Dalam bidang kedokteran, euthanasia merupakan sebuah dilema yang menempatkan seorang dokter dalam posisi yang serba sulit. Euthanasia berarti kematianyang membehagiakan atau mati cepat tanpa derita. Dalam perkembangannya pengertian ini berkembang menjadi pembunuhan dan pengakhiran hidup karena belas kasihan (mercy killing) dn membiarkan seseorang untuk mati secara menyenangkan (mercy death).
2. Menurut aspek hukum
Dari sudut hukum pidana KUHP mengatur masalah euthanasia melalui beberapa pasal 344 yang sering disebut sebagai “pasal euthanasia”. Pasal ini berbunyi “barangsiapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun.”
Euthanasia secara moral, tidak dapat diterima dari perspektif dan
etika islam karena hal ini menolak kedaulatan Allah atas hidup manusia sehingga yang berhak menentukan dan mengambil hidup manusia (kematian) adalah Allah sendiri. Sering banyak orang menjadi salah persepsi bahwa euthanasia itu baik untuk dilakukan karena meurpakan perbuatan kasih dan belas kasihan. Tetapi ternyata mereka keliru, sebab tidak mungkin tuhan mengajarkan manusia untuk saling mengasihi bila pada akhirnya manusia jualah yang membunuh mereka, jika itu tetap kita lakukan maka kita sama dengan orang yang tidak percaya tuhan. Jika kita memang berpikir dan melakukan hal semacam itu, kita sama dengan mengtuhankan diri kita sendiri sebagai ‘tuhan’ yang dapat menentukan hidup atau matinya orang ini. Jadi euthanasia merupakan salah satu praktek kedokteran yang tidak bermoral. Jika euthanasia dilakukan berdasarkan permintaan pasien, kita perlu menyadari bahwa tidak seorang pun dapat menentukan kematiannya. Secara tidak langsung permintaan tersebut sama dengan bunuh diri.