ZSM-5
(b) Bidang lapisan ZSM-5

Gambar 15. Interkoneksi sistem kanal dalam (a) ZSM-5 (MFI) dan

(b) ZSM-11 (MEL)

Preparasi/Pembuatan Zeolit

Zeolite dibuat dari larutan yang mengandung natrium silikat dan aluminat
(Al(OH)4). Pada pH tinggi (pH basa) diperoleh dari logam alkali
hidroksida dan/atau basa organik. Gel terbentuk melalui proses
kopolimerisasi ion-ion silikat dan aluminat. Gel kemudian dipanaskan
pada suhu 60-100oC pada tempat tertutup selama 2 hari menghasilkan

12
zeolit terkondensasi. CATATAN : pH merupakan derajat keasaman
dengan rumus pH = - log [H+]

Zeolit alam banyak terdapat di daerah gunung berapi, tepi sungai, laut dan
danau berupa sedimen mineral alam. Di Indonesia, zeolite alam terdapat
mayoritas di Pulau jawa yaitu di Jawa Barat: Cipatuja, Jawa Timur:
Banyah dan Jawa Tengah: Wonosari, Yogyakarta. Zeolit alam banyak
tercampur dengan mineral pengotor lain di alam baik kristalin maupun
amorpus (non-kristalin). Zeolit alam di Jawa mayoritas tersusun atas
mineral zeolit bernama mordenit. Struktur Modernit ditunjukkan pada
Gambar 16.

Gambar 16. Struktur kanal Modernit (MOR)

Penentuan Struktrur

Struktur kerangka zeolit sebagian besar ditentukan dengan teknik X-ray


dan neutron kristalograph.

Posisi atom Si dan Al dapat ditandai berdasarkan aturan Loewenstein, yang


melarang keberadaaan ikatan Al-OAl dalam struktur. Jika rasio Si/Al= 1,
maka jumlah alumunium dalam zeolit adalah maksimum dan atom Si dan
Al berselang-seling di dalam struktur (Si/Al = 1 merupakan rasio terkecil
untuk zeolit).

13
Salah satu teknik yang digunakan untuk mengelusidasi struktur secara
sukses adalah magic anglespinning NMR spectroscopy (MAS NMR; 29Si
dan 27Al). Ada lima lingkungan berbeda untuk 29Si. Setiap Si berkoordinasi
dengan 4 atom oksigen, tetapi setiap oksigen dapat berikatan dengan atom
Si atau Al, menghasilkan 5 kebolehjadian : Si(OAl)4 , Si(OAl)3(OSi) ,
Si(OAl)2(OSi)2, Si(OAl)(OSi)3 dan Si (OSi)4.

Gambar 17. Lima kemungkinan lingkungan lokal atom Si dengan daerah


karakteristik pergeseran kimia.
27
Al memiliki kelimpahan 100% dan spin inti l = 5/2. Daerah Al ada 2
yaitu, Al terkoordinasi secara oktahedral, [Al(H2O)6]3+ , biasanya
terperangkap sebagai kation didalam pore dan menghasilkan puncak
disekitar 0 ppm (dengan[Al(H2O)6]3+ sebagai refernce) dan Al
terkoordinasi secara tetrahedral didalam kerangka menghasilkan puncak
pada daerah 50-65 ppm, dan tetrahedral [AlCl4]- menghasilkan puncak
pada 100 ppm (contoh spektra untuk Al ditunjukkan pada gambar 18).

14
Gambar 18. Lingkungan Al tetrahedral (framework) dan oktahedral (non-
framework) pada zeolit

D. Deposit natural zeolit di Indonesia


Berdasarkan analisis dengan defraksi sinar-x diketahui bahwa zeolit yang
terdapat di Indonesia pada umumnya adalah klinoptilolit dan modernit.
Jenis mineral zeolit yang lain seperti analism juga ditemukan dalam jumlah
kecil yaitu di daerah Bogor Jawa Barat, Blitar Jawa Timur dan Sulawesi
Utara. Namun jumlahnya tidak mencukupi untuk ditambang secara
komersial. Jenis natrolit ditemukan di daerah Sulawesi Tengah. Jenis
heulandit ditemukan pada zontoh zeolit hasil pemboran (core) di daerah
Bayah.
Deposit zeolit banyak terdapat di Indonesia, tersebar di hampir semua
pulau tetapi deposit yang sudah diteliti dan ditambang sebagian besar
terdapat di Pulau Jawa dan Sumatera. Lokasi penambangan secara
komersial terdapat di Lampung, Bayah, Sukabumi, Bogor, Bandung,
Tasikmalaya, dan malang. Dari sejumlah besar deposit zeolit, baru
sebagian kecil yang sudah dimanfaatkan untuk berbagai keprluan di bidang
industri, pertanian, lingkungan, dan lain-lain. Sebagian besar di ekspor ke
berbagai negara seperti Malaysia, Thailand, dan negara-negara Timur
Tengah.

15
Sampai saat ini belum adakajian menyeluruh mengenai potensi dan
penyebaran lokasi-lokasi deposit zeolit di Indonesia guna mengetahui
gambaran potensi dan sumberdayanya. Namun menyimak keadaan geologi
Indonesia yang sebagian batuannya merupakan batuan gunung api,
khususnya batuan piroklastik berbutir halus(tuf) bersifat asam dan
berkomposisi riolitik bermasa gelas maka zeolit dapat ditemukan di
banyak tempat. Penyebaran batuan ini terutama mengikuti daerah busur
dalam vulkanik yang tersebar luas di Sumatera dan Jawa.
Jumlah deposit zeolit di Indonesia belum diukur secara detail. Di beberapa
lokasi deposit zeolit. Namun demikian sumberdaya zeolit tersebut belum
diidentifikasi secara detail karena memang sebagian baru merupakan data
awal yang diperoleh baik yang diketahui dari survei decara sepintas
maupun perkiraan (Harhanto, 1992). Sekitar 20 lokasi deposit zeolit yang
telah diinventarisir/diketahui dari hasil survei yang telah dilakukan oleh
DSM sebagian besar diantaranya terdapat di Pulau Jawa (tabel 5) lainnya
sekitar 30 lokasi baru diketahui ada deposit mengandung zeolit.
Tabel 5. Lokasi Deposit Zeolit di Indonesia
Provinsi Lokasi Jenis Zeolit Perkiraan
Cadangan
(juta ton)
Sumatera Ulak Pandan, Kecamatan Analsim 5
Selatan Pangandonan (Ogan Komering
Ulu)
Lampung Campang, Sidomulyo, Klinoptilolit, 65
Talangpadang, Cukubalak, Batu Modernit
Balai
Banten Bayah Klinoptilolit,
Modernit
Jawa Barat Cisolok, Cisaat, Bojong, Klinoptilolit, 135
Gunung Dewi, Cirangkasbitung, Modernit
Cikembar (Sukabumi),
Nanggung (Bogor), Cianjur,

16
Nagrek (Bandung), Cikalong,
Cipatujah (Tasikmalaya), Ciamis
Jawa Wangon, Boyolali, Sragen, Klinoptilolit, 10
Tengah Karanganyar, Banjarnegara Modernit
Jawa timur Argosari (Pacitan), Trenggalek, Klinoptilolit, 20
Kepanjen, Turen, Sitiarjo, Modernit
Kedung Banteng (Malang),
Ngaringan (Blitar), Slaung
(Ponorogo), Pule, Karanganyar,
Sukokidul.
Nusa Ende, Nanga Panda, Flores Modernit 20
Tenggara
Barat

Penyebaran deposit zeolit berdasarkan hasil pemetaan geologi di Indonesia


dapat diikuti dengan memperhatikan penyebaran batuan piroklastik
berbutir halus, khususnya yang berkomposisi riolitik atau yang bermasa
gelas. Masa gelas tersebut dapat berubah menjadi zeolit, juga dapat
berubah menjadi bentonit atau felspar berbutir halus. Faktor ruang
mempengaruhi terbentuknya mineral zeolit dari masa gelas, antara lain,
proses terjadinya alterasi atau diagnesis, lingkungan pengendapan, cairan
perantara, yaitu : air tanah, air laut, atau larutan hidrotermal, sifat kimianya
berupa asam, basa atau netral, dan komposisi batuan asal.

E. Sifat Permukaan Zeolit


Ada bebrapa ciri khas dari sifat-sifat yang dimiliki oleh zeolit yang
kemudian menjadikan zeolit mempunyai kelebihan dan kemampuan dalam
penggunaannya. Karena sifat fisika dan kimia dari zeolit yang unik,
sehingga dalam dasawarsa ini, zeolit oleh para peneliti dijadikan sebagai
mineral serba guna. Sifat-sifat unik tersebut meliputi sifat dehidrasi, sifat
pertukaran ion, sifat penyerapan atau adsorben, sifat penyaringan, sieving,
dan katalisator.

17
1. Sifat dehidrasi
Zeolit mempunyai sifat dehidrasi (melepaskan molekul H20) apabila
dipanaskan. Pada umumnya struktur kerangka zeolit akan menyusut.
Tetapi kerangka dasarnya tidak mengalami perubahan secara nyata. Disini
molekul H2O seolah-olah mempunyai posisi yang spesifik dan dapat
dikeluarkan secara reversibel. Pada pori-porinya terdapat kation-kation
dan atau molekul air. Bila kation-kation dan atau molekul air tersebut
dikeluarkan dari pori dengan perlakuan tertentu maka zeolit akan
meninggalkan pori yang kosong.
Secara alami pori-pori zeolit yang belum diolah akan mengandung
sejumlah molekul air dan alkali atau alkali tanah hidrat. Proses pemanasan
pada temperatur 300-400°C dapat menghilangkan kandungan air dan
hidrat pada alkali atau alkali tanah hidrat. Zeolit yang sudah mengalami
pemanasan ini disebut Zeolit Teraktivasi Fisika artinya Zeolit terhidrasi
atau zeolit yang kehilangan air.

Gambar 19. Pemanasan zeolit terhidrasi untuk menjadikan zeolit terhidrasi

2. Sifat Penyerapan, Adsorben


Zeolit mempunyai kapasitas yang tinggi sebagai penyerap (adsorben).
Mekanisme adsorpsi yang mungkin terjadi adalah adsorpsi fisika
(melibatkan gaya Van der Walls), adsorpsi kimia (melibatkan gaya
elektrostatik), ikatan hidrogen dan pembentukan kompleks koordinasi.
Molekul atau zat yang dijerap akan menempati posisi pori.

18
Daya serap (adsorbansi) zeolit tergantung dari jumlah pori dan luas
permukaan. Molekul-molekul dengan ukuran lebih kecil dari pori yang
mampu terjerap oleh zeolit.
Sifat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan
karena struktur zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap
sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan
ukuran rongganya. Selain itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi
merupakan adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi
yang tinggi.

Gambar 20. Zeolit sebagai adsorben


Alkohol seperti fenol adalah zat pengotor yang bersifat racun bagi
manusia. Air yang mengandung fenol dapat dibebaskan dari fenol dengan
melewatkan air dalam zeolit teraktivasi. Fenol yang terkandung dalam air
akan teradsorpsi dan menempati posisi pori-pori. Sehingga konsentrasi
fenol dalam air menjadi berkurang.

3. Sifat Pertukaran Ion


Sedangkan sifat zeolit sebagai penukar ion karena adanya kation logam
alkali dan alkali tanah. Kation-kation pada pori berperan sebagai penetral
muatan zeolit. Kation-kation tersebut dapat bergerak bebas didalam rongga
dan dapat dipertukarkan dengan kation logam lain dengan jumlah yang
sama. Akibat struktur zeolit berongga, anion atau molekul berukuran lebih
kecil atau sama dengan rongga dapat masuk dan terjebak. Mekanisme
pertukaran kation tergantung pada ukuran, muatan dan jenis zeolitnya.

19
Gambar 21. Pertukaran ion pada zeolit
Larutan atau air yang mengandung ion-ion Ca2+ dilewatkan dalam zeolit-
Na teraktivasi. Ion-ion Ca2+ dalam larutan atau air akan menggantikan ion-
ion Na+ yang ada dalam pori-pori zeolit-Na. Ion-ion Na+ akan lepas
kedalam larutan atau air. Pada akhirnya konsentrasi ion Ca2+ dalam larutan
atau air akan berkurang. Rekasi pertukaran ion-ionnya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Z-Na + CaCl2 Z-Ca + 2NaCl
Z-Na = Zeolit-Natrium
Z-Ca = Zeolit-Kalsium

4. Sifat penyaringan, Sieving


Zeolit dengan struktur kerangka “framework” mempunyai luas permukaan
yang besar dan berperan sebagai saluran yang dapat menyaring
ion/molekul (molecular sieving). Peran zeolit sebagai penyaring ataupun
pemisah molekul didasarkan pada perbedaan bentuk, ukuran, dan polaritas
molekul yang disaring. Sifat ini disebabkan zeolit mempunyai pori dengan
ukuran tertentu. molekul yang berukuran lebih kecil dari pori dapat
melintas sedangkan yang berukuran lebih besar dari pori akan tertahan.

20
Gambar 22. Zeolit sebagai Molecular Sieving

5. Sifat katalis-katalisator
Sifat sebagai katalis didasarkan pada adanya ruang kosong yang dapat
digunakan sebagai katalis ataupun sebagai penyangga katalis untuk reaksi
katalitik. Kemampuan zeolit sebagai katalis berkaitan dengan tersedianya
pusat-pusat aktif dalam saluran antar zeolit. Pusat-pusat aktif tersebut
terbentuk karena adanya gugus fungsi asam tipe Bronsted maupn Lewis.
Perbandingan kedua jenis asam ini tergantung pada proses aktivasi zeolit
dan kondisi reaksi. Pusat-pusat aktif yang bersifat asam ini selanjutnya
dapat mengikat molekul-molekul basa secara kimiawi. Zeolit dengan rasio
Si/Al yang tinggi akan menyebabkan keasaman tinggi

21
Gambar 23. Zeolit sebagai katalis
Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang
besar menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Contoh
cracking adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi
bensin.
n-hexadecane + catalis isooctane + heptane
C16H34 + Zeolite-Mo C8H18 + C7H16

Kemampuan zeolit sebagai katalis berkaitan dengan tersedianya pusat-


pusat aktif dalam saluran antar zeolit. Pusat-pusat aktif tersebut terbentuk
karena adanya gugus fungsi asam tipe Bronsted maupun Lewis.
Perbandingan kedua jenis asam ini tergantung pada proses aktivasi zeolit
dan kondisi reaksi. Pusat-pusat aktif yang bersifat asam ini selanjutnya
dapat mengikat molekul-molekul basa secara kimiawi. Sedangkan sifat
zeolit sebagai penukar ion karena adanya kation logam alkali dan alkali
tanah. Kation tersebut dapat bergerak bebas didalam rongga dan dapat
dipertukarkan dengan kation logam lain dengan jumlah yang sama. Akibat
struktur zeolit berongga, anion atau molekul berukuran lebih kecil atau
sama dengan rongga dapat masuk dan terjebak

F. Zeolit termodifikasi
Beberapa perlakuan diperlukan untuk mendapatkan zeolit dengan bentuk
yang berbeda-beda atau ratio Si/Al yang sesuai untuk suatu keperluan.
Modifikasi zeolit dimaksudkan untuk mengubah struktur kerangka zeolit,
kation pengganti, ukuran pori atau rongga maupun perbandingan silica
alumina nya. Modifikasi zeolit alam didasarkan pada beberapa jurnal dan

22
paten dalam pengembangan zeolit sebagai adsorben (molecular sieve).
Bedard menjelaskan bahwa sangat sulit untuk mengindentifikasi teknik-
teknik khusus yang benar-benar digunakan oleh perusahaan tertentu dalam
pembuatan zeolit sebagai molecular sieve. Hal ini karena tidak adanya
metode untuk menentukan proses mana dari paten tersebut yang praktis
untuk digunakan pada proses produksi molecular sieve. Selain itu,
sebagian dari tahapan proses produksi masih merupakan rahasia
perusahaan yang mengajukan paten. Pada penelitian ini dicoba dengan
memadukan beberapa tahapan proses yang ada dalam paten-paten tersebut.
Namun secara umum, proses modifikasi dilakukan menggunakan metode
sintesis hidrotermal dengan pelarut utama air. Alasan digunakan air
sebagai pelarut, diantaranya karena air dapat melarutkan komponen-
komponen campuran pereaksi pada berbagai taraf, mempengaruhi
konsentrasi dan pH dari tiap-tiap kerangka komponen penyusun zeolit, dan
membantu dalam stabilisasi akhir dari mikroporositas kristalin melalui
koordinasi dengan kation-kation yang bermuatan seimbang dalam produk
akhir dan mengisi kekosongan bagian dari mikroporositas yang dihasilkan.
Selain itu, pelarut air tersedia dengan mudah dan murah, mudah untuk
didaur ulang, dan tidak bermasalah jika dibuang ke lingkungan sebagai zat
non-kontaminasi. Oleh karena itu, hampir semua proses pembuatan zeolit
dan oksida molecular sieve lainnya dilakukan dalam air, bahkan muncul
dalam kasus pembuatan bahan mikroporositas seperti kerangka logam
organik, air digunakan sebagai pelarut reaksi karena ekonomis dan paling
ramah terhadap lingkungan. Modifikasi dilakukan melalui metode
penambahan ion aluminium ke dalam kerangka zeolit alam sehingga
nantinya diharapkan memiliki sifat-sifat yang serupa dengan zeolit sintetis
3A. Proses penambahan ion aluminium ke dalam kerangka zeolit
dilakukan melalui 2 metode, yaitu : Metode Asidifikasi– Realuminasi dan
Aluminasi-Langsung.

23
1. Metode asidifikasi-realuminasi
Perlakuan pendahuluan terhadap zeolit alam adalah menggunakan HCl
1,5 M. Tujuan dari perlakuan tersebut adalah untuk menghilangkan
logam-logam yang tidak diinginkan yang masih terkandung di dalam
zeolit alam. Zeolit hasil proses asidifikasi dikalsinasi pada suhu 500°C
selama 2 jam. Kalsinasi adalah proses pemanasan zat padat sampai
suhu dibawah titik leleh, yang mengakibatkan penguraian oleh panas
atau fase transisi selain dari pelelehan. Proses yang termasuk jenis
reaksi ini antara lain : disosiasi panas, transisi fase polimorfik, dan
rekristalisasi termal (EM 2008). Kalsinasi pada penelitian ini bertujuan
untuk rekristalisasi sampel zeolit setelah proses modifikasi.
Selanjutnya, zeolit hasil proses kalsinasi diberi perlakuan dengan
penambahan sumber ion Al3+ ke dalam kerangka zeolit yang bertujuan
untuk memperkecil perbandingan kandungan Si/Al terhadap zeolit
yang dimodifikasi. Sementara itu, zeolit sintetis 3A digunakan pada
penelitian ini sebagai pembanding dalam penentuan karakteristik dari
zeolit yang diberi perlakuan asam dan pengkayaan ion Al3+
(realuminasi). Modifikasi yang dilakukan terhadap zeolit yang telah
beri perlakuan asam menghasilkan zeolit alam modifikasi 1 (dikodekan
ZAM1) seperti yang terlihat pada Gambar 24. Zeolit yang diberi
perlakuan asam (ZAA) menampakkan luas permukaan dan volume
pori yang lebih besar jika dibandingkan dengan zeolit alam.

Gambar 24. Zeolit hasil modifikasi sebelum dan sesudah pengeringan


menggunakan metode asidifikasi-realuminasi.

24
Proses asidifikasi bertujuan untuk menghilangkan logam-logam
pengotor yang tidak diinginkan dalam sampel zeolit sehingga zeolit
yang diperoleh diharapkan lebih murni. Hasil analisis komposisi kimia
terhadap sampel zeolit hasil asidifikasi dan realuminasi menggunakan
metode XRF dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil analisis komposisi kimia menggunakan metode XRF
Komposisi ZA ZAA ZAM1 Z3A
Unsur (%)
Si 31,41 31,02 27,49 19,36
Al 5,59 4,01 11,37 11,12
Na 0,81 0,27 0,76 7,71
K 1,92 1,59 0,94 0,15
Mg 0,46 0,23 0,17 1,18
Ca 2,34 0,50 0,35 0,12
Ba 0,03 0,02 0,02 0,02
Fe 0,83 0,50 0,36 0,76
S 0,03 0,01 0,01 0,01
Cl - 0,04 - 0,11
Si/Al 5,62 7,74 2,42 1,74
Keterangan : ZA = zeolit alam, ZAA = zeolit alam asidifikasi, ZAM1
= zeolit alam modifikasi 1, dan Z3A = zeolit sintetis 3A.
Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa sebagian besar logam-logam
seperti Fe dan Ca mengalami penurunan setelah diberi perlakuan
asam, begitu juga dengan logam Aluminium. Penurunan kandungan
Al tidak diharapkan karena akan memperbesar rasio Si/Al dalam
sampel zeolit. Jika hal ini terjadi, maka zeolit akan bersifat lebih
hidrofobik dan pori-pori zeolit akan menjadi lebih terbuka. Jika
diperhatikan, komposisi kimia dari sampel zeolit sintetis 3A juga
masih mengandung logam-logam pengotor. Oleh karena itu, proses
modifikasi selanjutnya dilakukan secara langsung tanpa proses
asidifikasi terlebih dahulu.

25
2. Metode aluminasi langsung
Modifikasi dilakukan menggunakan metode yang berbeda dengan
beberapa sumber alumina yang berbeda pada proses aluminasi zeolit.
Sumber alumina yang digunakan antara lain aluminium oksida,
aluminium nitrat, tawas, dan kaolin yang juga dapat berfungsi sebagai
binder. Proses aluminasi dilakukan secara langsung dan produk yang
dihasilkan adalah ZAM2, ZAM3, ZAM4, ZAM5, dan ZAM6. Gambar
25 menunjukkan zeolit granul (ZAM6) yang dibuat secara manual
dalam bentuk bulatan-bulatan kecil berukuran 3 – 5 mm.

Gambar 25. Zeolit alam modifikasi dalam bentuk granula ukuran 3–


5mm.
Hasil analisis komposisi kimia sampel zeolit yang dialuminasi secara
langsung (ZAM2, ZAM3, ZAM4, ZAM5, ZAM6) dan zeolit sintetis
3A dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa
rasio Si/Al dalam sampel zeolit mengalami penurunan setelah proses
modifikasi kecuali pada sampel ZAM2.
Tabel 7. Hasil analisis komposisi kimia menggunakan metode EDX
Unsur(%) ZA ZAM2 ZAM3 ZAM4 ZAM5 ZAM6 Z3A
Si 26,89 19,66 19,44 15,61 18,14 11,43 18,18
Al 7,80 4,13 5,98 7,19 6,13 5,19 13,52
Na 0,67 3,60 2,17 5,12 2,19 2,53 11,30
K 3,68 - 1,23 - 0,36 - 0,33
Mg 0,44 - 0,03 - - - 1,79
Ca 1,71 - - - 0,01 - 0,25
Ba 0,30 - 0,03 - - - 0,39
Fe 1,51 - 0,51 - - - 1,03

26
S 0,02 - - - 0,16 2,57 0,01
Cl 0,06 - 0,29 0,16 0,10 - 0,06
Si/Al 3,45 4,76 3,25 2,17 2,20 2,20 1,34

Keterangan :
ZA = zeolit alam
ZAM2 = zeolit alam Modifikasi 2
ZAM3 = zeolit alam Modifikasi 3
ZAM4 = zeolit alam Modifikasi 4
ZAM5 = zeolit alam Modifikasi 5
ZAM6 = zeolit alam Modifikasi 6
Z3A = zeolit sintetis 3A

Penyebab tidak terjadinya penurunan rasio Si/Al dalam sampel ZAM2


kemungkinan disebabkan oleh sebagian sumber Al yang ditambahkan
masih belum bereaksi, sehingga rasio Si/Al belum dapat diturunkan.
Namun, secara keseluruhan komposisi yang diharapkan dari zeolit
alam hasil modifikasi masih belum dapat menyamai komposisi kimia
zeolit sintetis (Z3A). Luas permukaan, volume, dan diameter pori
sampel zeolit diukur menggunakan peralatan Pore Size Distribution
Analyzer.

G. Aplikasi zeolit dan zeolit termodifikasi


1. Aplikasi Zeolit
a. Agen pendehidrasi
Zeolit yang dipanaskan akan melepaskan molekul air. Zeolit ini
dapat digunakan lagi untuk menyerap molekul air dari
sekelilingnya.

b. Penukar ion
Kation Mn+ dalam zeolit dapat digantikan oleh kation lain dialam.
Contoh: zeolit A digunakan sebagai pelembut air dimana kation
Na+ digantikan oleh Ca2+. Clinoptilolit merupakan salah satu jenis
zeolit yang digunakan untuk menyerap unsur radioaktif yang
berbahaya seperti Cs137 ditukar dengan Na= digunakan untuk
membersihkan lingkungan dari logam-logam dan unsur radioaktif

27
berbahaya pada kasus kecelakaan nuklir di Chermobyl dan Pulau
Three-Mile.

c. Adsorben (penyerap)
Zeolit dapat digunakan sebagai penyerap atau molekul polutan
seperti SO2, NO2 misal dengan zeolitA.

d. Katalis
Zeolit digunakan sebagai katalis asam pada industri petrokimia dan
petroleum karena memiliki situs asam Bronsted Lowry dan Lewis.
Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat keberlangsungan
suatu reaksi, selama proses dia ikut bereaksi, tetapi pada akhir
reaksi dilepaskan kembali. Situs asam Bronsted adalah situs yang
dapat melepaskan H+. Situs asam lewis adalah situs yang dapat
menerima pasangan elektron. Permukaan zeolit dapat digunakan
sebagai situs asam Bronsted atau Lewis, atau keduanya tergantung
pada bagaimana zeolit dibuat. Situs Bronsted dapat dikonversi
menjadi situs Lewis jika temperatur dinaikkan diatas 600 ℃ , dan
air dilepaskan.
Tidak semua katalis zeolit digunakan dalam bentuk terdekationisasi
atau asam; Na+ dapat diganti dengan ion Lantanida seperti La3+ atau
Ce3+, Ni2+, Pd2+atau Pt2+ dimana atom-atom logam ini dapat
terdeposit didalam kerangka zeolit.

Gambar 26. Skema situs asam Bronsted dan Lewis dalam zeolit

28
Terdapat 3 jenis selektivitas bentuk katalis:
1. Katalis selektif-reaktan: hanya molekul dengan dimensi kurang
dari bentuk kritis dapat masuk ke pori dan mencapai situs aktif
katalitis.

Gambar 27. Katalis selektif-reaktan

2. Katalis selektif-produk:hanya produk yang ukurannya kurang


dari dimensi dapat meninggalkan situs aktif dan terdefusi keluar
kanal

Gambar 28. Katalis selektif-produk

3. Katalis selektif-keadaan transisi: reaksi tertentu terhambat


karena keadaan transisi membutuhkan ruang lebih dibanding
yang tersedia dalam kavity.

29
Gambar 29. Katalis selektif-keadaan transisi

2. Aplikasi zeolit termodifikasi


a. Proses limbah plastik menjadi fraksi bensin
Proses limbah plastik menjadi fraksi bensin membutuhkan katalis
perengkah dari bahan zeolite alam yang diembankan logam nikel-
molibdenum (Ni-Mo) atau nikel-paladium (Ni-Pd). Bahan pengemban
berupa zeolit alam merupakan mineral alam dengan komposisi utama
mordenit sekitar 70%. Zeolit alam banyak bercampur dengan materi
pengotor(impurities) selain zeolite, baik kristalin maupun amorpus. Oleh
karena itu, zeolite alam perlu diaktivasi dan dimodifikasi guna
meningkatkan karakternya terutama aktivitas katalitiknya. Sebagai katalis,
salah satu sifat penting dalam proses konversi sampah plastic menjadi
fraksi bensin adalah jumlah situs asam totalnya(keasaman). Keasaman
zeolite dapat ditingkatkan dengan cara pengembanan logam-logam transisi
yang memiliki orbital d belum terisi penuh. Logam-logam ini secara
langsung dapat berfungsi sebagai katalis tanpa diembankan terlebih dahulu
pada pengemban, tetapi memiliki kelemahan, diantaranya luas permukaan
yang relative kecil, dan selama proses katalitik dapat terjadi
penggumpalan. Pengembanan logam-logam tersebut pada zeolite akan
mendistribusikannya secara merata pada permukaan pengemban, sehingga
menambah luas permukaan spesifik system katalis secara keseluruhan.
Jenis logam yang biasanya diembankan pada pengemban dan digunakan
secara luas pada industry minyak bumi adalah Ni-Mo dan Ni-Pd pada
pengemban 𝑎̃-alumina atau zeolite sintesis. Sistem katalisnya disebut
sebagai katalis bifunctional, yaitu melibatkan fungsi logam dan
pengembannya sebagai kataalis. Logam bimetal yang diembankan masing-
masing berperan sebagai katalis(Ni) dan promotor(Mo atau Pd).

30
Salah satu alternative pengolahan sampah plastic yang paling efektif
adalah degradasi dengan cara kimia, untuk memperoleh hasil yang optimal
dari segi energy dan meminimumkan polusi udara. Metode kimia yang
sering digunakan secara luas dan umum adalah cara pirolisis atau proses
pembentukan secara katalitik.

Songip beserta kelompok penelitinya melakukan pirolisis terhadap plastic


polietilena, kemudian fasa cairnya diinjeksikan ke reactor proses katalitik
dengan system alir. Karena cairan hasil pirolisis banyak mengandung
senyawa hidrokarbon dari fraksi berat, maka katalis seperti HZSM-
5(katalis dari Mobil Oil Company)dan silica alumina tidak dapat
digunakan pada proses ini. Katalis HZSM-5 mempunyai ukuran pori yang
terlalu kecil dan silica-alumina memiliki aktifitas rendah. Katalis yang
digunakan harus memiliki ukuran pori cukup besar untuk dilalui senyawa
yang akan direngkah dan stabilitas termal yang tinggi seperti katalis zeolit-
HY.

Proses hidrorengkah fraksi-fraksi hidrokarbon berat membutuhkan katalis


dengan karakter yang baik, seperti keasaman, luas permukaan, ukuran pori
yang sesuai/ tepat untuk reaksi tersebut. Biasanya pada industri petroleum
yang melibatkan prose hydrocraking/hydrotreatment, digunakan katalis
bimental (logam ganda) yang berperan sebagai promotor dan co-promotor
bagi proses tersebut. Katalis bimental yang sering digunakan adalah Ni-
Mo/ 𝑎̃-alumina atau Co-Mo/𝑎̃-alumina sebagai katalis pada proses
hidrorengkah fraksi berat minyak demikian pula katalis Pd-Mo/HY-zeolit
dan Ni-Pd/HY-zeolit, dimana bahan pengemban digunakan disini adalah
bahan sintesis yang harganya mahal.

Di Indonesia, pemanfaatan zeolite sebagai bahan pendukung katalis logam


belum begitu banyak dikembangkan. Di lain pihak, potensi zeolite alam
Indonesia sangat berlimpah dan dari segi kandungan zeolitnya kristalnya
cukup baik. Wega Trisunaryanti dan kelompok penelitinya telah berhasil
memurnikan dan mengkarakterisasi zeolite alam dari Bayah dan Tasik
Malaya, Jawa Barat serta memodifikasi zeolite-zeolit tersebut dengan
pengembanan logam Ni(Nikel) untuk proses hidrorengkah model minyak
bumi. Demikian pula zeolite alam dari Wonosari, Yogyakarta juga telah
berhasil dikarakterisasi dan dimodifikasi dengan pengembanan logam
krom (Cr) untuk perengkaahn fraksi berat minyak dan proses perengkahan
katalitik fraksi sampah plstik menjadi fraksi bensin. Dari hasil penelitian
diatas, katalis dengan pengembanan satu jenis logam saja ternyata belum
efektif dalam pencapaian konversi yang diinginkan. Hl ini diebabkan
karena logam tunggal tidak cukup menyediakan situs asam dan luas

31
permukaan yang sesuai untuk fraksi berat hidrokarbon. Di samping itu,
logam bimetal akan saling mendukung kinerja katalis yang bersangkutan
karena yang satu berfungsi sebagai promotor yang satunya lagi satunya
lagi sebagai co-promotor. Katalis Ni-Mo/Z dapat direkomendasikan untuk
reaksi hidrorengkah sampah plastic polipropilena menjadi fraksi bensin
karena lebih murah, sebagai alternative pengganti katalis Ni-Pd/Z yang
lebih mahal harganya.

b. Konversi pelumas bekas menjadi fraksi bensin


Pemanfaatan minyak pelumas pada berbagai bidang, misalnya untuk
pelumas mesin kendaraan bermotor, mesin industry menyebabkan minyak
pelumas merupakan salah sattu fraksi minyak bumi yang penting. Minyak
pelumas bekas mengandung senyawa bumi yang penting. minyak pelumas
bekas mengandung senyawa heteroatom, seperti nitrogen, sulfur dan klor
dan hidrokarbon rantai panjang (C40). Senyawa-senyawa tersebut sangat
beracun dan akan mencemari lingkungan jika hanya dibuang sembarangan
dan tidak ditangani dengan baik. Dilain pihak, pemanfaatan kembali
minyak pelumas melalui proses regenerasi merupakan suatu hal yang
hampir tidak mungkin dilakukan, karena terjadinya perubahan struktur
kimia setelah minyak pelumas digunakan.

Metode yang paling tepat untuk menangani minyak pelumas bekas agar
tidak mencemari lingkungan adalah proses recycling minyak pelumas
bekas menjadi bahan bakar bensin, minyak tanah, dan diesel. Produk yang
dihasilkan merupakan sumber energi yang saat ini sangat dibutuhkan oleh
seluruh bangsa di dunia. Untuk menghilangkan senyawa heteroatom
poliaromatik dari minyak pelumas bekas, dibutuhkan katalis yang tepat
dan memiliki aktivitas yang tingggi serta mudah dibuat dan diaplikasikan.

Logam oksida seperti: ZnO, Fe2O3, dan CuO serta campuran oksida logam
bimetal seperti ZnO/ Fe2O3 telah digunakan secara luas oleh para peneliti
sebagai bahan sorben desulfurisasi pada proses gasifikasi oksida dan
karbonat padat dalam system fuel cell. Katalis system logam-pengemban
seperti: NiMo/𝑎̃-alumina, Ni-Mo/SiO2-Al2O3, dan Co-Mo/𝑎̃-alumina
merupakan katalis yang telah banyak digunakan dalam proses
hydrotreatment, hydrodenitrogenation, hydrodemetalization, dan
hydridesulfurization fraksi-fraksi berat minyak bumi. Zeolit alam
Wonosari, Yogyakarta keberadaannya melimpah, dan diteliti oleh penulis
merupakan zeolite denngan komposisi utama (sekitar 75%) mordenit.
Proses dealuminasi zeolite alam Wonosari dengan asam nitrat, klorida dan
sulfat telah berhasil meningkatkan kandungan mordenit zeolite alam dan
aktivitasnya pada proses perengkahan katalitik n-dodekana sebagai model

32
minayk bumi. Penambahan Nb2O5 pada 𝑎̃-alumina dan ZrO sebagai
pengemban telah diteliti dapat meningkatkan situs asam permukaan katalis
dan selanjutnya meningkatkan aktivitas penghilangan sulfur dan nitrogen
dari fraksi minyak bumi.

Proses recycling minyak pelumas bekas menggunakan katalis besi oksida


(Fe:10%) yang diembankan pada silica (SiO2), alumina(Al2O3) atau silica-
alumina(SiO2-Al2O3) telah dilakukan oleh Bhaskar dan kelompoknya.
Katalis dipreparasi dengan metode impregnasi basah, dimana katalis ini
dipergunakan sebagai katalis desulfurisasi pelumas bekas menjadi bahan
bakar minyak. Hasil penelitian menunjukkn kecenderungan penghilangan
sulfur meningkat sesuai urutan katalis Fe/SiO2-Al2O3<Fe/ Al2O3< Fe/SiO2
dimana hal ini boleh jadi disebabkan oleh ukuran kristal yang lebih kecil
(7,4 nm Fe2O3 pada Fe/SiO2 ). Data x-ray diffraction menunjukkan adanya
besi sulfide pada peprmukaan kayalis bekas. Kromatografi gas dengan
thermal conductivity detector(TCD) menunjukkan adanya produk gas H2S.
Katali Fe/SiO2 mampu mengkonversi fraksi hidrokarbon berat (C40) yang
terdapat didalam pelumas bekas menjadi hidrokarbon lebih ringan melalui
proses perengkahan katalitik. Hasil penelitian Bhaskar dan kelompok
risetnya sejalan dengan hasil penelitian Trisunaryanti dan kelompok
risetnya yang juga telah melakukan proses recycling pelumas bekas dari
berbagai industry automotive di Yogyakarta dan sekitarnya menggunakan
katalis Fe2O3 atau ZnO yang diembankan pada zeolite alam Wonosari
teraktivasi HCl atau Na-EDTA (ZAA) dan variasi pengemban dengan
tambahan Nb2O5. dibandingkan dengan hasil penelitian Bhaskar, hasil
penelitian Trisunaryati menunjukkan lebih dari 90% hidrokarbon berat
(C20-C40) yang terdapat dalam pelumas bekas terkonversi menjadi fraksi
hidrokarbon ringan(C5-C40) dengan mayoritas produk adalah hidrokarbon
C5-C12 yang merupakan fraksi bensin. Sementara itu, hasil penelitian
Bhaskar hanya mampu mengkonversi fraksi hidrokarbon menjadi fraksi
ringan dengan kuantitas yang kecil, sehingga dari data kromatogram,
perubahan fraksi hidrokarbon berat ke hidrokarbon ringan tidak terlalu
signifikan data kromatogram pelumas bekas menunjukkan munculnya
puncak-puncak pada kisaran waktu retensi 0-50 menit, dimana pada waktu
retensi 50 menit terdapat puncak melebar. Setelah proses recycling, data
kromatogram menunjukkan daerah waktu retensi yang masih sama, yaitu
pada 0-50 menit, hanya telihat terjadi sedikit penambahan kuantitas dan
intensitas puncak pada waktu retensi 40-50 menit terlihat jelas, hanya
terjadi sedikit penurunan intensitas puncak pada waktu retensi dibawah 10
menit. Puncak lebar, menggunung pada waktu retensi 40-50 menit masih
terlihat jelas, hanya terjadi sedikit penurunan intensitas beberapa puncak
pada daerah tersebut. Hasil penelitian Trisunaryati dapat diamati dari

33
kromatogram dimana pergeseran fraksi hidrokarbon ringan tampak jelas
dengan perubahan waktu retensi munculnya puncak-puncak dari waktu
retensi besar (diatas 30 menit untuk pelumas bekas) ke waktu retensi kecil
(diantara 0 sampai 20 menit) dengan kenampakan puncak-puncak tajam
dari senyawa hidrokarbon. Puncak-puncak pada waktu retensi diatas 30
menit berkurang secara signifikan (hampir tidak tampak). Dari hasil
penelitian Trisunaryati dan kelompok risetnya diperoleh konversi produk
cair(minyaj) dengan katalis ZnO/Nb2O5-ZAA sebesar 52,97% dengan
selektivitas untuk fraksi bensin sebesar 38,87% dan fraksi minyak diesel
sebesar 14,10% dengan katalis Fe2O3/Nb2O5-ZAA dihasilkan konversi
fraksi minyak car sebesar 50,64% selektivitas fraksi bensin 35,64% dan
selektivitas fraksi minyak diesel sebesar 15%. Katalis-katalis ini memiliki
ukuran pori mayoritas pada skala mikopori. Hasil-hasil penelitian
Trisunaryanti dan kelompoknya dapat dilihat pada tabel 4 dan 5.

Tabel 4. Selektivitas katalis/termal terhadap fraksi bensin dan diesel


Katalis Temperatur Fraksi Bensin Fraksi Bensin
(C5-C12)(%) (>C12)(%)
Termal 400℃ 19,36 10,65
450℃ 21,42 15,78
500℃ 27,03 1,39
Fe2O3/ZAAH 400℃ 18,24 7,19
450℃ 23,51 8,07
500℃ 30,37 7,95
Fe2O3/ZAAE 400℃ 22,73 8,79
450℃ 25,07 13,03
500℃ 25,78 5,92
Fe2O3/ZAAH- 350℃ 27,37 10,6
Nb2O5 400℃ 29,25 10,8
450℃ 25,64 15
500℃ 23,26 10,47
Fe2O3/ZAAE- 350℃ 23,78 6,78
Nb2O5 400℃ 34,05 14,66
450℃ 25,77 9,25
500℃ 18,22 4,33
Fe2O3 400℃ 13,56 16,03
450℃ 20,65 14,85
500℃ 13,36 23,73

Tabel 5. Selektivitas katalis terhadap fraksi


Katalis Fraksi bensin*) Fraksi diesel*) Total Produk
(%-b/b) (%-b/b) cair (%-b/b)
Termal 20,29 8,18 28,47
ZnO 30,91 13,21 44,12
Zaah 27,02 4,76 31,76

34
ZnO/ZAAH 34,26 11,03 45,29
ZnO/Nb2O5- ZAAH 38,87 14,10 52,97

Dari pemaparan dari hasil riset Bhaskar dan Trisunaryanti beserta


kelompok risetnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelumas bekas tersusun dari senyawa hidrokarbon poliaromatik dan
senyawa heteroatom (mengandung sulfur) dengan berat molekul
tinggi (>C25)
2. Proses recycling pelumas bekas menggunakan katalis berbasis silica,
alumina, dan silika-alumina yang diembankan Fe2O3, maupun zeolite
alam teraktivasi yang diembankan Fe2O3dan ZnO dengan modifikasi
pengemban Nb2O5 dapat mengkonversi fraksi hidrokarbon berat yang
terdapat didalam minyak pelumas bekas menjadi hidrokarbon ringan.

Dari hasil telaah penelitian-penelitian yang telah dilakukan terhadap upaya


aktivasi dan modifikasi zeolite alam Womosari, Indonesia dapat ditarik
kesimpulan bahwa zeolite alam memiliki prospek yang baik dan sangat
menjanjikan untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai katalis yang dapat
dimanfaatkan pada industry petroleum untuk refinery, perengkahan,
desulfurisasi, dan demetalisasi senyawa-senyawa hidrokarbon rantai
panjang dan polimer untuk sikonversi menjadi senyawa hidrokarbon
ringan yang termasuk fraksi bahan bakar gas (hidrokarbon dibawah C5)
dan cair (C5-C15)

3. Aplikasi Zeolit termodifikasi sebagai penyerap anion


Deterjen adalah senyawa organik yang terbuat dari komponen utama
berupa surfaktan dan builder atau pembentuk. Surfaktan berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran
yang menempel pada permukaan bahan, sedangkan builder berfungsi
untuk meningkatkan efisiensi kerja surfaktan. Builder yang biasanya
digunakan yaitu senyawa fosfat, sehingga pada limbah deterjen akan
mengandung senyawa fosfat. Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat
berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan. Bila kadar fosfat
dalam air tinggi, dapat menyebabkan eutrofikasi, yaitu pencemaran air
yang disebabkan karena munculnya nutrient yang berlebihan di dalam
ekosistem air. Kondisi eutrofik sangat memungkinkan alga dan enceng
gondok tumbuh berkembang biak dengan pesat. Akibatnya, kualitas air

35
menjadi sangat menurun (Budi, 2006). Konsentrasi optimum fosfat pada
limbah deterjen yang diperbolehkan menurut Menteri Kesehatan No. 416
dalam peraian adalah 0,05 ppm. Oleh sebab itu perlu dicari alternatif untuk
mengurangi atau menurunkan kadar fosfat pada limbah deterjen. Salah
satu metode yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan metode
adsorpsi. Adsorben yang biasa digunakan untuk proses adsorpsi salah
satunya adalah zeolit. Selain berasal dari alam, zeolit dapat diperoleh dari
hasil sintesis dimana sifat fisik dan kimianya akan sama dengan zeolit
alam (Saputra, 2006). Secara umum, zeolit mampu menyerap dan menukar
kation karena memiliki pori dan logam-logam alkali dipermukaannya yang
dapat dipertukarkan. Namun kemampuan zeolit alam untuk menukar anion
/ kation sangat kurang. Hal ini karena zeolit alam mengandung logam-
logam lain, sehingga dapat mengakibatkan adanya kompetisi pertukaran
dengan logam yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya
perlu dibuat zeolit sintetis yang mempunyai komposisi jelas seperti zeolit
A (Sriatun, 2004). Selain dengan menggunakan zeolit A, kemampuan
adsorpsi dapat ditingkatkan dengan penambahan zat lain, yaitu
hexadechyltrimethylammonium (HDTMA). Zeolit tipe A (Gambar 15)
berbentuk octahedral, yang tersusun atas 12 SiO4 dan 12 AlO4 tetrahedral
serta sejumlah ion logam. Setiap kubo-oktahedral dihubungkan dengan
kubo-oktahedral yang lain melalui 4 cincin dan 8 aluminosilikat oktahedral
terhubung dengan cara yang sama membentuk suatu ruang yang
memungkinkan molekul adsorbat dapat masuk dengan cara adsorpsi
(Oscik and Cooper, 1982).

36
Gambar 30. Zeolit A
Hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) atau cetrimonium
((C16H33)N(CH3)3) merupakan salah satu surfaktan kationik. HDTMA
(Gambar 29) sering digunakan sebagai bahan untuk modifikasi adsorben
dalam meningkatkan kapasitas adsorpsinya. Agnestisia dkk, (2012)
menyatakan bahwa adsorben yang termodifikasi
hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) dapat meningkatkan kapasitas
adsorpsi terhadap senyawa fosfat (PO4)3-, yaitu dari 2,36 mg/g menjadi
16,95 mg/g.

Gambar 31. Struktur HDTMA


Zeolit termodifikasi HDTMA akan membentuk bilayer pada permukaan
luar zeolit sehingga menurunkan sifat hidrofiliknya, sehingga zeolit dapat
menyerap ion seperti fosfat (Chutia, et al., 2009). Penambahan surfaktan
kation terhadap permukaan bermuatan negatif melibatkan pertukaran
kation dan ikatan hidrofobik. Pada konsentrasi rendah, monomer-monomer
surfaktan tertahan oleh pertukaran ion dan membentuk monolayer. Namun,
apabila penambahan surfaktan ditingkatkan, interaksi antara ekor
hidrokarbon menyebabkan pembentukan bilayer (Mutngimaturrohmah,

37
dkk 2007). Gambar 30 adalah struktur HDTMA serta mekanisme
pembentukan monolayer dan bilayer HDTMA pada zeolit.

Gambar 32. Mekanisme pembentukan monolayer HDTMA pada zeolit

Gambar 33. Bentuk bilayer HDTMA pada zeolit


Oleh sebab itu, dilakukan adsorpsi senyawa fosfat menggunakan adsorben
zeolit A yang disintesis dari kaolin Capkala dan aluminium oksida
(Al2O3) termodifikasi HDTMA.

38
DAFTAR PUSTAKA

Arryanto, Yateman. 2009. Material Canggih.Yogyakarta: Jurusan Kimia UGM.


Destiarti, Lia. Dita S., dan Nelly W. 2015. Pemanfaatan Zeolit A Termodifikasi
Hexadecyltrimethylammonium(HDMTA) Sebagai Adsorben Fosfat: JKK
Volume 4(2) (hlm. 14-20). Pontianak: FMIPA Universitas Tanjungpura.
Dewi, Sandra. 2017. Zeolit dan Manfaatnya. https://www.academia.edu/ diakss
pada tanggal 7 September 2019 pukul 10:00 WIB.
HITI. 2017. Solusi Miskelola Tanah dan Air untuk Memaksimalkan
Kesejahteraan Rakyat. Yogyakarta: UPN Veteran Yogyakarta Press.
Khaidir. 2011. Modifikasi Zeolit Alam Sebagai Material Molecular Sieve dan
Aplikasinya pada Proses Dehidrasi Bioetanol[tesis]. Bogor(ID) : Sekolah
Pascasarjana IPB.
Sholeha, Novia Amalia. 2017. Karakteristik Pori Pada Zeolit: Modifikasi Dan
Aplikasi[artikel]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Trisunaryanti, Wega. 2009. Buku Ajar : Kimia Zat Padat. Yogyakarta: UGM.

39

Anda mungkin juga menyukai