HIV/AIDS
Disusun oleh:
2019
1. Definisi
Cara penularan yang diketahui selama ini, pada awal tahun 1982 pakar menyebut
penyakit ini dengan gay-related immune deficiency (GRID). Namun pada bulan september
CDC menamakan penyakit tersebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) karena diperkirakan penyebaran penyakit ini tidak semata-mata dapat ditularkan
oleh perilaku seksual sesama jenis semata.
2. Epidemiologi
HIV telah menginfeksi 60 juta orang diseluruh dunia, dan 40 juta orang saat ini
hidup dengan penyakit ini, sekitar 95% jumlah tersebut berada dinegara berkembang,
dengan lebih dari 25 jyta dari mereka yang saat ini terinfeksi tinggal di sub-sahara afrika.
Factor resiko yang paling penting unntuk mendapatkan infeksi HIV dan meninggal akibat
komplikasinya adalah kemiskinan.
1. Penularan
HIV terdapat dalam darah, semen, dan cairan tubuh lainnya ( misalnya ASI dan
saliva) setelah terpajan cairan yang terinfeksi, maka resiko infeksi yang bertambah
berat bergantung pada viral load ( muata virus ), integritas lokasi pajanan, dan tipe serta
volume cairan tubuh. Penularan dapat terjadi secara seksual, parenteral ( penerima
darah atau produk darah, penyalah guna obat suntik, dan trauma akibat perkerjaan )
atau vertical. Resiko penularan setelah satu pajanan tunggal adalah lebih dari 90%
untuk darah dan produk darah , 14% untuk vertical, 0,5-1,0 % untuk penyalah guna
obat suntik, 0,2-0,5% untuk membrane mukosa genital, dan kurang dari 0,1 % untuk
membrane mukosa non genital. Penularan ibu kea anak lebih tinggi ( hingga 40%)
dinegara berkembang. Zidovudin ( ZDV ) saja ( pengurangan hingga 7% ) ,
dikombinasikan dengan operasi Caesar elektif ( 2%) , atau terapi anti retrovirus yang
sangat aktif ( HAART , highly active anti retroviral theraphy ) ( kurang dari 1% bila
viral load kurang dari 50 kopi per mili ) dapat menurunkan resiko penularan. Penularan
ibu ke anak saat ini telah diturunkan hingga lebih dari 90% di Negara maju. Ini
menekankan pentingnya screening prenatal infeksi HIV bagi ibu 80% pasien yang
terinfeksi secara vertical mendapatkan infeksinya pada saat mendekati waktu
persalinan. 70% pasien dengan Hemofilia A dan 30% pasien dengan hemophilia B telah
terinfeksi melalui produk darah yang terkontaminasi saat screening antibody HIV
dilakukan di amerika serikat dan eropa ( 1985 ). Risiko transmisi HIV dengan unit
darah tunggal sat ini adalah 1/106 dan menwakili donor darah pada fase serokonversi
infeksi.
Factor factor yang berhubungan dengan risiko transmisi HIV yang meningkat
dituliskan dalam table berikut.
Adanya AIDS
Serokonversi
Persalinan pervaginam
Menyusui
Tidak disirkumsisi
2. Situasi Global
Berbagai aspek budaya, social, dan prilaku yang berbeda menentukan karakteristik
penyakit HIV disetiap daerah. Angka seropravelensi diantara pengguna obat suntik
sangat bervariasi diseluruh dunia, namun epidemic terkini terjadi di eropa baian
timur, rusia ,dan india bagian utara. Diperkirakan terdapat 42 juta orang yang
menderita HIV/AIDS dengan 5 juta infeksi baru dan 3 juta kematian pada tahun
2002. Di afrika , saat ini HIV menyerang 25-40% orang dewasa di Botswana, afrika
selatan, Zimbabwe, dan lebih dari 10% disebagian besar Negara afrika kecuali
afrika utara. Tersebar luas diseluruh dunia, transmisi heteroseksual mencakup lebih
dari 85% infeksi di AS dan eropa bagian utara, epidemic terutama terdapat pada
pria yang berhubungan seksual dengan pria, sementara di eropa bagian selatan dan
timur, Vietnam , Malaysia, india timur laut dan china , insidensi tertinggi adalah
pada pengguna obat suntik. Di afrika, amerika selatan dan sebagian besar Negara
di asia tenggara jalur penularan yang dominan adalah secara heteroseksual dan
vertical. Penularan secara heteroseksiual saat ini menyebabkan 25-30% infeksi di
eropa dan amerika serikat dengan ras dan etnik minoritas mewakili fraksi yang
meningkat. Di inggris, ¾ pasien dengan infeksi yang didapat secara heteroseksual
baru saja tiba dari Negara dengan prevalensi tinggi HIV, terutama sub sahara afrika.
Prilaku seksual beresiko tinggi juga meningkat, dengan angka gonorea retal dan
sifilis primer yang meningkat diinggris, AS, dan belanda. Beberapa diantaranya
berhubungan dengan kesalahan persepsi bahwa HIV ‘ dapat diobati ‘.
3. Klasifikasi
Terdapat 2 klasifikasi HIV/AIDS yaitu menurut CDC dan menurut WHO. Menurut
WHO di sebut klasifikasi stadium klinis terdiriri dari 4 stadium dan banyak digunakan di
Negara berkembang karena relative mudah dan tidak memerlukan alat yang khusus.
Menurut CDC (Centers for Disease Control) yaitu:
1. Infeksi HIV akut atau infeksi primer HIV. Pada tahap ini muncul gejala berupa ruam
merah pada permukaan kulit, demam, lesu, nyeri, dan limfadenopati yang menyerupai
keluhan penyakit biasa setelah 2-4 minggu. Hasil tes serologi standar nya pun masih
menunjukkan tanda negative.
2. Infeksi seropositive HIV. Pada Fase ini tes serologi menunjukkan hasil positif namun
tidak menunjukkan gejala apapun. Untuk orang dewasa yang berada di fase ini tidak
merasakan keluhan apapun dalam jangka waktu yang lama sekitar sepuluh tahun atau
lebih. Berbeda dengan anak-anak yang cepat melalui fase ini.
3. Fase PGL (Persisten Generalized Lymphadenopathy). Pada fase ini kelenjar limfe mulai
membesar karena jaringan limfe menjadi tempat penampungan utama virus HIV.
Sedikitnya ada dua tempat kelenjar limfe yang membesar selain di limfonoid inguinal.
Pembesaran terjadi secara menetap, menyeluruh dan tidak nyeri saat ditekan.
4. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) tahap ini akan terjadi pada setiap orang
yang terinfeksi HIV. Factor genetic menjadi penyebab meningkatnya progesivitas
infeksi HIV. Meningkatnya progetisivitas akan berdampak pada penurunan system
imun dan menyebabkan penderita HIV rentan terhadap suatu penyakit infeksi. ODHA
akan mengalami gejala demam, diare kronis dan penurunan berat badan secara berkala
yang tidak jelas penyebabnya. ODHA yang mengalami infeksi oportunistik tanpa
pengobatan anti retrovirus akan lebih cepat meninggal dibanding ODHA yang
melakukan pengobatan anti retrovirus.
Sedangkan Klasifikasi stadium klinis menurut WHO yaitu:
Tabel 1. Stadium HIV menurut WHO
4. Etiologi
Secara morfologis HIV terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian inti (core) dan bagian
selubung (envelop). Bagian inti tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleat Acid) yang
membawa materi genetik, enzim reverce transcriptase dan protein yang membentuk
silindris. Bagian selubung berbentuk bulat dengan membrane lipid yang dilapisi oleh
glikoprotein (Gp 41 dan Gp 120) yang membenuk tonjolan . Gp 120 terhubung oleh
reseptor lymfosit (T4) yang akan mempercepat masuknya virus kedalam sel pejamu.
Bagian luar virus HIV bersifat tidak tahan panas dan bahan kimia. Oleh karena itu, virus
HIV sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan seperti sinar matahari dan akan mati
oleh desinfektan seperti ester, alcohol, iodium hiplokorit dll. Tetatapi HIV resisten terhadap
sinar ultraviolet. HIV bertumbuh kembang didalam saliva, darah, air mata tetapi akan mati
jika berada diluar tubuh dalam waktu yang relative lama.
1. Infeksi primer
Menurut B.K Mandal dkk (2008) Infeksi AIDS biasanya terjadi setelah 3-12
minggu setelah terkena paparan.Gejalanya seperti demam,ruam,limfadenitis
servikal,dan bisa juga terjadi manifestasi neurologis.Infeksi ini terjadi saat kadar RNA
HIV plasma mengalami lonjakan hingga >1 juta kopi/mL dan penurunan hitung CD4
hingga 300-400 sel/mm3.Pemulihan ini terjadi setelah 1-2 minggu meskipun hitung CD4
jarang kembali ke nilai semula.Timbulnya antibody anti- HIV spesifik dalam serum
terjadi setelah 3-12 inggu setelahnya .Kemudian viral load setelah infeksi primer
berkaitan dengan risiko penyakit selanjutnya.Risiko ini dapat dipengaruhi beberapa
factor yaitu riwayat serokonversi,bukti kandidiasis,dan keterlibatan neurologis.
2. Fase asimtomatik
Individu yang terinfeksi HIV biasanya masih terlihat seperti orang sehat dalam
kurun waktu tertentu,kecuali adanya limfadenopati generalisata persisten,yang
merupakan pembesaran kelenjar pada dua atau lebih lokasi ekstrainguinal.Terdapat
penurunan pada hitung CD4 sekitar 50-150 sel/tahun.
3. Fase simtomatik
Gejala selanjutnya pada seseorang yang terkena pajanan HIV yakni penurunan
berat badan kronik,demam atau diare,kandidiasis oral atau vagina,OHL(oral hairy
leukoplakia),infeksi herpes zoster rekuren,penyakit radang panggul berat,angiomatosis
basiler,dysplasia servikal,dan ITP(idiopathic thrombocytopenic purpura)
4. AIDS (kategori C)
Pada tahap ini AIDS telah terbentuk,ditandai dengan penurunan CD4 hingga
<200/mm3.Kejadian mortalitas banyak terjadi pada pasien penderia penyakit ini.Pasien
yang sebelumnya memiliki kesehatan baik dan tidak terdiagnosis dapat datang pada fase
ini.Namun pasien ini sering datang dengan riwayat kesehatan yang meemburuk dan PCP
akut.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk mendiagnosis HIV antara lain:
9. Pencegahan HIV/AIDS
Upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV/AIDS, antara lain :
AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus dan virus ditularkan melalui
pertukaran cairan tubuh dari pasien HIV beupa darah ,air mani, cairan vagina,dan air susu
ibu. Berbagai hal yang dapat meningkatkan risiko terkena HIV/AIDS :
digital library.
Nurzillah, Nur A. dan Dyah M. S. 2017. Analisis Pengetahuan dan Sikap Terhadap Narapidana
Kasus Narkoba Terhadap Perilaku Beresiko Penularan HIV/AIDS. Jurnal of Health
Education. 2(1). 11-19