Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

I. Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah
yang tak terkontrol (Farida Kusumawati, 2011).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan
untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri, maupun orang lain (Yosep, 2009).

II. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Yosep (2009) adalah
sebagai berikut :
a. Fisik
1. Muka merah dan tegang
2. Mata melotot/ pandangan tajam
3. Tangan mengepal
4. Rahang mengatup
5. Postur tubuh kaku
6. Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1. Bicara kasar
2. Suara tinggi, membentak atau berteriak
3. Mengancam secara verbal atau fisik
4. Mengumpat dengan kata-kata kotor
5. Suara keras
6. Ketus
c. Perilaku
1. Melempar atau memukul benda/orang lain
2. Menyerang orang lain

1
3. Melukai diri sendiri/orang lain
4. Merusak lingkungan
5. Mengamuk/agresif
d. Emosi
1. Tidak adekuat
2. Tidak aman dan nyaman
3. Rasa terganggu
4. Dendam dan jengkel
5. Tidak berdaya
6. Bermusuhan
7. Mengamuk
8. Ingin berkelahi
9. Menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
1. Mendominasi
2. Cerewet
3. Kasar
4. Berdebat
5. Meremehkan
6. Sarkasme
f. Spiritual
1. Merasa diri berkuasa
2. Merasa diri benar
3. Mengkritik pendapat orang lain
4. Menyinggung perasaan orang lain
5. Tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
1. Menarik diri
2. Pengasingan
3. Penolakan
4. Kekerasan
5. Ejekan
6. Sindiran.
h. Perhatian
1. Bolos

2
2. Mencuri
3. Melarikan diri
4. Penyimpangan seksual.

III. Penyebab
Menurut Farida Kusumawati (2011) faktor penyebab yang
mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, adalah sebagai berikut :
a. Faktor Predisposisi
1. Teori Psikologis
a) Tedapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang
memotivasi perilaku kekerasan.
b) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa
kecil yang tidak menyenangkan
c) Frustasi
d) Kekerasan dalam rumah atau keluarga.
2. Faktor Sosial Budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori
menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respons
yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalu observasi atau imitasi,
dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku
kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi
marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
3. Faktor Biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (pada system limbik) ternyata
menimbulkan perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi
limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran
rasional), dan lobus temporal (untuk intreprestasi indra penciuman dan
memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan
hendak menyerang objek yang ada disekitarnya.
b. Faktor Presipitasi

3
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa
faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagi berikut :
1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,
konflik, merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien
sendiri maupun eksternal dari lingkungan.
3. Lingkunan : panas, padat, bising, dll.

IV. Akibat Masalah


Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti
menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah, dll.
Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencidera diri
orang lain dan lingkungan.
V. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan

Regimen terapeutik Harga diri rendah Peubahan Persepsi


interaktif kronis Sensori : Halusinasi

Koping keluarga Berduka disfungsional Isolasi social : menarik diri


tidak efektif

Sumber : Fitria (2009)

VI. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa
mengamuk ada 2 yaitu :
a. Medis
1. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososial.
2. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan perilaku merusak diri.
3. Thrihexiphenidil, yaitu mengontrol perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.

4
4. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Psikoterapeutik
2. Lingkungan terapeutik
3. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
4. Pendidikan kesehatan

VII. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


No. Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
1. Resiko Mencederai Diri, Ds :
Orang Lain dan  Klien mengatakan benci atau kesal
Lingkungan pada seseorang.
 Klien suka membentak dan
menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau
gangguan jiwa lainnya.

Do :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan
orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar
barang-barang.
2. Perilaku Kekerasan Ds :
 Klien mengatakan benci atau kesal
pada seseorang.
 Klien suka membentak dan
menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau
gangguan jiwa lainnya.

Do :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai.

5
 Ekspresi marah saat membicarakan
orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar
barang-barang.
3. Gangguan Konsep Diri : Ds :
Harga Diri Rendah  Klien mengatakan: saya tidak
mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Do :
 Klien tampak lebih suka sendiri,
bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin
mencederai diri/ ingin mengakhiri
hidup.

VIII. Diagnosa Keperawatan


Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah
dengan masalah utama perilaku kekerasan menurut Carpenito (2008),
sebagai berikut :
a. Perilaku Kekerasan
b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

IX. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1 : Perilaku Kekerasan
Tujuan Umum : Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan secara
mandiri
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya
a) Beri salam setiap berinteraksi
b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan
c) Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
d) Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi
e) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
f) Buat kontrak interaksi yang jelas

6
g) Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapkan perasaan klien
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukannya
Intervensi :
1. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya :
a) Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau
jengkelnya
b) Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap
ungkapan perasaan klien
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Intervensi :
1. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang
dialaminya :
a) Motivasi klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan
terjadi
b) Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya saat terjadi
perilaku kekerasan
c) Motivasi klien menceritakan kondisi psikologi saat terjadi perilaku
kekerasan
d) Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain
saat terjadi perilaku kekerasan
d. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya
selama ini :
a) Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang
selama ini pernah dilakukannya
b) Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak
kekerasan tersebut terjadi
c) Diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan yang dilakukannya
masalah yang dialaminya teratasi
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Intervensi :

7
1. Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan
pada :
a) Diri sendiri
b) Orang lain/ keluarga
c) Lingkungan
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien :
a) Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah
yang sehat
b) Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah
selain perilaku kekerasan yang diketahui klien
c) Jelaskan cara-cara sehat untuk :
1) Cara fisik : napas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga
2) Verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada
orang lain
3) Sosial : latihan asertif dengan orang lain
4) Spiritual : sembahyang/ do’a, zikir, mediasi, dsb sesuai
keyakinan masing-masing
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
Intervensi :
1. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih
cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan
2. Latih klien memperagakan cara yang dipilih
a) Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih
b) Jelaskan manfaat cara tersebut
c) Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan
d) Beri pengamatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum
sempurna
3. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/
jengkel
h. Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan
Intervensi :

8
1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien
untuk mengatasi perilaku kekerasan
2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
perilaku kekerasan
3. Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku
kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga
4. Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan)
5. Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang
6. Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan
7. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan
i. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan
Intervensi :
1. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika
tidak menggunakan obat
2. Jelaskan kepada klien :
a) Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat)
b) Dosis yang tepat untuk klien
c) Waktu pemakaian
d) Efek yang akan dirasakan klien
3. Anjurkan klien :
a) Minta dan menggunakan obat tepat waktu
b) Lapor kepada perawat/ dokter jika mengalami efek yang tidak
biasa
c) Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Pasien Keluarga
Pasien Keluarga

SP I p SP I k
1. Mengidentifikasi penyebab PK 1. Mendiskusikan
2. Mengidentifikasi tanda gejala PK masalah yang
3. Mengidentifikasi PK yang dilkukan dirasakan keluarga
4. Mengidentifikasi akibat PK dalam merawat
5. Menyebutkan cara mengontrol PK pasien
6. Membantu pasien mempraktikkan latihan 2. Menjelaskan
cara mengontrol PK pengertian PK,
7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam tanda gejala serta

9
kegiatan harian proses tejadinya
PK
3. Menjelaskan cara
merawat pasien
dengan PK

SP II p SP II k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga
pesien mempraktikkan
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara cara merawat
fisik II pasien dengan PK
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam 2. Melatih keluarga
kegiatan harian melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien PK
SP III p SP III k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membantu
pasien keluarga membuat
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan jadwal aktivitas di
cara verbal rumah termasuk
3. Menganjurkan pasien memasukkan minum obat
dalam jadwal kegiatan harian 2. Menjelaskan
follow up pasien
setelah pulang

SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara
spiritual
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

SP V p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan
minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

Diagnosa 2 : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

10
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non-verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukan sikap simpati dan menerima apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Intervensi :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dan buat
daftarnya jika klien tidak mampu mengidentifikasi maka dimulai oleh
perawat untuk memberi pujian pada aspek positif yang dimiliki klien
2. Setiap bertemu hindarkan memberi penilaian negatif
3. Utamakan memberi pujian yang realitas
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilaksanakan
selama sakit
2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya
d. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Intervensi :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
a) Kegiatan mandiri
b) Kegiatan dengan bantuan sebagian
c) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
Intervensi :

11
1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
2. Beri pujian atas keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Intervensi :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah
2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Pasien Keluarga
Pasien Keluarga

SP I p SP I k
1. Mengidentifikasi kemampuan dan 1. Mendiskusikan masalah
aspek positif yang dimiliki pasien yang dirasakan keluarga
2. Membantu pasien menilai dalam merawat pasien
kemampuan pasien yang masih dapat 2. Menjelaskan pengertian,
digunakan tanda gejala harga diri
3. Membantu pasien memilih kegiatan rendah yang dialami
yang akan dilatih sesuai dengan pasien beserta proses
kemampuan pasien terjadinya
4. Melatih pasien sesuai dengan 3. Menjelaskan cara-cara
kemampuan yang dipilih merawat pasien harga
5. Memberikan pujian yang wajar diri rendah
terhadap keberhasilan klien
6. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

SP II p SP II k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga
pasien mempraktekkan cara
2. Melatih kemampuan kedua merawat pasien dengan
3. Menganjurkan pasien memasukkan harga diri rendah
ke dalam jadwal kegiatan harian 2. Melatih keluarga
melakukan cara merawat
langsung kepada pasien
harga diri rendah

12
SP III k
1. Membantu keluarga
membuat jadwal
aktivitas di rumah
termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang

13
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2008). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, (Alih Bahasa)
Monica Ester. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, Budi Anna. (2009). Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta:


EGC.

Kusumawati, Farida dan Hartono, Yudi. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

Purba, dkk., (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah


Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Cetakan kedua (Edisi Revisi). Bandung:
PT Refrika Aditama.

14

Anda mungkin juga menyukai