Anda di halaman 1dari 4

A.

Kepuasan Pasien
1. Pengertian Kepuasan

Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas, merasa senang,


perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat
diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan
mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa.
Kepuasan merupakan tingkatan di mana kinerja anggapan produk sesuai dengan
ekspektasi pembeli. Jika kinerja produk tidak memenuhi ekspektasi, pelanggan
kecewa. Jika kinerja produk sesuai dengan ekspektasi, pelanggan puas. Jika kinerja
melebihi ekspektasi, pelanggan sangat puas (Kotler, 2008: 16).

Menurut Thamrin Abdullah (2012: 38) kepuasan pelanggan adalah tingkat


perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan
dibandingkan dengan harapannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan
pelanggan dalah perasaan senang, puas dengan pelayanan dikarenakan sesuai dengan
apa yang pelanggan harapkan. Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam
hal ini pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien.

Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien
puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika
pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan kepada orang lain tentang
pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau
rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien
yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.

2. Factor-factor yang mempengaruhi kepuasan pasien


a. Ketepatan waktu distribusi
b. Citarasa makanan
c. Variasi menu
d. Penyajian makanan
B. Sisa Makanan
1. Pengertian sisa makanan

Menurut Hirch (1979) dalam Carr (2001), sisa makanan adalah jumlah
makanan yang tidak habis dikonsumsi setelah makanan disajikan. Menurut Asosiasi
Dietisien Indonesia (2005), sisa makanan adalah jumlah makanan yang tidak
dimakan oleh pasien dari yang disajikan oleh rumah sakit menurut jenis
makanannya. Menurut JADA (1979) dalam Muhir (1998), secara khusus, istilah sisa
makanan dibagi menjadi dua yaitu:
 Waste, yaitu bahan makanan yang rusak karena tidak dapat diolah atau hilang
karena tercecer
 Plate Waste, yaitu makanan yang terbuang karena setelah disajikan tidak
habis dikonsumsi.
Sisa makanan dikatakan tinggi atau banyak jika pasien meninggalkan sisa
makanan > 25%. Pasien yang tidak menghabiskan makanan dalam atau memiliki
sisa makanan > 25%, maka dalam waktu yang lama akan menyebabkan defisiensi
zat-zat gizi karena kekurangan zat gizi (Renaningtyas, 2004). Sisa makanan selain
dapat menyebabkan kebutuhan gizi pasien tidak terpenuhi juga akan menyebabkan
biaya yang terbuang pada sisa makanan (Djamaluddin, 2005). Sisa makanan
merupakan suatu dampak dari sistem pelayanan gizi di rumah sakit sehingga
masalah terdapatnya sisa makanan tidak dapat diabaikan karena bila masalah
tersebut diperhitungkan ke menjadi rupiah maka akan menjadi suatu pemborosan
anggaran makanan (Sumiyati, 2008).
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap 5 pasien yang mendapat menu
garang asem paha ayam di Bangsal Bougenville didapatkan hasil sebagai berikut :
Table 1

No Nama Habis Tidak habis


1 Bpk Andi √
2 Ibu Aisyah √
3 Ibu Jumirah √
4 Bpk Alfian √
5 Ibu Lasmiyanti √
Dari table 1 didapatkan hasil sebanyak 3 dari 5 pasien yang mengkonsumsi garang
asem paha ayam menghabiskan menu tersebut sedangkan 2 pasien lainnya tidak
menghabiskan menu tersebut.

Hal-hal yang mempengaruhi sisa makanan antar lain sebagai berikut :

1. Faktor Internal yaitu faktor yang berasal dari pasien yang meliputi :

a. Psikologis Faktor psikologis merupakan rasa tidak senang, rasa takut karena sakit
dan ketidakbebasan karena penyakitnya sehingga menimbulkan rasa putus asa. Manifestasi
rasa putus asa tersebut sering berupa hilangnya nafsu makan sehingga penderita tersebut
tidak dapat menghabiskan makanan yang disajikan.

b. Kebiasaan Makan Kebiasaan makan pasien dapat mempengaruhi pasien dalam


menghabiskan makanan yang disajikan. Bila kebiasaan makan sesuai dengan makanan
yang disajikan baik dalam susunan menu maupun besar porsi, maka pasien cenderung
dapat menghabiskan makanan yang disajikan. Sebaliknya bila tidak sesuai dengan
kebiasaan makan pasien, maka akan dibutuhkan waktu untuk penyesuaian.

c. Kebosanan Rasa bosan biasanya timbul bila pasien mengkonsumsi makananyang


kurang bervariasi sehingga sudah hafal dengan jenis makanan yang disajikan. 22 Rasa
bosan juga dapat timbul bila suasana lingkungan pada waktu makan tidak berubah. Untuk
mengurangi rasa bosan tersebut selain meningkatkan variasi menu juga perlu adanya
perubahan suasana lingkungan pada waktu makan.
2. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya sisa makanan meliputi
:

a. Penampilan makanan Penampilan makanan terdiri dari warna makanan, tekstur


makanan, dan besar porsi.

b. Rasa makanan Rasa makanan dipengaruhi oleh suhu dari setiap jenis hidangan
yang disajikan, rasa dari setiap jenis hidangan yang disajikan dan keempukan serta tingkat
kematangan.

3. Faktor Lain Faktor lain yang dapat menyebabkan sisa makanan antara lain penampilan
alat makan, sikap petugas pengantar makanan. Cara penyajian merupakan faktor yang perlu
mendapat perhatian dalam mempertahankan penampilan dari makanan yang disajikan.
Penyajian makanan berkaitan dengan peralatan yang digunakan, serta sikap petugas yang
menyajikan makanan termasuk kebersihan peralatan makan maupun kebersihan petugas
yang menyajikan makanan.

Adanya makanan dari luar rumah sakit yang dimakan oleh pasien disebabkan oleh
budaya membawa oleh- oleh ketika membesuk ke pasien, di rumah sakit serta tidak adanya
manajemen yang jelas untuk mengendalikan diet terapy di rumah sakit seperti larangan
mambawa makanan atau minuman tertentu 23 pada pasien yang belum tentu sama dengan
nilai gizi yang dikandung oleh makanan yang disajikan dari rumah sakit itu sendiri.
(Budiyanto, 2002).

Anda mungkin juga menyukai