Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH

ACARA 2
PENENTUAN BAHAN ORGANIK DAN BAHAN KAPUR DALAM TANAH
Dosen Pengampu : Drs. Rudi Hartono , M.Si

Oleh:

Nama Mahasiswa : Dwi Puspitasari


NIM : 170721636655
Offering :B
Asisten Praktikum : 1.M.Aunal Mu’thi
2.M.Rasnanda Asyari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
ACARA 2
PENENTUAN BAHAN ORGANIK DAN BAHAN KAPUR DALAM
TANAH
I. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat menentukan bahan organik dalam tanah


2. Mahasiswa dapat menentukan bahan kapur dalam tanah

II. ALAT dan BAHAN

 Alat

1. Cawan

2. Pipet

3. Tisu

4. Gelas ukur

 Bahan

1. Sampel tanah horizon A, B, O


2. Larutan H2O2
3. Larutan HCL

III. DASAR TEORI


a. Bahan Organik dalam Tanah
Bahan Organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbarui, didaur
ulang, dirombak oleh bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh
tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik berasal dari jaringan
tanaman dan hewan, baik yang masih hidup maupun yang telah mati, pada
berbagai tahap dekomposisi. Menurut Kononova (1986) bahan organik tanah
adalah suatu bahan yang kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan
hewan yang terdapat bdi dalam tanah dan menaglami perombakan secara
terus menerus.
Bahan organik mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan
dan kesuburan tanah, peranan bahan organik tersebut antara lain: berperan
dalam pelapukan dan proses dekomposisi mineral tanah, sumber hara
tanaman, pembentukan struktur tanah stabil dan pengaruh langsung pada
tumbuhan dan perkembangan tanaman di bawah kondisi tertentu (Kononova,
1996). Djajakirana (2000) juga mengemukakan bahwa bahan organik
memiliki peran dan fungsi sang sangat vital di dalam tanah. Menurut
Stevenson (1994) fungsi bahan organik dalam tanah sangat beragam, baik
pada sifat fisik tanah, kimia, maupun biologi pada tanah. Fungsi bahan
organik adalah sebagai berikut :
1. Bahan organik secara langsung merupakan sumber unsur hara N,P,S unsur
mikro maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan
organik membantu menyediakan unsurhara N melalui fiksasi N2 dengan
cara menyediakan energy bagi bakteri pennghambat N2, membebaskan
fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan
pelekatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.
2. Membentuk agregat tanah dengan lebih baik dan memantapkan agregat
yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas, dan infiltrasi menjadi
lebih baik. Hal ini berakibat pada meningkatnya daya tahan tanah terhadap
erosi.
3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan dalam tanah.
5. Mengimobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk
dalam tanah.
6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah.
7. Meningkatkan suhu tanah.
8. Mensuplai energy bagi organisme tanah.
9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasite bagi
tanaman.
Menurunya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk
kerusakan pada tanah. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi
Negara berkembang karena intensitasnya cenderung meningkat, sehingga
tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah dan intensitasnya meningkat.
Menurut Foth (1994) faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik antara
lain sebagai berikut :
1.Kedalaman lapisan.
Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan
organik paling banyak ditemukan dilapisan atas setebal 20 cm (15-20%).
Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal ini
disebabkan karena akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di
lapisan atas.
2 Iklim.
Faktor iklim yang berpengaruh pada pembentukan bahan organik adalah suhu
dan curah hujan. Semakin ke daerah dingan kadar bahan organik dan N
semakin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik dan N
bertambah 2 hingga 3 kali setiap suhu tahunan rata-rata turun 1000C bila
kelembapan efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga meningkat.
3.Tekstur
Tekstur tanah juga berpengaruh, semakin tinggi jumlah liat maka semakin
tinggi kadar bahan organik dan pada tanah. Tanah berpasir memungkinkan
oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis.
4.Drainase.
Pada tanah dengan drinase buruk, air berlebih, maka oksidasi terhambat
karena kondid aerosi buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N
tinggi daripada tanah.
5.Vegetasi
Vegetasi penutup dan adanya kapur pada tanah juga mempengaruhi kadar
bahan organik. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah
petunian.
Stevenson (1982) mengemukakan bahwa pengaruh bahan organik
terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah, yaitu sebagi penyedia unsur hara
seperti N, P dan S bagi tanaman, sebagai sumber energi bagi organisme tanah,
sebagai penyangga (buffer) terhadap perubahan pH, dapat mengkelat logam-
logam, berkombinasi dengan mineral liat memperbaiki struktur tanah, dan
meningkatkan kapasitas tukar kation. Bahan organik akan mengalami
degradasi dan dekomposisi sebagian ataupun keseluruhan, baik secara biologi
maupun secara kimia di dalam tanah. Gaur (1981) mendefinisikan
dekomposisi sebagai proses biokimia yang di dalamnya terdapat bermacam-
macam kelompok mikroorganisme yang menhancurkan bahan organik ke
dalam bentuk humus.
Bahan organik secara umum dapat dibedakan atas bahan organik yang
mudah terdekomposisi karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri
dari C, O dan H, yang termasuk di dalamnya adalah senyawa selosa, pati,
gula dan senyawa protein; dan bahan organik yang sukar terdekomposisi
karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak
menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan
organik yang banyak mengandung senyawa lignin, minyak, lemak dan resin
yang umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan. Kemudahan
dekomposisi bahan organik ditunjukkan oleh Brady (1990) dengan urutan
semakin ke bawah maka bahan organik semakin mudah terdekomposisi dan
sebaliknya, semakin ke atas maka bahan organik semakin semakin sulit
terdekomposisi.
Kemudahan terdekomposisi bahan organik berkaitan erat dengan kadar
C dan N pada bahan, secara umum makin rendah nisbah C dan N dalam
bahan organik maka akan semakin mudah dan cepat mengalami dekomposisi.
Selain itu, karakteristik bahan yang akan dikomposkan juga akan
mempengaruhi proses pengomposan.
Mekanisme pembentukan agregat tanah oleh adanya peran bahan
organik ini dapat digolongan dalam empat bentuk: (1) Penambahan bahan
organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah baik jamur dan
actinomycetes. Melalui pengikatan secara fisik butir-bitir primer oleh miselia
jamur dan actinomycetes, maka akan terbentuk agregat walaupun tanpa
adanya fraksi lempung; (2) Pengikatan secara kimia butir-butir lempung
melalui ikatan antara bagian–bagian positip dalam butir lempung dengan
gugus negatif (karboksil) senyawa organik yang berantai panjang (polimer);
(3) Pengikatan secara kimia butir-butir lempung melalui ikatan antara
bagianbagian negatif dalam lempung dengan gugusan negatif (karboksil)
senyawa organik berantai panjang dengan perantaraan basa-basa Ca, Mg, Fe
dan ikatan hidrogen; (4) Pengikatan secara kimia butir-butir lempung melalui
ikatan antara bagian-bagian negatif dalam lempung dengan gugus positif
(gugus amina, amida, dan amino) senyawa organik berantai panjang (polimer)
(Seta, 1987).
b. Bahan Kapur dalam Tanah
Tanah merupakan produk sampingan deposit sebagai akibat pelapukan
kerak bumi atau batuan yang tersingkap dalam matrik tanah. Kapur memiliki
sifat sebagai bahan ikat antara lain : sifat plastis (tidak tegas), mudah dan
cepat mengeras, mempunyai daya ikat untuk batu dan bata. Bahan dasar
kapur adalah batu kapur atau dolomit, yang mengandung senyawa kalsium
karbonat (Hanifah, 2005).
Tanah kapur tidak memiliki unsur hara sama sekali sehingga tanah ini
tidak subur. Walaupun demikian tanah ini masih bisa digunakan untuk
pertanian yaitu, sebagai media penurun tingkat keasaman tanah menjadi
netral dengan pemakaian yang sesuai.Walaupun tanah ini kurang subur, tetapi
memiliki fungsi sangat strategis.Batuan kapur banyak dimanfaatkan manusia
untuk bahan bangunan. Sebagai bahan bangunan kapur digunakan sebagai
penimbun khususnya tanah kapur, sebagai pondasi bangunan khususnya batu
kapur, untuk barang kerajinan dan keramik khususnya batu marmer dan
sebagai bahan campuran adonan semen.
Kapur dalam tanah memiliki kandungan kalsium dan magnesium
tanah. Hal ini terjadi karena keberadaan kedua unsur tersebut sering
ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke
tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad
renik tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur
yang tinggi untuk mentralkan keasaman tanah, belum tentu tanah tersebut
juga memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu
menjadi racun karena kapur akan menyerap unsur hara dari dalam tanah,
dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya.
Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan
kapur dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini
disebabkan oleh adanya proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh air
yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur
tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada disuatu lokasi.
Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini
berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah,
dan tipe vegetasi.

IV. LANGKAH KERJA

a. Penentuan Bahan Kapur dalam Tanah


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengambil cairan HCL sebanyak 5 mm.
3. Menaruh tanah yang akan diuji ke dalam cawan.
4. Meneteskan cairan HCL secukupnya pada tanah.
5. Mengamati tanah yang mengandung bahan kapur.
6. Menentukan dan membedakan tanah yang mengandung bahan kapur.

b. Penentuan Bahan Organik dalam Tanah


1. Menyipkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengambil cairan H2O2 sebanyak 5 mm.
3. Menaruh tanah yang akan diuji ke dalam cawan.
4. Meneteskan cairan H2O2 secukupnya pada tanah.
5. Mengamati tanah yang mengandung bahan organik.
6. Menentukan dan membedakan tanah yang mengandung bahan organik.
V. HASIL PRAKTIKUM

a. Tabel Hasil Praktikum


No. HORIZON TANAH LARUTAN HCL LARUTAN H2O2

Tidak berbuih dan tidak Berdesis dan


berdesis (tidak mengandung banyak berbuih
1. O
kapur). (terdapat banyak
kandungan bahan
organik).

Tidak berbuih dan tidak Berdesis dan


berdesis (tidak mengandung berbuih (terdapat
2. A
kapur). kandungan bahan
organik)

Tidak berbuih dan tidak Berdesis dan sedikit


berdesis (tidak mengandung berbuih (terdapat
3. B
kapur) sedikit kandungan
bahan organik).

VI. PEMBAHASAN
Praktikum geografi tanah kali ini, kami melakukan pengamatan
mengenai kandungan bahan kapur dan bahan organik dalam tanah yang
terdapat di Desa Tegal Waru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang pada tanggal
3 Maret 2018. Lokasi pengambilan sempel terdapat pada koordinat
07056’28,25” LS dan 112033’53,53” BT yang memiliki ketinggian 899 m.
Praktikum tersebut dilakukan dengan menguji pada setiap horizon sampel
tanah yang telah diambil, yaitu horizon O, A dan B. Pada praktikum ini kami
memberi larutan HCL pada tanah untuk menentukan ada atau tidaknya
kandungan bahan kapur, dan memberikan larutan H2O2 untuk menentukan
kandungan bahan organik dalam tanah.
Berdasarkan hasil praktikum, sampel tanah pada horizon O, A dan B
saat diberi larutan HCL tidak bereaksi apapun, yaitu tidak berbuih dan tidak
derdesis. Hal tersebut menunjukkan jika tanah pada horizon O, A dan B tidak
mengandung bahan kapur sama sekali. Hal itu terjadi karena tanah tersebut
memiliki unsur hara yang cukup dan berwarna gelap, sedangkan tanah kapur
sendiri hanya memiliki unsur hara dalam jumlah yang sangat sedikit dan tanah
kapur juga memiliki warna putih. Tanah pada daerah tersebut tidak berasal dari
bebatuan yang telah lapuk atau hancur.
Pada pengamatan selanjutnya yaitu menggunakan larutan H2O2 pada
setiap sampel tanah sesuai horizon O, A dan B untuk menentukan kandungan
bahan organik yang ada dalam tanah. Saat kami memberi larutan H2O2 pada
tanah horizon O mengalami reaksi berdesis dan banyak berbuih, hal tersebut
menunjukkan jika sampel tanah pada horizon O terdapat kandungan bahan
organik yang cukup banyak. Tanah pada horizon A dan B juga mengalami
berdesis dan berbuih, namun tidak sebanyak kandungan dalam horizon O.
Horizon A terdapat bahan organik dengan jumlah sedang dan pada horizon B
hanya terdapat sedikit bahan organik. Bahan organik pada tanah ini
berpengaruh terhadap kehidupan dan kesuburan tanah. Peranan bahan organik
tersebut antara lain: berperan dalam pelapukan dan proses dekomposisi mineral
tanah, sumber hara tanaman, pembentukan struktur tanah stabil dan pengaruh
langsung pada tumbuhan dan perkembangan tanaman di bawah kondisi
tertentu.

VII. KESIMPULAN

Praktikum dilakukan untuk menentukan kandungan kapur dan bahan


organik dalam setiap sampel horizon tanah yaitu O, A dan B yang dilakukan
dengan menggunakan larutan HCL untuk menentukan bahan kapur dan larutan
H2O2 untuk menentukan kandungan bahan organik dalam tanah. Setelah
dilakukan percobaan, tanah pada horizon O, A dan B tidak ada yang
mengandung kapur karena tanah tersebut tidak terbentuk dari pelapukan
batuan. Namun setelah kamu melakukan percobaan dengan memberikan
larutanHCL tanah tersebut berbuih dan berdesis sehingga dapat kita
simpulkanbahwa tnah tersebut memiliki kandungan bahan organik.
Namuntanah tersebut memiliki kandungan bahan organik dengan jumlah yang
berbeda-beda di setiap horizon, pada horizon O terdapat kandungan bahan
organik yang cukup banyak. Horizon A dan B juga terdapat kandungan bahan
organik namun tidak sebanyak kandungan dalam horizon O, horizon A terdapat
kandungan bahan organik dalam jumlah sedang dan horizon B bahkan hanya
terdapat sedikit kandungan bahan organiknya. Bahan organik tersebut
berpengaruh terhadap kehidupan dan kesuburan tanah. Adanya perbedaan
tersebut dikarenakan pembentukan tanah dipengaruhi pleh beberapa faktor
yaitu: bahan induk, relief, iklim, dan waktu pembentukannya.

VIII. DAFTAR PUSTAKA (minimal 2)

Kim H. Tan. (1992). Dasar Kimia Tanah ( Transl. Didiek Hadjar Goenadi).
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sugito, Y. Nuraini, Y. dan Nihayati, E. 1995. Sistem Pertanian Organik.


Faperta Unibraw. Malang.

IX. LAMPIRAN
a. Dokumentasi
a. Horizon O

b. Horizon B

c. Horizon A

Anda mungkin juga menyukai