Anda di halaman 1dari 16

PAPER PENYAKIT MENULAR

HIV/AIDS

Disusun oleh:

Dyan Violetta (6511418001)

Naili Fajriyah (6511418002)

Nindhi Anggarisa (6511418008)

Afira Septia G. (6511418014)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
1. Definisi

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pertama kali dikenal pada tahun


1981 dan disebabkan oleh human immunodeficiency virus ( HIV-1). yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun telah ada penangan
yang dapat memperlambat laju perkembangan virus, pada dua decade selanjutnya, AIDS
tumbuh menjadi penyebab utama kedua bebab penyakit diseluruh dunia dan menjadi
penyebab utama kematian di Afrika. Virus HIV merupakan utama retrovirus RNA dari
family lentivirus. Konon berdasarkan penelitian Virus HIV diyakini pertama kali
ditemukan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo pada tahun 1920. Dengan adanya
penyebaran infeksi virus simian immunodeficiency viruses (SIV)dari simpanse dan gorila
kepada manusia. Semenjak itu kasus kematian mendadak dengan gejala-gejala menjadi
ancaman hilang.

Cara penularan yang diketahui selama ini, pada awal tahun 1982 pakar menyebut
penyakit ini dengan gay-related immune deficiency (GRID). Namun pada bulan september
CDC menamakan penyakit tersebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) karena diperkirakan penyebaran penyakit ini tidak semata-mata dapat ditularkan
oleh perilaku seksual sesama jenis semata.

HIV -2 menyebabkan penyakit yang serupa dengan HIV-1, meskipun kurang


agresif dan terbatas terutama di Afrika bagian Barat, virus hampir dipastikan berasal dari
virus primate di Afrika yang mempunyai kekerabatan sangat erat, definisi imun merupakan
replikasi HIV kadar tinggi yang terus berlanjut yang menyebabkan destruksi limfosit T
helper CD4+ yang diperantarai oleh virus atau imun. Setelah infeksi oleh HIV, terjadi
penurunan sel CD4 secara bertahap yang menyebabkan peningkatan gangguan
imunitasyang diperantarai sel dengan akibat kerentanan terhadap infeksi oportunistik dan
tumor terkait HIV.

2. Epidemiologi
HIV telah menginfeksi 60 juta orang diseluruh dunia, dan 40 juta orang saat ini
hidup dengan penyakit ini, sekitar 95% jumlah tersebut berada dinegara berkembang,
dengan lebih dari 25 jyta dari mereka yang saat ini terinfeksi tinggal di sub-sahara afrika.
Factor resiko yang paling penting unntuk mendapatkan infeksi HIV dan meninggal akibat
komplikasinya adalah kemiskinan.
1. Penularan
HIV terdapat dalam darah, semen, dan cairan tubuh lainnya ( misalnya ASI dan
saliva) setelah terpajan cairan yang terinfeksi, maka resiko infeksi yang bertambah
berat bergantung pada viral load ( muata virus ), integritas lokasi pajanan, dan tipe serta
volume cairan tubuh. Penularan dapat terjadi secara seksual, parenteral ( penerima
darah atau produk darah, penyalah guna obat suntik, dan trauma akibat perkerjaan )
atau vertical. Resiko penularan setelah satu pajanan tunggal adalah lebih dari 90%
untuk darah dan produk darah , 14% untuk vertical, 0,5-1,0 % untuk penyalah guna
obat suntik, 0,2-0,5% untuk membrane mukosa genital, dan kurang dari 0,1 % untuk
membrane mukosa non genital. Penularan ibu kea anak lebih tinggi ( hingga 40%)
dinegara berkembang. Zidovudin ( ZDV ) saja ( pengurangan hingga 7% ) ,
dikombinasikan dengan operasi Caesar elektif ( 2%) , atau terapi anti retrovirus yang
sangat aktif ( HAART , highly active anti retroviral theraphy ) ( kurang dari 1% bila
viral load kurang dari 50 kopi per mili ) dapat menurunkan resiko penularan. Penularan
ibu ke anak saat ini telah diturunkan hingga lebih dari 90% di Negara maju. Ini
menekankan pentingnya screening prenatal infeksi HIV bagi ibu 80% pasien yang
terinfeksi secara vertical mendapatkan infeksinya pada saat mendekati waktu
persalinan. 70% pasien dengan Hemofilia A dan 30% pasien dengan hemophilia B telah
terinfeksi melalui produk darah yang terkontaminasi saat screening antibody HIV
dilakukan di amerika serikat dan eropa ( 1985 ). Risiko transmisi HIV dengan unit
darah tunggal sat ini adalah 1/106 dan menwakili donor darah pada fase serokonversi
infeksi.
Factor factor yang berhubungan dengan risiko transmisi HIV yang meningkat
dituliskan dalam table berikut.

No. Transmisi Faktor yang meningkatan risiko

1. Umum pada setiap orang Viral load tinggi

Adanya AIDS
Serokonversi

Hitung CD4 rendah

2. Ibu ke anak Pecah ketuban lama

Persalinan pervaginam

Menyusui

Tidak ada profilaksis HIV

3. Seksual Terjadi bersamaan dengan PMS lain

Anal seks yang reseptif vs insertif

Tidak disirkumsisi

Peningkatan jumlah pasangan seksual

4. Penggunaan obat suntik Menggunakan peralatan secara bersama sama dan


secara berulang

Suntikan IV dan subkutan

5. Pekerjaan Trauma dalam

Darah yang terlihat dalam peralatan

Penempatan alat arteri dan vena sebelumnya

2. Situasi Global
Berbagai aspek budaya, social, dan prilaku yang berbeda menentukan karakteristik
penyakit HIV disetiap daerah. Angka seropravelensi diantara pengguna obat suntik
sangat bervariasi diseluruh dunia, namun epidemic terkini terjadi di eropa baian
timur, rusia ,dan india bagian utara. Diperkirakan terdapat 42 juta orang yang
menderita HIV/AIDS dengan 5 juta infeksi baru dan 3 juta kematian pada tahun
2002. Di afrika , saat ini HIV menyerang 25-40% orang dewasa di Botswana, afrika
selatan, Zimbabwe, dan lebih dari 10% disebagian besar Negara afrika kecuali
afrika utara. Tersebar luas diseluruh dunia, transmisi heteroseksual mencakup lebih
dari 85% infeksi di AS dan eropa bagian utara, epidemic terutama terdapat pada
pria yang berhubungan seksual dengan pria, sementara di eropa bagian selatan dan
timur, Vietnam , Malaysia, india timur laut dan china , insidensi tertinggi adalah
pada pengguna obat suntik. Di afrika, amerika selatan dan sebagian besar Negara
di asia tenggara jalur penularan yang dominan adalah secara heteroseksual dan
vertical. Penularan secara heteroseksiual saat ini menyebabkan 25-30% infeksi di
eropa dan amerika serikat dengan ras dan etnik minoritas mewakili fraksi yang
meningkat. Di inggris, ¾ pasien dengan infeksi yang didapat secara heteroseksual
baru saja tiba dari Negara dengan prevalensi tinggi HIV, terutama sub sahara afrika.
Prilaku seksual beresiko tinggi juga meningkat, dengan angka gonorea retal dan
sifilis primer yang meningkat diinggris, AS, dan belanda. Beberapa diantaranya
berhubungan dengan kesalahan persepsi bahwa HIV ‘ dapat diobati ‘.

3. Klasifikasi
Terdapat 2 klasifikasi HIV/AIDS yaitu menurut CDC dan menurut WHO. Menurut
WHO di sebut klasifikasi stadium klinis terdiriri dari 4 stadium dan banyak digunakan di
Negara berkembang karena relative mudah dan tidak memerlukan alat yang khusus.
Menurut CDC (Centers for Disease Control) yaitu:
1. Infeksi HIV akut atau infeksi primer HIV. Pada tahap ini muncul gejala berupa ruam
merah pada permukaan kulit, demam, lesu, nyeri, dan limfadenopati yang menyerupai
keluhan penyakit biasa setelah 2-4 minggu. Hasil tes serologi standar nya pun masih
menunjukkan tanda negative.
2. Infeksi seropositive HIV. Pada Fase ini tes serologi menunjukkan hasil positif namun
tidak menunjukkan gejala apapun. Untuk orang dewasa yang berada di fase ini tidak
merasakan keluhan apapun dalam jangka waktu yang lama sekitar sepuluh tahun atau
lebih. Berbeda dengan anak-anak yang cepat melalui fase ini.
3. Fase PGL (Persisten Generalized Lymphadenopathy). Pada fase ini kelenjar limfe mulai
membesar karena jaringan limfe menjadi tempat penampungan utama virus HIV.
Sedikitnya ada dua tempat kelenjar limfe yang membesar selain di limfonoid inguinal.
Pembesaran terjadi secara menetap, menyeluruh dan tidak nyeri saat ditekan.
4. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) tahap ini akan terjadi pada setiap orang
yang terinfeksi HIV. Factor genetic menjadi penyebab meningkatnya progesivitas
infeksi HIV. Meningkatnya progetisivitas akan berdampak pada penurunan system
imun dan menyebabkan penderita HIV rentan terhadap suatu penyakit infeksi. ODHA
akan mengalami gejala demam, diare kronis dan penurunan berat badan secara berkala
yang tidak jelas penyebabnya. ODHA yang mengalami infeksi oportunistik tanpa
pengobatan anti retrovirus akan lebih cepat meninggal dibanding ODHA yang
melakukan pengobatan anti retrovirus.
Sedangkan Klasifikasi stadium klinis menurut WHO yaitu:
Tabel 1. Stadium HIV menurut WHO

Stadium Gejala klinis


I Berat badan sama
Tidak ada gejala atau hanya mengalami Limfadenopati
generalisata
II Mengalami penurunan berat badan <10%
Menderita ISPA
Dalam 5 tahun terakhir mengalami Herpes Zooster
Menderita radang di sudut mulut (kelitis angularis)
Terdapat ulkus di mulut
Terdapat ruam di kulit yang gatal atau seboroik dan prurigo
Terdapat bercak hitam di kuku karena terinfeksi jamur.
III Berat badan mengalami penurunan sebesar >10%
Mengalami diare dan demam selama >1 bulan
Mulut mengalami infeksi jamur candida (Kandidiasis oral)
Menderita TB selama 1 tahun terakhir
Peradangan kelenjar getah bening oleh bakteri TB
(Limfadenitis TB)
Mengalami Pneumonia dan Piomiosis
Menderita anemia dan trombositopeni kronik
IV Mengalami wasting syndrome
Menderita Pneumoni Pneumocystis (PCP) atau pneumonia
yang disebabkan oleh fungi Pneumocytis jiroveci
Menderiita pneumonia bacterial berat dalam kurun waktu 6
bulan
Mengalami infeksi oportunistik esophagus oleh candida
albicans (Kandidiasis esophagus)
Menderita Herpes simplex atau herpes kelamin >1 bulan
Mengalami kanker kelenjar getah bening (limfoma), Sarkoma
kaposi, dan kanker serviks
Mengalami kematian sel pada retina (Retinitis) oleh virus
CMV
Mengalami TB, toksoplasmosis meningitis Kriptokokus dan
ensefalopati HIV, PML (Progressuve multifocal
leucoencephalopathy), Kriptosporidiosis kronis, dan
meluasnya mikrobakteri non-TB

4. Etiologi

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) disebabkan oleh virus HIV (Human


Immunodeficiency Virus) yang termasuk dalam family Retrovidae, Genus lentivirus, Ordo
Ortervirales, Subfamili Orthoretrovirinae. Pada awalnya seorang ilmuwan Perancis
bernama Montaignier menemukan Limphadenopathy Associated Virus (LAV) yang
diisolasi dari seorang penderita dengan gejala limfadenopati dan Gallo juga menemukan
virus penyebab AIDS yang diberi nama virus HTL-III (Human T Lymphotropic Virus).
Kedua virus tersebut terbukti sama dalam penelitian yang lebih lanjut. Sehingga dalam
pertemuan International Committee on Taxonomy of Viruses WHO pada tahun 1986 virus
tersebut diberi nama resmi HIV. Di tahun yang sama, di Afrika ditemukan juga virus
penyebab AIDS yang diberi nama HIV-2. Namun HIV-2 ternyata kurang patogenik
dibandingkan HIV-1 sehingga untuk memudahkan virus penyebab AIDS dinamakan HIV
saja.

HIV (Human Immunonodeficiency Virus) merupakan sejenis Retrovirus RNA


berbentuk partikel yang inert. HIV akan inaktif sebelum masuk sel target yaitu sel Lymfosit
T. Di dalam sel Limfosit T terdapat reseptor virus HIV yang disebut CD-4 dimana dalam
CD-4 HIV akan terus berkembang seperti retrovirus yang lain. HIV akan tetap hidup lama
meskipun didalam sel yang inaktif.

Secara morfologis HIV terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian inti (core) dan bagian
selubung (envelop). Bagian inti tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleat Acid) yang
membawa materi genetik, enzim reverce transcriptase dan protein yang membentuk
silindris. Bagian selubung berbentuk bulat dengan membrane lipid yang dilapisi oleh
glikoprotein (Gp 41 dan Gp 120) yang membenuk tonjolan . Gp 120 terhubung oleh
reseptor lymfosit (T4) yang akan mempercepat masuknya virus kedalam sel pejamu.
Bagian luar virus HIV bersifat tidak tahan panas dan bahan kimia. Oleh karena itu, virus
HIV sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan seperti sinar matahari dan akan mati
oleh desinfektan seperti ester, alcohol, iodium hiplokorit dll. Tetatapi HIV resisten terhadap
sinar ultraviolet. HIV bertumbuh kembang didalam saliva, darah, air mata tetapi akan mati
jika berada diluar tubuh dalam waktu yang relative lama.

5. Kronologi (Patomechanism) Termasuk Proses Transmisi.


Gp 120 yang terhubung oleh reseptor lymfosit (T4) akan mempercepat masuknya
virus kedalam sel pejamu dan membawa materi genetic kedalam sel manusia. Berikut
adalah proses virus HIV menginfeksi host (manusia):
1. Awalnya gp 120 dan reseptor sel limfosit (CD4) terjadi pelekatan yang memicu
perubahan konfirmasi oleh gp120 sehingga memungkinkan berikatan dengan koreseptor
kemokin (CCR5 atau CXCR4)
2. Kemudian gp41 mengalami penyatuan pori dengan gp 120 dan CD4. Setelah berada
di dalam sel CD4, salinan DNA ditranskripsi dari genom RNA oleh enzim reverse
transcriptase (RT) yang dibawa oleh virus HIV.
3. Selanjutnya DNA ini ditranspor ke dalam nucleus dan terintegrasi secara acak di
dalam genom sel pejamu. Virus yang terintegrasi diketahui sebagai DNA provirus.
4. Pada aktivasi sel pejamu, RNA ditranskripsi dari cetakan DNA ini dan selanjutnya
transalasi mengakibatkan produksi protein virus.
5. Poliprotein perkusor dipecah oleh protease virus menjadi enzim (misalnya reverse
transcriptase dan protease) dan protein structural. Hasil pecahan ini kemudian digunakan
untuk menghasilkan partikel virus infeksius yang keluar dari permukaan sel dan bersatu
dengan membrane sel pejamu.
6. virus akhirnya menggunakan suatu enzim yang disebut protease untuk menyusun
kembali selubung virus. Partikel virus kemudian keluar dari sel pejamu melalui
pembentukkan tunas (budding) untuk menginfeksi reseptor-reseptor di sekitarnya yang
membuat sel-sel imun. Progeni virus yang multiple akan dihasilkan di dalam sel pejamu
tunggal yang terinfeksi sebelum habis waktunya.
7. HIV menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen
permukaan CD4, terutama limposit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur
dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Tidak hanya limfosit T4, virus juga dapat
menginfeksi makrofag dan sel monosit, sel langerhas pada kulit, sel dendrit folikuler pada
kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia
otak. Virus yang telah masuk ke dalam limfosit T4 akan bereplikasi sehingga jumlahnya
bertambah banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri.
6. Manifestasi Klinis

1. Infeksi primer

Menurut B.K Mandal dkk (2008) Infeksi AIDS biasanya terjadi setelah 3-12
minggu setelah terkena paparan.Gejalanya seperti demam,ruam,limfadenitis
servikal,dan bisa juga terjadi manifestasi neurologis.Infeksi ini terjadi saat kadar RNA
HIV plasma mengalami lonjakan hingga >1 juta kopi/mL dan penurunan hitung CD4
hingga 300-400 sel/mm3.Pemulihan ini terjadi setelah 1-2 minggu meskipun hitung CD4
jarang kembali ke nilai semula.Timbulnya antibody anti- HIV spesifik dalam serum
terjadi setelah 3-12 inggu setelahnya .Kemudian viral load setelah infeksi primer
berkaitan dengan risiko penyakit selanjutnya.Risiko ini dapat dipengaruhi beberapa
factor yaitu riwayat serokonversi,bukti kandidiasis,dan keterlibatan neurologis.

2. Fase asimtomatik

Individu yang terinfeksi HIV biasanya masih terlihat seperti orang sehat dalam
kurun waktu tertentu,kecuali adanya limfadenopati generalisata persisten,yang
merupakan pembesaran kelenjar pada dua atau lebih lokasi ekstrainguinal.Terdapat
penurunan pada hitung CD4 sekitar 50-150 sel/tahun.

3. Fase simtomatik

Gejala selanjutnya pada seseorang yang terkena pajanan HIV yakni penurunan
berat badan kronik,demam atau diare,kandidiasis oral atau vagina,OHL(oral hairy
leukoplakia),infeksi herpes zoster rekuren,penyakit radang panggul berat,angiomatosis
basiler,dysplasia servikal,dan ITP(idiopathic thrombocytopenic purpura)

4. AIDS (kategori C)

Pada tahap ini AIDS telah terbentuk,ditandai dengan penurunan CD4 hingga
<200/mm3.Kejadian mortalitas banyak terjadi pada pasien penderia penyakit ini.Pasien
yang sebelumnya memiliki kesehatan baik dan tidak terdiagnosis dapat datang pada fase
ini.Namun pasien ini sering datang dengan riwayat kesehatan yang meemburuk dan PCP
akut.

7. Komplikasi /Impact HIV/AIDS

Menurut B.K.Kandal dkk(2008) HIV Saat CD4 mengalami penurunan drastis,maka


lebih berisiko meningkatkan manifestasi diseminata.Komplikasi yang biasanya terjadi
antara lain :

1. Penyakit Kulit dan Mulut


Penyakit ini sering muncul mulai dari infeksi ringan hingga bisa
mengancam nyawa.Biasanya pasien terkena dengan jenis dan tingkat keparahan
tergantung dari besarnya CD4.Jenis masalah kulit yang sering terjadi seperti
dermatitis seboroik,xeroderma,folikulitis yang gatal,scabies,tinea,herpes
zoster,dan infeksi papillomavirus.sedangkan mukokutan yang sering menyerang
yakni kandidiasis oral atau vagina,OHL,ulkus aftosa,herpes simpleks,dan
gingivitis.Selain itu,pada HIV yang lebih lanjut yakni sarcoma Kaposi,moluskum
kontagiosum,herpes simpleks mukokutan kronik dan berat,dan ulkus CMV .
2. Penyakit Gastrointestinal
Penyakit HIV AIDS sering kali berkaitan dengan masalah sistem
gastrointestinal,biasanya ditandai dengan penurunan nafsu makan dan penurunan
berat badan.Pertama,pada penyakit bagian esophagus biasanya ditandai dengan
rasa sakit saat menelan,hal ini disebabkan oleh adanya kandidiasis,plak
pseudomembranosa yang tampak saat pemeriksaan barium meal.Kedua,penyakit
pada usus halus yang berhubungan dengan HIV yakni seperti diare,malabsorbsi,
dan nyeri perut yang mungkin disebabkan oleh
cryptosporidium,mikrosporidium,dan giardia.Ketiga,pada bagian penyakit yang
berhubungan dengan usus besar ditandai dengan gejala diare berdarah,serta nyeri
perut yang kemungkinan disebabkan oleh clostridium difficile.Selain gejala
tersebut juga timbul megakolon toksik,perdarahan dan perforasi yang dapat
menyebabkan komplikasi pada infeksi.
3. Penyakit Hepatobilier
Penyakit biliar ini bisa menyebabkan komplikasi pada CMV
,cryptosporidium,atau mikrosporidium dalam bentuk kolangitis sklerosans atau
kolesistitis akalkulia.Biasanya ditandai dengan nyeri kuadran kanan atas,muntah
dan demam,serta terjadi pelebaran saluran empedu.Sedangkan ,penyakit hati bisa
disebabkan karena koinfeksi dengan HBV atau HCV,atau obat-obat
antiretrovirus.Koinfeksi hepatitis B dan C merupakan masalah yang meningkat
mengenai HIV.
4. Penyakit Paru
Sebagian besar penderita HIV akan mengalami penyakit paru pada waktu
tertentu yang disebabkan oleh julmah CD4,etnis dan usia,kelompok risiko,serta
riwayat profilaksis PCP(pneumonia Pneumocystis carinii).Serta limfadenopati
hilus yang menjadi penyebab utama tuberculosis,NHL.efusi pleura juga disebabkan
oleh pneumonia bacterial piogenik.
5. Penyakit sistem saraf/mata
Gejala penyakit yang biasanya menyerang yakni lesi desak ruang,penyakit
demensia global,serta penyakit saraf radiks dan perifer.
8. Diagnosis

Konfirmasi diagnosis dilakukan dengan uji antibody terhadap antigen virus


structural.Dalam melakukan tes terhadap antibody yaitu HIV perlu memperhatikan masa
jendela ,yakni yaitu rentang waktu mulai saat tubuh terkena pajanan HIV hingga timbul
antibodi yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan.Antibodi dapat terbentuk dalam waktu
sekitar 4-8 minggu setelah terkena pajanan HIV.Apabila dirasa terjadi risiko infeksi cukup
tinggi,maka dapat melakukan pemeriksaan pada 3 bulan kemudian.

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk mendiagnosis HIV antara lain:

1. Pemeriksaan antigen P24


Antigen P24 ini dapat ditemukan di serum,plasma,dan cairan serebrospinal.Pada
awal infeksi dan sebelum penderita memasuki stadium AIDS, antigen P24 ini
meningkat.Sensitivitas pemeriksaan ini dapat menccapai 99% dan spesifitasnya
mencapai 99,9%. Pemeriksaan ini disarankan untuk pemeriksaan tambahan pada
penderita risiko tinggi tertular HIV dengan hasil pemeriksaan serologis negative,dan
tidak dianjurkan untuk diagnosis HIV pada bayi baru lahir dari ibu yang positif HIV.
2. Kultur HIV
Kultur HIV biasanya dapat tumbuh dalam waktu 3 minggu dan dapat dikulturkan
pada cairan plasma,serum,cairan serebrospinal,saliva,semen,lender serviks,serta ASI.
3. HIV-RNA
Viral load merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut jumlah HIV-
RNA,merupakan suatu pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui jumlah
dinamika HIV dalam tubuh dengan teknologi PCR. HIV-RNA dapat dinyatakan positif
pada saat 11 hari setelah tubuh terinfeksi HIV ,akibatnya skrinning donor darah bisa
mengalami penurunan.Kontaminasi bahan pemeriksaan bisa menyebabkan hasil positif
semu ,tetapi bisa dicegah dengan syarat PCR ,jika ditemukan produk gen yang
jumlahnya 2 atau lebih.
4. Pemeriksaan Antibodi
Pemeriksaan antibodi HIV secara umur dikelompokkan sebagai pemeriksaan
penapisan dan pemeriksaan konfirmasi.Metode yang paling cocok dan sering
digunakan yaitu ELISA (Enzyme linked immunosorbent assay).Metode ini berkembang
dengan menggunakan antigen yang berperan sebagai konjugat supaya mendapatkan
hasil pemeriksaan yang sangat sensitive dan dapat mengurangi masa jendela.Selain
ELISA terdapat juga metode lain untuk pemeriksaan serologi yang lebih sederhana
dan tidak membutuhkan alat seperti aglutinasi,imunofiltrasi,imunokromatografi,dan uji
celup.Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan waktu kurang dari 20 menit,sehingga
disebut uji cepat.Pemeriksaan ini cocok digunakan pada pelayanan pemeriksaan dan
konseling serta pada laboratorium yang tidak memiliki banyak fasilitas dan jumlah
spesimen relatif sedikit.Metode ini sudah memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
baik dibandingkan dengan metode ELISA dan Western Blot.Namun,metode yang
sering digunakan sampai sekarang ini adalah pemeriksaan western Blot.Pemeriksaan
Western Blot memerlukan biaya yang relatif besar dan kadang hasilnya meragukan.

9. Pencegahan HIV/AIDS

Upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV/AIDS, antara lain :

1. Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.


2. Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim baik intim vaginal dan anal.
3. Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap postif HIV, agar pasangan juga
menjalani tes HIV.
4. Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil,mengenai
penaganganan selanjutnya dan penanganan persalinan untuk mencegah penularan dari
ibu ke janin.
5. Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV jika terduga baru terinfeksi atau tertular
virus HIV, maka harus segera periksa ke dokter Agar bisa mendapatkan obat post
exposure prophylaxis dan obat antiretroviral.
6. Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan memeriksa darah
dari para pendonor dengan menghimbau kelompok yang terkena HIV/AIDS untuk
tidak menjadi donor darah.
7. Menghindari penggunaan alat-alat steril yang menimbulkan perlukaan pada tubuh
sebaiknya gunakan jarum suntik sekali pakai dan menghindari penggunaan pisau
bedah yang sama dengan orang yang positif terkena HIV.
8. Menghindari obat - obatan terlarang termasuk alkohol,narkoba suntik. Kelompok
penyalahgunaan narkotik harus menghentikan kebiasaan menggunakan jarum suntik
bersama.
9. Makan-makanan dengan gizi seimbang dan memperbanyak mengonsumsi
sayur,buah,biji-bijian dan protein tanpa lemak . Hindari mengonsumsi daging
mentah,telur mentah,susu yang tidak dipasteurisasi. Karena dengan asupan nutrisi
yang baik berarti asupan makanan dalam tubuh baik,berat badan terjaga,jaringan
otot,mikronutriea dalam tubuh tetap dalam kondisi baik sehingga dapat menguatkan
sistem imun yang mampu melawan HIV dan infeksi lainnya.
10. Pencegahan transmisi penularan ibu ke bayi HIV/AIDS, dengan cara:
1. Ibu hamil yang positif terdiagnosa HIV wajib diberi obat ARV (antiretroviral)
2. Konseling tentang pemberian asi ekslusif,susu formula ekslusif serta cara
penyiapan dan pemberian susu ke anak dan penjelasan tentang risiko penularan
HIV dan sifilis dari ibu ke bayi.
3. Penularan ibu ke bayi penyakit HIV/AIDS selama kehamilan,persalinan atau
menyusui dapat dicegah jika ibu dan anak diberikan obat antiretroviral yaitu untuk
mencegah infeksi dalam tubuh. Pada anak bisa dilakukan imunisasi untuk
pemeliharaan dan pemantauan tumbuh kembang anak.

10. Faktor Risiko HIV dan AIDS

AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus dan virus ditularkan melalui
pertukaran cairan tubuh dari pasien HIV beupa darah ,air mani, cairan vagina,dan air susu
ibu. Berbagai hal yang dapat meningkatkan risiko terkena HIV/AIDS :

1. Tingkat pendidikan yang rendah, Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi


dalam memahami suatu informasi atau pengetahuan yang ia dapatkan.
2. Melalukan hubungan seksual tanpa kondom dengan seorang yang positif terkena HIV.
3. Status penggunaan narkoba suntik, Penggunaan narkoba melalui jarum suntik secara
bersamaan dengan orang yang sudah dinyatakan positif terkena HIV/AIDS.
4. Malnutrisi dapat menyebabkan komplikasi infeksi HIV/AIDS karena sistem kekebalan
dalam tubuh akan menurun.
5. Status gizi selama kehamilan ,berat badan yang rendah serta kekurangan zat gizi terutama
protein,vitamin dan mineral selama kehamilan meningkatkan risiko ibu mengalami
penyakit infeksi yang dapat meningkatkan kadar HIV dalam darah ibu,sehingga
menambah risiko penularan ke bayi.
6. Penyakit menular seksual diduga dapat meningkatkan kejadian HIV/AIDS. Penyakit
menular seksual dapat menyebabkan gangguan pertahanan epitel normal. Luka pada alat
kelamin atau karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi limfosit atau makrofag pada
semen dan sekresi vaginal.
7. Penyakit infeksi karena kehamilan seperti Infeksi Menular Seksual misalnya
sifilis,infeksi organ reproduksi ,malaria dan tuberkulosis berisiko meningkatkan kadar
HIV pada darah ibu, sehingga penularan HIV ke bayi semakin besar.
8. Riwayat penyakit dalam keluarga ada yang terkena HIV/AIDS. Riwayat status sakit
dalam keluarga di dalam keluarga tersebut sudah ada yang dinyatakan menderita sakit
HIV/AIDS. Penularan disebabkan karena hubungan seks lawan jenis ( heteroseksual )
hubungan seks sesama jenis (homoseksual) dan prenatal dapat menjadi faktor pemicu
pnyebaran HIV/ AIDS.Hubungan transmisi non seksual seperti transplasental seperti
riwayat keluarga terdapat penderita HIV dan AIDS, dengan ibu berstatus reaktif, jika
hamil serta melahirkan maka akan lebih berpotensi untuk menularkan HIV/AIDSnya
pada janin.
1. Kadar HIV merupakan faktor yang paling utama penularan HIV dari ibu ke anak
semakin tinggi kadarnya semakin besar tingkat penularannya,khususnya pada saat
menjelang persalinan dan masa menyusui bayi. Kadar CD4 rendah jumlah sel
dibawah 350 sel/mm menunjukan daya tahan tubuh yang rendah karena banyak sel
limfosit yang pecah/rusak.
2. Masalah pada payudara,misalnya puting lecat jika menyusui, mastitis dan abses pada
payudara akan meningkatkan faktor penularan HIV melalui pemberian ASI.
DAFTAR PUSTAKA

Schust,Danny.J dan Heffner,Linda.J.(2008).At a Glance system Reproduksi.Jakarta:Erlangga.

Murtiastutik,D.(eds),2008.Buku Ajar Infeksi Seksual.Surabaya:Airlangga University Press.

B.K.Mandal,dkk.2008.Lecture Note Penyakit Infeksi.Jakarta:Erlangga.

Siregar,Fazidah.A.2004.Pengenalan dan Pencegahan AIDS.Universitas Sumatera Utara:USU

digital library.

Nurzillah, Nur A. dan Dyah M. S. 2017. Analisis Pengetahuan dan Sikap Terhadap Narapidana
Kasus Narkoba Terhadap Perilaku Beresiko Penularan HIV/AIDS. Jurnal of Health
Education. 2(1). 11-19

Anda mungkin juga menyukai