Anda di halaman 1dari 9

NASKAH DRAMA SEJARAH INDONESIA

DETIK-DETIK PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

Pemeran :

1. Ir. Soekarno : m rayhan al b

2. Drs. Moh. Hatta : Mahfudz Mubarok

3. Radjiman Wedyodiningrat : Muh. Candra B. S.

4. Jendral Terauchi : Aditya Isharudin

5. Sutan Syahrir : Arsya maulana

6. Wikana : Angger Anggi Aditya

7. Darwis : wahyu rohman

8. Sukarni : aditiya isharudin

9. Dr. Buntaran Martoatmodjo : m. Agus darmawan

10. Ahmad Soebarjo : nurul mustopa

11. Iwa Kusumasumantri : didan ishaq

12. Yusuf Kunto : m. eksa radiva

13. Chaerul Saleh : galang hafiid b

14. Shodanco Singgih : tajali

15. Dr. Muardi : m. Rizki nugroho

16. Fatmawati : Siti Desi Arisandi

17. Shudancho Subeno :

18. Affan :-

19. Jedral Mayor Nishimura : muamar kadafie

20. Laksamana Maeda :-

21. Sayuti Melik :

22. Suhud Sastro Kusumo :-

23. Latif Hendraningrat :-

24. Soerastri Karma Trimurti :-

25. Miyoshi : firman arga a

26. Shigetada Nishijima :-

27. Tomegoro Yoshizumi :-

28 Ki Hajar Dewantara :-
29. Abikusno Tjokrosujoso :-

Prolog

Pengeboman Hiroshima, pada tanggal 6 Agustus 1945 & Nagashaki, 9 Agustus 1945,
menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Sementara itu di
Indonesia Sutan Syahrir mendengar kabar lewat radio BBC oleh London tentang kekalahan
Jepang. Dia pun memberitahu kepada para pejuang rahasia bawah tanah.

Sutan Syahrir : “Teman teman ada berita penting dari saluran BBC, Jepang menyerah kepada
sekutu!” (Berlari dengan tergesa-gesa).

Wikana : “Benarkah?”

Sutan Syahrir : “Ya, sekutu telah menjatuhkan bom di kota Hiroshima dan Nagasaki.”

Chairul Shaleh : “Inilah saat yang tepat untuk memproklamirkan kemerdekaan kita!”

Darwis : “Setuju! Kita jangan sampai menyiayiakan kesempatan ini.”

Wikana, Syahrir, Shaleh : “Ya, betul.”

(Sutan Syahrir, Wikana, Darwis dan Chaerul Saleh sedang mendengarkan radio).

Pada tanggal 9 Agustus 1945 memanggil Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat
untuk pergi ke Dalat, Timur Laut Saigon, Vietnam. Setelah itu, pada tanggal 12 Agustus 1945,
tiba di rumah Jedral Terauchi.

Jedral Terauchi : ”Atas nama Jepang, kami akan segera memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia. Sesuai janji perdana Mentri Kuniaki Koiso.”

Soekarno : ”Dengan cara apa Jepang dapat memerdekakan Indonesia?”

Jedral Terauchi : ” Itu tergantung dari kinerja PPKI.”

Moh. Hatta : ”Saya setuju.”

Radjiman W. : ”Ya, kita harus sesegera mungkin untuk kemerdekaan Indonesia.”

Soekarno : ”Oke, kami akan diskusikan. Arigatou gozaimasu.”

Jedral Terauchi : ”Hai, Sayonara.”


Soekarno, Hatta, Radjiman : ”Sayonara.”

Kemudian Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat pulang kembali ke Jakarta pada
tanggal 14 Agustus 1945. Para pemuda yang diwakili oleh Sutan Syahrir segera menemui Bung
Karno dan Bung Hatta di jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.

Sutan Syahrir : “Bung Hatta dan Bung Karno, kita harus segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia secepat mungkin. Karena Jepang kalah melawan Sekutu.”

Moh. Hatta : “Apakah berita kekalahan itu sudah terbukti secara akurat?”

Sutan Syahrir : “Saya sendiri yang mendengar berita tersebut melalui radio BBC. Pasti berita itu
tidak salah”.

Ir. Soekarno : “Dengar Syahrir ! Kita tidak dapat memproklamasikan kemerdekaan begitu saja!
Karena kita harus membahas hal ini dalam rapat PPKI agar semua jelas”.

Keesokan harinya pada tanggal 15 Agustus 1945, sekitar pukul 22.00 WIB (10.00 malam) para
pemuda kembali membujuk Bung Karno dan Bung Hatta.

Dr. Buntaran : "Pak, kami para pemuda menyatakan, agar proses proklamasi indonesia harus
secepat cepatnya dilaksanakan, karena kesepatan seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi".

Iwa Kusumasumantri : "Iya pak, lagi pula jepang sudah di bom oleh amerika serikat".

Soekarno : “Ini goroklah leherku, saudara boleh membunuh saya sekaranng juga. Saya
tidak bisa melepas tanggung jawab saya sebagai ketua PPKI, karena itu akan saya tanyakan
kepada wakil-wakil PPKI besok.”

Para pemuda gagal memaksa Soekarno dan golongan tua untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan. Para pemuda malam itu sekitar pukul 24.00 WIB (12 malam) mereka
mengadakan pertemuan di Jl. Cikini 71 Jakarta.

Yusuf Kunto : “Masih mau dimemerdekakan oleh Jepang? Toh kita mampu!”

Soekarno : “Saya akan tetap pada pendirian saya.”

Chaerul Saleh : “Kalau pendapat kalian seperti itu, kami akan tetap segera mungkin untuk
kemerdekaan Indonesia!”

Sukarni : “Hanya tergantung oleh PPKI buatan Jepang. (menggelengkan kepala). Itu bukan
jiwa pemuda!”
Moh. Hatta : “Ini sudah ketetapan ketua, tolong kalian hargai.”

Shodanco Singgih : “Ya, kita memang harus merdeka tanpa bantuan PPKI. Hal ini tepat, karena
kekuasaan sedang kosong.”

Atas kesepakatan golongan pemuda, Ir. Soekarno & Moh. Hatta diasingkan di Rengasdengklok.
Shodanco Singgih meminjam beberapa perlengkapan dari PETA yang dijaga oleh Latif
Hendraningrat.

Shodanco Singgih : “Hai, Latif. Aku pijam peralatannya ya.”

Latif Hendradiningrat : “Baiklah bung.”

Golongan muda menuju kediaman Moh. Hatta

Soekarni : (mengetuk pintu dengan keras) “Assalamuaikum”

Hatta : (membuka pintu) ”Waalaikumsalam”

Darwis : “Mari Bung, Bung Hatta harus ikut kami!”

Hatta : “Akan dibawa kemana aku ini ? Lagipula mengapa saya harus pergi ?”

Soekarni : “Rengasdengklok. Ini sudah menjadi keputusan para pemuda. Selain itu, rakyat
akan menyerbu kota.”

Darwis : “Ayolah Bung, waktumu hampir habis.”

Hatta : “Baiklah.”

Rombongan pemuda juga menculik Soekarno. Soekarno bersedia ikut dengan rombongan
pemuda ke Rengasdengklok jika anak dan istrinya diajak pula.

Shaleh : “Anda harus ikut kami ke Rengasdengklok”

Soekarno : “Untuk apa aku ikut dengan kalian?”

Singgih : “Ini sudah jadi kesepakatan para pemuda Bung, kami akan membawa anda dan
Bung Hatta ke Rengasdengklok”

Soekarno : “Bu, pemuda-pemuda ini akan membawaku ke Rengasdengklok.”

Fatmawati : “Untuk apa pak?”

Shaleh : “Untuk menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang,
Bu.”
Fatmawati : “Lalu bagaimana denganku dan Guntur? Kalian akan meninggalkan
kami?”

Soekarno : “Benar, aku tidak mau berpisah dengan istri dan anakku. Jika kalian
membawaku, kalian juga harus membawa mereka.”

Wikana (Vien) : “Baiklah Bung, kami akan membawa anda dan anak istri anda, tetapi kita
harus pergi sekarang.”

Soekarno : “Baiklah.”

Pagi hari, tanggal 16 Agustus 1945, rombongan Soekarno Sampai di Rengasdengklok. Mereka
diterima oleh Shodanco Subeno dan Affan. Yang ditempatkan di rumah Kie Song yang simpati
pada perjuangan bangsa Indonesia.

S. Singgih : “Kalian harus jaga mereka jangan sampai lolos.”

S. Subeno : “Baiklah bung, serahkan kepada kami.”

Affan : “Ya, betul. Demi segera mungkin kemerdekaan Indonesia, kami akan lakukan
apapun.”

melihat tanda-tanda bahwa Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.


Maka sekitar pukul 10.00 WIB bendera merah putih dikibarkan dihalaman Kawedanan
Rengasdengklok. Sementara itu di Jakarta para anggota PPKI yg diundang rapat tanggal 16
Agustus memenuhi undangannya dan berkumpul di Gedung Pejambon 2. Akan tetapi Sukarno-
Hatta tidak ada.

Mr.Soebarjo : “Apakah Saudara tahu keberadaan Soekarno dan Bung Hatta?”

Wikana : “Maaf, saya tidak tahu, Bung.”

Ahmad Soebarjo : “Katakanlah kepadaku dimana mereka sekarang, dan aku akan menjamin
keselamatan mereka ketika kembali ke Jakarta.”

Wikana : “Baiklah, kami akan menunjukkan tempatnya, di Rengasdengklok.


Silahkan anda ikut Jusuf Kunto untuk bertemu dengan Soekarno-Hatta.”

(memanggil salah seorang pemuda)

Ahmad Soebarjo : “Hei, Nak ! Tolong antarkan kami ke Rengasdengklok.”

Yusuf Kunto : “Baik, kalau begitu naiklah.”

Ahmad Soebarjo tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB (setengah 6 sore).


Ahmad Soebarjo : “Pemuda Indonesia, tolong serahkan Bung Karno dan Bung Hatta.”

Subeno : “Tidak akan.”

Ahmad Soebarjo : “Begini saja. Saya menjamin nyawa ini bahwa proklamasi kemerdekaan
indonesia bisa dilaksanakan pada tanggal 17 agustus 1945 sebelum pukul 12.00 siang.”

Singgih : “Baiklah. Ucapanmu dapat ku pegang.”

Ahmad soebarjo kemudian bertemu dengan soekarno, memberitahu kabar bahwa jepang telah
kalah dengan sekutu dan sebaiknya soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia.

Rombongan tiba di Jakarta pukul 23.30 waktu Jawa dan kembali ke rumah masing-masing.

Soekarno : “Alhamdulillah, besok adalah hari merdeka bagi bangsa Indonesia.”

Fatmawati : “Betul, pak. Untuk upacara bendera nanti, apakah sudah ada benderanya
kang?”

Soekarno : “Ya ampun. Bapak sampai lupa bu. Kalau begitu tolong jahitkan bendera
Indonesia bu.”

Fatmawati : “Tapi, pak. Hanya ada kain merah dan putih. Apa tidak apa-apa?”

Soekarno : “Tidak apa-apa. Buatlah kain sederhana dan yang penting kita sudah berusaha.”

Kemudian rombongan lalu menuju ke rumah Laksamana Maeda, karena keselamatan mereka
disana terjamin. Sebelum mulai merumuskan naskah proklamasi, Sukarno-Hatta menemui
Mayor Jendral Nishimura. Mereka ditemani Laksamana Maeda, Shigetada Nishijima dan
Tomegoro Yoshizuma serta Miyoshi sebagai penerjemah.

Soekarno : “Nishimura, apakah anda mau membantu kami untuk memproklamasikan


kemerdekaan Indonesia ?”

Nishimura : “tidak bisa !”

Laksamana Maeda : “Tolonglah kami. Kami ingin merdeka.”

Shigetada : “Ya, tolonglah bangsa Indonesia.”

Tomegoro : “karena kami belum tentu bisa memerdekakan Indonesia.”

Miyoshi : “Ya, bantulah bangsa Indonesia, karena Jepang telah memberikan janjinya.”
Nishimura : “Tidak bisa. Dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu maka tentara Jepang
tidak boleh merubah status politik Indonesia. Sejak semalam tentara Jepang semata-mata
merupakan alat sekutu.”

Soekarno : “Baiklah, kami akan berusaha sendiri.”

Nishimura : “Hai, Sayounara.”

Narasi : rombongan Soekarno segera kembali ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol
No. 1.

Seokarno : “Apakah kau bersedia, merumuskan kemerdekaan dirumah mu?”

Laksamana Maeda : “Ya, saya bersedia bung.”

Di tempat itulah, pemimpin bangsa Indonesia berunding dan merumuskan naskah/teks


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peristiwa itu berlangsung tanpa Laksamana Maeda, tetapi
Miyoshi sebagai kepercayaan Nishimura bersama Sukarni, Wahidin Soediro, Ki Hajar Dewantara
Abikusno dan B. M. Diah menyaksikan Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebarjo membahas
proklamasi.

Soekarno : “Baiklah, kita mulai. Saya bertugas sebagai pencatat. Bagaimana bunyi
rancangan pada draf pembukaan UUD?”

Ahmad Soebarjo : “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan


Indonesia.”

Moh. Hatta : “Saya mempunyai usulan. Pada paragraph dua yaitu Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempoh
yang sesingkat-singkatnya.”

Soekarno : “Djakarta, 17-8-45. Wakil-wakil bangsa Indonesia.”

Narasi pukul 04.00 dini hari pada tanggal 17 agustus 1945. Telah disepakati bahwa yang
menandatangai hanya dua orang saja yaitu Soekarno dan Moh. Hatta.

Soekarno : “Sayuti Melik. Silahkan ketik naskah ini, jagalah baik-baik.”

Sayuti Melik : “Baliklah bung.” (sedang mengetik)

Soekarno : “Untuk pengibaran bendera, saya tunjuk Trimurti. Setujukah Tri?”

Trimurti : “kalau boleh saya usul, sebaikya pengerek dari kalangan prajurit yaitu Latief &
Soehoed.”
Soekarno : “Ya, usulanmu diterima. Bagaimana, Latief? Soehoed? Siap menjalankan tugas?”

Latief & Soehoed : “Siap, Bung!”

Soekarno : “Diah, bisakah kau memperbanyak teks proklamasi dan menyebarluaskan.”

B.M. Diah : “Baik, bung.”

PELAKSANAAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN

Menjelang pukul 10.00 WIB hampir semua tokoh – tokoh pejuang telah hadir di Pegangsaan
Timur No. 56. Para pemuda yang telah menunggu sejak pagi hari sudah tidak sabar lagi. Mereka
mendesak dr. Muwardi untuk mengingatkan Soekarno bahwa hari sudah siang.

Dr. Muwardi : “Pak Soekarno, hari sudah semakin siang. Kenapa pembacaan proklamasi tidak
segera dilakukan? Bukankah lebih cepat lebih baik.”

Ir. Soekarno : “Karena Hatta belum datang. Pembacaan proklamasi akan dibacakan kalau
Hatta sudah datang.”

Abikusno : “Tapi Pak, orang – orang sudah tidak sabar lagi untuk menyaksikan pembacaan
proklamasi.”

Dr. Buntaran : “Benar, pak. Kita harus segera mungkin membacakan proklamasi.”

Ir. Soekarno : “Saya tidak akan membacakan proklamasi kalau Hatta tidak ada!”

Ki Hajar Dewantara : “(Serentak dari luar ruangan): “Bung Hatta datang!”

(Saat terjadi perdebatan sengit, Drs. Moh. Hatta datang dengan berpakaian putih – putih. Hatta
datang lima menit sebelum acara dimulai. Bung Hatta langsung menemui Soekarno di
kamarnya.)

Ir. Soekarno : “Hatta! Akhirnya kau datang juga!”

Drs. Moh Hatta : “Soekarno, maaf saya telah membuat kalian semua menunggu.”

Ir. Soekarno : “Tidak apa – apa. Kau datang lima menit sebelum acara dimulai.”

Drs. Moh. Hatta : “Kalau begitu, mari kita mulai pembacaan proklamasinya.”

Ir. Soekarno : “Mari.”


Sesuai dengan acara yang telah ditetapkan, di bulan puasa tepatnya hari jumat tanggal 17
Agustus 1945 10:00 WIB Ir. Soekarno didampingi Moh. Hatta membacakan naskah proklamasi
kemerdekaan Indonesia.

Soekarno : "Bismillahirahmannirahim, saya akan membacakan proklamasi kemerdekaan


indonesia "

(membacakan)

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara saksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya

Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 05

“Atas nama bangsa Indonesia”

Rakyat : "merdeka…. Merdeka… merdeka…"

(Pengibaran bendera merah putih oleh Suhud, Trimurti dan Latif )

(Indonesia menyanyikan lagu 'indonesia raya' yang dibuat oleh bapak w.r.supratman)

Rakyat : "merdeka merdeka" (binar mata bangga)

Soekarno : "Ini dia kata sambutan dari bapak suwiryo, selaku wakil wali kota jakarta"

Soekarno : "Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945 merupakan puncak


perjuangan bangsa indonesia. Dengan kemerdekaan berarti bangsa indonesia sudah
mendapatkan kebebsasan, bebas dari segala bentuk penindasan dan penguasaan bangsa lain
dan bebas menentukan nasib sendiri, kemerdekaan adalah jembatan emas menuju masyarakat
adil dan makmur. Para pejuang akan muncul tantangan baru untuk mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan dengan berbagai kegiatan pembangunan".

Setelah selesai upacara, Sayuti Melik membuang naskah asli yang merupakan konsep awal.
Namun insting wartawan seorang B.M Diah tergerak. Diah memungutnya lalu mengamankan
dalam sakunya.”

Anda mungkin juga menyukai