Anda di halaman 1dari 14

PEDOMAN PRAKTEK

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NAMA : ……………………………………...........
TINGKAT : XII
PROG. KEAHLIAN : ........................................ ...........
NO. INDUK : …………………………………………....
ALAMAT RUMAH : .........……………………………………..
.........……………………………………..
.........……………………………………..
.........……………………………………..

SMK BINAKARYA MANDIRI


Kampus A : Jl. Kenari Utara Pintu 2 no. 25 Pondok Hijau Permai Pengasinan Rawalumbu Kota
Bekasi 17115 Telp.(021) 8242 7708 Faks. (021) 82416610.
Kampus B : Jl. Akasia Raya Ujung Kav. F6 No. 01 Pondok Hijau Permai Rawalumbu Kota Bekasi
17115 Telp.(021) 8242 7708 Faks. (021) 82416610.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Illahi yang telah memberikan nikmat sehat wal’afiat
hingga kita dapat terus beraktifitas seperti sekarang ini.

Peluncuran “Buku Pedoman Praktek Pendidikan Agama Islam SMK BINAKARYA


MANDIRI KOTA BEKASI”, dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi siswa ketika ingin
menyelesaikan kewajiban mereka diakhir masa pendidikan, khususnya Ujian Praktek Pendidikan
Agama Islam .

Adapun Ujian Praktek meliputi :

1. Praktek Wudhu & Doanya.


2. Praktek Sholat Jenazah
3. Praktek Sholat Fardhu
4. Baca – Tulis Al Qur’an ,Tajwidnya & Hapalan Surat Pendek
5. Dzikir & Doa-doa Harian

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua fihak yang telah membantu
tersusunnya buku panduan yang sangat sederhana ini, khususnya kepada Kepala Sekolah, Wakil-
wakil Kepala Sekolah, Sekretaris Sekolah dan rekan-rekan dewan Guru SMK Binakarya Mandiri .

Kami menyadari tiada gading yang tak retak , oleh karena itu kami menunggu kritik dan
saran dari berbagai fihak demi kesempurnaan buku ini.

Mudah-mudahan bekal disiplin dan ilmu yang telah diberikan selama ini akan mampu
menjadi modal kuat untuk menghadapi segala rintangan dan tantangan.
Sekali lagi saya ucapkan selamat dan sukses, mudah-mudahan Tuhan selalu menyertai setiap langkah
kita. Amin…………….
Bekasi, 09 Desember 2013
Mengetahui : Penulis
Kepala SMK Binakarya Mandiri

Drs. H. Muhamad Nurhadi Muhamad Hasan, S.Ag


Nip. 196 409 07 1992 02 1003 Nrp. 202 706 038
Visi SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi

”Membangun Generasi Mandiri dan Masyarakat Madani yang Berhati Nurani ”

MISI SMK BINAKARYA MANDIRI

1. Menanamkan Iman, Taqwa serta sikap professional pada seluruh komponen sekolah.

2. Menumbuhkan semangat keunggulan dengan kemampuan berkompetisi pada seluruh warga


sekolah.

3. Mengoptimalkan KBM berbasis kompetisi (CBT) dengan pendekatan Mastery Learning


(Pembelajaran Tuntas).

4. Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

TUJUAN JANGKA PANJANG :

Mengupayakan Seluruh lulusan terserap oleh dunia usaha dan industri


PENDAHULUAN

Tujuan Pendidikan Agama sebagaimana tercantum dalam kurikulum standar kompetensi.


Pendidikan Agama Islam di SMK untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengamalan peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT., serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi
masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi .

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan tentu tidak hanya melalui materi pelajaran secara
teoritis saja, tetapi lebih menekankan pada praktek nyata realisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Evaluasi Belajar Tahap Akhir untuk kelas XII, merupakan puncak proses belajar mengajar dan
sekaligus merupakan tolak ukur keberhasilan siswa selama tiga tahun di SMK Binakarya Mandiri
Yayasan Islam Bani Taqwa khususnnya dan tingkat Nasional pada umumnya.

Uji Praktek agama ini merupakan rangkaian dari pelaksanaan UAS, khususnya bidang studi
Agama Islam yang materinya telah ditetapkan dan diserahkan pada sekolah masing-masing sesuai
dengan kemampuan sekolah dengan berpedoman pada juklak dan juknis yang diberikan Dinas
Pendidikan Kota Bekasi.

TUJUAN UJIAN PRAKTEK AGAMA ISLAM.

1. Meningkaatkan kompetensi keagamaan siswa SMK Binakarya Mandiri


2. Membentuk pribadi muslim yang memliki pemahaman terhadap islam yang utuh kemudian
menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari
3. Mendekatkan siswa kepada masjid/mushola agar tercapai prilaku yang senantiasa menyucikan
dir dan berakhlakul karimah
4. Mengantisipasi kenakalan dan penyimpangan remaja
5. Diterapkannya ajaran islam dalam kehidupan pribadi dan social dan melaksanakannya dalam
kehidupan sehari-sehari
TARGET UJIAN PRAKTEK
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Siswa tidak memperoleh materi keilmuan secara teoritis saja tetapi juga mampu mempraktekan
ajaran islam dalam kehidupan sehari-sehari

2. Mempersiapkan seluruh siswa agar memiliki kompetensi keagamaan yang utuh sehingga siswa
tidak hanya memahami konsep tetapi juga realisasinya dalam kehidupan

3. Insan kamil siswa yang sempurna dan paripurna sesuai dengan tujuan

PANDUAN UJIAN PRAKTEK


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MATERI AL QUR’AN

1. Surat yang dibaca : Surat An Nisa dan Surat Ali Imran (Satu ayat/pilih salah satu)
2. Hafalan surat-surat pendek :
2.1. Wajib Hafal : Surat Al Fatihah dengan artinya
2.2. Tambahan/Pilihan : Surat At Takaatsur s/d An Naas

SHOLAT JENAZAH

1. Kewajiban Orang Hidup Terhadap Orang yang Sudah Meninggal :


1.1.Memandikan
1.2.Mengkafankan
1.3.Mensholatkan
1.4.Menguburkan

2. Syarat Sholat Jenazah :


2.1.Suci dari hadats besar dan hadats kecil serta suci dari najis
2.2.Menghadap Qiblat dan menutup aurat
2.3. Jenazahnya disholatkan setelah dimandikan dan dikafani
2.4. Ketika disholatkan, jenazah ada di depannya, kecuali Ghaib

3. Cara Melaksanakan Sholat Jenazah :


3.1. Jika jenazahnya ada di tempat, jika laki-laki imamnya berdiri searah dengan kepalanya,
jika wanita, imamnya lurus dengan tengah-tengah badannya. Jika mayatnya tak ada di tempat
(Sholat Ghaib) boleh dilakukan di lain tempat.
3.2. Jika sholatnya berjama’ah, shofnya diperbanyak ke belakang bukan ke samping.
4. Rukun Sholat Jenazah
4.1. Niat
4.1.1 Bacaan niat sholat mayat laki-laki / perempuan :

”Aku niat sholat atas mayat laki-laki ini, empat takbir, fardlu kifayah dengan ma’min / imam
karena Allah Ta’ala”.

”Aku niat sholat atas mayat Perempuan) ini, empat takbir, fardlu kifayah dengan ma’min / imam
karena Allah Ta’ala”.

4.2. Berdiri jika mampu


4.3. Takbir empat kali, dengan urutan sbb :
4.3.1. Setelah takbir pertama membaca surat fatihah
4.3.2. Setelah takbir kedua membaca sholawat sbb :

َ ‫ص ِّل اَللَّ ُهم‬


‫علَى َو َح َّمد ُم ُم ُم َح َّمد آل‬ َ ‫لى‬
َ ‫ع‬َ
”Wahai Tuhanku, limpahkan rahmat kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada keluarga Nabi
Muhammad”.
4.3.3. Setelah takbir ketiga membaca do’a sbb (laki-laki/perempuan)
”Ya Allah berilah ampun dia, kasihanilah dia, sejahterakanlah dia, dan maafkanlah
segala kesalahannya, hormatilah kedatangannya, dan luaskanlah tempat tinggalnya”.
”Ya Allah janganlah Engkau halangi kami daripada mendapat pahalanya, dan janganlah
Engkau beri kami fitnah sepeninggalanya, dan ampunilah kami dan dia”.

4.3.4. Setelah takbir keempat membaca do’a untuk yg ditinggalkan (laki-laki/perempuan). Sbb :

5. ُ‫ل تَفتِنَّا بَع َده‬ َ َ ‫حرمنَا أ‬


َُ ‫جرهُ َو‬ َُ ‫اللَّه َُّم‬
ِ َ‫ل ت‬
“Ya Allah jangan Engkau halangi kami dari mendapat pahala (atas musibah kematian)-nya
dan jangan Engkau menguji kami sepeninggalnya.”
Kemudian dilanjutkan dengan menbaca salam sbb :

ُ‫ُوبَ َر َكاته‬ َ ‫سالَمُ َعلَيْك ْم‬


ِ ُ‫ُو َر ْح َمة‬
َ ‫هللا‬ َّ ‫ال‬
”Selamat atas kalian dan semoga Allah memberikan kasih sayang dan keberkahannya”.

SHOLAT FARDHU SHUBUH


1.Syarat Sholat
2.Rukun Sholat
3.Tata Cara Sholat Shubuh
Tata cara Sholat Shubuh sama dengan sholat lima waktu lainnya, tapi pada roka’at ke dua ketika
’Itidal kita disunahkan membaca Qunut. Bacaan Qunut sbb :
WUDHU THOHAROH/BERSUCI
RUKUN WUDHU :

1. Niat
Niat wudhu' adalah ketetapan di dalam hati seseorang untuk melakukan serangkaian ritual yang
bernama wudhu' sesuai dengan apa yang ajarkan oleh Rasulullah SAW dengan maksud ibadah.
Sehingga niat ini membedakan antara seorang yang sedang memperagakan wudhu' dengan orang
yang sedang melakukan wudhu'. Kalau sekedar memperagakan, tidak ada niat untuk melakukannya
sebagai ritual ibadah. Sebaliknya, ketika seorang berwudhu', dia harus memastikan di dalam hatinya
bahwa yang sedang dilakukannya ini adalah ritual ibadah berdasar petunjuk nabi SAW untuk tujuan
tertentu.

2. Membasuh Wajah
Para ulama menetapkan bahwa batasan wajah seseorang itu adalah tempat tumbuhnya rambut
(manabit asy-sya'ri) hingga ke dagu dan dari batas telinga kanan hingga batas telinga kiri.

3. Membasuh kedua tangan hingga siku


Secara jelas disebutkan tentang keharusan membasuh tangan hingga ke siku. Dan para ulama
mengatakan bahwa yang dimaksud adalah bahwa siku harus ikut dibasahi. Sebab kata `Ilaa` dalam
ayat itu adalah Lintihail Ghayah. Selain itu karena yang disebut denga tangan adalah termasuk juga
sikunya.
Selain itu juga diwajibkan untuk membahasi sela-sela jari dan juga aap yang ada dibalik kuku jari.
Para ualma juga mengharuskan untuk menghapus kotoran yang ada di kuku bila dikhawatirkan akan
menghalangi sampainya air.
Jumhur ulama juga mewajibkan untuk menggerak-gerakkan cincin bila seorang memakai cincin
ketika berwudhu, agar air bisa sampai ke sela-sela cincin dan jari. Namun Al-Malikiyah tidak
mengharuskan hal itu.

4. Mengusap kepala
Yang dimaksud dengan mengusap adalah meraba atau menjalankan tangan ke bagian yang diusap
dengan membasahi tangan sebelumnya dengan air. Sedangkan yang disebut kepala adalah mulai dari
batas tumbuhnya rambut di bagian depan / dahi ke arah belakang hingga ke bagian belakang kepala.
Al-Hanafiyah mengatakan bahwa yang wajib untuk diusap tidak semua bagian kepala, melainkan
sekadar ? dari kepala. Yaitu mulai ubun-ubun dan di atas telinga.
Sedangkan Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah mengatakan bahwa yang diwajib diusap pada bagian
kepala adalah seluruh bagian kepala. Bahkan Al-Hanabilah mewajibkan untuk membasuh juga kedua
telinga baik belakang maupun depannya. Sebab menurut mereka kedua telinga itu bagian dari kepala
juga.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah : Dua telinga itu bagian dari kepala.
Namun yang wajib hanya sekali saja, tidak tiga kali.
Adapun Asy-syafi`iyyah mengatakan bahwa yang wajib diusap dengan air hanyalah sebagian dari
kepala, meskipun hanya satu rambut saja. Dalil yang digunakan beliau adalah hadits Al-Mughirah :
Bahwa Rasulullah SAW ketika berwudhu` mengusap ubun-ubunnya dan imamahnya (sorban yang
melingkari kepala).

5. Mencuci kaki hingga mata kaki.


Menurut jumhur ulama, yang dimaksud dengan hingga mata kaki adalah membasahi mata kakinya
itu juga. Sebagaimana dalam masalah membahasi siku tangan. Secara khusus Rasulullah SAW
mengatakan tentang orang yang tidak membasahi kedua mata kakinya dengan sebutan celaka.
Celakalah kedua mata kaki dari neraka.

6. Tartib
Yang dimaksud dengan tartib adalah mensucikan anggota wudhu secara berurutan mulai dari yang
awal hingga yang akhir. Maka membasahi anggota wudhu secara acak akan menyalawi aturan
wudhu. Urutannya adaalh sebagaimana yang disebutan dalam nash Quran, yaitu wajah, tangan,
kepala dan kaki.
Namun Al-Hanafiyah dan Al-Malikiyah tidak merupakan bagian dari fardhu wudhu`, melainkan
hanya sunnah muakkadah. Akan halnya urutan yang disebutan di dalam Al-Quran, bagi mereka
tidaklah mengisyaratkan kewajiban urut-urutan. Sebab kata penghubunganya bukan Tsumma yang
bermakna kemudian atau setelah itu.

Sunnah-sunnah Wudhu`

1. Mencuci kedua tangan hingga pergelangan tangan sebelum mencelupkan tangan ke dalam
wadah air.
2. Membaca basmalah sebelum berwudhu`
3. Berkumur dan memasukkan air ke hidung Bersiwak atau membersihkan gigi
4. Meresapkan air ke jenggot yang tebal dan jari
5. Membasuh tiga kali tiga kali
6. Membasahi seluruh kepala dengan air
7. Membasuh dua telinga luar dan dalam dengan air yang baru
8. Mendahulukan anggota yang kanan dari yang kiri

Hal-hal Yang Membatalkan Wudhu'

Hal-hal yang bisa membatalkan wudhu' ada 5 perkara.

1. Keluarnya benda apapun lewat dua lubang qubul atau dubur.


Baik berupa benda cair seperti air kencing, mani, wadi, mazi atau apapun yang cair. Juga berupa
benda padat seperti kotoran, batu ginjal, cacing atau lainny. apun juga benda gas seperti kentut.
Kesemuanya itu bila keluar lewat dua lubang qubul dan dubur, membuat wudhu' yang bersangkutan
menjadi batal.

2. Tidur yang bukan dalam posisi tamakkun (tetap) di atas bumi.


Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW : Siapa yang tidur maka hendaklah dia berwudhu' (HR. Abu
Daud dan Ibnu Majah)
Tidur yang membatalkan wudhu adalah tidur yang membuat hilangnya kesadaran seseorang.
Termasuk juga tidur dengan berbaring atau bersandar pada dinding. Sedangkan tidur sambil duduk
yang tidak bersandar kecuali pada tubuhnya sendiri, tidak termasuk yang membatalkan wudhu'
sebagaimana hadits berikut :
Dari Anas ra berkata bahwa para shahabat Rasulullah SAW tidur kemudian shalat tanpa berwudhu'
(HR. Muslim) - Abu Daud menambahkan : Hingga kepala mereka terkulai dan itu terjadi di masa
Rasulullah SAW.

3. Hilang Akal Karena Mabuk Atau Sakit


Seorang yang minum khamar dan hilang akalnya karena mabuk, maka wudhu' nya batal. Demikian
juga orang yang sempat pingsan tidak sadarkan diri, juga batal wudhu'nya. Demikian juga orang
yang sempat kesurupan atau menderita penyakit ayan, dimana kesadarannya sempat hilang beberapa
waktu, wudhu'nya batal. Kalau mau shalat harus mengulangi wudhu'nya.

4. Menyentuh Kemaluan
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :
Dari bisrah binti Shafwan Siapa yang menyentuh kemaluannya maka harus berwudhu (HR. Ahmad)
Al-Bukhari mengomentari hadits ini sebagai hadits yang paling shahih dalam masalah ini. Dan Al-
Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih berdasarkan syarat dari Bukhari dan Muslim.
Para ulama kemudian menetapkan dari hadits ini bahwa segala tindakan yang masuk dalam kriteria
menyentuh kemaluan mengakibatkan batalnya wudhu. Baik menyentuh kemaluannya sendiri atau
pun kemaluan orang lain. Baik kemaluan laki-laki maupun kemaluan wanita. Baik kemaluan manusia
yang masih hidup atau pun kemauan manusia yang telah mati (mayat). Baik kemaluan orang dewasa
maupun kemaluan anak kecil. Bahkan para ulama memasukkan dubur sebagai bagian dari yang jika
tersentuh membatalkan wudhu.
Namun para ulama mengecualikan bila menyentuh kemaluan dengan bagian luar dari telapak tangan,
dimana hal itu tidak membatalkan wudhu'.

5. Menyentuh kulit lawan jenis yang bukan mahram (mazhab As-Syafi'iyah)


Di dalam mazhab Asy-Syafi'iyah, menyentuh kulit lawan jenis yang bukan mahram termasuk yang
membatalkan wudhu'. Namun hal ini memang sebuah bentuk khilaf di antara para ulama. Sebagian
mereka tidak memandang demikian. Sebab perbedaan pendapat mereka didasarkan pada penafsiran
ayat Al-Quran yaitu :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, sedang kamu dalam keadaan junub , terkecuali
sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik ; sapulah mukamu dan
tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. (QS. An-Nisa : 23)

a. Pendapat Yang Membatalkan


Sebagian ulama mengartikan kata MENYENTUH sebagai kiasan yang maksudnya adalah jima`
(hubungan seksual). Sehingga bila hanya sekedar bersentuhan kulit, tidak membatalkan wuhu`.
Ulama kalangan As-Syafi`iyah cenderung mengartikan kata MENYENTUH secara harfiyah,
sehingga menurut mereka sentuhan kulit antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram itu
membatalkan wudhu`.
Menurut mereka, bila ada kata yang mengandung dua makna antara makna hakiki dengan makna
kiasan, maka yang harus didahulukan adalah makna hakikinya. Kecuali ada dalil lain yang
menunjukkan perlunya menggunakan penafsiran secara kiasan.
Dan Imam Asy-Syafi`i nampaknya tidak menerima hadits Ma`bad bin Nabatah dalam masalah
mencium.
Namun bila ditinjau lebih dalam pendapat-pendapat di kalangan ulama Syafi`iyah, maka kita juga
menemukan beberapa perbedaan. Misalnya, sebagian mereka mengatakan bahwa yang batal
wudhu`nya adalah yang sengaja menyentuh, sedangkan yang tersentuh tapi tidak sengaja menyentuh,
maka tidak batal wudhu`nya.
Juga ada pendapat yang membedakan antara sentuhan dengan lawan jenis non mahram dengan
pasangan (suami istri). Menurut sebagian mereka, bila sentuhan itu antara suami istri tidak
membatalkan wudhu`.
b. Pendapat Yang Tidak Membatalkan
Dan sebagian ulama lainnya lagi memaknainya secara harfiyah, sehingga menyentuh atau
bersentuhan kulit dalam arti pisik adalah termasuk hal yang membatalkan wudhu`. Pendapat ini
didukung oleh Al-Hanafiyah dan juga semua salaf dari kalangan shahabat.
Sedangkan Al-Malikiyah dan jumhur pendukungnya mengatakan hal sama kecuali bila sentuhan itu
dibarengi dengan syahwat (lazzah), maka barulah sentuhan itu membatalkan wudhu`.
Pendapat mereka dikuatkan dengan adanya hadits yang memberikan keterangan bahwa Rasulullah
SAW pernah menyentuh para istrinya dan langsung mengerjakan shalat tanpa berwudhu` lagi.
Dari Habib bin Abi Tsabit dari Urwah dari Aisyah ra dari Nabi SAW bahwa Rasulullah SAW
mencium sebagian istrinya kemudian keluar untuk shalat tanpa berwudhu`”. Lalu ditanya kepada
Aisyah,”Siapakah istri yang dimaksud kecuali anda ?”. Lalu Aisyah tertawa.( HR. Turmuzi Abu
Daud, An-Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad)
Doa setelah selesai wudhu
‘Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang
Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.’
(HR. Muslim 1/209)

‘Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang


bertobat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang
yang bersuci’
(HR. At-Tirmidzi 1/78)

‘Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji kepadaMu.


Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku
minta ampun dan bertobat kepadaMu’
(HR. An-Nasa’i)

DZIKIR DAN DO’A


Dzikir dan do’a yang dilakukan setelah sholat diantaranya yaitu :

DO’A DAN DZIKIR

SETELAH SHALAT FARDHU

Telah menjadi kebiasaan Rasulullah setelah mengucapkan salam pada setiap shalat fardhu beliau
beristighfar tiga kali, kemudian mengucapkan:

‫ار تكم نمَاَ َن َ نلم ن َََّ دُ نن تالم ن ُ َن‬َ ‫ار تكم ن ناما نا ال نَم ن ََ نن‬
‫الم ن َُ ت ن نب ن‬ َّ ‫(( اللَّ ُهم ََّّ َ ن تْم ن ال‬
‫الم ن َُ نن َك ت ن‬
َّ ‫مس ال‬
‫ش َنَا نتس لن ُ لنم ُ ال ُُ تلمسُ ننلنم ُ ال نْ تُم ُ نن ُ نمل نلنمِّ ُكم َءْ ش ت‬
‫نمِرٌ نم َاَال اللهم ََّّ َن نكماَْ نع َل نُما َ ن ت ن تم ن ننَن‬
‫ِ َل نُا نك ن تع ن ننَن ان تفن ُع نا الَ ُّ َك تم نس ال نَم َ ء َن نال تمل نَ ننَن ُ َّملإ ن َََّ هللَماالَ َن َلنم ن َََّ دُ ننَن‬ ‫ُك تع َ ن‬
َ ‫مال َن َلنم ن َََّ دُ ُك تص َل‬
‫نم تالن لنم ُ الم َ ءاتالن ننلن تمل‬ ُ ‫ال‬‫ض ُْ ننلنم ُ الَّ َّ نما ُر ال نْ ن‬
‫ْن تعبُ ُ َََّ َاَّا ُ لن ُ ال َء تع نُةُ ننلن ُ الفن ت‬
)) ‫نك ََ ن ال نكا َف َُ تننن‬
“Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Pemberi Sejahtera, dan dari-Mu kesejahteraan, Engkau
Pemberi barakah, wahai pemilik Keagungan dan Kemuliaan. Tidak ada Ilah yang berhak disembah
kecuali Allah, yang Esa tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kekuasaan dan segala pujian, dan Ia
Maha Kuasa atas segala sesuatu, Ya Allah tiada seorangpun yang mampu menghalangi terhadap
pemberian-Mu dan tidak ada pula yang dapat memberi sesuatu yang Engkau halangi, dan tidak ada
manfaat kekayaan seseorang dari siksa-Mu, tidak ada upaya dan kekuatan kecuali dari Allah, tidak
ada Ilah yang berhak disembah selain Allah, dan tidaklah kami beribadah kecuali kepada-Nya,
hanya milik-Nya kenikmatan, keutamaan dan sanjungan yang baik. Tidak ada Ilah yang berhak
disembah melainkan Allah dengan rasa ikhlas kami beribadah kepada-Nya walaupun orang-orang
kafir benci”.

Kemudian membaca tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33 kali:

Maha suci Allah : َ‫س تب نْانن د‬


ُ
Segala puji bagi Allah : َ‫تال نْ تُ ُ َال‬
Allah Maha Besa : َُ ‫دُ َ ن تك نب‬
Kemudian digenapkan yang keseratusnya dengan ucapan:

)) ‫علَى ُك ِ ِّل ش َْيءٍ قَ ِد ْي ٌر‬


َ ‫(( ال إِلَهَ إِال هللاُ َو ْح َدهُ ال ش َِر ْيكَ لَهُ لَهُ ا ْل ُم ْلكُ َولَهُ ا ْل َح ْم ُد َو ُه َو‬
“Tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya.
Milik-Nya segala kekuasaan dan segala pujian dan Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa”

Dilanjutkan dengan membaca ayat kursi :

“Allah tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Dia Yang hidup tidur. Milik-Nya apa
yang ada di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa idzin-
Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang di kehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi
langit dan bumi, Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Agung”. (QS. Al Baqarah: 255).
Kemudian membaca surat Al-ikhlas:



“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".

“Katakanlah: “Dialah Allah Yang Maha Esa, Allah adalah Ilah Yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu. Dan tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang
setara dengan Dia".

Kemudian membaca surat Al Falaq:



“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".

“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-
Nya dan dari kejahatan malam apabila telah datang gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita
tukang sihir yang menghembus buhul-buhul. Dan hari kejahatan orang yang dengki apabila dia
dengki".

Lalu membaca surat An-Nas:



"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".

"Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan manusia, Rajanya manusia, Sesembahan manusia,
dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam
dada manusia dari jin dan manusia”.

Dan disunnahkan mengulang sampai tiga kali untuk tiga surat yang terakhir, khusus setelah shalat
subuh dan shalat maghrib. Hal ini berdasarkan hadits shahih dari Nabi .

Di samping itu, sesuai dengan sunnah Nabi pada setiap selesai shalat maghrib dan subuh, juga
disunnahkan membaca dzikir di bawah ini 10 kali:
‫(( َ َلن ن ََ دُ نن تال ن ُ َ ش َنَا نتس لن ُ لن ُ تال ُُ تلسُ ننلن ُ تال نْ تُ ُ اُ تْ َِ نناُ َُ ت ُ نن ُ نل نلنِّ ُك َءْ ن‬
ٌ‫ش تِر‬
)) َ‫ن َ ات‬
“Tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-
Nya, hanya milik-Nya kekuasaan dan segala pujian. Ia yang menghidupkan dan yang mematikan dan
Dia berkuasa atas segala sesuatu”. (HR. Muslim).

Apabila ia seorang imam, sesudah mengucapkan istighfar tiga kali, dan mengucapkan:
“Allahumma antas salaam wa minkas salaam tabaarakta ya dzal jalali wal ikram” disunnahkan
mengubah posisi duduk menghadap kepada jama'ah. Setelah itu barulah ia melanjutkan dzikir sesuai
dengan yang dijelaskan di atas. Ini sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits-hadits yang cukup
banyak dari Aisyah radhiallahu 'anha dalam riwayat Muslim. Semua do’a dan dzikir tersebut
hukumnya sunnah bukan wajib.

SELAMAT UJIAN

Anda mungkin juga menyukai