Anda di halaman 1dari 72

IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus Sp PADA

KACANG HIJAU(Phaseolus radiatus L.) YANG DI JUAL DI


PASAR BASAH MANDONGA KOTA KENDARI
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Oleh :

AQLI MUH NASIR R


P00341014004

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2017
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Aqli Muh Nasir R
Nim : P00341014004
TTL : Waworope, 24 Oktober 1996
Suku/Bangsa : Wawonii/Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri 2 Waworope, Tamat tahun 2008
2. SMP Negeri 1 Wawonii Utara, Tamat tahun 2011
3. SMA Negeri 1 Wawonii, Tamat tahun 2014

Tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari


Jurusan Analis Kesehatan sampai sekarang.
MOTTO

Kesuksesan hanya dapat di raih

Dengan segala upaya dan usaha yang disertai

dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia

tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha.

Kupersembahkan untuk Almamaterku

Ayah dan Ibunda tercinta

Keluargaku Tersayang

Doa Dan Nasehat Untuk Menunjang Keberhasilan


ABSTRAK

Aqli muh Nasir R (P00341014004). Identifikasi Jamur Aspergillus


Sp Pada Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L) Yang Di Jual Di Pasar
Basah Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, dibimbing
oleh Anita Rosanty dan Reni Yunus. (XiV + 41 halaman + 2 Gambar + 5
Tabel 8 Lampiran). Penelitian ini Bertujuan untuk mengetahui adanya
Jamur Aspergillus Sp Pada Kacang Hijau. Pariabel Penelitian ini adalah
Kacang Hijau Berdasarkan variasi lama penyimpanan yang di jual di Pasar
basah Mandonga. Jenis Penelitian yang di gunakan adalah Penelitian
deskriptif, yang dilakukan pada tanggal 22-25 Juli 2017. Jumlah sampel yang
diteliti adalah 3 sampel kacang Hijau yang berbeda, dengan teknik
pengambilan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat koloni jamur Aspergillus Sp pada semua sampel kacang Hijau.
Jumlah Koloni yang ditemukan pada sampel A,B, dan C dianggap melewati
batas cemaran. Batas cemaran jamur Pada bahan makanan ≤ 1 x 104
CFU/mL. Jenis Jamur yang di temukan adalah Jenis jamur Aspergillus niger
dan Aspergillus flavus. Secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat
jamur Aspergillus Sp pada semua Kacang Hijau yang diteliti. Oleh karena itu
Konsumen harus lebih teliti dan hati-hati dalam memilih bahan pangan yang
akan dikonsumsi Khususnya Kacang Hijau. (BPOM) setempat hendaknya
meninjau penjualan Kacang Hijau di pasar agar menjual kacang Hijau yang
lama penyimpananya tidak terlalu lama. Peneliti selanjutnya dapat melakukan
penelitian tentang Jamur yang mengontaminasi bahan Makanan berbahan
dasar Kacang Hijau

Kata Kunci : Jamur dan Kacang Hijau


Daftar Pustaka : 26 buah (1992-2016)
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’ alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul „‟Identifikasi Jamur Aspergillus Sp Pada Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L)
yang di Jual di Pasar Basah Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma III (D III) Analis Kesehatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari.Rasa hormat yang tak terhingga dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada ayah H. Muh Nasir R, dan Ibu Hj. Harpiah tercinta serta
pada kaka dan adikku tersayang Nur Bayani M. Nasir Amd. Keb, Qifra M Nasir dan
Nur Zikri M Nasir, terima kasih atas semua bantuan moril maupun materil, motivasi,
dukungan dan cintak kasih yang tulus serta doanya demi kesuksesan studi yang
penulis jalani selama menuntun ilmu sampai selesainya karya tulisi ini. Proses
penulisan karya tulis ini telah melewati perjalanan panjang, dan penulis banyak
mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terimakasih kepada Ibu Anita
Rosanti,ST,M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Reni Yunus, S.Si.,M.Sc selaku
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesabaran dalam membimbing
dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun karya tulis ini.
Ucapan terimakasih penulis juga tunjukan kepada :
1. Direktur Poltekes Kemenkes Kendari Bapak Petrus,SKM.,M.Kes..
2. Kepala Kantor Badan Riset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah
memberikan izin penelitian.
3. Ketua Jurusan Analis Kesehatan Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.M.Pd..
4. Ibu Hj. St Nurhayani, S.Kp.,Ners.,M.Kep, Ibu Tuty Yuniar, S.Si.,M.Kes dan
Bapak Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc Terimakasih atas masukan, saran
dan kritik selama menguji.
5. Bapak dan Ibu dosen Poltekes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik
yang diberikan selama penulis menuntun ilmu.
6. Buat kedua orang tuaku, yang telah mengasuh mendidik, membesarkan,
memotivasi, dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini, serta saudaraku Siti Salfia yang telah membantu memberikan support,
taklupa pula untuk adik-adik ku Jami, Indah, Alu, Lia, Ita dan Risi terimakasih
telah memberikan tawa dan candanya kepada penulis.
7. Buat seluruh teman-teman seangkatanku Arya, Nur Janah, Ichsan, Yaqub, serta
teman-teman yang lain yang tidak bisa disebutka namanya satu persatu dan
sahabat terbaikku yang selalu mensuportq Iis Ria Febriyanti. S.KM terimakasih
atas suportnya selama ini.
8. Kepada Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam terselesainya karya
tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan
yang ada penulis, sehingga bentuk dan isi karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekeliriuan, dan kekurangan. Oleh karena itu
dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Kendari, Juli 2017

Peneliti
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1. Instrumen Penelitian di Lapangan ............................................................... 27

Tabel 2. Instrumen Penelitian di Laboratorium ........................................................ 27


Tabel 3. Bahan Penelitian ........................................................................................... 29

Tabel 4.Pertumbuhan Koloni Jamur Pada Media Sabouraud Dextrose Agar


(SDA). ............................................................................................................ 37

Tabel 5. Jumlah koloni jamur yang tumbuh Berdasarkan Pengenceran pada media
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) .................................................................... 38
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1. Morfologi Aspergillus niger secara makroskopik ..................................... 9


Gambar 2. Morfologi Aspergillus nigersecara mikroskopik ..................................... 10
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Keterangan Bebas Pustaka.

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Dari Jurusan Analis Kesehatan.

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Dari Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan


Kendari.

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian dan Pengembangan.

Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.

Lampiran 6. Proses Identifikasi Jamur Pada Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L)

Lampiran 7. Lembar Hasil Penelitian


Lampiran 8. Tabulasi Data
Lampiran 9. Master Tabel
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan pangan karbohidrat merupakan bahan pangan pokok yang
disimpan digudang maupun dijual di pasar tradisional atau swalayan dalam
jumlah besar antaralain beras, kacang tanah, kacang hijau, dan jagung, bahan
pangan ini ditumbuhi oleh jamur. Faktor yang sangat mendukung pertumbuhan
jamur pada bahan pangan di Indonesia adalah kondisi iklim seperti curah hujan,
cuaca dan kelembaban (Indrawati dkk, 2006).
Jamur dapat menyebapkan berbagai tingkat dekomposisi bahan
pangan. Selain itu jamur dapat tumbuh pada hasil pertanian sebelum dipanen,
hasil panen yang sedang disimpan, bahan pangan yang telah diolah maupun yang
dijual dipasar. Bahan pangan yang mengalami dekomposisi oleh jamur dapat
membusuk dan bernoda dengan warna tertentu (Tournads dkk, 2001). Spesies
utama jamur yang dapat mengontaminasi bahan pangan antaralain Asperigilus sp
yang mampu memproduksi zat racun yaitu mikotoksin yang menyebapkan
kerusakan pada makanan (Indrawati dkk, 2006).
Aspergillosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh sejumlah spesies
Aspergillus. Spesies Aspergillus adalah saprofit yang dapat ditemukan di tanah,
air, dan tumbuhan yang mengalami pembusukan. Spesies Aspergillus yang
patogen dan dapat menyebabkan infeksi pada manusia adalah Aspergillus
fumigatus, Aspergillus flavus, Aspergillus niger, dan Aspergillus terreus (Jawetz,
2005). Adanya infeksi ini menyebabkan timbulnya berbagai penyakit yang
menyerang saluran pernapasan, salah satu diantaranya adalah Tuberculosis Paru.
Infeksi Aspergillus pada manusia pertama kali ditemukan pada pertengahan
tahun 1800 dan pada tahun 1729 Micheli di Florence menemukan genus
Aspergillus untuk pertama kali. Kemudian pada tahun 1856 Virchow
menggambarkan secara rinci gambaran mikroskopis Aspergillus dan melaporkan
bahwa Aspergillus dapat menyebabkan penyakit pada manusia (Ramona, 2008).
Jamur dapat menghasilkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan.
Toksin yang di hasilkan dapat menyebabkan gangguan pernafasan, kerusakan
sistem saraf, gangguan pada ginjal, kanker hati dan bahkan dapat menyebabkan
kematian. (Ahmad, 2009: 17)
Kanker hati yang sebabkan toksin jamur secara umum diderita 500.000
orang tiap tahunya di dunia. Di Indonesia di perkirakan jumlah kematian karena
kanker hati yang di sebabkan toksin jamur di Indonesia lebih dari 20.000 orang
pertahun. Pada tahun 2004 di Kenya terdapat 400 kasus kematian akibat
keracunan toksin yang di hasilkan jamur pada makanan. Di India bagian barat
pada tahun 1974, wabah ini menyerang 397 orang dan menyebabkan 106
kematian. (Dewi.2016: 3)
Pemeriksaan jamur terdiri dari pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik. Dalam pemeriksaan makroskopik jamur bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pertumbuhan jamur pada media yang dilakukan dengan
inokulasi jamur pada media. Dan pemeriksaan mikroskopik jamur bertujuan
untuk mengetahui jenis jamur yang mengontaminasi suatu sampel yang
dilakukan dengan melihat ciri-ciri jamur dibawa mikroskop (Yulliawati, 2016).
Pemeriksaan jenis jamur dilakukan dengan mengambil koloni jamur yang telah
ditumbuhkan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA), kemudian diletakan
diatas obyek glass dan ditetesi dengan larutan KOH 10%. Pemberian KOH 10%
bertujuan untuk menghilangkan berkas lemak yang terkandung sehingga
memperjelas bentuk spora, hifa dan miselium jamur dibawa mikroskop (Kumala,
2016: 32).
Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap.
Kandungan gizi dalam 100 g kacang hijau adalah kalori energi; 345,protein; 22,2
g, lemak; 1,2 g, karbohidrat; 62,9 g, Serat; 4,1 g, Kalsium;125 mg, Fosfor; 320
mg, Zat Besi; 6,7 mg, Vitamin A; 157 IU, Vitamin B1; 0,64 mg, Vitamin C; 6
mg, Air; 10 mg. (M. Mustakim, 2014 :62)
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widarti
(2016) yang melakukan Identifikasi Jamur Asperigiluss sp Pada Kacang hijau
yang diperjual belikan di beberapa pasar di kota makasar di dapatkan dari 10
sampel yang diperiksa ditemukan adanya jamur Asperigiluss niger .
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang tersebut, maka peneliti
ingin melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi Jamur Asperigillus Sp
pada kacang hijau (Phaseolus ragiatus L.) yang di jual di pasar Basah Mandonga
Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggar‟‟.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui adanya jamur Aspergilus Sp pada kacang hijau
(Phaseolus radiatus L) yang dijual di Pasar Basah Mandonga Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi Aspergillus Sp pada kacang hijau (Phaseolus radiatus
L) di pasar Basah Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara..
Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pertumbuhan koloni Aspergillus Sp pada media SDA
(Sabouraud Dextrose Agar).
b. Mengidentifikasi jumlah koloni Aspergillus Sp yang tumbuh pada media
SDA (Sabouraud Dextrose Agar).
D. Manfaat Penelitian.
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangan ilmiah terhadap Poltekes Program Studi D3
Analais Kesehatan Politeknik Kesehatan kendari tentang Identifikasi Jamur
Aspergilus Sp pada kacangHijau (Phaseolus radiatus L) yang dijual di Pasar
Basah, Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Dan sumber Pustaka sekaligus sekaligus menambah Koleksi
Perpustakaan Jurusan Analis Kesehatan untuk menjadi bahan bacaan.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukkan kepustakaan bagi Analis Kesehatan Politeknik
Kesehatan Kendari
b. Menambah wawasan dan informasi bagi masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Jamur


Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan
karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan
spora, tetapi tidak mempunyai klorofil (Waluyo, 2007). Jamur tidak mempunyai
akar, batang, daun dan sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat
tinggi. Umumnya jamur berbentuk benang, bersel banyak, dan semua bagian
jamur tersebut memiliki potensi untuk tumbuh. Setiap lembar benang
disebut hifa, dan kumpulan hifa dinamakan miselium. Diameter hifa berkisar
antara 0,5 – 100 mikron atau lebih (Pratiwi, 2008).
Umumnya jamur merupakan organisme bersel banyak (multiseluler),
tetapi ada juga pada jamur multiseluler yang hifanya tidak bersekat (asepta), inti
selnya tersebar di dalam sitoplasma dan berinti banyak.Jamur jenis ini disebut
jamur senositik (coenocytic), sedangkan yang bersekat umumnya berinti satu dan
disebut sebagai jamur monositik (monocytic).yang bersel tunggal (uniseluler),
contohnya jamur ragi tape (Saccharomyces sp) (Fried, 2005).Jamur ada yang
hidup sebagai parasit, ada pula yang bersifat saprofit. Selain itu, ada pula yang
bersimbiosis dengan organisme lain secara mutualisme. Sebagai parasit, jamur
mengambil makanan langsung dari inangnya.Jamur jenis ini memiliki
haustorium, yaitu hifa khusus untuk menyerap makanan langsung dari inangnya.
Sebagai saprofit, jamur mengambil makanan dari sisa-sisa organisme lain yang
telah mati. Jamur yang bersimbiosis, mengambil nutrisi berupa zat organik dari
organisme lain dan organisme itu mendapatkan zat tertentu yang bermanfaat dari
jamur tersebut (Waluyo, 2007).
Jamur bereproduksi baik secara aseksual dengan pembelahan,
pembentukan tunas atau spora, maupun secara seksual dengan peleburan inti dari
kedua induknya. Jamur diklasifikasikan menjadi empat kelas utama yaitu
Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes
1. Phycomycetes
Berdasarkan ciri-ciri spora seksual dan aseksual, habitat, struktur garis
besar morfologi dan sifat nutrisinya, kelas Phycomycetes dibagi lagi menjadi
enam subkelas yaitu Cytridiomycetes, Hypocytridiomycetes, Oomycetes,
Plasmodiophormycetes, Trichomycetes, dan Zygomycetes. Keenam subkelas
ini umumnya tidak mempunyai septa (dinding penyekat) yang teratur pada
benang hifanya, sehingga mengakibatkan terdapat banyak nukleus disetiap
sel benang hifa.
2. Ascomycetes
Disebut juga fungi berkantung, membentuk satu atau lebih (umumnya
delapan) spora seksualnya (askospora) dalam sel berbentuk kantung yang
disebut askus. Spora aseksual yang diproduksi oleh Ascomycetesakan
membentuk konidium Konidium ini dapat berupa kumpulan spora tunggal
atau berantai. Konidium merupakan hifa khusus yang terdapat pada bagian
ujung hifa penyokong yang disebut konidiofor.
3. Basidiomycetes
Basidiomycetes membentuk spora seksual (basidiospora) secara
eksternal pada sel berbentuk gada (basidia). Reproduksi seksual terjadi
melalui pertunasan, mikrokonidia, ataupun dengan fragmentasi benang hifa.
Umumnya hifa basidiomycetesbersepta. Basidiomycetes membentuk tubuh
buah yang disebut dengan basidiokarp, yang mengandung basidia dan
basidiospora. Basidiomycetes yang banyak dikenal meliputi cendawan papan
pada pepohonan, cendawan karat dan cendawan gosong yang menghancurkan
serealia.

4. Deuteromycetes
Deuteromycetes atau fungi imperfecti, adalah fungi yang status
seksualnya belum diketahui secara pasti. Sebagian besar fungi patogen
termasuk ke dalam kelas deuteromycetes, dan memiliki sifat dimorfisme yang
khas. Penyakit yang disebabkan oleh fungi deuteromycetes meliputi infeksi
permukaan, yaitu infeksi kulit yang terbatas pada jaringan keratin yaitu kuku
dan rambut serta infeksi sistemik di bawah kulit maupun lebih dalam lagi
yang dapat menginfeksi organ dalam dan menimbulkan kerusakan fatal
(Pratiwi, 2008).
B. Tinjauan Tentang Aspergillus sp.
Aspergillus adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes
yang dapat ditemukan dimana–mana khususnya di alam.Aspergillus tumbuh
sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula pada
tanah, debu organik, makanan dan merupakan kontaminan yang lazim ditemukan
di rumah sakit dan laboratorium.]
Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen-filamen panjang
bercabang, dan dalam media biakan membentuk miselia dan
konidiospora.Aspergillus berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas
dan menghasilkan konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di
udara terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui
saluran pernapasan ke dalam paru.
Aspergillus sp. dapat tumbuh dengan cepat, memproduksi hifa aerial
yang membawa struktur konidia yang khas yaitu konidiofora yang panjang
dengan vesikel-vesikel terminal dimana phialid menghasilkan rantai konidia
basipetal.Spesies ini diidentifikasi menurut perbedaan morfologis dalam struktur
ini, yang meliputi ukuran, bentuk, tekstur dan warna konidia (Jawetz, 2012).
Aspergillus sp merupakan organisme saprofit yang hidup bebas, diketahui
terdapat dimana-mana dan dapat tumbuh pada semua substrat. Pertumbuhanya
akan terhambat bila bahan dalam koloninya berkelompok dan berkembang
dengan konidiospora, konidiospora terbentuk secara bebas dan ujungnya
menggembung, konidia berangkai-rangkai dan bentuknya bulat, serta termasuk
dalam divisi deuteromycota. (Irianto, 2013 : 34 dan 78).
Jamur Aspergillus sp tersebar di seluruh dunia. Konidianya dapat hidup di
tanah dan di udara. Sehingga spora Jamur selalu dapat terhirup oleh Manusia.
Terjadi infeksi Aspergillus sp pada manusia lebih berperan pada faktor daya
imunitas penderita dibandingkan virulensi jamurnya sendiri. Saluran nafas atas
merupakan organ yang paling sering terkena infeksi Jamur Aspergillus sp.
(Kumala W, 2006: 22)
Aspergillus sp merupakan Jamur yang bersifat berbahaya, dapat
menghasilkan mitotoksin yang dapat menyerang sistem saraf pusat
mempengaruhi hati, dan ginjal, dapat menyebabkan gangguan pernafasan bahkan
dapat menyebabkan kematian. (Irianto, 2013 : 34 dan 78).
1. Morfologi
a) Makroskopis Aspergillus sp.
Pada media SDA, Aspergillus sp. dapat tumbuh cepat pada suhu
ruang membentuk koloni yang granular, berserabut dengan beberapa warna
sebagai salah satu ciri identifikasi.Aspergillus fumigatus koloni berwarna
hijau, Aspergillus nigerberwarna hitam dan Aspergillus flavus koloni
berwarna putih atau kuning (Jawetz, 2005)
b) Mikroskopis Aspergillus sp.
Aspergillus sp. mempunyai hifa bersekat dan bercabang, pada
bagian ujung hifa terutama pada bagian yang tegak membesar merupakan
konidiofornya.Konidiofora pada bagian ujungnya membulat menjadi
fesikel. Pada fesikel terdapat batang pendek yang disebut sterigmata
Sterigmata atau filadia biasanya sederhana berwarna atau tidak berwarna.
Pada sterigmata tumbuh konidia yang membentuk rantai yang berwarna
hijau, cokelat atau hitam (Fardiaz,1992).
c) Ciri-ciri dan sifat Aspergillus Flavus
Aspergillus Flavus merupakan Jamur yang memiliki koloni pada
saat muda berwarna putih, dan akan berubah menjadi berwarna hijau
kekuningan setelah membentuk Konidia. Kepala Konidia berwarna hijau
kekuningan hingga hingga hijau tua kekuningan, berbentuk bulat,
Konidiofor berdiding kasar, hialin. (Noverita, 2009 : 17). Jamur ini dapat
menghasilkan toksin alfatoksin B1 dan B2 yang dapat menyebabkan
hepatotoksin, karsinogenik, mutagenik. (Ahmad, 2009 : 17)
d) Morfologi dan sifat-sifat Aspergillus niger
Aspergillus niger merupakan mikroba jenis kapang mesofilik yang
tumbuh pada suhu 35ºC-37ºC (optimum), 6ºC-8ºC (minimum), 45ºC-
47ºC (maksimum), pH 2,2-8,8, kelembaban 80-90%, dan memerlukan
oksigen yang cukup (aerobik) (Fardiaz, 1992).
Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning
dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam.
Hifa bersekat dan memiliki banyak inti (multiseluler), kepala konidia
bulat, berwarna hitam, cenderung memisah menjadi bagian-bagian
yang lebih longgar dengan bertambahnya umur. Konidiospora memiliki
dinding yang halus, hialin tetapi juga berwarna coklat. Habitat spesies ini
kosmopolit didaerah tropis dan subtropis, dan mudah diisolasi dari tanah,
udara, air, rempah-rempah, kapas, buah-buahan, gandum, beras, jagung,
tebu, ketimun, kopi, teh, coklat serta serasah dedaunan. Morfologi dari
Aspergillus niger dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.1 Morfologi Aspergillus niger secara makroskopik


Gambar 2.2 Morfologi Aspergillus nigersecara mikroskopik

(De Hoog G.S. and J Guarro, 1995)

Dalam metabolismenya Aspergillus niger dapat menghasilkan asam


sitrat sehingga fungi ini banyak digunakan sebagai model fermentasi
karena fungi ini tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak
membahayakan. Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, oleh karena
itu Aspergillus niger banyak digunakan secara komersial dalam produksi
asam sitrat, asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase,
pektinase, amiloglukosidase, dan selulase.Selain itu, Aspergillus niger juga
menghasilkan gallic acid yang merupakan senyawa fenolik yang biasa
digunakan dalam industrifarmasi dan juga dapat menjadi substrat untuk
memproduksi senyawa antioksidan dalam industri makanan.Aspergillus
niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan
yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat disekeliling
hifa dapat langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks harus
dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan
beberapa enzim ekstra seluler seperti protease, amilase, mananase, dan α-
galaktosidase. Bahan organik dari substrat digunakan oleh Aspergillus
niger untuk aktivitas transportmolekul, pemeliharaan struktur sel, dan
mobilitas sel (Wikipedia).
2. Patogenitas Aspergillus sp.
Spesies dari Aspergillus sp. diketahui terdapat di mana-mana dan
hampir tumbuh pada semua substrat. Beberapa jenis spesies ini termasuk
jamur patogen, misalnya yang disebabkan Aspergillus sp. disebut
Aspergillosis, beberapa diantaranya bersifat saprofit sebagaimana banyak
ditemukan pada bahan pangan (Fardiaz,1992).
Toksin yang dihasilkan oleh Aspergillus sp. berupa mikotoksin.
Mikotoksin adalah senyawa hasil sekunder metabolisme jamur. Mikotoksin
yang dihasilkan oleh Aspergillus sp. lebih dikenal dengan aflatoxin, dapat
menyerang sistem saraf pusat, beberapa diantaranya bersifat karsinogenik
menyebabkan kanker pada hati, ginjal, dan perut (Buckle, K.A,2007).
3. Epidemiologi Aspergillus sp.
Aspergillus sp. terdapat di alam sebagai saprofit, hampir semua bahan
dapat ditumbuhi jamur tersebut , terutama daerah tropik dengan kelembaban
yang tinggi dan dengan adanya faktor predisposisi memudahkan jamur
tersebut menimbulkan penyakit (Ramona, 2008).
Masuknya spora jamur Aspergillus sp. pada manusia umumnya
melalui inhalasi dan masa inkubasinya tidak diketahui, Aspergillosis dapat
mengenai semua ras dan semua usia.Dari laporan diketaui bahwa lingkungan
rumah sakit sering terkontaminsi dengan spora Aspergillus sp, kontaminasi ini
dapat dijumpai pada konstruksi rumah sakit dimana dijumpai peningkatan
jumlah spora Aspergillus sp, pada sistem ventilasi, daerah sekitar kateter
intravena juga merupakan jalan masuknya Aspergillus sp, penggunaan plester
serta penutupan luka yang terlalu lama(Ramona, 2008).
C. Tinjauan Tentang Media Pertumbuhan
Media adalah bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi)
baik bahan alami maupun buatan, yang diperlukan mikroorganisme untuk
perkembangbiakan di Laboratorium secara invitro. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk
menyusun komponen sel. Syarat media yang baik harus mengandung nutrient
yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam
air, nutrient dalam media memenuhi kebutuhan dasar mikroorganisme yang
meliputi air, karbon, energi, mineral, dan faktor tumbuh, tidak mengandung zat-
zat penghambat dan media harus steril.
Tujuan menggunakan media yaitu dengan media pertumbuhan dapat
dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni, dapat menginokulasi
mikroorganisme dari sampel pemeriksaan, dan digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan stok mikroorganisme. Mikroorganisme untuk kehidupannya
membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-
bahan tersebut disebut nutrien (zat gizi) sedang proses penyerapannya disebut
nutrisi. Peran utama nutrien adalah :
1. Sumber energi
2. Bahan pembangun sel
3. Sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi menghasilkan
energi)

Bahan makanan yang terkandung dalam nutrien adalah :


1. Air
Bahan dasar pertumbuhan adalah air (H2O), air merupakan komponen
utama sel mikroba dan medium. Fungsi air adalah membantu reaksi kimia
dalam sel dan menjaga kelembaban, sebagai sumber oksigen untuk bahan
organik sel pada respirasi, sebagai pelarut dan sebagai alat pengangkut dalam
metabolisme.Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari tersedianya air
dan bahan-bahan yang terlarut dalam air, yang digunakan oleh
mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi.
2. Sumber karbon
Mikroorganisme membutuhkan sumber karbon sebagai pembentukan
konsituen sel dalam pertumbuhannya.Organisme heterotrof membutuhkan
karbon organik tersebut yang dapat diasimilasi, sumber yang paling banyak
digunakan adalah glukosa dan protein yang diperlukan adalah peptone.
3. Sumber nitrogen
Nitrogen merupakan komponen utama protein dan asam nukleat,
banyak mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mengasimilasi nitrat
(NO3-) dan nitrit (NO2-) secara reduksi dengan mengubahnya menjasi amoniak
(NH3).Sebagian besar mikroorganisme dapat menggunakan NH4+ sebagai
satu-satunya sumber nitrogen. Nitrogen juga dapat diperoleh dari zat gizi
organik misalnya hasil penguraian protein yang lebih kompleks seperti
pepton.
4. Sumber sulfur
Sulfur adalah komponen dari banyak subtansi organik sel. Sulfur
membentuk bagian struktur beberapa koenzim. Sulfur dalam bentuk dasar
tidak dapat digunakan oleh tanaman dan hewan namun beberapa bakteri
autotropik dapat mengoksidasinya menjadi sulfat (SO42-). Kebanyakan
mikroorganisme dapat menggunakan sulfat sebagai sumber sulfur, mereduksi
sulfat, mereduksi sulfat menjadi hidrogen sulfida (H2S).beberapa
mikroorganisme dapat mengasimilasi H2S secara langsung dari medium
pertumbuhan.
5. Sumber Logam dan Mineral
Logam dan mineral yang terkandung dalam peptone, buffer dan agar
seringkali tidak tercantum didalam komposisi media.Sejumlah besar mineral
dibutuhkan untuk fungsi enzim, dalam memformulasikan suatu medium untuk
pembiakan mikroorganisme harus memberikan sumber kalium, magnesium,
kalsium, dan besi. Biasanya dalam bentuk ion-ion K+, Mg+, Ca+, dan Fe2+,
selain berfungsi sebagai penyusun sel unsure mineral juga berfungsi untuk
mengatur tekanan osmosis, keasaman, pH, dan potensial oksidasi reduksi
(redox potential) medium.
6. Sumber Fosfor
Fosfat (PO43-) dibutuhkan sebagai komponen Adenosin Trifosfat
(ATP), asam nukleat, dan sejumlah koenzim seperti Nicotinamide Adenine
Dinucleutide (NAD), Nicotinamide Adenine Dinucleutide Phosphate NADP,
dan flavin. Selain itu, banyak metabolit, lipid (fosfolipid, lipid A), komponen
dinding sel (teichoic acid), beberapa polisakarida kapsul dan beberapa protein
adalah bergugus fosfat (Jawets, 2001).
Selain nutrisi dalam medium pertumbuhan juga memerlukan faktor
lingkungan seperti pH, temperatur, dan aerasi.Sebagian besar organisme
memiliki kisaran pH optimal yang cukup sempit, pH optimal harus ditentukan
secara empiris untuk masing-masing spesies.Demikian pula dengan
temperatur, setiap mikroorganisme membutuhkan suhu optimal yang amat
beragam untuk pertumbuhannya, diluar pengaruhnya terhadap kecepatan
pertumbuhan temperatur yang tinggi dapat membunuh mikroorganisme dan
dingin yang berlebihan dapat membunuh sel mikroba. Selain itu peran
oksigen sebagai akseptor hidrogen pada beberapa mikorganisme sangat
dibutuhkan, jamur adalah salah satu mikroorganisme yang menggunakan
oksigen bebas (O2) sebagai satu satunya aseptor hidrogen yang terakhir dalam
proses respirasinya (Yuniarti, 2011).
D. Tinjauan Tentang Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar)
Sabouraud (diucapkan sah-bu-Ro ') medium agar dikembangkan oleh
dokter kulit Perancis, Raymond JA Sabouraud pada akhir 1800 untuk
mendukung pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi kulit, rambut, atau
kuku, secara kolektif disebut sebagai dermatofit. Investigasi medis Sabouraud
berfokus pada bakteri dan jamur yang menyebabkan lesi kulit, dan ia
mengembangkan banyak agar dan teknik untuk cetakan patogen budaya dan ragi,
seperti dermatofita dan Malassezia. Media ini sangat diharapkan bahwa semua
mycologists detil formulasi mereka tepat media, suhu dan waktu inkubasi
spesimen, dalam rangka standarisasi observasi lapangan dan dengan demikian
mengurangi perbedaan dalam penampilan sebagai kemungkinan sumber
kesalahan dalam identifikasi. Secara historis, Sabouraud agar dikembangkan
untuk mendukung studi dermatofit, yang membutuhkan masa inkubasi yang lama
(minggu). Ada dua kekuatan pendorong di belakang pengembangan Sabouraud
tentang media ini: kebutuhan untuk menghindari kontaminasi bakteri sementara
dermatofit kultur dan jamur lainnya, dan kebutuhan untuk menyediakan media
yang akan menghasilkan hasil yang dapat diandalkan untuk identifikasi jamur di
laboratorium.
1. Jenis Media
a) Menurut konsistensinya: media Sabouraud Dextrose Agar merupakan
media berbentuk padat (solid).
b) Menurut fungsinya: media Sabouraud Dextrose Agar merupakan media
selektif untuk pertumbuhan jamur dan menghambat pertumbuhan
bakteri.
c) Menurut bahan penyusunnya: media Sabouraud Dextrose Agar tersusun
dari bahan sintetis.
d) Menurut wadahnya: media Sabouraud Dextrose Agar merupakan media
yang disimpan dalam plate (cawan petri).
2. Fungsi Media
Adapun fungsi media secara umum yaitu:
a) Isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni,
b) Memanipulasi komposisi media pertumbuhannya,
c) Menumbuhkan mikroorganisne,
d) Memperbanyak jumlah,
e) Menguji sifat-sifat fisiologisnya
f) Menghitung jumlah mikroba.
g) Media SDA banyak di gunakan untuk media jamur khususnya banyak ke
jamur Aspargilus, di media ini pertumbuhan jamur akan optimal di suhu
25 - 30 derajat celcius Selama 3x24 jam (72 jam).
3. Komposisi Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar)
a) Mycological peptone 10 g
b) Glucose 40 g
c) Agar 15 g

4. Fungsi Dari Komponen Dalam SDA


a) Mycological peptone: menyediakan nitrogen dan sumber vitamin yang
diperlukan untuk pertumbuhan organisme dalam Sabouraud Dextrose
Agar.
b) Glucose: dalam konsentrasi yang tinggi dimasukkan sebagai sumber
energi
c) Agar: berperan sebagai bahan pemadat
Media ini merupakan salah satu media pertumbuhan Aspergillus sp.
Pada medium Sabouraud Dextrose Agar jamur Aspergillus sp. membentuk
koloni filamen dengan pembentukkan spora yang khas. Koloni mula-mula
berwarna putih setelah 2-3 hari berubah warna menjadi kuning atau biru atau
hijau kekuning-kuningan makin lama warnanya semakin gelap menjadi
kebiru-biruan atau kehitaman .

5. Digunakan Pada Mikrobiologi


a) Untuk budidaya jamur patogen & komensal dan ragi
b) Baik untuk isolasi terutama dermatofit
c) Digunakan untuk menentukan kandungan mikroba dalam kosmetik
d) Digunakan dalam evaluasi mikologi makanan, dan secara klinis membantu
dalam diagnosis ragi dan jamur penyebab infeksi.

6. Prosedur Pembuatan Media


a) Semua APD digunakan dengan baik, benar dan lengkap.
b) Disiapkan semua alat- alat dan bahan- bahan yang akan digunakan.

c) Dipastikan semua alat dan bahan dalam keadaan siap digunakan.

d) Ditimbang serbuk media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) sebanyak 1,560


gram.

e) Dipindahkan serbuk media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) ke beaker


glass, lalu ditambahkan aquades sebanyak 24 ml, dipindahkan ke dalam
erlenmeyer.

f) Dihomogenkan larutan dengan bantuan pemanasan dan pengadukan.

g) Pelarutan tidak boleh sampai mendidih(pelarutan harus sempurna sehingga


tidak ada kristal yang tersisa).

h) Dicek pH larutan sesuai petunjuk media (pH = 5,6 ±0,2) pada suhu 25°C

i) Diperhatikan pengecekan suhu larutan saat pengecekan pH media.

j) Ditambahkan NaOH 0,01N jika pH larutan kurang basa dan ditambahkan


HCl 0,01N jika pH larutan kurang asam.

k) Disterilisasi ±121°C (1 atm) selama ±15 menit.

l) Dikeluarkan larutan dari autoklaf , saat suhu rendah (200C) dan tekanan
telah turun (dilihat indikator autoklaf).

m) Dibiarkan larutan hingga suhu ±500C lalu ditambahkan antibiotik


amoxicilyne 500 mg (sebelumnya antibiotik amoxicilyne 500 mg telah
dilarutkan dengan 10 ml aquades, dan tiap 100 ml SDA = 1 ml suspensi
amoxicilyne).
n) Dihomogenkan larutan yang telah ditambahkan antibiotik amoxicilyne(dapat
dibantu pemanasan, suhu ≤ 70°C).

o) Dituangkan ke petri disk steril yang telah disediakan.


p) Dibiarkan media pada petri disk membeku dengan sempurna.
q) Dimasukkan media ke inkubator (± 37°C) ,selama ± 24 jam untuk uji
kualitas media, dengan posisi petri disk terbalik.
r) Disimpan pada suhu 4°C- 8°C untuk menyimpan media.

7. Uji Kualitas Media


Agar media mempunyai kualitas seperti yang diharapkan perlu
dilakukan uji kualitas,seperti uji sterilitas dan uji spesifitas. Uji sterilisasi
dilakukan untuk mengetahui apakah bahan atau sediaan yang harus steril,
sudah memenuhi syarat atau tidak. Uji isterilitas dapat dilakukan dengan
menginkubasi media selama sehari dalam inkubator. Pada media idealnya tidak
boleh ditemukan pertumbuhan bakteri. Akan tetapi koloni yang tumbuh kurang
dari 2 dapat diterima. Sedangkan uji spesifitas dilakukan dengan menggunakan
bakteri kontrol yang sesuai dengan jenis dan fungsi media yang dibuat. Hal ini
bermanfaat untuk membantu mengetahui kelompok dan jenis serta fungsi
media yang dibutuhkan. Uji kualitas media mencakup aspek yang luas, baik
media buatan sendiri maupun media jadi. Oleh karena itu, penyiapan media
harus mendapat perhatian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan
media.

Ada bermacam-macam cara untuk menguji mutu media yang telah


dibuat, yaitu:
a) Secara Visual
Yaitu dengan memperhatikan atau melihat warna, kekeruhan dan
lain-lain. Bila warna media tidak sesuai dengan warna standar maka harus
dicurigai adanya perbedaan pH, untuk dapat diperiksa dengan kertas pH
atau pH meter. Bila pH media berbeda ± 0,2 satuan, dapat ditambahkan
asam atau basa atau membuat media yang baru. Warna media SDA adalah
kuning sedikit kecoklatan.
b) Uji Sterilitas
Uji sterilitas merupakan suatu keharusan terutama pada media yang
diperkaya dengan bahan-bahan tertentu seperti agar darah atau agar coklat.
Cara untuk menguji sterilitas media adalah dengan:
a. Mengambil sejumlah 5 %volume dari tiap wadah media yang dibuat.
b. Media diinkubasi selama 1-2 hari pada suhu 35° C.
c. Apabila terdapat pertumbuhan lebih dari 2 koloni
mikroorganisme/cawan petri atau lebih, hal itu menandakan seluruh
media dari wadah tersebut tidak dapat digunakan.
c) Uji Spesifitas
Uji spesifitas dengan penanaman mikroorganisme kontrol positif
dan control negatif. Mikroorganisme kontrol kualitas (strain kuman) adalah
mikroorganisme spesifik yang seharusnya tumbuh pada media tertentu.
Mikroorganisme tersebut memiliki ciri morfologi, biokimia, serologi yang
dapat diuji dan mampu menunjukkan stabilitas reproduksi yang tetap ketika
ditempatkan pada kondisi yang sesuai.
E. Tinjauan Umum tentang Kacang hijau (Phaseolus radiatus L)
1. Pengertian
Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah di kenal luas oleh
masyrakat. Tanaman yang termasuk dalam keluarga Kacang-Kacangan ini
sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia, tanaman kacang hijau
merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga yang banyak dibudidayakan
setelah kedelai dan kacang tanah. Bila dilihat dari kesesuaian iklim dan
kondisi lahan yang di miliki, Indonesia termasuk salah satu Negara yang
memiliki kesempatan untuk melakukan ekspor kacang hijau (Hartono,
2005:5).
2. Klasifikasi dan morfologi
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur
pendek kurang lebih 60 hari. Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram
atau golden gram. Tanaman kacang hijau merupakan tanaman yang tumbuh
hampir di seluruh tempat di Indonesia , baik di dataran rendah hingga daerah
dengan ketinggian 500 meter dari permukaan laut (Astawan, 2005). Tanaman
ini diklasifikasikan sebagai berikut:
kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
subdivisi : Angiospermae
class : Dicotyledoneae
Subclass : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Phaseolus
Species : Phaseolus radiatus Linn(Plantamor. 2008).

Kacang hijau adalah tanaman pendek bercabang tegak. Bagian dari


tanaman kacang hijau antara lain akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.
Adapun deskripsi masing-masing bagian tanaman tersebut dijelaskan sebagai
berikut (Hartono,2005:14) .

a. Akar
Tanaman kacang hijau berakar tunggag. Sistem perakarannya dibagi
menjadi dua, yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai
banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya
menyebar. Sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan
memanjang kearah bawah.
b. Batang
Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran
batangnya kecil, berbulu, berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan.
Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun
pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing daun
berupa daun tunggal. Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan
ketinggian mencapai 1m. cabangnya menyebar ke semua arah.

3. Kandungan Gizi kacang Hijau


Kandungan Kacang Hijau berdasarkan DKBM ( Daftar Komposisi
Bahan Makanan), dalam 100 gram Kacang hijau mengandung energi 345
kkal, Protein 22,2 gr, Karbohidrat 62,9 gr, lemak total 1,2 gr, Vitamin A total
157 RE (retinol ekuivalen), thiamin 0,64 mg, Vitamin C 6 mg, Vitamin B1
0,64 mg, Kalsium 125 mg, Zat besi (Fe) 6,7 mg dan Fosfor 320 mg. selain itu
juga banyak mengandung asam amino esensial dan asam amino nonesensial.
Kandungan Gizi pada Kacang hijau sangat kompleks dan kaya gizi sehingga
dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Gandjar, et al (2006).
Karbohidrat dan derivatnya merupakan subsrat utama untuk
metabolisme karbon pada jamur. Metabolism karbohidrat memiliki dua peran
penting, yaitu karbohidrat dapat dioksidasi menjadi energi kimia yang tersedia
didalam sel dalam bentuk ATP dan nukleotida Phosphopyridine tereduksi.
Selain itu karbohidrat menyediakan hampir semua karbon yang diperlukan
untuk asimilasi kostituen sel jamur yang mengandung karbohirat, lipid,
protein, dan asam nukleat (Bilgrami & Verma, 1994).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. DASAR PEMIKIRAN
Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah di kenal luas oleh
masyrakat. Tanaman yang termasuk dalam keluarga Kacang-Kacangan ini sudah
lama dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia, tanaman kacang hijau
merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga yang banyak dibudidayakan setelah
kedelai dan kacang tanah. Bila dilihat dari kesesuaian iklim dan kondisi lahan
yang di miliki, Indonesia termasuk salah satu Negara yang memiliki kesempatan
untuk melakukan ekspor kacang hijau (Hartono, 2005:5). Kandungan gizi kacang
hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Kandungan gizi dalam 100 g
kacang hijau adalah kalori energi; 345,protein; 22,2 g, lemak; 1,2 g, karbohidrat;
62,9 g, Serat; 4,1 g, Kalsium;125 mg, Fosfor; 320 mg, Zat Besi; 6,7 mg, Vitamin
A; 157 IU, Vitamin B1; 0,64 mg, Vitamin C; 6 mg, Air; 10 mg. (M. Mustakim,
2014 :62)
Pemeriksaan jamur terdiri dari pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik. Dalam pemeriksaan makroskopik jamur bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pertumbuhan jamur pada media yang dilakukan
dengan inokulasi jamur pada media. Dan pemeriksaan mikroskopik jamur
bertujuan untuk mengetahui jenis jamur yang mengontaminasi suatu sampel
yang dilakukan dengan melihat ciri-ciri jamur dibawa mikroskop (Yulliawati,
2016). Pemeriksaan jenis jamur dilakukan dengan mengambil koloni jamur
yang telah ditumbuhkan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA),
kemudian diletakan diatas obyek glass dan ditetesi dengan larutan KOH 10%.
Pemberian KOH 10% bertujuan untuk menghilangkan berkas lemak yang
terkandung sehingga memperjelas bentuk spora, hifa dan miselium jamur
dibawa mikroskop (Kumala, 2016: 32).
B. Kerangka Pikir

Kacang
Hijau

Mengidentifikasi Mengidentifikasi jumlah


pertumbuhan koloni koloni Aspergillus Sp yang
Aspergillus Sp pada media tumbuh pada media SDA
SDA

Ada Tidak ada Tidak melewati Melewati Batas


Batas cemaran Cemaran Jamur :
Jamur : jika jika Koloni >
koloni ≤ 1x 104 1x104 CFU/ml
CFU/mL

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Varibel yang tidak diteliti

C. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini yaitu Kacang hijau Berdasarkan Variasi
lama penyimpanan (1 minggu, 1 bulan, dan 2 bulan) di Pasar Basah
Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyek
1. Untuk mengidentifikasi pertumbuhan koloni jamur maka di lakukan
pemeriksaan Makrokopis yang di lakukan dengan cara inokulasi sampel
pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar), dengan Kriteria Obyektif :
a. Ada : ditandai dengan koloni berbentuk seperti beludru atau
berbentuk bulat atau semi bulat, dan berwarna putih atau hijau tua
atau kuning atau hijau kekuningan atau hitam dan abu-abu.
b. Tidak Ada : ditandai dengan tidak terlihat ada koloni Jamur pada
media.
2. Untuk mengetahui jumlah koloni Jamur maka dilakukan perhitungan
koloni secara makrokopis, dengan criteria Obyektif :
a. Tidak melewati batas cemaran Jamur : jika koloni ≤ 1x104 CFU/mL.
b. Melewati batas cemaran jamur : jika koloni > 1x104 CFU/mL.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dimaksud adalah penelitian deksriptif untuk
mengidentifikasi adanya jamur pada Kacang hijau yang dijual di Pasar Basah
Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 Juli 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti (Nasir, 2011 : 188).
Populasi dalam penelitian ini adalah Kacang Hijau yang dijual di Pasar
Basah Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti,
dimana sampel yang diteliti adalah Kacang Hijau yang dijual di Pasar
Basah Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.Teknik
penerikan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling, dimana
pengambilan sampel dilakukan dengan sengaja (Nasir, 2011: 211).
Kriteria sampel
Inklusi :
1. Kacang Hijau yang dijual di Pasar Basah Mandonga Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara
2. Kacang Hijau yang disimpan selama 1 minggu, 1 bulan dan 2 bulan.
Eksklusi :
1. Kacang Hijau yang tidak dijual di Pasar Basah Mandonga Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Kacang Hijau yang tidak di simpan lama.
D. Instrument Penelitian
1. Instrumen penelitian yang dibawa ke lokasi pengambilan sampel
Tabel I. Instrumen Penelitian di Lapangan
No Nama alat Kegunaannya
1 Kantong plastik sebagai wadah sampel
2 Pulpen untuk menandai identitas sampel yang
terdiri dari nama, nama pasar
menggunakan kode.
3 Kertas label Sebagai tempat untuk menulis identitas
sampel
2. Instrumen penelitian di Laboratorium
Instrument penelitian yang digunakan di Laboratorium terdiri atas alat dan
bahan yang dapat dilihat pada tebel berikut :
a. Alat Penelitian
Tabel 2. Instrumen Penelitian di Laboratorium
No Nama alat Kegunaannya
1 Autoclave Sebagai alat untuk sterilisasi alat dan
madia
2 Cawan petri Sebagai wadah media untuk pertumbuhan
jamur
3 Mikroskop Sebagai alat untuk mengamati koloni
jamur untuk mengetahui jenis jamur
4 Kaca obyek Untuk meletakan obyek yang akan
diamati
5 Cover glass Untuk menutupi koloni yang ditetesi
KOH agar lensa obyektif tidak kotor pada
saat pemeriksaan dibawa mikroskop
6 Lampu spiritus Untuk pemanasan media SDA yang telah
dilarutkan, menjaga kontaminasi jamur
pada saat diambil dari media
7 Lembar Observasi Digunakan sebagai lembar pengisian
hasil pemeriksaan yang merupakan alat
ukur hasil penelitian
8 Inkubator Sebagai alat untuk menginkubasi media
9 Tabung reaksi Sebagai wadah untuk pengenceran
sampel
10 Rak tabung Sebagai tempat tabung reaksi
11 Gelas ukur Untuk mengukur aquadest yang di
gunakan untuk melarutkan media SDA.
12 Spoit 3 mL Untuk pemipetan sampel yang telah
dilarutkan pada proses pengenceran dan
inokulasi.
13 Pipet ukur dan Untuk memipet Nacl 0,9 % sebanyak 9
karet penghisap mL ke dalam tabung reaksi untuk
disterilkan.
14 Labu erlenmeyer Sebagai wadah media yang telah
dilarutkan dengan Aquadest untuk di
panaskan.
15 Ose Untuk mengambil koloni fungi yang akan
di amati dibawah mikroskop.
16 Timbangan analitik Untuk menimbang serbuk media SDA.
17 Batang pengaduk Untuk mengaduk media saat dilarutkan.
18 Pipet tetes Untuk memipet KOH 10 %.
19 Sendok tanduk Untuk mengambil serbuk media.
20 Kaki tiga Untuk penyangga asbes pada saat
pembuatan media.
21 Asbes Untuk penyangga Erlenmeyer pada saat
pembuatan media.
22 Cover glass Untuk menutupi koloni yang di tetesi
KOH agar lensa obyektif tidak kotor pada
saat pemeriksaan di bawah mikroskop.
23 Beacker glass Untuk wadah aquadest.
24 Cawan poselin Untuk wadah sampel pada saat
penimbangan.
25 Pulpen Sebagai alat untuk menulis kode sampel
dan hasil pemeriksaan.

b. Bahan Penelitian
Tabel 3. Bahan Penelitian
No Nama Bahan Kegunaannya
1 Sampel kacang hijau Sebagai sampel penelitian
2 Media Sabouraud Medium umum untuk pertumbuhan
Dextrose Agar (SDA) jamur
3 KOH 10% Untuk pemeriksaan jenis jamur
dibawa mikroskop (untuk
memperlihatkan hifa dan spora jamur)
4 Aquades Digunakan untuk bahan pembuataan
media.
5 Kertas pH Untuk memeriksan pH aquades pada
saat pembuatan media.
6 Kapas Untuk menutup erlenmeyer pada saat
pembuatan media.
E. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium
1. Sterilisasi alat dan bahan
Alat yang digunakan terlebih dahulu disterilkan kedalam autoclave
untuk membebaskan tiap benda atau subtansi dari semua kehidupan dalam
bentuk apapun. Alat dan bahan yang deigunakan seperti cawan petri,
erlenmeyer, kapas lidi dan media SDA dimasukan kedalam Autoclave
dengan suhu 121 º c selama 15 menit.
2. Pembuatan media inokulasi jamur
Media yang digunakan untuk inokulasi jamur yaitu Sabouraud
Dextrose Agar (SDA). Pembuatan dilakukan dengan menimbang media
Sabouraud Dextrose Agar (SDA)sebanyak 11,1 gram kemudian dilarutkan
dalam 170 ml aquadest, periksa pH aquadest terlebih dahulu (pH 5,6)
kemudian larutan tersebut dipanaskan sampai mendidih kemudian dibuat
perbanyakan sebagai tempat penanaman inokulum. Perbanyakan masal
dilakukan pada cawan petri. Setelah media dituangkan pada cawan
petri selanjutnya disterilkan dalam autoklave selama 15 menit pada
tempertatur 121 º c. Setelah media dalam cawan petri dingin, dilakukan
inokulasi dari sumber isolat pada permukaan agar.
3. Pemeriksaan Makroskopik
a. Pra analitik
1) Persiapan sampel
Sampel kacang hijau diambil dari Pasar Basah Mandonga Kota
kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, sampel yang di ambil adalah
3 sampel yang dijual di pasar.
2) Metode
Agar sebar
3) Prinsip
Sampel diambil dengan kapas lidih steril kemudian langsung
ditanam pada media dengan cara pulasan.
4) Persiapan alat dan bahan
Alat
a) Autoclave
b) Cawan petri
c) Mikroskop
d) Kaca obyek
e) Cover glass
f) Lampu spiritus
g) Lembar observasi
h) Incubator
i) Tabung reaksi
j) Rak tabung
k) Gelas ukur
l) Spooit 3 mL
m) Pipet ukur dan karet penghisap
n) Labu Erlenmeyer
o) Ose
p) Timbangan analitik
q) Batang pengaduk
r) Pipet tetes
s) Sendok tanduk
t) Kaki tiga
u) Asbes
v) Cover glass
w) Beacker glass
x) Cawan porselin
y) Pulpen
Bahan
a) Sampel kacang hijau
b) Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar)
c) KOH 10 %
d) NaCL 0,9 %
e) Aquadest
f) Kertas ph
g) kapas
b. Analitik
1) Inokulasi Kacang Hijau yang diduga terkontaminasi Jamur pada
media SDA.
Inolulasi Jamur di lakukan dengan metode agar sebar. Cara
kerja yang dilakukan ialah sebagai berikut :
a) Peralatan yang dipakai disiapkan dalam keadaan steril dan
semua pekerjaan dilakukan secara aseptis.
b) Specimen atau sampel yang diterima dimasukkan 1 gram
bahan tersebut ke dalam 9 mL NaCl 0,9 % yang telah
disterilkan.
c) Kocok kurang lebih 25 kali hingga homogen. Hasil dari
homogenisasi sampel merupakan pengenceran 10-1.
d) Dari larutan 10-1 dipipet 1 mL dan dimasukkan dalam tabung
NaCl 0,9 % kedua, kocok sampai homogen hingga diperoleh
pengenceran 10-2 dibuat pengenceran selanjutnya sampai
pengenceran 10-5.
e) Dari masing-masing pengenceran 10-2 – 10-5 dipipet 1 mL
secara aseptis, diteteskan pada permukaan SDA. Dilakukan
penyebaran samapi merata.
f) Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 37o C (suhu ruang)
selama 72 jam.
2) Mengamati adanya koloni fungi yang tumbuh pada media SDA
(Sabouraud Dextrose Agar). Jika terlihat adanya koloni Jamur
Aspergilus Sp pada permukaan media SDA maka dilanjutkan ke
penghitungan jumlah koloni.
3) Hitung jumlah koloni pada media SDA
Penghitungan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukan
jumlah koloni antara 10-150.
b) Jumlah koloni di cawan petri dari tingkat pengenceran yang
berurutan menunjukan jumlah antara 10-150, maka dihitung
jumlah koloni Jamur dan dikalikan dengan faktor pengenceran.
c) Hasil dinyatakan sebagai angka Jamur dalam mL sampel.
c. Pasca Analitik
1) Pembacaan hasil
Hasil isolasi Jamur pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar).
2) Jumlah koloni Jamur
F. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan di
Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari literatur perpustakaan maupun pihak
terkait yang ada hubungannya dengan objek penelitian.
G. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Coding, yaitu memberikan kode pada sampel pakaian bekas yang diteliti
untuk memudahkan dalam memasukan ke program computer.
2. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah diperoleh.
3. Skoring adalah perhitungan secara manual dengan menggunakan kakulator
untuk presentase setiap variabel yang diteliti.
4. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk kemudian dirangkap dan
disusun dalam bentuk tabel agar dapat dibaca dengan mudah.
H. Analisis Data
Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
Analisis data deskriptif merupakan analisis yang dipakai untuk menganalisis
data dengan mengambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya
tanpa ada maksud membuat generalisasi dari hasil penelitian. Dimana analisis
deskpritif dilakukan dengan melihat ada tidaknya koloni jamur, kemudian
menentukan jenis koloni jamur yang tumbuh pada media.
Untuk jumlah koloni Jamur dihitung dalam satuan CFU/mL, dengan
rumus :

Pb = JK x
Keterangan :
Pb = jumlah koloni jamur (CFU/mL)
JK = jumlah koloni Jamur
FP = faktor pengenceran (Asrul, 2009 : 261)

Untuk presentase hasil penelitian digunakan rumus sebagai berikut :


Keterangan :
X : Presentase
F : rekuensi kategori variabel yang diamati
n : Jumlah sampel penelitian
K : Konstanta (100%) (Nasir, 2011:275).
I. Penyajian Data
Data yang tersedia disajikan dalam bentuk tebel kemudian dinarasikan.
J. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subyek. Dalam
penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi antara lain :
1. Anoniminiti (tanpa nama)
Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada
lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
2. Condfidentiality (kerahasian)
Dilakukan dengan menjamin kerahasian hasil penelitian baik
informasi maupun masalah-masalah lainya. Informasi yang dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya ole peneliti.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pasar Basah Mandonga


Pasar Basah adalah pasar tradisional yang berada di jantung Kota. Pasar ini
terletak di jalan Lasandara, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga,
Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Letak Pasar Basah pada
sebelah utara pasar merupakan jalan poros Lasandara, pada bagian timur pasar
terdapat sungai Lahundape, di bagian barat pasar merupakan mall mandonga,
sedangkan pada bagian selatan pasar merupakan pasar Korem.
Bangunan pasar Basah terdiri dari tiga lantai, dimana terdapat Kios, serta
Lodz didalamnya. Pada lantai 1 gedung digunakn sebagai tempat penjualan
sayur-sayuran, buah-buahan, dan juga ikan, untuk lantai 2 digunakan sebagai
tempat penjualan sembako, obat-obatan asesoris jalan-jalanan, dan juga ikan,
sedangkan dilantai 3 digunakan sebagai tempat penjualan pakaian, sepatu dan
juga sendal.
Kondisi Pasar yang kurang memiliki pentilasi Udara, serta pada tempat
penjualan memiliki kondisi yang lembab.
B. Hasil Penelitian
Sampel pemeriksaan diperoleh dari pasar Basah Mandonga. Pengambilan
sampel dilakukan pada tanggal 22 Juli 2016, pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik purposive sampling, dimana sampel Kacang Hijau yang diambil
adalah Kacang Hijau yang lama penyimpanannya berpariasi 1 minggu, 1 bulan
dan 2 bulan. Pemberian identitas pada sampel yang akan diteliti dilakukan
dengan pemberian kode, adapun kode yang di berikan yaitu sebagai berikut :
A : sampel Kacang Hijau dengan lama penyimpanan 1 minggu.
B : sampel Kacang Hijau dengan lama penyimpanan 1 bulan.
C : sampel Kacang Hijau dengan lama penyimpanan 2 bulan.
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan di Laboratorium Jurusan
Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Kendari tentang Identifikasi Jamur
Aspergillus Sp Pada Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L) yang di Jual di Pasar
Basah Mandonga Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Menggunakan Metode
Agar Sebar, maka diperoleh Hasil Jumlah Koloni Jamur (CFU/mL) dan Juga
Pertumbuhan Koloni Jamur Pada Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang
dapat dilihat pada table di bawah ini.

Gambar pertumbuhan koloni Jamur Aspergillus sp


Tabel 4. Pertumbuhan Koloni Jamur Pada Media Sabouraud Dextrose Agar
(SDA).

Hasil Isolasi Jamur Pada Media Sabouraud Dextrose Agar


Kode Sampel (SDA)
No
Aspergillus Niger Aspergillus Flavus
Koloni Filamen Berwarna
1 Koloni Filamen Berwarna
A Hitam
Hijau

Koloni Filamen Berwarna


Koloni Filamen Berwarna
hitam
2 B Hijau

Koloni Filamen Berwarna Koloni Filamen Berwarna


3 C Hitam Hijau

Keterangan :
Sampel A : Kacang Hijau Lama Penyimpanan 1 Minggu
Sampel B : Kacang Hijau Lama Penyimpanan 1 Bulan
Sampel C : Kacang Hijau Lama Penyimpanan 2 Bulan

Tabel diatas menunjukan bahwa, semua sampel Kacang Hijau yang diteliti telah
ditumbuhi Jamur Aspergillus niger dan Aspergillus flavus.
Tabel 5. Jumlah Koloni Jamur yang Tumbuh Berdasarkan Pengenceran
Pada Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA).
Keterangan
(Batas Cemaran ≤ 1x
Pengenceran Jumlah
104 CFU/ mL)
Kode Koloni
No
Sampel 1 Jamur
(CFU/mL)
10-1 10-2 10-3 10-4 Tidak
melewati
melewati

1 A 14 3 1 14x103
5

2 B 18 5 3 18x103
9
3
C 22 12 8 3 17x103

Jumlah 3
Persentase (100 %) 100%

Keterangan :
Sampel A : Kacang Hijau Lama Penyimpanan 1 Minggu
Sampel B : Kacang Hijau Lama Penyimpanan 1 Bulan
Sampel C : Kacang Hijau Lama Penyimpanan 2 Bulan

Table diatas menunjukan bahwa jumlah koloni berdasarkan


pengenceran pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) di dapatkan semua
sampel jumlah koloninya melewati batas cemaran.
C. Pembahasan
Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 22-25 juli
2016 di Laboratorium Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari tentang
Identifikasi Jamur Aspergillus Sp pada Kacang Hijau yang di (Phaseolus
radiatus L) yang di jual di pasar Basah Mandonga Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara yang bertujuan untuk mengetahui adanya Koloni jamur,
jumlah Koloni Jamur yang mengontaminasi Kacang Hijau, diperoleh hasil
sebagai berikut :
1. Pengamatan Koloni Jamur
Berdasarkan hasil pengamatan Koloni Jamur pada media Sabouraud
Dextrose Agar (SDA) menunjukkan bahwa berdasarkan dari cirri-ciri Koloninya
berwarna hijau, hitam dan dan koloni berwarna putih atau kuning maka semua
sampel Kacang Hijau yang diteliti ternyata telah ditumbuhi Jamur Aspergillus Sp.
Dengan penambahan Antibiotik Cloramfenikol dapat menghambat pertumbuhan
Jamur lainya sehingga jamur yang akan tumbuh hanya Jamur jenis Aspergillus
Sp. Teori mengatakan bahwa Kandungan Kacang Hijau berdasarkan DKBM (
Daftar Komposisi Bahan Makanan), dalam 100 gram Kacang hijau mengandung
energi 345 kkal, Protein 22,2 gr, Karbohidrat 62,9 gr, lemak total 1,2 gr, Vitamin
A total 157 RE (retinol ekuivalen), thiamin 0,64 mg, Vitamin C 6 mg, Vitamin
B1 0,64 mg, Kalsium 125 mg, Zat besi (Fe) 6,7 mg dan Fosfor 320 mg. selain itu
juga banyak mengandung asam amino esensial dan asam amino nonesensial.
Kandungan Gizi pada Kacang hijau sangat kompleks dan kaya gizi sehingga
dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Gandjar, et al (2006).
Ciri-ciri Fisik Kacang Hijau yang sudah di tumbuhi Jamur adalah bagian
luar dari kacang Hijau sudah ada seperti serbuk-serbuk halus berwarna putih
serta pada biji kacang hijau sudah mengalami kerusakan, seperti biji kacang
Hijau sudah mengempes serta sudah berlubang-lubang. Jenis Jamur yang
mengontaminasi Kacang hijau yang telah diteliti berdasarkan cirri-cirinya
terdapat dua jenis Jamur yaitu aspergillus niger dengan cirri-ciri memiliki bulu
dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna
coklat gelap sampai hitam dan Aspergillus Flavus yang memiliki koloni pada
saat muda berwarna Putih, dan akan berubah menjadi berwarna hijau kekuningan
setelah membentuk konidia. Kepala Konidia berwarna hijau kekuningan hingga
hingga hijau tua kekuningan, berbentuk bulat, Konidiofor berdiding kasar, hialin.
(Noverita, 2009 : 17).
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widarti (2016) yang
melakukan Identifikasi Jamur Asperigiluss sp Pada Kacang hijau yang diperjual
belikan di beberapa pasar di kota makassar di dapatkan dari 10 sampel yang
diperiksa ditemukan adanya jamur Asperigiluss niger. Jamur Aspergillus sp
tersebar di seluruh dunia. Konidianya dapat hidup di tanah dan di udara.
Sehingga spora Jamur selalu dapat terhirup oleh Manusia. Terjadi infeksi
Aspergillus sp pada manusia lebih berperan pada faktor daya imunitas penderita
dibandingkan virulensi jamurnya sendiri. Saluran nafas atas merupakan organ
yang paling sering terkena infeksi Jamur Aspergillus sp. (Kumala W, 2006: 22).
Aspergillus sp merupakan Jamur yang bersifat berbahaya, dapat menghasilkan
mitotoksin yang dapat menyerang sistem saraf pusat mempengaruhi hati, dan
ginjal, dapat menyebabkan gangguan pernafasan bahkan dapat menyebabkan
kematian. (Irianto, 2013 : 34 dan 78).
2. Jumlah Koloni Jamur
Berdasarkan penghitungan jumlah Koloni Jamur yang tumbuh pada
berdasarkan pengenceran pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA),
dimana jumlah Koloni dapat dihitung jika Koloninya mencapai 10-150
dibawah dari jumlah ini maka koloni tidak dihitung. Jumlah Koloni yang
dihitung kemudian dikalikan dengan faktor pengenceran untuk mendapatkan
jumlah Koloni dalam satuan CFU/mL. Dari penghitungan yang telah
dilakukan didapatkan jumlah Koloni tertinggi yaitu pada sampel B sebesar 18
x 103 CFU/mL, pada sampel C sebesar 17 x 103 CFU/mL dan pada sampel A
3
sebesar 14 x 10 CFU/mL. dalam aturan badan pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) Republik Indonesia tentang batas maksimum cemaran
Jamur pada Makanan tidak boleh lebih dari 1 x 104 CFU/mL, melewati batas
ini maka makanan tersebut ataw Kacang Hijau tidak layak di konsumsi karena
dapat mengganggu kesehatan. Berdasarkan aturan tersebut dapat di katakan
bahwa ketiga kacang Hijau tersebut telah melewati batas cemaran.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa Kacang Hijau dengan lama
penyimpanan 1 minggu sudah terkontaminasi jamur Aspergillus Sp.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Identifikasi Jamur Aspergillus Sp
Pada Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L) Yang di Jual di Pasar Basah
Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara dapat diketahui bahwa
terdapat Jamur pada 3 Kacang Hijau yang diteliti. Yang dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Terdapat adanya Koloni Jamur pada semua sampel Kacang Hijau yang
diperoleh dari Pasar Basah Mandonga, Jenis jamur yang di temukan pada
semua kacang Hijau yang diteliti adalah Jamur Aspergillus Sp, di mana pada
Kacang Hijau ditemukan Jamur Aspergillus niger dan Aspergillus flavus
2. Jumlah Koloni Jamur yang mengontaminasi Kacang Hijau pada semua
sampel dapat dinyatakan telah melewati batas cemaran jamur pada bahan
makanan, dan dianggap tidak layak dikonsumsi.
B. Saran
1. Konsumen harus lebih teliti dan hati-hati dalam memilih bahan pangan yang
akan dikonsumsi Khususnya Kacang Hijau agar terhindar dari berbagai
macam penyakit yang dapat ditimbulkan oleh Jamur yang telah
mengontaminasi Kacang Hijau. Sebaiknya pada saat membersihkan kacang
hijau yang akan di masak tidak di tapis karna spora akan berterbangan yang
akan langsung dihirup dan masuk melalui saluran pernafasan yang
mengakibatkan berbagai macam penyakit yang diakibatkan oleh jamur.
2. Kepada Badan Pengawas Obat-Obatan (BPOM) setempat hendaknya
meninjau penjualan Kacang Hijau di pasar agar menjual kacang Hijau yang
lama penyimpananya tidak terlalu lama.
3. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang Jamur yang
mengontaminasi bahan Makanan berbahan dasar Kacang Hijau.
DAFTAR PUSTAKA

Asrul. 2009. “Populasi Jamur Mikotoksigenik dan Kandungan Aflotoksin Pada


Beberapa Contoh Biji Kakao (Theobroma Cacao L) Asal Sulawesi Tengah”.
Sulawesi Tengah. Vol.16. hal. 258-267.

Bilgrima, K. S. & R.N. Verma. 1994. Physiologi of fungi. 2nded. Vikas Publishing
House PVT Ltd., Delhi. Pp 507.

Dewi, N.D. 2016. Identifikasi Fungi pada jamu Bubuk Yang dijual di Pasar
Tradisional Kota Kendari. Analis Kesehatan poltekes Kendari : Kendari

Elliott, Tom, dkk. (2002). Mikrobiologi Kedokteran dan Infeksi Edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 110.

Fardiaz, Srikandi. (1992). Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta:


185, 186, 188.

Gandjar, I., Sjamsuridjal, W & Oeteri, A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta.
Yayasan Obor Indonesia.

Hartono, R., Purwono. 2005. Teknik Budidaya . Kacang Hijau di berbagai kondisi
lahan dan Musim. Penebar Swadaya: Bogor.

http://id.wikipedia.org/wiki/Aspergillus_niger diakses 19 Mei 2015.

Indrawati, Gandjar. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.

Irianto, Koes. 2013. “Parasitologi Medis”. Bandung : Alfabeta.

Jawetz, M & Adelberg‟s. (2005). Mikrobiologi Kedokteran Jilid 2 (Edisi 2). Jakarta :
Salemba Medika: 318, 348.

Jawetz, M & Adelberg‟s. (2013). Mikrobiologi Kedokteran (Edisi 25). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC: 655.

Kumala W. 2006. “Mikologi dasar Kedokteran”. Jakarta : Universitas Trisakti. Link :


http:// repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/3432/1/08E00886.pdf.
Diakses 5 April 2016.
Lubis, Ramona Dumasari. (2008). Aspergillosis. (Online) http://repository.
usu.ac.id/bitstream/123456789/3432/1/08e00886.pdf diakses 18 Mei 2015: 3-
4.
Mustakim, M. 2012. Budidaya Kacang Hijau Secara Intensif. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta. 140 hal.

Nasir abdul, dk. 2011. ”Metodologi Penelitian Kesehatan”. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Noverita. (2009). Identifikasi Kapang dan Khamir Penyebab Penyakit Manusia Pada
Sumber Air Minum Penduduk Pada Sungai Ciliwung dan Sumber Air
Sekitarnya. (Online) http://biologi.unas.ac.id:8080/publikasi/kapang
%2520pd%2520air%2520minum.pdf diakses 18 Mei 2015: 17.s

Notoatmodjo,S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta: 56-


57, 156-157

Pratiwi, Sylvia T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga: 38-42.

Safitri, Ratu, Novel, Sinta Sasika. (2010). Medium Analisis Mikroorganisme (Isolasi
dan Kultur). Penerbit: Trans Info Media, Jakarta: 93.

Sasongkowati, Retno. (2012). 13 Terapi Buah Sakti Penghancur Penyakit.


Yogyakarta: Penerbit Indoliterasi: 117-118.

Widarti. 2016. Identifikasi Jamur Aspergillus sp Pada putu Kacang Hijau yang
diperjual belikan dibeberapa Pasar di kota Makassar. Politeknik Kesehatan
Makassar: Makassar

Waluyo, Lud. (2007). Mikrobiologi Umum Edisi Revisi. Malang: UMM Press: 249.

Yuniarti, Tuty. (2012). Media dan Reagensia. Kendari: Akademi Analis Kesehatan
(Tidak untuk dipublikasikan): 2-5.

Yuliawati, T. 2016. Pasti untung dari budi daya Jamur. Agromedia : Jakarta
Lampiran 6. Proses Penelitian Identifikasi Jamur Pada Kacang Hijau

Pembelian sampel Sampel kacang hijau

Sampel setelah penimbangan Media yang telah jadi


Proses penanaman sampel Hasil pertumbuhan jamur selama 3 x 24
ke media

Hasil pertumbuhan jamur pada sampel A (1 minggu) selama 3 x 24 jam


Hasil pertumbuhan jamur pada sampel B (1 bulan) selama 3 x 24 jam

Hasil pertumbuhan jamur pada sampel C (2 bulan) selama 3 x 24 jam


Perhitungan Jumlah Koloni Jamur Dalam Satuan CFU/mL

a) Sampel Kacang Hijau dengan Kode A


Diketahui :
Pengenceran 10-2 : 14 Koloni dengan Faktor pengenceran 0,001
Perhitungan :

Rumus : Pb = JK x

Pengenceran 10-2

Pb = 14 x

=14.000 CFU/mL
Maka jumlah koloni Jamur dalam satuan CFU/mL untuk sampel A
yaitu :

Pb A =

= 14.000
= 14.000 atau 14 x 103 CFU/mL

b) Sampel Kacang Hijau dengan Kode B


Diketahui :
Pengenceran 10-2 : 18 Koloni dengan Faktor pengenceran 0,001
Perhitungan :

Rumus : Pb = JK x

Pengenceran 10-2

Pb = 18 x

=
=18.000 CFU/mL
Maka jumlah koloni Jamur dalam satuan CFU/mL untuk sampel A
yaitu :

Pb A =

=
= 18.000
= 18.000 atau 14 x 103 CFU/mL

c) Sampel Kacang Hijau dengan Kode C


Diketahui :
Pengenceran 10-2 : 22 Koloni dengan Faktor pengenceran 0,001
Pengenceran 10-3 : 12 Koloni dengan Faktor pengenceran 0,001
Perhitungan :

Rumus : Pb = JK x

Pengenceran 10-2
Pb = 22 x

=22.000 CFU/mL
Pengenceran 10-3
Pb = 12 x

=12.000 CFU/mL
Maka jumlah koloni Jamur dalam satuan CFU/mL untuk sampel A
yaitu :

Pb A =
=

= 17.000 atau 17 x 103 CFU/mL


TABULASI DATA
IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus Sp PADA KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L) YANG DI JUAL DI PASAR BASAH
MANDONGA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

Hasil pemeriksaan
Nama Jamur
Hasil Isolasi Jumlah
Kode Tgl Penanaman pengenceran Batas
No Jamur Pada Pengamatan Koloni
Sampel Pembelian Jamur Cemaran ≤
Media SDA (CFU/mL) Aspergillus Aspergillus
1 x 104
10-2 10-3 10-4 10-5 CFU/mL Niger Flavus

Media Ada
1 A 22 juli 3 x 24 Jam 14 5 3 1 14 x 103 Melewati
SDA Pertumbuhan
Media Ada
2 B 22 juli 3 x 24 Jam 18 9 5 3 18 x 103 Melewati
SDA Pertumbuhan
Media Ada
3 C 22 juli 3 x 24 Jam 22 12 8 3 17 x 103 Melewati
SDA Pertumbuhan
MASTER TABEL
IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus Sp PADA KACANG HIJAU (Phaseolus Radiatus L) YANG DI JUAL DI PASAR BASAH
MANDONGA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2017

Tgl Hasil Pemeriksaan


Hasil Isolasi
pembelian
Jamur pada Pengenceran
sampel Jumlah Batas Cemaran ≤
Kode Penanaman Media SDA Nama
No Pengamatan koloni 1 x 104 CFU/mL
Sampel Jamur Jamur
A B C Tidak 10-2 10-3 10-4 10-5 Jamur
Ada (CFU/mL) Tidak Mele
Ada
melewati wati
Aspergillus
3 Niger dan
1 A Media SDA - 3 x 24 Jam 14 5 3 1 14 x 10 -
Aspergillus
Flavus
Aspergillus
22 22 22 Niger dan
2 B Media SDA - 3 x 24 Jam 18 9 5 3 18 x 103 -
jul jul jul Aspergillus
Flavus
Aspergillus
Niger dan
3 C Media SDA - 3 x 24 Jam 22 12 8 3 17 x 103 -
Aspergillus
Flavus
Jumlah 3 -
Presentase (100%) 100 0

Anda mungkin juga menyukai