Anda di halaman 1dari 22

BAB 2 KONTROL

KELOMPOK 7:

REZA PARUHUMAN LUBIS(023161125)


FALDO ADITYA OLADI(023161179)
M.CHAERATUL AULIA(023161042)
YONATHAN SANDIKA PUTRA(023161025)
Pentingnya Kontrol Audit Bagi Audit Internal
Auditor internal mungkin tidak bisa sepenuhnya memahami sistem operasi dan
kalaupun mereka memahami, mereka mungkin tidak bisa menilainya secara
objektif. Tetapi auditor internal dididik untuk bisa mengevaluasi sistem kontrol
secara objektif.

Definisi Kontrol Audit


 Definisi awal
L.R. Dicksee pada awal tahun 1905 mengatakan bahwa sistem pengecekan
internal yang layak bisa menghilangkan kebutuhan akan audit yang terperinci.
Menurutnya kontrol dapat dibagi menjadi 3 elemen yang terdiri atas : pembagian
kerja, penggunaan catatan akuntansi, dan rotasi pegawai. Menurut George E.
Bennett tahun 1930 pengecekan internal adalah koordinasi dari sistem akun-akun
dan prosedur perkantoran yang berkaitan sehingga seseorang karyawan selain
mengerjakan tugasnya sendiri juga secara berkelanjutan mengecek pekerjaan
karyawan yang lain untuk hal-hal tertentu yang rawan kecurangan.
a. Definisi Kontrol
Menurut AICPA (Committee On Auditing Procedure) kontrol internal adalah
rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran –
pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva,
memeriksa akurasi dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi
operasional, dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah
ditetapkan.

Perluasan SAS 78 atas Definisi AICPA tentang Kontrol Internal.


Kontrol internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan
komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang wajar mengenai pencapaian tujuan.
1. Keandalan pelaporan keuangan
2. Efektivitas dan efisiensi operasi

1
3. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

b. Definisi Kontrol Bagi Akuntan Publik


Auditor independen di Amerika memandang definisi tersebut terlalu luas untuk
tujuan mereka, oleh karena itu kontrol internal dipecah menjadi dua.Menurut
Statement of Auditing Standards atau SAS No 1:
- Kontrol administratif mencakup rencana organisasi , prosedur dan catatan yang
berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang tercermin dalam
otorisasi manajemen atas transaksi.
- Kontrol akuntansi terdiri atas rencana organisasi, prosedur, dan catatan yang
berkaitan dengan pengamanan aktiva dan keandalan pencatatan keuangan,
yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar bahwa,
a) Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum atau khusus dari
manajemen.
b) Transaksi dicatat untuk mdenyiapkan penyusunan laporan keuangan sesuai
dengan Prinsip Akuntansi yang diterima umum atau kriteria lainnya yangb
berlakuuntuk laopran tersebut dan untuk menjaga akuntabilitas atas aktiva.
c) Akses terhadap aktiva hanya sesuai otorisasi manajemen.
d) Akuntabilitas yang dicatat untuk aktiva dibandingkan dengan aktiva yang
ada pada periode yang wajar dan bila ada terdapat perbedaan maka akan
diambil tindakan yang tepat.

Dari definisi diatas terlihat bahwa definisi kontrol administrasif


menghubungkan kontrol tersebut dengan manajemen, sementara definisi
kontrol akuntansi tidak.

c. Definisi Kontrol bagi Auditor Internal


Auditor internal memandang kontrol sebagai penggunaan semua sarana
perusahaan untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan
mengawasi berbagai aktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa tujuan

2
perusahaan tercapai. Sarana kontrol ini meliputi bentuk organisasi, kebijakan,
sistem, prosedur, induksi, standar, komite, bagan akun, perkiraan, anggaran,
jadwal, laporan, catatan, daftar pemeriksaan, metode, rencana dan audit
internal. Namun, bagi auditor internal kontrol akan memadai dan berguna jika
dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Dan definisi kontrol menurut IIA (
Institute of Internal Auditors ) yaitu setiap tindakan yang diambil manajemen
untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang
ditetapkan.

Model-Model Internal Controls

1. Model COSO
Model COSO mendefinisikan Internal Controls sebagai sistem yang dirancang
untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap pencapaian tujuan (1)
efektivitas dan efisiensi operasi, (2) keandalan informasi keuangan dan (3) ketaatan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Model COSO terdiri atas lima
komponen pengendalian intern sebagai berikut:
a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
b. Penentuan Risiko (Risk Assessment)
c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
d. Informasi dan Komunikasi (Communication and Information)
e. Pengawasan (Monitoring)

Model COSO mensyaratkan adanya pertimbangan untuk kelima komponen


a. Lingkungan Pengendalian (The Control Environment).
Komponen ini merupakan pondasi awal untuk pengembangan Sistem Internal
Controls dengan menyediakan disiplin dan struktur yang bersifat fundamental. Hal ini
diantaranya mencakup: Integritas dan Nilai Etika, Komitmen terhadap Kompetensi,
Berfungsinya Auditor, Filosofi Manajemen dan Gaya Kepemimpinan, Struktur
Organisasi, Pemberian Wewenang dan Tanggung Jawab, Kebijakan dan Praktik
Sumber Daya Manusia (SDM). Ketiadaan satu atau lebih unsur yang penting dari

3
lingkungan pengendaliaan akan menyebabkan sistem tidak efektif, meskipun terdapat
kekuatan dari sisiempat komponen pengendalian internal yang lain. Efektivitas
Internal Controls merupakan fungsi dari unsure lingkungan pengendalain terhadap
individual yang menciptakan, mengadministrasikan, dan memonitor pengendalian.
Suatu organisasi perlu menetapkan lingkungan pengendalian yang dikomunikasikan
kepada pegawai dan diperkuat dalam pelaksanaan kegiatan seharihari.

b. Penilaian Risiko (Risk Assessment).


Komponen ini merupakan identifikasi dan analisis yang dilakukan oleh manajemen
terhadap risiko terkait dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian risiko
organisasi dapat dilakukan melalui identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko-risiko
yang relevan terhadap penyusunan laporan keuangan yang secara wajar disajikan
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum. Proses penilaian risiko harus
mempertimbangkan kejadian dan keadaan baik yang bersifat eksternal dan internal
yang mungkin timbuldan secara tidak baik mempengaruhi kemampuan entitas untuk
mencatat, mengolah, mengikhtisarkan dan melaporkan data keuangan konsisten
dengan asersi manajemen dan laporan keuangan. Risiko organisasi dapat berasal dari
perubahan dalam lingkungan operasi, peronil baru, sistem informasi baru,
pertumbuhan organisasi yang cepat, teknologi baru, dan lain-lain.
c. Kegiatan Pengendalian (Control Activities).
Komponen ini berupa kegiatan, kebijakan, prosedur dan praktek yang menjamin
pencapaian tujuan institusi. Kegiatan ini memungkinkan pengambilan berbagai
tindakan yang diperlukan untuk mengelola risiko terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Kegiatan pengendalian berlangsung di seluruh organisasi, semua tingkatan
dan pada semua fungsi yang ada. Kegiatan ini mencakup rentang kegiatan mulai dari
pengesahan, kewenangan, verifikasi, rekonsiliasi, pengkajian ulang kinerja,
pengamanan aktiva dan pemisahan tugas. Kegiatan pengendalian yang dapat dilakukan
diantaranya penelahaan kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik dan
pemisahan fungsi.

4
d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication).
Komponen ini mendukung semua komponen pengendalian lainnya dengan
mengkomunikasikan tanggung jawab pengendalian kepada seluruh pegawai dan
menyediakan informasi dalam sebuah bentuk dan kerangka waktu yang mengizinkan
orang menyelesaikan tugasnya. Sistem informasi yang ada menghasilkan laporan-
laporan yang berisi informasi mengenai kegiatan organisasi, keuangan dan informasi
yang ada hubungannya dengan kepatuhan, yang memungkinkan penggunaannya untuk
menjalankan dan mengendalikan organisasi. Informasi ini tidak hanya berhubungan
dengan data yang dihasilkan internal, tetapi juga mengenai peristiwa-peristiwa
eksternal, kegiatan-kegiatan dan kondisi yang dibutuhkan untuk menginformasikan
pengambilan keputusan dan pelaporan untuk pihak luar. Komunikasi yang efektif juga
harus terjadi dalam bentuknya yang luas, mengalir ke bawah, melintasi berbagai
tingkatan dalam organisasi dan juga ke atas. Semua pegawai harus menerima informasi
atau pesan dari Manajemen secara jelas yang menegaskan bahwa tanggung jawab
menjalankan kontrol harus dilakukan secara sangat serius. Pegawai harus mengerti
peran mereka dalam sistem Internal Controls, sama seperti kegiatan masingmasing
secara individual memiliki hubungan dengan pekerjaan orang lain. Pegawai harus
memiliki alat atau media untuk mengkomunikasikan informasi ke atasan mereka.
Mereka juga butuh untuk berkomunikasi secara efektif dengan pihak luar, seperti
halnya pelanggan, pemasok (vendor), pemilik saham dan regulator.
e. Pemantauan (Monitoring).
Komponen ini memberikan kepastian yang memadai bahwa tujuan suatu organisasi
dapat tercapai, manajemen harus memonitor sistem Internal Controls untuk
menentukan apakah sistem beroperasi spserti yang diinginkan dan dimodifikasi agar
sesuai dengan perubahan dalam kondisi. Pemantuan merupakan suatu proses yang
menilai mutu sistem Internal Controls sepanjang waktu. Pemantuan mencakup
personil yang tepat untuk menilai disain dan operasi pengendalian dengan dasar yang
tepatwaktu dalam mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Pengawasan ini
juga melibatkan unsur eksternal terhadap Internal Controls yang dilakukan oleh
manajemen atau pihak lain di luar proses serta pelaksanaan metodologi independen

5
seperti prosedur atau standar cheklist yang biasa dilakukan oleh pegawai dalam proses.
Dalam konteks struktur organisasi, Model COSO menempatkan dalam konteks
mengapa pengendalian tetapi bukan bagaimana atau dimana . Model COSO
mengilustrasikan hubungan antara risiko dan pengendalian serta menekankan pada
tanggung jawab manajemen dalam organisasi untuk menjadi proaktif dalam mencari
jalan agar tujuan dapat dicapai yaitu penggunaan pengendalian, dengan kata lain,
sebagai satu dari beberapa strategi peminimalan risiko yang akan diambil oleh
pimpinan. Model COSO secara umum dilihat sebagai model pengendalian keras (hard
controls) karena COSO difokuskan pada aksi dalam operasi, proses dan sistem
tergantung pada aksi manajemen dan menaruh ekspektasi (harapan) pada pimpinan
untuk memantau dan mereview kesuksesan mereka dalam mencapai sasaran/tujuan
melalui penggunaan/penerapan Internal Controls yang tepat. Model COSO
memberikan suatu kerangka Internal Controls secara umum yang didesain untuk
memuaskan kebutuhan dari semua kelompok yang berhubungan dengan Internal
Controls yaitu manajemen organisasi, auditor eksternal dan internal, CFO (Chief
Financial Officer), akuntan manajemen dam otoritas pengatur.

2. Model COCO
Model COCO dikembangkan oleh CICA (Criteria of Control Board of the
Canadian Institute of Chartered Accountants). Model COCO mencakup empat
komponen yaitu :
a. Tujuan (Purpose)
b. Komitmen (Comitment)
c. Kemampuan (Capability)
d. Pengawasan dan Pembelajaran (Learning Monitoring)

3. Model COBIT
Control Objectives for Information and related Technology (COBIT)
merupakan sekumpulan dokumentasi best practices yang dapat membantu organisasi
untuk menjembatani gap antara risiko, kebutuhan kontrol dan permasalahan-

6
permasalahan teknis. COBIT dikembangkan oleh IT Governance Institute, yang
merupakan bagian dari Information Systems Audit and Control Association (ISACA)
pada tahun 1992. COBIT memberikan kerangka kerja yang terdiri atas:
a. Tujuan Pengendalian (Control Objectives)
Komponen ini terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat-tinggi (high-level
control objectives) yang tercermin dalam 4 domain, yaitu: planning & organization,
acquisition & implementation, delivery & support, dan monitoring .
b. Arahan Audit (Audit Guidelines)
Komponen ini berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian yang bersifat
rinci (detailed control objectives) untuk membantu para auditor dalam memberikan
jaminan manajemen dan/atau saran perbaikan.
c. Arahan Manajemen (Management Guidelines)
Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang mesti
dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Sejauh mana Anda (TI) harus bergerak, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan
sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.
2. Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang baik?
3. Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses
(critical success factors)?
4. Apa saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran yang
ditentukan?
5. Bagaimana dengan organisasi lainnya apa yang mereka lakukan?
6. Bagaimana Anda mengukur keberhasilan dan bagaimana pula
membandingkannya.

4. Model CADBURY
Model ini mempunyai juga empat komponen seperti model COCO tetapi
mempunyaiterminologi yang mirip model COSO (tanpa information and
communication), yakni model ini pertama kali muncul dalam suatu laporan yang

7
berjudul Internal Control and Financial Reporting. Laporan tersebut dipublikasi bulan
Desember 1994 oleh the Committee of the Financial Aspects of Corporate Governance
(Cadbury Committee) yang merupakan bentukan dari the Institute of Chartered
Accountants in England and Wales (ICAEW).
Model Cadbury menekankan pada pengendalian keuangan (financial control) dengan
menghasilkan kehandalan dari pelaporan keuangan. Selain itu model ini menekankan
pula adanya jaminan atas perlindungan asset dari pelepasan (disposal) yang tidak sah
dan catatan akuntansi yang baik serta kehandalan informasi keuangan yang digunakan
untuk bisnis atau untuk publikasi. Model Cadbury menginginkan setiap perusahaan
yang ada di Inggris untuk menerbitkan pernyataan tentang Internal Controls atas
keuangannya (internal financial control) yang memuat minimal tentang:
a. pengakuan bahwa direksi bertanggungjawab atas pengendalian internal atas
keuangan
perusahaan.
b. penjelasan bahwa sistem pengendalian tersebut dapat meyakinkan, bukan
jaminan, bahwa tidak ada salah saji atau kerugian yang material dalam laporan
keuangan.
c. menjelaskan prosedur-prosedur kunci bahwa direksi membantu efektivitas
sistem
pengendalian tersebut.
d. mengkonfirmasi bahwa direksi telah mereview efektivitas sistem pengendalian
tersebut.

Manfaat Kontrol

Kontrol dapat dipandang sebagai alat ukur seseorang menentukan apakah standar
yang telah dicapainya dan apakah seseorang telah menyelesaikan pekerjaannya dengan
demikian kontrol menjadi sarana mengendalikan diri sendiri. Sarana control tersebut
digunakan untuk mengukur kemapuan diri dan juga dapat digunakan oleh individu
meningkatkan kinerja mereka dan tidak hanya puas dengan pekerjaan yang telah

8
dilakukan. Kontrol dapat memusnahkan godaan untuk melakukan kecurangan.
Contohnya, kita ketahui terdapat tiga kondisi yang menyebabkan karyawan
melakukan penyelewengan dana: kebutuhan yang berlebihan (dalam kenyataan atau
dalam keinginan), adanya kesempatan dan anggapan penyelewengan adalah hal yang
biasa. Manajemen tidak dapat berbuat banyak atas apa yang dianggap kebutuhan yang
memadai oleh karyawan. Tetapi dengan control yang memadai, kesempatan atau
godaan untuk melakukan penyelewengan bisa dikurangi atau dihilangkan. Hal ini
merupakan keniscayaan, sebelum karyawan berpikir untuk merusak sistem kontrol.
Namun jika aktiva dibiarkan tanpa pengawasan, karyawan dapat saja beralasan bahwa
kondisi memang memungkinkan untuk melakukan penyelewengan terhadap aktiva.
Kontrol yang baik tidak hanya melindungi organisasi, tetapi juga karyawan.
Manajemen bertanggung jawab secara moral bahwa tidak ada celah melakukan
kecurangan. Kebanyakan karyawan akan menghargai operasi yang dikendalikan
dengan baik. Manfaat kontrol lainnya muncul dari teori agensi untuk manajemen.
Manajer, sebagai agen dari pemilik, bertanggung jawab kepada pemilik. Mereka harus
dapat membuktikan bahwa mereka telah menggunakan sumber daya yang telah di
percayakan kepada mereka dengan sebaik-baiknya.
Dengan melaksanakan kontrol melalui laporan dan verifikasi yang objektif oleh
auditor pemilik bisa yakin bahwa tanggung jawab yang dibebankan kepada manajer
telah dilaksanakan dengan baik. Lebih lanjut, dengan menerapkan sistem control yan
tepat, manajer sebagai agen dapat memberikan keyakinan yang memadai kepada
pemilik mengenai pengelolaan perusahaan yang telah dijalankan.

Sistem Kontrol

Elemen – elemen Sistem Kontrol

Sarana kontrol meliputi orang, peraturan, anggaran, jadwal, dan analisis


komponen – komponen lainnya. Bila digabungkan elemen – elemen ini membentuk
sistem kontrol, bisa memiliki subsistem – subsistem dan bisa juga menjadi bagian dari
sistem yang lebih besar. Semua sistem berfungsi secara harmonis untuk memenuhi satu
atau lebih tujuan bersama. Sistem bisa berbentuk tertutup atau terbuka. Sistem tertutup

9
( closed system ) tidak berinteraksi dengan lingkungan, sedangkan sistem terbuka (
open system ) memiliki interaksi. Semenjak komputer digunakan secara luas, sistem
tertutup sering digunakan. Auditor internal akan berhubungan dengan kedua sistem
meskipun mereka tidak dapat mengabaikan dampak lingkungan pada sistem kontrol
terbuka.

Contoh ilustrasi tentang sistem tertutup adalah sistem yang digunakan untuk mengatur
suhu di rumah, sebagai berikut :

Tujuan dari pemilik rumah adalah mengendalikan lingkungan di dalam rumah–


interaksi dengan lingkungan tersebut–dengan cara mengatur panas atau dingin
yang dibutuhkan. Jika lingkungan bercuaca sangat panas atau dingin, penyejuk
udara dapat dinaikkan atau diturunkan agar temperatur mencapai tingkat yang
nyaman. Kontrol ini dapat dilakukan secara manual atau melalui beberapa
kontrol, misalnya menggunakan termostat.

Tujuan yang ingin dicapai pada kasus tersebut adalah kenyamanan.


Menetapkan tujuan merupakan langkah pertama dalam proses kontrol.

Termostat dapat digunakan untuk memenuhi tujuan tersebut. Pengaturan yang


tepat merupakan standar – elemen kedua dari kontrol.

Begitu alat termometer pada termostat naik di atas atau turun di bawah standar,
alat tersebut akan mengobservasi perbedaan antara temperatur sebenarnya dan
temperatur yang dapat memenuhi tujuan pemilik rumah. Dalam hal ini
merupakan standar khusus. Ini elemen ketiga dari kontrol. Membandingkan
yang sebenarnya dengan yang terjadi.

Jika perbandingan menunjukkan kondisi yang tidak memuaskan, standar ( dan


juga tujuan ) tidak tercapai, elemen pemanas atau pendingin pada alat termostat
akan dinyalakan. Inilah elemen keempat dari kontrol yaitu tindakan korektif.

Sistem usaha, tentu saja biasanya lebih kompleks, tetapi cara kerjanya tetap sama.
Sistem lingkaran tertutup yang lebih umum, seperti sistem pemesanan ulang
persediaan, disebut sistem umpan balik ( feedback system ). Seperti halnya yang
berlaku pada termostat. Keluaran ( dalam hal ini lingkungan ) dibandingkan dengan
suatu standar sehingga diperoleh respons yang tepat. Semua sistem operasi memiliki
bagian – bagian dasar yang terdiri atas masukan ( input ), pemrosesan ( processing ),
dan keluaran ( output ).

Pemrosesan

10
Masukan Keluaran

Untuk mengendalikan proses sehingga keluaran tetap memenuhi standar yang


diinginkan, ada dua elemen yang harus ditambahkan. Kontrol dan umpan balik.

Kontrol

Pemrosesan
Masukan Keluaran

Umpan Balik

Jadi, dalam sistem produksi :

- Masukan terdiri atas karyawan, mesin, dan bahan mentah.


- Pemrosesan mengubah bahan mentah menjadi produk
- Keluaran adalah produk jadi
- Sistem kontrol mencakup kontrol produksi, yang mengatur arus bahan baku
jasa, serta inspeksi keluaran.
- Kontrol membandingkan keluaran dengan standar, melalui inspeksi atau
pengamatan terkomputerisasi.
- Umpan balik mengomunikasikan varians ( penyimpangan ) ke elemen
pemrosesan.
- Tindakan korektif membuat pemrosesan menjadi lebih baik untuk mencapai
standar yang diinginkan.

Sistem lingkaran tertutup ( closed – loop system ) sesuai dengan pandangan


manajemen klasik tentang kontrol : untuk meyakinkan bahwa sistem telah tercapai.
Oleh karena itu, kontrol terdiri atas keseluruhan usaha untuk mencapai hasil yang
sesuai dengan rencana, untuk meyakinkan bahwa tujuan telah tercapai.

11
Pentingnya Kontrol

Kontrol menjadi lebih penting bagi organisasi – organisasi besar. Manajer tidak
dapat mengawasi secara pribadi segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. Jadi
mreka harus mendelegasikan kewenangannya ke bawahan yang berfungsi sebagai
wakilnya. Bawahan tersebut akan diberi tanggungjawab untuk tugasnya. Merancang
sistem kontrol untuk memastikan bahwa tugas diselesaikan dan tujuan dicapai
merupakan tanggungjawab manajemen. Manajer bertanggungjawab untuk menetapkan
kontrol, mempertahankannya, memodifikasi apa yang harus diubah, dan memerhatikan
informasi yang diberikan oleh sistem kontrol.

Standar – standar Operasi

Kontrol umumnya membutuhkan standar – standar operasi yang berasal dari beberapa
sumber :

 Standar produksi
 Standar akuntansi biaya
 Standar tugas
 Standar industri
 Standar historis
 Standar estimasi terbaik

Standar tersebut bersifat wajar, mengandung faktor – faktor toleransi yang layak,
mencerminkan kondisi saat ini, dan akan menghasilkan tujuan yang diinginkan.

Standar – standar Kontrol Internal

Terdapat kerangka standar yang harus diikuti sistem kontrol :

1. Standar Umum
 Keyakinan yang wajar
 Perilaku yang mendukung
 Integritas dan kompetensi
 Tujuan kontrol
 Pengawasan kontrol
2. Standar – standar Rinci
 Dokumentasi
 Pencatatan transaksi dan kejadian dengan layak dan tepat waktu
 Otorisasi dan pelaksanaan transaksi dan kejadian
 Pembagian tugas

12
 Pengawasan
 Akses dan akuntabilitas ke sumber daya/ dan catatan

Karakteristik – karakteristik Kontrol

Audit internal dapat mengevaluasi sistem kontrol dengan menentukan kesesuaiannya


dengan kriteria yang ditetapkan. Sebuah sistem yang dapat diterima memiliki ciri –
ciri sebagai berikut :

1. Tepat waktu
Kontrol seharusnya mendeteksi penyimpangan aktual atau potensial sejak
awal untuk menghindari tindakan perbaikan yang memakan biaya.
2. Ekonomis
Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar dalam mencapai hasil yang
diinginkan dengan biaya minimum dan dengan efek samping yang paling
rendah.
3. Akuntabilitas
Kontrol harus membantu karyawan mempertanggungjawabkan tugas yang
diberikan.
4. Fleksibilitas
Keadaan bisa berubah sewaktu – waktu.
5. Menentukan penyebab
Tindakan korektif yang diambil segera bisa dilakukan bila kontrol tidak hanya
mengidentifikasi masalah tetapi juga penyebabnya.
6. Kelayakan
Kontrol harus memenuhi kebutuhan manajemen.
7. Masalah – masalah dengan kontrol
Kontrol harus diawasi agar tetap relevan. Kontrol bisa jadi tidak merespon
kebutuhan. Akibatnya, kontrol bisa menjadi tidak produktif. Apalagi,
informasi yang diberikan kontrol bisa jadi tidak dipahami, atau bisa juga
diberikan ke orang yang tidak tepat, atau bisa juga terlalu rumit sehingga tidak
bermanfaat.

Sarana untuk Mencapai Kontrol

Sarana operasional yang dapat digunakan manajer untuk mengendalikan fungsi di


dalam perusahaan adalah :

 Organisasi

13
Organisasi sebagai sarana kontrol merupakan struktur peran yang disetujui
untuk orang – orang di dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai
tujuannya secara efisien dan ekonomis.

 Kebijakan
Suatu kebijakan adalah pernyataan prinsip yang membutuhkan, menjadi
pedoman, atau membatasi tindakan.
 Prosedur
Prosedur adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sesuai
dengan kebijakan yang telah diterapkan.
 Personalia
Orang – orang yang dipekerjakan atau ditugaskan harus memiliki kualifikasi
untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Bentuk kontrol terbaik disamping
kinerja masing – masing individu adalah supervisi.
 Akuntansi
Akuntansi merupakan sarana yang sangat penting untuk kontrol keuangan pada
aktivitas dan sumber daya. Akuntansi merupakan “penjaga gawang” keuangan
dalam organisasi.
 Penganggaran
Penganggaran adalah sebuah pernyataan hasil – hasil yang diharapkan yang
dinyatakan dalam bentuk numerik.
 Pelaporan
Manajemen berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan laporan yang
diterima. Oleh karena itu, laporan haruslah tepat waktu, akurat, bermakna, dan
ekonomis.

Dampak Regulasi terhadap Kontrol

- Terjadinya perubahan besar, yaitu jika kontrol dianggap terlalu berat,


menghabiskan biaya, atau tidak diinginkan, manajemen tidak akan
menerapkannya atau justru menghilangkannya. Jika situasi menyebabkan
resiko, manajemen akan berinisiatif untuk memutuskan apakah akan
menerapkan kontrol atau mengambil resiko.

- Serangkaian Peraturan Akuntansi yang Dikeluarkan ( Accounting Series


Release 242 ( U.S. SEC)) yaitu “ ...karena UU telah diberlakukan, maka
menjadi penting bagi emiten yang mematuhi peraturan baru tersebut untuk

14
memeriksa prosedur akuntansi mereka, sistem kontrol akuntansi internal, dan
praktik – praktik bisnis untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar sesuai
dengan persyaratan yang tercakup dalam UU tersebut.

- Hukum Kanada
UU Korporasi Bisnis Kanada ( Canadian Business Corporations Act ) yaitu :
sebuah perusahaan harus menyiapkan dan menjaga catatan akuntansi yang
memadai, dan seksi 22 (2) menyatakan bahwa “ Sebuah perusahaan agen –
agennya harus mengambil tindakan – tindakan pencegahan yang wajar untuk
(a) mencegah kerugian atau kerusakan, (b) mencegah pemalsuan jurnal, (c)
memfasilitasi pendeteksian dan perbaikan ketidakakuratan dalam catatan dan
pendaftaran yang diisyaratkan oleh UU ini.

- Peran Auditor Internal


Auditor internal bisa sangat membantu manajemen dengan mengevaluasi
sistem kontrol dan menunjukan kelemahan – kelemahan dalam kontrol internal.

- Laporan Auditor Internal tentang Kontrol Internal


Auditor internal secara periodik akan mengakumulasikan evaluasi kontrol dari
banyak laporan audit internal dan mencapai kesimpulan tentang lingkungan
kontrol internal, struktur, dan filosofi organisasi secara keseluruhan.
Pengamatan harus dilakukan dengan memperhatikan posisi manajemen di
berbagai tingkatan. Kebanyakan evaluasi ini dapat berasal dari wawancara
dengan manajemen.

- Pendekatan Siklus untuk Kontrol Akuntansi Internal


Pendekatan siklus menyarankan tiga langkah yaitu : (1) klasifikasikan transaksi
– transaksi sesuai siklusnya, (2) tentukan kriteria / standar kontrol internal yang
cocok untuk transaksi sesuai tujuan yang akan dicapai, (3) bandingkan prosedur
dan teknik kontrol yang ada serta hasil dengan kriterianya.

Dampak Pengaturan Organisasi terhadap Kontrol Internal28

Perampingan operasi yang dilakukan manajemen agar lebih ekonomis dan


efesien dapat berdampak besar terhadap fungsi kontrol internal tradisional. Auditor
selalu memperhatikan kejadian – kejadian yang menyebabkan kontrol dikurangi atau
diubah demi mencapai efisiensi yang lebih tinggi sehingga meningkatkan kinerja
pegawai atau organisasi. Terdapat dampak yang substansial terhadap elemen – elemen

15
yang telah lama dikenal sebagai substansi kontrol internal dan bahkan terhadap elemen
– elemen yang merupakan komponen kontrol internal menurut COSO.

Pengurangan Kontrol – Organisasi Virtual

Dengan perampingan dan pengaturan organisasi, manajemen sebenarnya telah


mempertanyakan konsep kontrol tradisional pada aspek – aspek operasi yang memiliki
banyak kontrol tradisional. Aspek – aspek ini mencakup utang usaha, persediaan,
piutang usaha, pengangkutan, dan penjualan. Bahkan pada operasi yang pemindahan
dana merupakan hal yang substansial, pandangan baru yang berkembang adalah
merancang operasi untuk mengganti kontrol melalui pengalihan tanggung jawab dan
akuntabilitas ke organisasi lain yang melaksanakan kontrol sebagai bagian dari proses
operasi perusahaan yang normal. Organisasi virtual didasarkan pada asas saling
percaya dan memberikan tanggung jawab dan akuntabilitas ke organisasi yang paling
baik menjalakan fungsinya.

Audit kontrol

Tujuan audit control :


1. Control memang diterapkan
2. Kontrol secara structural memang wajar
3. Kontrol dirancang untuk mencapai tujuan menajemen khusus atau untuk
mencapai ketaatan denganpersyaratan yang ditentukan, atau memastikan akurasi
dan kelayakan transaksi
4. Kontrol memang digunakan
5. Kontrol secara efisien melayani tujuan tersebut
6. Kontrol bersifat efektif, dan
7. Manajemen menggunakan keluaran yang dihasilkan sistem control

Secara rinci auditor harus :


 Menelaah elemen risiko kontrol
 Menentukan tujuan system control

16
 Menelaah tujuan untuk menentukan kesesuaiannya dengan kebijakan organisasi
atau dirancang untuk memastikan ketaatandengan persyaratan internal atau
eksternal.
 Memeriksa dan menganalisasistem control untuk menentukan kewajaran
susunannya: yaitu, apakah terdapat kreteria, metode pengukuran kondisi,
evaluasi penyimpangan, evaluasi efektivitas, dan metode laporan.
 Menentukan apakah hasil control dirancang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
 Menelaah operasi sisitem control
 Menentukan apakah hasil control mencapai tujuan manajemen ketika membuat
control tersebut.
 Menentukan apakah system control memiliki karakteristik-karakteristik berikut:
- Fleksibilitas - Pengindentifikasian penyebab
- Ketepatan waktu - Kelayakan
- Akuntabilitas - Penempatan

Auditing COSO
Audit internal yang dirancang untuk mempertimbangkan konsep control COSO
yang baru menjadi lebih rumit dibandingkan audit control internal yang tradisional.
Kebanyakan meningkatnya kesulitan muncul dari kebutuhan untuk mempetimbangkan
control lunak yang melekat pada filosofi COSO dan juga kebih banyak pendekatan
tradisional yang dilakukan dalam audit control. Dalam sebuah artikel pada internal
auditor, Mark Simmons mengemukakan serangkaian langkah yang kelihatan cocok
untuk melaksanakan audit seperti ini. Prosedur yang ia susun mengakui kebutuhan
untuk mengembangkan dan menggunakan pendekatan yang unik untuk mengevaluasi
control lunak. Metode ini menggunakan masukan dari manajer dan pekerja yang
berhubungan dengan aspek-aspek yang diaudit. Teknik-teknik ini dijelaskan secara
lengkap di bab 10 “Control Self Assesment”. Untuk saat ini cukuplah kita mengenal
hal tersebut sebagai evaluasi dari, status dari, dan penanganan dari elemen-elemen
control lunak. Langkah terkhir adalah merancang tindakan korelatif dan meningkatkan

17
kekuatan system. Tindakan tersebut dapat dirancang dan diterapkan paling efektif
melalui kelompok yang lebih “fokos” pada pekerjaan auditor.
Aspek Audit Risiko Kontrol
Risiko control adalah kemungkinan bahwa control yang telah ditetapkan tidak
bisa dideteksi adanya penyimpangan. Risiko control merupakan hasil kompromi antara
penelahaan aktual atas semua kejadian dan transaksi serta penelahaan dari sampel-
sampel yang refresentatif. Resiko control tersebut juga mencakup pertimbangan atas
metode control dan kualitas orang-orang yang memfungsikan proses control.

Kontrol - kontrol Operasi Internal


Kontrol, Kreteria, dan Tujuan
Kontrol yang tidak memadai atau tidak efektif pada departmen produksi atau
pemasaran dapat menyebabkan kerugian dalam dolar yang lebih besar dibandingkan
departemen akuntansi . Jutaan dolar terbuang percuma akibat program yang tidak
efektif. Sebagaimana halnya control keuangan, control atas aktivitas-aktivitas non
keuangan juga harus berpegangan pada tujuan dan kreteria. Kontrol keuangan
ditetapkan sesuai prosedur akuntansi yang diterima umum, sementara control non
keuangan harus ditetapkan sesuai dengan prinsip dan teknik manajemen yang dapat
diterima.

Fungsi dan Kontrol Manajemen


Dalam setiap empat fungsi manajemen, kreteria kinerja yang dapat diterima
memang dibutuhkan, yang jika dipenuhi, akan memberikan keyakinan yang memadai
bahwa tujuan akan tercapai. Untuk perencanaan aktivitas penelitian dan pengembangan
membutuhkan prosedur-prosedur formal untuk mengedalikan pembuatan rencana
pengembangan produk, begitu pula aktivitas pembelian akan membutuhkan prosedur-
prosedur formal untuk mengawasi pemilihan pemasok potensial.

18
Kontrol yang Berlebihan
Kontrol , dalam banyak contoh , memang telah dilakukan secara berlebihan.
Laporan control, yang seharusnya membantu manajer mengendalikan aktivitas mereka
sediri, sering kali dipersalahkan karena:
- Terlalu tebal: seharusnya dibuat ringkas dengan menekankan hal-hal penting saja
- Terlalu rumuit: instruksi seharusnya mudah dibaca, aktivitas seharusnya mudah
dlakukan, laporan seharusnya mudah diinterprestasikan dan mudah dipahami.

- Terlalu umum: seharusnya focus pada satu arah


- Terlalu klise: seharusnya lebih elastic dan jika terdapat masalah-masalah tidak
biasa yang dilaporkan, harus didefinisikan dengan jelas.
- Menyesatkan: laporan harus mencapai kesimpulan yang jelas

Mengapa Kontrol Tidak Berjalan


Meskipun control dirancang untuk membantu manajer melakuka pekerjaannya
dengan lebih baik, banyaknya manajer memandang control sebagai ancaman, sebuah
tantangan yang harus diatasi.Stearns mendefinisikan empat realsi terhadap system
control.
 Dianggap sebagai permainan
 Dianggap sebagai sabotase
 Informsi yang tidak akurat
 Ilusi control
Efek yang disfungsional ini merupakan gabungan dari proses teknis, prilaku dan
administratif seperti:
 Perbedaan pribadi
 Kontrol yang berlebihan
 Tujuan yang saling bertentangan
 Dampak terhadap kekuatan dan status

19
 Penekanan yang salah pada system konrol. Akibatnya control menjadi tujuan
bukan sarana untuk mencapainya.
Sebagai tambahan, para ahli operasi control telah mengidentifikasi serangkaian
penyebab yang lebih sederhana atas kegagalan system control untuk beroperasi
sebagaimana diinginkan. Penyebab-penyebanya adalah:
 Apati
 Keletihan
 Penolakan dari eksekutif
 Komplesitas
 Aspek efisensi
Daftar aspek –asfek disfungsional dari operasi control ini harus djadikan alat
pengecekan bagi auditor yang ingin menelaah system control.

Hal-hal yang Perlu Diingat


Auditor internal harus ingat bahwa audit yang baik tidak bisa dihafal dan
dilakukan diluar kepala. Tidak ada dua organisasi yang benar-benar sama. Juga tidak
ada organisasi yang sama baik pada masa ini maupun pada masa yang lalu. Auditor
nternal harus menelaah control internal menggunakan cara pandang manajemen serta
tetap mempertimbangkan orang, waktu, lingkungan , risiko dan kondisi.

20
21

Anda mungkin juga menyukai