KELOMPOK 7:
1
3. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
2
perusahaan tercapai. Sarana kontrol ini meliputi bentuk organisasi, kebijakan,
sistem, prosedur, induksi, standar, komite, bagan akun, perkiraan, anggaran,
jadwal, laporan, catatan, daftar pemeriksaan, metode, rencana dan audit
internal. Namun, bagi auditor internal kontrol akan memadai dan berguna jika
dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Dan definisi kontrol menurut IIA (
Institute of Internal Auditors ) yaitu setiap tindakan yang diambil manajemen
untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang
ditetapkan.
1. Model COSO
Model COSO mendefinisikan Internal Controls sebagai sistem yang dirancang
untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap pencapaian tujuan (1)
efektivitas dan efisiensi operasi, (2) keandalan informasi keuangan dan (3) ketaatan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Model COSO terdiri atas lima
komponen pengendalian intern sebagai berikut:
a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
b. Penentuan Risiko (Risk Assessment)
c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
d. Informasi dan Komunikasi (Communication and Information)
e. Pengawasan (Monitoring)
3
lingkungan pengendaliaan akan menyebabkan sistem tidak efektif, meskipun terdapat
kekuatan dari sisiempat komponen pengendalian internal yang lain. Efektivitas
Internal Controls merupakan fungsi dari unsure lingkungan pengendalain terhadap
individual yang menciptakan, mengadministrasikan, dan memonitor pengendalian.
Suatu organisasi perlu menetapkan lingkungan pengendalian yang dikomunikasikan
kepada pegawai dan diperkuat dalam pelaksanaan kegiatan seharihari.
4
d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication).
Komponen ini mendukung semua komponen pengendalian lainnya dengan
mengkomunikasikan tanggung jawab pengendalian kepada seluruh pegawai dan
menyediakan informasi dalam sebuah bentuk dan kerangka waktu yang mengizinkan
orang menyelesaikan tugasnya. Sistem informasi yang ada menghasilkan laporan-
laporan yang berisi informasi mengenai kegiatan organisasi, keuangan dan informasi
yang ada hubungannya dengan kepatuhan, yang memungkinkan penggunaannya untuk
menjalankan dan mengendalikan organisasi. Informasi ini tidak hanya berhubungan
dengan data yang dihasilkan internal, tetapi juga mengenai peristiwa-peristiwa
eksternal, kegiatan-kegiatan dan kondisi yang dibutuhkan untuk menginformasikan
pengambilan keputusan dan pelaporan untuk pihak luar. Komunikasi yang efektif juga
harus terjadi dalam bentuknya yang luas, mengalir ke bawah, melintasi berbagai
tingkatan dalam organisasi dan juga ke atas. Semua pegawai harus menerima informasi
atau pesan dari Manajemen secara jelas yang menegaskan bahwa tanggung jawab
menjalankan kontrol harus dilakukan secara sangat serius. Pegawai harus mengerti
peran mereka dalam sistem Internal Controls, sama seperti kegiatan masingmasing
secara individual memiliki hubungan dengan pekerjaan orang lain. Pegawai harus
memiliki alat atau media untuk mengkomunikasikan informasi ke atasan mereka.
Mereka juga butuh untuk berkomunikasi secara efektif dengan pihak luar, seperti
halnya pelanggan, pemasok (vendor), pemilik saham dan regulator.
e. Pemantauan (Monitoring).
Komponen ini memberikan kepastian yang memadai bahwa tujuan suatu organisasi
dapat tercapai, manajemen harus memonitor sistem Internal Controls untuk
menentukan apakah sistem beroperasi spserti yang diinginkan dan dimodifikasi agar
sesuai dengan perubahan dalam kondisi. Pemantuan merupakan suatu proses yang
menilai mutu sistem Internal Controls sepanjang waktu. Pemantuan mencakup
personil yang tepat untuk menilai disain dan operasi pengendalian dengan dasar yang
tepatwaktu dalam mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Pengawasan ini
juga melibatkan unsur eksternal terhadap Internal Controls yang dilakukan oleh
manajemen atau pihak lain di luar proses serta pelaksanaan metodologi independen
5
seperti prosedur atau standar cheklist yang biasa dilakukan oleh pegawai dalam proses.
Dalam konteks struktur organisasi, Model COSO menempatkan dalam konteks
mengapa pengendalian tetapi bukan bagaimana atau dimana . Model COSO
mengilustrasikan hubungan antara risiko dan pengendalian serta menekankan pada
tanggung jawab manajemen dalam organisasi untuk menjadi proaktif dalam mencari
jalan agar tujuan dapat dicapai yaitu penggunaan pengendalian, dengan kata lain,
sebagai satu dari beberapa strategi peminimalan risiko yang akan diambil oleh
pimpinan. Model COSO secara umum dilihat sebagai model pengendalian keras (hard
controls) karena COSO difokuskan pada aksi dalam operasi, proses dan sistem
tergantung pada aksi manajemen dan menaruh ekspektasi (harapan) pada pimpinan
untuk memantau dan mereview kesuksesan mereka dalam mencapai sasaran/tujuan
melalui penggunaan/penerapan Internal Controls yang tepat. Model COSO
memberikan suatu kerangka Internal Controls secara umum yang didesain untuk
memuaskan kebutuhan dari semua kelompok yang berhubungan dengan Internal
Controls yaitu manajemen organisasi, auditor eksternal dan internal, CFO (Chief
Financial Officer), akuntan manajemen dam otoritas pengatur.
2. Model COCO
Model COCO dikembangkan oleh CICA (Criteria of Control Board of the
Canadian Institute of Chartered Accountants). Model COCO mencakup empat
komponen yaitu :
a. Tujuan (Purpose)
b. Komitmen (Comitment)
c. Kemampuan (Capability)
d. Pengawasan dan Pembelajaran (Learning Monitoring)
3. Model COBIT
Control Objectives for Information and related Technology (COBIT)
merupakan sekumpulan dokumentasi best practices yang dapat membantu organisasi
untuk menjembatani gap antara risiko, kebutuhan kontrol dan permasalahan-
6
permasalahan teknis. COBIT dikembangkan oleh IT Governance Institute, yang
merupakan bagian dari Information Systems Audit and Control Association (ISACA)
pada tahun 1992. COBIT memberikan kerangka kerja yang terdiri atas:
a. Tujuan Pengendalian (Control Objectives)
Komponen ini terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat-tinggi (high-level
control objectives) yang tercermin dalam 4 domain, yaitu: planning & organization,
acquisition & implementation, delivery & support, dan monitoring .
b. Arahan Audit (Audit Guidelines)
Komponen ini berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian yang bersifat
rinci (detailed control objectives) untuk membantu para auditor dalam memberikan
jaminan manajemen dan/atau saran perbaikan.
c. Arahan Manajemen (Management Guidelines)
Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang mesti
dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Sejauh mana Anda (TI) harus bergerak, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan
sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.
2. Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang baik?
3. Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses
(critical success factors)?
4. Apa saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran yang
ditentukan?
5. Bagaimana dengan organisasi lainnya apa yang mereka lakukan?
6. Bagaimana Anda mengukur keberhasilan dan bagaimana pula
membandingkannya.
4. Model CADBURY
Model ini mempunyai juga empat komponen seperti model COCO tetapi
mempunyaiterminologi yang mirip model COSO (tanpa information and
communication), yakni model ini pertama kali muncul dalam suatu laporan yang
7
berjudul Internal Control and Financial Reporting. Laporan tersebut dipublikasi bulan
Desember 1994 oleh the Committee of the Financial Aspects of Corporate Governance
(Cadbury Committee) yang merupakan bentukan dari the Institute of Chartered
Accountants in England and Wales (ICAEW).
Model Cadbury menekankan pada pengendalian keuangan (financial control) dengan
menghasilkan kehandalan dari pelaporan keuangan. Selain itu model ini menekankan
pula adanya jaminan atas perlindungan asset dari pelepasan (disposal) yang tidak sah
dan catatan akuntansi yang baik serta kehandalan informasi keuangan yang digunakan
untuk bisnis atau untuk publikasi. Model Cadbury menginginkan setiap perusahaan
yang ada di Inggris untuk menerbitkan pernyataan tentang Internal Controls atas
keuangannya (internal financial control) yang memuat minimal tentang:
a. pengakuan bahwa direksi bertanggungjawab atas pengendalian internal atas
keuangan
perusahaan.
b. penjelasan bahwa sistem pengendalian tersebut dapat meyakinkan, bukan
jaminan, bahwa tidak ada salah saji atau kerugian yang material dalam laporan
keuangan.
c. menjelaskan prosedur-prosedur kunci bahwa direksi membantu efektivitas
sistem
pengendalian tersebut.
d. mengkonfirmasi bahwa direksi telah mereview efektivitas sistem pengendalian
tersebut.
Manfaat Kontrol
Kontrol dapat dipandang sebagai alat ukur seseorang menentukan apakah standar
yang telah dicapainya dan apakah seseorang telah menyelesaikan pekerjaannya dengan
demikian kontrol menjadi sarana mengendalikan diri sendiri. Sarana control tersebut
digunakan untuk mengukur kemapuan diri dan juga dapat digunakan oleh individu
meningkatkan kinerja mereka dan tidak hanya puas dengan pekerjaan yang telah
8
dilakukan. Kontrol dapat memusnahkan godaan untuk melakukan kecurangan.
Contohnya, kita ketahui terdapat tiga kondisi yang menyebabkan karyawan
melakukan penyelewengan dana: kebutuhan yang berlebihan (dalam kenyataan atau
dalam keinginan), adanya kesempatan dan anggapan penyelewengan adalah hal yang
biasa. Manajemen tidak dapat berbuat banyak atas apa yang dianggap kebutuhan yang
memadai oleh karyawan. Tetapi dengan control yang memadai, kesempatan atau
godaan untuk melakukan penyelewengan bisa dikurangi atau dihilangkan. Hal ini
merupakan keniscayaan, sebelum karyawan berpikir untuk merusak sistem kontrol.
Namun jika aktiva dibiarkan tanpa pengawasan, karyawan dapat saja beralasan bahwa
kondisi memang memungkinkan untuk melakukan penyelewengan terhadap aktiva.
Kontrol yang baik tidak hanya melindungi organisasi, tetapi juga karyawan.
Manajemen bertanggung jawab secara moral bahwa tidak ada celah melakukan
kecurangan. Kebanyakan karyawan akan menghargai operasi yang dikendalikan
dengan baik. Manfaat kontrol lainnya muncul dari teori agensi untuk manajemen.
Manajer, sebagai agen dari pemilik, bertanggung jawab kepada pemilik. Mereka harus
dapat membuktikan bahwa mereka telah menggunakan sumber daya yang telah di
percayakan kepada mereka dengan sebaik-baiknya.
Dengan melaksanakan kontrol melalui laporan dan verifikasi yang objektif oleh
auditor pemilik bisa yakin bahwa tanggung jawab yang dibebankan kepada manajer
telah dilaksanakan dengan baik. Lebih lanjut, dengan menerapkan sistem control yan
tepat, manajer sebagai agen dapat memberikan keyakinan yang memadai kepada
pemilik mengenai pengelolaan perusahaan yang telah dijalankan.
Sistem Kontrol
9
( closed system ) tidak berinteraksi dengan lingkungan, sedangkan sistem terbuka (
open system ) memiliki interaksi. Semenjak komputer digunakan secara luas, sistem
tertutup sering digunakan. Auditor internal akan berhubungan dengan kedua sistem
meskipun mereka tidak dapat mengabaikan dampak lingkungan pada sistem kontrol
terbuka.
Contoh ilustrasi tentang sistem tertutup adalah sistem yang digunakan untuk mengatur
suhu di rumah, sebagai berikut :
Begitu alat termometer pada termostat naik di atas atau turun di bawah standar,
alat tersebut akan mengobservasi perbedaan antara temperatur sebenarnya dan
temperatur yang dapat memenuhi tujuan pemilik rumah. Dalam hal ini
merupakan standar khusus. Ini elemen ketiga dari kontrol. Membandingkan
yang sebenarnya dengan yang terjadi.
Sistem usaha, tentu saja biasanya lebih kompleks, tetapi cara kerjanya tetap sama.
Sistem lingkaran tertutup yang lebih umum, seperti sistem pemesanan ulang
persediaan, disebut sistem umpan balik ( feedback system ). Seperti halnya yang
berlaku pada termostat. Keluaran ( dalam hal ini lingkungan ) dibandingkan dengan
suatu standar sehingga diperoleh respons yang tepat. Semua sistem operasi memiliki
bagian – bagian dasar yang terdiri atas masukan ( input ), pemrosesan ( processing ),
dan keluaran ( output ).
Pemrosesan
10
Masukan Keluaran
Kontrol
Pemrosesan
Masukan Keluaran
Umpan Balik
11
Pentingnya Kontrol
Kontrol menjadi lebih penting bagi organisasi – organisasi besar. Manajer tidak
dapat mengawasi secara pribadi segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. Jadi
mreka harus mendelegasikan kewenangannya ke bawahan yang berfungsi sebagai
wakilnya. Bawahan tersebut akan diberi tanggungjawab untuk tugasnya. Merancang
sistem kontrol untuk memastikan bahwa tugas diselesaikan dan tujuan dicapai
merupakan tanggungjawab manajemen. Manajer bertanggungjawab untuk menetapkan
kontrol, mempertahankannya, memodifikasi apa yang harus diubah, dan memerhatikan
informasi yang diberikan oleh sistem kontrol.
Kontrol umumnya membutuhkan standar – standar operasi yang berasal dari beberapa
sumber :
Standar produksi
Standar akuntansi biaya
Standar tugas
Standar industri
Standar historis
Standar estimasi terbaik
Standar tersebut bersifat wajar, mengandung faktor – faktor toleransi yang layak,
mencerminkan kondisi saat ini, dan akan menghasilkan tujuan yang diinginkan.
1. Standar Umum
Keyakinan yang wajar
Perilaku yang mendukung
Integritas dan kompetensi
Tujuan kontrol
Pengawasan kontrol
2. Standar – standar Rinci
Dokumentasi
Pencatatan transaksi dan kejadian dengan layak dan tepat waktu
Otorisasi dan pelaksanaan transaksi dan kejadian
Pembagian tugas
12
Pengawasan
Akses dan akuntabilitas ke sumber daya/ dan catatan
1. Tepat waktu
Kontrol seharusnya mendeteksi penyimpangan aktual atau potensial sejak
awal untuk menghindari tindakan perbaikan yang memakan biaya.
2. Ekonomis
Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar dalam mencapai hasil yang
diinginkan dengan biaya minimum dan dengan efek samping yang paling
rendah.
3. Akuntabilitas
Kontrol harus membantu karyawan mempertanggungjawabkan tugas yang
diberikan.
4. Fleksibilitas
Keadaan bisa berubah sewaktu – waktu.
5. Menentukan penyebab
Tindakan korektif yang diambil segera bisa dilakukan bila kontrol tidak hanya
mengidentifikasi masalah tetapi juga penyebabnya.
6. Kelayakan
Kontrol harus memenuhi kebutuhan manajemen.
7. Masalah – masalah dengan kontrol
Kontrol harus diawasi agar tetap relevan. Kontrol bisa jadi tidak merespon
kebutuhan. Akibatnya, kontrol bisa menjadi tidak produktif. Apalagi,
informasi yang diberikan kontrol bisa jadi tidak dipahami, atau bisa juga
diberikan ke orang yang tidak tepat, atau bisa juga terlalu rumit sehingga tidak
bermanfaat.
Organisasi
13
Organisasi sebagai sarana kontrol merupakan struktur peran yang disetujui
untuk orang – orang di dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai
tujuannya secara efisien dan ekonomis.
Kebijakan
Suatu kebijakan adalah pernyataan prinsip yang membutuhkan, menjadi
pedoman, atau membatasi tindakan.
Prosedur
Prosedur adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sesuai
dengan kebijakan yang telah diterapkan.
Personalia
Orang – orang yang dipekerjakan atau ditugaskan harus memiliki kualifikasi
untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Bentuk kontrol terbaik disamping
kinerja masing – masing individu adalah supervisi.
Akuntansi
Akuntansi merupakan sarana yang sangat penting untuk kontrol keuangan pada
aktivitas dan sumber daya. Akuntansi merupakan “penjaga gawang” keuangan
dalam organisasi.
Penganggaran
Penganggaran adalah sebuah pernyataan hasil – hasil yang diharapkan yang
dinyatakan dalam bentuk numerik.
Pelaporan
Manajemen berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan laporan yang
diterima. Oleh karena itu, laporan haruslah tepat waktu, akurat, bermakna, dan
ekonomis.
14
memeriksa prosedur akuntansi mereka, sistem kontrol akuntansi internal, dan
praktik – praktik bisnis untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar sesuai
dengan persyaratan yang tercakup dalam UU tersebut.
- Hukum Kanada
UU Korporasi Bisnis Kanada ( Canadian Business Corporations Act ) yaitu :
sebuah perusahaan harus menyiapkan dan menjaga catatan akuntansi yang
memadai, dan seksi 22 (2) menyatakan bahwa “ Sebuah perusahaan agen –
agennya harus mengambil tindakan – tindakan pencegahan yang wajar untuk
(a) mencegah kerugian atau kerusakan, (b) mencegah pemalsuan jurnal, (c)
memfasilitasi pendeteksian dan perbaikan ketidakakuratan dalam catatan dan
pendaftaran yang diisyaratkan oleh UU ini.
15
yang telah lama dikenal sebagai substansi kontrol internal dan bahkan terhadap elemen
– elemen yang merupakan komponen kontrol internal menurut COSO.
Audit kontrol
16
Menelaah tujuan untuk menentukan kesesuaiannya dengan kebijakan organisasi
atau dirancang untuk memastikan ketaatandengan persyaratan internal atau
eksternal.
Memeriksa dan menganalisasistem control untuk menentukan kewajaran
susunannya: yaitu, apakah terdapat kreteria, metode pengukuran kondisi,
evaluasi penyimpangan, evaluasi efektivitas, dan metode laporan.
Menentukan apakah hasil control dirancang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Menelaah operasi sisitem control
Menentukan apakah hasil control mencapai tujuan manajemen ketika membuat
control tersebut.
Menentukan apakah system control memiliki karakteristik-karakteristik berikut:
- Fleksibilitas - Pengindentifikasian penyebab
- Ketepatan waktu - Kelayakan
- Akuntabilitas - Penempatan
Auditing COSO
Audit internal yang dirancang untuk mempertimbangkan konsep control COSO
yang baru menjadi lebih rumit dibandingkan audit control internal yang tradisional.
Kebanyakan meningkatnya kesulitan muncul dari kebutuhan untuk mempetimbangkan
control lunak yang melekat pada filosofi COSO dan juga kebih banyak pendekatan
tradisional yang dilakukan dalam audit control. Dalam sebuah artikel pada internal
auditor, Mark Simmons mengemukakan serangkaian langkah yang kelihatan cocok
untuk melaksanakan audit seperti ini. Prosedur yang ia susun mengakui kebutuhan
untuk mengembangkan dan menggunakan pendekatan yang unik untuk mengevaluasi
control lunak. Metode ini menggunakan masukan dari manajer dan pekerja yang
berhubungan dengan aspek-aspek yang diaudit. Teknik-teknik ini dijelaskan secara
lengkap di bab 10 “Control Self Assesment”. Untuk saat ini cukuplah kita mengenal
hal tersebut sebagai evaluasi dari, status dari, dan penanganan dari elemen-elemen
control lunak. Langkah terkhir adalah merancang tindakan korelatif dan meningkatkan
17
kekuatan system. Tindakan tersebut dapat dirancang dan diterapkan paling efektif
melalui kelompok yang lebih “fokos” pada pekerjaan auditor.
Aspek Audit Risiko Kontrol
Risiko control adalah kemungkinan bahwa control yang telah ditetapkan tidak
bisa dideteksi adanya penyimpangan. Risiko control merupakan hasil kompromi antara
penelahaan aktual atas semua kejadian dan transaksi serta penelahaan dari sampel-
sampel yang refresentatif. Resiko control tersebut juga mencakup pertimbangan atas
metode control dan kualitas orang-orang yang memfungsikan proses control.
18
Kontrol yang Berlebihan
Kontrol , dalam banyak contoh , memang telah dilakukan secara berlebihan.
Laporan control, yang seharusnya membantu manajer mengendalikan aktivitas mereka
sediri, sering kali dipersalahkan karena:
- Terlalu tebal: seharusnya dibuat ringkas dengan menekankan hal-hal penting saja
- Terlalu rumuit: instruksi seharusnya mudah dibaca, aktivitas seharusnya mudah
dlakukan, laporan seharusnya mudah diinterprestasikan dan mudah dipahami.
19
Penekanan yang salah pada system konrol. Akibatnya control menjadi tujuan
bukan sarana untuk mencapainya.
Sebagai tambahan, para ahli operasi control telah mengidentifikasi serangkaian
penyebab yang lebih sederhana atas kegagalan system control untuk beroperasi
sebagaimana diinginkan. Penyebab-penyebanya adalah:
Apati
Keletihan
Penolakan dari eksekutif
Komplesitas
Aspek efisensi
Daftar aspek –asfek disfungsional dari operasi control ini harus djadikan alat
pengecekan bagi auditor yang ingin menelaah system control.
20
21