Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Transisi epidemiologi biasa disebut dengan perubahan keadaan yang ditandai dengan
adanya perubahan angka kematian dan angka kesakitan akibat penyakit infeksius menjadi
penyakit non infeksius. Hal ini terjadi karena adanya era globalisasi yang mengubah pola hidup
di masyarakat, mulai dari sosial ekonomi dan tingginya angka harapan hidup. Perubahan
tersebut menimbulkan penyakit kronis seperti jantung, diabetes melitus, hipertensi, dan
penyakit kronis lainnya.1
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang sifatnya kronik
dan progresif, serta ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah. Pasien dengan
diabetes melitus memiliki risiko kesakitan dan kematian yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan populasi umum. Penyakit diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi pada
berbagai organ tubuh, oleh karena itulah penyakit ini sering disebut dengan the silent killer.2,3
Data dari berbagai studi global menyebutkan bahwa penyakit DM adalah masalah
kesehatan yang besar. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah penderita diabetes dari
tahun ke tahun. Pada tahun 1965, WHO menyatakan bahwa jumlah penderita diabetes melitus
di dunia sebesar 30 juta jiwa, namun 50 tahun setelahnya, yaitu pada tahun 2015 jumlah
penderita diabetes melitus meningkat hampir 14 kali lipat menjadi sebesar 415 juta jiwa dan
diperekirakan pada tahun 2040, jumlah penderita diabetes melitus di dunia dapat mencapai
angka 642 juta jiwa. Peningkatan ini terjadi secara merata pada hampir seluruh negara di dunia
dan semua kalangan penduduk, baik mereka yang tinggal di daerah perkotaan maupun di
daerah pedesaan.3,4
Pada tahun 2013, salah satu beban pengeluaran kesehatan terbesar di dunia adalah
diabetes, yaitu sebesar 612 miliar dollar Amerika, sekitar 11% dari total biaya kesehatan. Di
Asia Tenggara sendiri, pada tahun 2014 terdapat 96 juta pasien dengan diabetes melitus, hal
ini juga dipengaruhi oleh faktor genetik dimana orang Asia, khususnya di daerah Asia
Tenggara lebih rentan terhadap faktor diabetogenik lingkungan sehingga memiliki ambang
yang lebih rendah terhadap faktor risiko seperti usia, kelebihan berat badan, dan distribusi
lemak tubuh.4
Indonesia sendiri menduduki peringkat ketujuh untuk prevalensi penderita diabetes
melitus tertinggi di dunia bersama dengan China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan

1
Meksiko. Berdasarkan data riskesdas, terjadi peningkatan prevalensi pasien diabetes di
Indonesia, dari tahun 2007 sebesar 5,7% menjadi 6,9% pada tahun 2013.4 Di Kalimantan Barat
sendiri, prevalensi penderita diabetes melitus yang tercatat pada tahun 2007 adalah sebesar
1,3% dan meningkat menjadi sebesar 1,5% pada tahun 2016. Peningkatan di daerah
Kalimantan Barat sendiri tidak signifikan, hal ini dapat disebabkan karena 2/3 orang dengan
diabetes di Indonesia tidak mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes melitus dan biasanya
mengakses fasilitas kesehatan dalam keadaan terlambat (pasien sudah mengalami banyak
komplikasi).4,5
Banyak pasien yang tidak mengetahui bahwa diabetes melitus dapat mengakibatkan
berbagai macam komplikasi yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi kronik
terdiri dari komplikasi makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler. Penyakit jantung
koroner, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer merupakan jenis
komplikasi makrovaskular, retinopati, nefropati, dan neuropati merupakan jenis komplikasi
mikrovaskuler.6
Progresivitas diabetes melitus sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya
adalah usia, jenis kelamin, body mass index (BMI), aktivitas fisik, tekanan darah, kadar
kolesterol darah, lingkar pinggang, riwayat keluarga dengan penyakit diabetes, dan kebiasaan
merokok.5,6 Sebagian besar faktor yang mempengaruhi kejadian diabetes melitus berhubungan
dengan pola hidup atau lifestyle yang dapat diubah oleh tiap individu. Oleh karena itulah
penting bagi petugas kesehatan dan masyarakat untuk mengetahui bahaya penyakit diabetes
melitus serta pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah bertambahnya jumlah
penderita diabetes.

1.2. Rumusan Masalah


Belum diketahui karakteristik penderita diabetes melitus di Puskesmas Lirang Singkawang
Selatan 1 tahun 2018

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik penderita diabetes melitus di Puskesmas Lirang Singkawang
Selatan I Tahun 2018

2
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi proporsi penderita diabetes berdasarkan jenis kelamin
b. Mengetahui distribusi proporsi penderita diabetes berdasarkan usia
c. Mengetahui distribusi proporsi penderita diabetes berdasarkan klasifikasi body
mass index (BMI)
d. Mengetahui distribusi proporsi penderita diabetes berdasarkan kebiasaan merokok
e. Mengetahui distribusi proporsi penderita diabetes berdasarkan profil trigliserida
darah
f. Mengetahui distribusi proporsi penderita diabetes berdasarkan lingkar perut

1.4. Manfaat Penelitian


a. Memberikan bahan masukan bagi instansi terkait terutama puskesmas dalam upaya
meningkatkan promosi kesehatan terkait penyakit diabetes melitus
b. Dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi puskesmas untuk penelitian selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai