Agus Supriyanto
Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Negeri Semarang, Indo-
nesia
Abstract
Based a phenomenon in SMP Negeri 19 Semarang that indicates behavioral symptoms of
coming late to the school by some students. The main objective of this study to determine the
student behavior of late coming to school can be overcome through individual counseling be-
havioristic approach to behavior shaping techniques. The types of research was single subject
design with A-B-A design that measures behavior repeatedly targeted by period (weekly, daily,
or hourly). The research subject were three clients. The technique of data collecting was inter-
view and observation. The data was analysed descriptively based on the reaserch focus. The
result showed the student’s symptom of coming late to school was appear. In the observations
that have been conducted based on frequency aspect of weekly and daily duration that the
third student has a behavioral form of late arrival at school after 1 hours of class begin. All of
the clients at before, during, and process counseling was declining the behavior of coming late
to school based the aspect of frequency and duration so that they eventually comes to school
on time. The conclusion of this study is the behavior of coming late to school can be overcome
through the implementation of individual counseling Behavioristic approach to the behavior
shaping techniques
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6374
Gedung A2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229
E-mail: journalbkunnes@yahoo.com
Agus Supriyanto, dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application1 1(1) (2012)
37
Agus Supriyanto, dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application1 1(1) (2012)
ini adalah teknik behavior shaping. Menurut Mil- sebagai sampel penelitian”. Penelitian ini men-
tenberger (2008: 186), “shaping menggunakan gukur variabel terikat atau target behavior secara
different reinforcement yang didalamnya melibatkan berulang dengan periode tertentu (perminggu,
prinsip dasar dari reinforcement dan extinction”. perhari, atau perjam). Dalam penelitian den-
Dari hal tersebut dapat diketahui landasan dari gan subyek tunggal (single subject design), peneliti
penggunaan teknik behavior shaping merupakan menggunakan desain A-B-A. Dalam desain ini,
prosedur behavioral untuk membentuk tingkah setelah adanya treatment maka akan adanya pen-
laku target (target behavior) dengan memberikan gukuran sebagai kontrol untuk fase berikutnya
reinforcement pada perilaku yang mendekati target sehingga dapat menarik kesimpulan adanya hu-
sehingga teratasi perilaku terlambat datang ke bungan antar variabel. Variabel dalam penelitian
sekolah yang dialami klien hingga akhirnya ter- ini yaitu:
X Y
bentuk perilaku yang diinginkan. Perilaku yang
diinginkan dalam penelitian ini adalah perilaku
siswa datang tepat pada waktunya ke sekolah.
Rumusan masalah dalam penelitian ini Gambar 1. Hubungan Antar Variabel
yaitu (1) bagaimanakah gambaran perilaku ter- X : Konseling individual pendekatan behavioris-
lambat datang ke sekolah pada siswa sebelum tik dengan teknik behavior shaping
mendapat konseling individual pendekatan beha- Y : Perilaku terlambat datang ke sekolah
vioristik melalui teknik behavior shaping?, (2) ba-
gaimanakah gambaran perilaku terlambat datang Subyek dalam penelitian ini adalah siswa
ke sekolah pada siswa setelah mendapat konse- yang mengalami perilaku terlambat datang ke
ling individual pendekatan behavioristik melalui sekolah di SMP N 19 Semarang. Sampling yang
teknik behavior shaping?, (3) adakah Perbedaan digunakan di sini adalah purposive sampling. Me-
perilaku terlambat datang ke sekolah pada siswa nurut Sugiyono (2008: 218), bahwa “purposive
antara sebelum dan setelah mendapat konseling sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
individual pendekatan behavioristik melalui tek- pertimbangan tertentu”. Siswa yang dijadikan su-
nik behavior shaping?, dan (4) apakah perilaku ter- byek diperoleh berdasarkan dari observasi awal
lambat datang ke sekolah dapat diatasi melalui peneliti bahwa setiap harinya pasti ada siswa yang
konseling individual pendekatan behavioristik terlambat datang ke sekolah. Sampel diambil dari
dengan teknik behavior shaping? hasil layanan Konseling Kelompok yang dilaku-
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk (1) kan praktikan serta diperoleh dari guru piket dan
mengetahui gambaran perilaku terlambat datang konselor SMP Negeri 19 Semarang yang kemudi-
ke sekolah pada siswa sebelum mendapat konse- an diwawancara.. Dari data-data tersebut diambil
ling individual pendekatan behavioristik melalui tiga siswa dengan kasus yaitu perilaku terlambat
teknik behavior shaping, (2) mengetahui gambaran datang ke sekolah yang perlu segera diatasi kare-
perilaku terlambat datang ke sekolah pada siswa na dapat mempengaruhi prestasi siswa di dalam
setelah mendapat konseling individual pendeka- kelas dan sekolah serta dapat memberikan akibat
tan behavioristik melalui teknik behavior shaping, bagi dirinya, keluarga, sekolah, dan masyarakat
(3) mengetahui Perbedaan perilaku terlambat da- sekitar.
tang ke sekolah pada siswa antara sebelum dan Untuk memperoleh data yang akurat me-
setelah mendapat konseling individual pendeka- lalui sumber data ini adalah guru pembimbing,
tan behavioristik melalui teknik behavior shaping, wali kelas, teman siswa dan juga siswa yang men-
dan (4) mengetahui perilaku terlambat datang ke galami perilaku terlambat datang ke sekolah.
sekolah yang dialami siswa dapat diatasi melalui Instrument yang digunakan yaitu dengan wawan-
konseling individual pendekatan behavioristik cara dan observasi. wawancara dilakukan secara
dengan teknik behavior shaping. mendalam terhadap siswa dan bersifat terbuka.
“Wawancara mendalam merupakan suatu cara
Metode mengumpulkan informasi dengan cara langsung
bertatap muka dengan informan, dengan maksud
Jenis penelitian yang digunakan dalam mendapat gambaran lengkap tentang topik yang
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Da- diteliti” (Bungin, 2007:157).
lam penelitian kuantitatif ini, lebih difokuskan Kemudian selain wawancara, juga meng-
pada penelitian dengan desain subyek tunggal gunakan observasi. “Observasi merupakan teknik
(single subject design). Menurut Rosnow dan Ro- untuk merekam data keterangan atau informa-
senthal (1999) dalam Sunanto (2005:54) “Desain si tentang diri seseorang yang dilakukan secara
subjek tunggal mefokuskan pada data individu langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan-
38
Agus Supriyanto, dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application1 1(1) (2012)
kegiatan yang sedang berlangsung, sehingga di- sebelum, saat, dan setelah dilakukan konseling
peroleh data tingkah laku seseorang yang me- dari ketiga klien (TM, HS, dan AG). Gambaran
nampak (behavior observable), apa yang dikatakan, sebelum dilakukan konseling dapat diketahui
dan apa yang diperbuatnya” (Hidayah, 1998: bahwa rata-rata ketiga klien terlambat tiba di
4). Ada dua alat instrumen observasi yang digu- sekolah setelah jam pelajaran 1 dimulai dengan
nakan peneliti untuk mengetahui perkembangan durasi antara 0-18 menit perhari. Saat proses kon-
perilaku terlambat datang ke sekolah, yaitu cek list seling, diketahui bahwa rata-rata klien terlambat
dan self recording. tiba di sekolah setelah jam pelajaran 1 pada ming-
Triangulasi yang digunakan dalam pen- gu ke 4 yaitu 0-8 menit perhari, kemudian ming-
elitian ini adalah triangulasi waktu dan sumber. gu ke 5 yaitu terlambat tiba di sekolah setelah
Kemudian analisis yang digunakan dalam peneli- jam pelajaran 1 dimulai antara 0-3 menit perhari,
tian ini adalah analisis deskriptif. Dalam analisis dan minggu ke 6 ketiga klien sudah hadir tepat
ini, peneliti mendeskriptifkan secara menyeluruh waktu di sekolah. Gambaran setelah dilakukan
hasil data dari wawancara konseling serta obser- konseling bahwa ketiga klien sudah hadir tepat
vasi. waktu ke sekolah dan tidak terlambat lagi. Dari
hal tersebut dapat diketahui bahwa proses konse-
Hasil dan Pembahasan ling individual pendekatan behavioristik dengan
teknik behavior shaping dapat mengatasi perilaku
Hasil dari penelitian ini yaitu diketahui terlambat datang ke sekolah.
perkembangan perilaku terlambat datang ke se- Selain aspek durasi, penelitian ini juga
kolah dari sebelum, saat, sampai sesudah treat- mengukur tingkat keterlambatan siswa dari aspek
ment dengan melihat dari aspek frekuensi dan du- frekuensi. Aspek frekuensi mengukur keterlam-
rasi dari ketiga klien. Perilaku yang muncul yaitu batan siswa pada tiap minggunya. Oleh karena
perilaku tiba di sekolah setelah jam pelajaran 1 itu akan dijabarkan hasil dari observasi sebelum,
dimulai. Sedangkan perilaku yang tidak muncul saat, dan sesudah proses konseling dari aspek du-
adalah perilaku terlambat masuk kelas setelah rasi dan frekuensi pada klien TM, HS, dan AG.
istirahat melebihi waktu yang ditentukan. Oleh Dari Grafik 2 tersebut dapat diketahui
karena itu akan dijabarkan hasil dari observasi gambaran sebelum, saat, dan setelah dilakukan
sebelum, saat, dan sesudah proses konseling dari konseling dari ketiga klien (TM, HS, dan AG)
aspek durasi dan frekuensi pada klien TM, HS, aspek frekuensi. Gambaran sebelum dilakukan
dan AG. konseling dapat diketahui bahwa rata-rata ketiga
klien terlambat tiba di sekolah setelah jam pela-
Dari Grafik 1 dapat diketahui gambaran jaran 1 dimulai dengan frekuensi antara 4-6 hari
tiap minggunya. Saat proses konseling, diketahui
Grafik 1. Perilaku Terlambat Tiba Di Sekolah Setelah Jam Pelajaran 1 Dimulai Pada Klien TM An-
tara Sebelum dan Setelah Memperoleh Konseling Individual Pendekatan Behavioristik dengan Teknik
Behavior Shaping Ditinjau Dari Aspek Durasi
39
Agus Supriyanto, dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application1 1(1) (2012)
Grafik 2. Perilaku Terlambat Tiba Di Sekolah Setelah Jam Pelajaran 1 Dimulai Pada Klien TM An-
tara Sebelum dan Setelah Memperoleh Konseling Individual Pendekatan Behavioristik dengan Teknik
Behavior Shaping Ditinjau Dari Aspek Frekuensi
bahwa rata-rata klien terlambat tiba di sekolah se- sehingga diketahui perubahan klien menjadi
telah jam pelajaran 1 pada minggu ke 4 yaitu 3-5 hadir tepat waktu atau masih memiliki perilaku
hari perminggu, kemudian minggu ke 5 yaitu ter- terlambat datang ke sekolah dengan melihat dari
lambat tiba di sekolah setelah jam pelajaran 1 di- aspek durasi maupun frekuensi �����������������
ketiga ����������
klien. Ha-
mulai antara 2-3 hari perminggu, dan minggu ke sil yang dapat disimpulkan dengan menggunakan
6 ketiga klien sudah hadir tepat waktu di sekolah. teknik triangulasi tersebut yaitu klien memiliki
Gambaran setelah dilakukan konseling bahwa perilaku terlambat datang ke sekolah dengan ben-
ketiga klien sudah hadir tepat waktu ke sekolah tuk terlambat tiba di sekolah setelah jam pelaja-
dan tidak terlambat lagi. Dari hal tersebut dapat ran 1 dimulai.
diketahui bahwa proses konseling individual pen- Perilaku terlambat datang ke sekolah pada
dekatan behavioristik dengan teknik behavior sha- diri ketiga klien ini apabila tidak mendapatkan
ping dapat mengatasi perilaku terlambat datang perhatian dan penanganan yang tepat maka akan
ke sekolah. berdampak negatif bagi diri klien. Dampak nega-
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di- tif tersebut dapat terjadi pada kehidupan sehari-
lakukan, diperoleh gambaran perilaku terlambat hari, perkembangan kejiwaan, sosial dan belajar
datang ke sekolah sebelum dilakukan konseling, klien. Salah satu cara yang digunakan untuk
selama proses diberikan konseling dan setelah mengatasi perilaku terlambat datang ke sekolah
diberikan konseling
�����������������������������������
individual pendekatan be- pada diri klien adalah layanan konseling indivi-
havioristik dengan teknik behavior shaping pada dual pendekatan behavioristik dengan teknik be-
klien TM, HS, dan AG�������������������������
. Aspek
�����������������������
yang diamati ada- havior shaping.
lah aspek frekuensi dan aspek durasi. Perubahan Selama proses diberikannya konseling,
yang dialami oleh masing-masing klien akan dije- ketiga klien menunjukkan perubahan secara
laskan pada uraian dibawah ini. bertahap sehingga terjadi penurunan durasi dan
Melihat dari hasil penelitian terhadap keti-
����� frekuensi sampai klien terbiasa hadir di sekolah
ga klien, bentuk perilaku terlambat datang ke se- tepat waktu walaupun terasa sulit. Perubahan se-
kolah pada diri ketiga klien yaitu klien terlambat cara bertahap dapat dilihat dari bentuk perilaku
tiba di sekolah setelah jam pelajaran 1 dimulai. terlambat tiba di sekolah setelah jam pelajaran
Gambaran sebelum dilakukan proses konseling, 1 dimulai. Pada minggu pertama proses konse-
klien memiliki perilaku terlambat tiba di sekolah ling, klien terlambat tiba di sekolah setelah jam
setelah jam pelajaran 1 dimulai dengan frekuensi pelajaran 1 dimulai dengan frekuensi 5 hari dan
antara 4-6 hari tiap minggunya dan dengan durasi dengan durasi antara 1-15. Pada minggu kedua
antara 1-18 menit tiap harinya. Setelah diketahui proses konseling, terjadi penurunan hingga klien
gambaran perilaku terlambat datang ke sekolah tiba disekolah setelah jam pelajaran 1 dimulai
yang dialami klien, maka untuk menyimpulkan dengan frekuensi 2 hari dan durasi antara 1-5 me-
dengan menggunakan teknik triangulasi waktu nit. Pada minggu ketiga proses konseling, klien
40
Agus Supriyanto, dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application1 1(1) (2012)
sudah hadir tepat waktu ke sekolah. ke sekolah sehingga klien tidak lagi mempunyai
Hal tersebut disebabkan karena ketiga perilaku terlambat datang ke sekolah. Hal ini me-
klien mengubah perilaku terlambat datang ke nunjukkan bahwa perilaku terlambat datang ke
sekolah menjadi perilaku hadir tepat waktu ke sekolah klien dapat diatasi melalui proses belajar
sekolah melalui proses belajar dari pengalaman dari pengalaman dan menjadikan perilaku hadir
dan merubahnya menjadi kebiasaan yang posi- tepat waktu ke sekolah sebuah kebiasaan positif
tif (perilaku adaptif). Hal ini sesuai dengan yang dan bermanfaat.
diungkapkan Latipun, (2008:106), bahwa Perila-
������� Sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan
ku yang dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pendapat Skinner dalam Latipun (2008: 134),
pengalamanya berupa interaksi individu dengan ”kebiasaan individu dapat terjadi kalau dia
lingkungan sekitarnya. Dengan belajar dari peng- mendapatkan ganjaran. Ganjaran menjadi bagi-
alaman, maka klien dapat merubah perilaku yang an terpenting bagi upaya pembentukan perilaku
tidak diingikan diganti dengan perilaku yang di- pada individu. Jika konsekuensinya menyenang-
inginkan (target behavior) yaitu perilaku hadir te- kan (memperoleh ganjaran atau reinforcement)
pat waktu ke sekolah. maka perilakunya cenderung diulang atau diper-
Konseling individual pendekatan beha- tahankan, sebaliknya jika konsekuensinya tidak
vioristik dengan teknik behavior shaping ini di- menyenangkan (memperolah extinction) maka pe-
maksudkan untuk mengatasi perilaku terlambat rilakunya akan dikurangi atau dihilangkan. Oleh
datang ke sekolah Untuk membentuk perilaku karena itu, perlu adanya peningkatan kompetensi
yang diinginkan, maka dilakukan teknik behavior konselor dalam merubah perilaku terlambat da-
shaping dengan menggunakan reinforcement dan tang ke sekolah melalui layanan konseling indivi-
extinction. Teori Skinner tentang behavior shaping dual pendekatan behavioristik dengan salah satu
yang menjelaskan bahwa tingkah laku dapat di- teknik yang terbukti efektif dan berhasil, yaitu
pelajari dan dapat diubah dengan memberikan teknik behavior shaping.
reinforcement dan extinction segera setelah ting- Implikasi dari pelaksanaan layanan konse-
kah laku yang diharapkan atau tidak diharapkan ling individual pendekatan behavioristik dengan
muncul (Corey, 2003:223). Shaping merupakan teknik behavior shaping yaitu dapat mengatasi ke-
prosedur behavioral untuk membentuk perila- biasaan terlambat datang ke sekolah. Kebiasaan
ku target (target behavior) dengan cara memberi- terlambat datang ke sekolah yang berasal dari
kan reinforcement pada perilaku yang mendekati faktor keluarga, sekolah, lingkungan maupun
target, hingga pada akhirnya terbentuk perilaku pribadi. Dari hasil penelitian ini dapat mengatasi
yang diinginkan yaitu perilaku hadir tepat waktu perilaku terlambat datang ke sekolah dan hasil-
ke sekolah berupa pemberian pujian dari peneliti, nya klien hadir tepat waktu ke sekolah.
konselor, serta teman klien yang telah direnca-
nakan dan menganut prinsip continuous reinforce- Simpulan
ment., artinya pemberian reinforcement hanya pada
respon tertentu saja, bukan seluruh respon sesuai Dari hasil penelitian mengatasi perilaku
jadwal atau berkala. Pada saat yang bersamaan, terlambat datang ke sekolah klien dengan mene-
orang tersebut diberi extinction untuk menghi- rapkan layanan konseling individual pendekatan
langkan perilaku sebelumnya karena dirinya ter- behavioristik melalui teknik behavior shaping pada
lambat datang ke sekolah dengan menunjukkan klien TM, HS, dan AG di SMP Negeri 19 Sema-
observasi self recording yang diisi sehingga dapat rang Tahun Ajaran 2011/2012 dapat disimpul-
memperlemah perilaku klien dan dapat berintro- kan bahwa perilaku terlambat datang ke sekolah
peksi terhadap dirinya sendiri�������������������
. Hasil selama pro- pada ketiga klien sebelum mendapatkan konse-
ses konseling dapat disimpulkan bahwa adanya ling individual pendekatan behavioristik dengan
penurunan frekuensi dan durasi dari perilaku ter- teknik behavior shaping menunjukkan bentuk peri-
lambat datang ke sekolah secara bertahap. laku terlambat tiba di sekolah setelah jam pelaja-
Setelah proses konseling, ketiga klien me- ran 1 dimulai dengan aspek frekuensi dan durasi
nunjukkan perubahan yang lebih baik. Peruba- yang tergolong cukup tinggi tetapi dengan durasi
han yang terjadi bahwa klien sudah hadir tepat dan frekuensi yang berbeda-beda serta penyebab
waktu di sekolah. Dari aspek durasi dan fre- yang berbeda-beda pula. Klien I menunjukkan
kuensi, ketiga klien tidak lagi terlambat datang frekuensi 5-6 hari setiap minggunya dengan dura-
ke sekolah. Dari hal tersebut dapat disimpulkan si 0-15 menit tiap harinya. Klien II menunjukkan
bahwa setelah proses konseling individual pen- frekuensi 4 hari setiap minggunya dengan durasi
dekatan behavioristik dengan teknik behavior sha- 0-10 menit tiap harinya. Klien III menunjukkan
ping dapat mengatasi perilaku terlambat datang frekuensi 4-5 hari setiap minggunya dengan dura-
41
Agus Supriyanto, dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application1 1(1) (2012)
42