Anda di halaman 1dari 9

Interaksi Obat Saluran Pernapasan

No Nama obat Interaksi

Golongan Methyl Xantin

1. Teofilin Interaksi yang dapat terjadi jika mengonsumsi


teofilin bersama dengan obat lain. adalah:

 Meningkatkan kadar teofilin dalam darah,


jika dikonsumsi dengan allopurinol,
antiaritmia, cimetidine, fluvoksamin,
interferon alfa, antibiotik golongan
makrolid, quinolone, pil KB, atau antagonis
kalsium.
 Mengurangi kadar teofilin dalam darah, jika
dikonsumsi dengan ritonavir, rifampicin,
phenobarbital, atau carbamazepine.
 Meningkatkan pembuangan lithium.
 Berisiko menyebabkan hipokalemia, jika
dikonsumsi dengan kortikosteroid atau
diuretik.
 Berpotensi mengurangi efektivitas teofilin,
jika dikonsumsi dengan ketamine.

2. Aminofilin Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang


berisiko terjadi jika menggunakan aminofilin
bersama dengan obat-obatan lainnya:

 Mempercepat pembuangan aminofilin


dan menurunkan efektivitasnya jika
digunakan bersama dengan
carmabazepine, phenytoin, rifampicin,
dan barbiturat.
 Memperlambat pembuangan aminofilin
dan berisiko meningkatkan efek samping
jika digunakan bersama dengan
allopurinol, carbimazole, cimetidine,
ciprofloxacin, clarithromycin, diltiazem,
erythromycin, fluconazole, interferon,
isoniazid, methotrexate, norfloxacin,
propranolol, ofloxacin, thiabendazole,
dan verapamil.
 Meningkatkan kadar phenytoin dalam
darah.
 Meningkatkan risiko keracunan jika
digunakan bersama dengan obat
golongan xanthine lainnya, seperti
teofilin.

Golongan antimuskarinik

1. Ipratropium bromida hipersensitif terhadap ipratropium, turunan


atropin, obstruksi hipertropi kardiomiopati,
takiaritmia.

2. Titropropium bromida hipersensitivitas terhadap atropin atau derivatnya


atau komponen penyusun produk.

Golongan Beta 2 agonis

1. Salbutamol/albuterol Terdapat sejumlah obat yang berpotensi


menimbulkan reaksi tidak diinginkan jika
digunakan bersama dengan salbutamol.
Beberapa di antaranya meliputi:

 Amineptine.
 Amitriptyline.
 Amitriptylinoxide.
 Amoxapine.
 Atomoxetine.
 Clomipramine.
 Desipramine.
 Dibenzepin.
 Doxepin.
 Imipramine.
 Iobenguane I 123.
 Levalbuterol.
 Lofepramine.
 Melitracen.
 Nortriptyline.
 Opipramol.
 Protriptyline.
 Tianeptine.
 Trimipramine.

Apabila pasien harus menggunakan obat-obatan


tersebut, dokter akan menyesuaikan dosis serta
frekuensi konsumsi obat yang digunakan.

2. Fenoterol HBr Kontraindikasi:

Inhalasi: Hypertrophic cardiomyopathy


obstruktif; takiaritmia; hipersensitivitas.

IV: Kehamilan, penyakit jantung, eklampsia,


preeklamsia berat; infeksi intrauterin, kematian
janin intrauterine, pendarahan antepartum,
previa plasenta, kompresi tali pusar dan
terancam keguguran.

3. Terbutalin sulfate Berikut ini adalah interaksi yang dapat terjadi


jika menggunakan terbutaline dengan obat-
obatan tertentu:

 Berpotensi memicu perdarahan


subarachnoid dan gangguan pada detak
jantung, jika digunakan bersama dengan
obat bius bentuk gas.
 Meningkatkan risiko hipokalemia, jika
digunakan bersama obat penurun kadar
kalium, misalnya diuretik.
 Meningkatkan risiko edema paru, jika
dikombinasikan dengan kortikosteroid.
 Menurunkan efektivitas obat penghambat
beta nonselektif, seperti propranolol, dan
obat antidiabetes.

Agonis Adrrnoseptor B2 Kerja Panjang


1. Formoterol fumarat Beberapa jenis obat yang memilii interaksi
dengan obat formoterol antara lain:

 Obat kortikosteroid seperti prednisolone


 Obat antihipertensi golongan beta bloker
 Obat golongan MAO inhibitoe
 Obat antidepresan seperti amitryptiline

2. Salmeterol Jika digunakan bersamaan dengan obat-obatan


tertentu, salmeterol bisa menimbulkan reaksi
berupa peningkatan efek samping atau justru
mengurangi efektivitas obat itu sendiri. Oleh
karena itu, pastikan untuk selalu membaca
aturan penggunaannya.

Pengguna salmeterol bisa mengalami gangguan


irama jantung jika menggunakan obat ini
bersama dengan amiodarone, dofetilide,
pimozide, procainamide, quinidine, sotalol, dan
antibiotik makrolida (misalnya erythromycin).

Efek salmeterol juga bisa berkurang jika


digunakan bersama dengan cobicistat,
nefazodone, telithromycin, antifungi azol
(misalnya ketoconazole atau itraconazole),
antibiotik makrolida (misalnya clarithromycin),
dan HIV protease inhibitor (misalnya ritonavir
atau saquinavir)

Golongan kortikosteroid

1. Budesonide Hindari penggunaan obat-obat berikut ini


bersama dengan budesonide untuk mencegah
terjadinya interaksi yang tidak diinginkan,
seperti:

 Penurunan efektivitas budesonide, jika


digunakan dengan carbamazepine.
 Meningkatnya potensi kemunculan efek
samping dari budesonide, jika digunakan
dengan ketoconazole.
2. Fluticasone propionat Ritonavir: penggunaan bersama flutikason
intranasal harus dihindari karena menimbulkan
efek sistemik kortikosteroid seperti sindroma
Cushing dan menekan fungsi ginjal.
Ketokonazol: meningkatkan paparan sistemik
terhadap flutikason propionat.

Golongan Antitusif

1. Dextromethorphan Terdapat sejumlah obat yang berpotensi


menimbulkan reaksi tidak diinginkan jika
dikonsumsi bersamaan dengan
dextromethorphan. Beberapa di antaranya
meliputi MAO inhibitors, celecoxib, cinacalcet,
darifenacin, imatinib, quinidine, ranolazine,
ritonavir, sibutramine, terbinafine, obat-obatan
antihipertensi, dan antidepresan.
2. Noscapine Konsultasikan kepada dokter jika sedang
menggunakan warfarin, karena penggunaan
noscapine dengan warfarin dapat menyebabkan
peningkatan efek warfarin dan menimbulkan
risiko perdarahan.

Ekspektoran

1. Ammonium Chloride Amonium klorida dalam bentuk tablet atau sirop


umumnya tidak menimbulkan efek interaksi
yang bersifat signifikan, dengan obat atau
produk medis lainnya. Namun, untuk amonium
klorida dalam bentuk suntikan, bila digunakan
bersama dengan obat spironolactone dapat
meningkatkan risiko asidosis.
2. Glyceryl Guaiacolate Beberapa jenis obat akan meningkat efek
sampingnya jika dikonsumsi bersamaan dengan
obat-obatan lainnya. Sampaikan pada dokter
Anda jenis obat apa saja yang Anda konsumsi
bersamaan dengan obat Glyceryl guaicolate ini
untuk menghindari interaksi obat yang tidak
diinginkan.
3. Guaifenesin Belum diketahui interaksi guaifenesin dengan
obat lain.

Golongan mukolitik

1. Bromhexine Bromhexine dapat meningkatkan penyerapan


obat-obatan antibiotik jika digunakan secara
bersamaan.

2. Ambroxol Penggunaan ambroxol bersamaan dengan


antibiotik, seperti cefuroxime, amoxicillin,
doxycyclin, dan erythromycin, dapat
meningkatkan konsentrasi antibiotik di dalam
jaringan paru-paru. Penggunaan ambroxol
bersamaan dengan obat penekan refleks batuk,
tidak disarankan.

3. Erdostein Belum pernah ada laporan mengenai interaksi


erdostein dengan obat lain.

4. Acetylcystein Jangan mengonsumsi acetylcysteine bersamaan


dengan antibiotik tetracycline. Pastikan ada jarak
setidaknya dua jam sebelum dan sesudah
mengonsumsi acetylcysteine ini. Penggunaan
antitusif atau pereda batuk, seperti codeine, juga
sebaiknya dihindari selama memakai
acetylcysteine, karena berpotensi memicu
penumpukan dahak. Hindari pula penggunaan
obat nitrogliserin, karena berpotensi
meningkatkan efek melebarkan pembuluh darah
dari nitrogliserin.
Golongan Dekongestan

1. Ephedrine HCl Untuk menghindari interaksi antar obat, beri


tahu dokter jika sedang mengonsumsi obat-
obatan berikut ini:
 Obat beta-blocker, digoxin, dan
antidepresan trisiklik. Dapat
meningkatkan risiko aritimia jantung.
 Dexamethasone. Dapat memperpanjang
waktu pengaruh obat pada penderita
asma.
 Methyldopa dan reserpine. Mengurangi
efektivitas ephedrine dalam
menyempitkan pembuluh darah.
 Theophylline. Dapat mengakibatkan
mual, cemas, dan insomnia.
 Ergotamin dan oksitosin. Meningkatan
efek penyempitan pembuluh darah
.

2. Pseudoephedrine HCl Interaksi antar obat dapat terjadi ketika


seseorang mengonsumsi pseudoephedrine
dengan obat-obatan tertentu, seperti:
 Risiko hipertensi dan aritmia akan
meningkat jika digunakan bersama
digoxin, quinidine, atau obat antidepresan.
 Risiko penyempitan pembuluh darah
(vasokonstriksi) meningkat jika
dikonsumsi bersama obat ergotamine atau
oksitosin.
 Krisis hipertensi jika digunakan bersama
salah satu jenis obat antidepressant, yaitu
penghambat monoamine oksidase
(MAOIs).
 Dapat menurunkan efektivitas dari obat-
obatan penurun tekanan darah, misalnya
penghambat beta, penghambat kanal
kalsium, reserpine, atau metildopa

3. Phenylephrine

Phenylephrine : Hindari penggunaan phelylephrine


bersama dengan antidepresan trisiklik, methyldopa,
penghambat beta (misalnya bisoprolol), dan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS), karena dapat
meningkatkan risiko hipertensi.
TUGAS

KOMUNIKASI, KONSELING DAN SWAMEDIKASI

‘’Interaksi Obat Saluran Pernapasan’’

OLEH KELOMPOK 7 :

AMINUNG : O1B1 19 003

DELFI LESTARI : O1A1 19 010

PUTRI CANDRA SARI : O1B1 19 027

RAHMAT MAKMUR : O1B1 19 028

REZKY INDAHYANI : O1B1 19 031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

Anda mungkin juga menyukai