Anda di halaman 1dari 12

1

3.1.2 Koordinat Cartesius

Untuk menyatakan posisi sebuah benda di dalam ruang, dibutuhkan suatu


sistem koordinat yang memiliki pusat koordinat. Sistem koordinat yang paling
umum adalah koordinat cartesius. Jika kita berbicara ruang dua dimensi, maka
koordinat cartesius dua dimensi memiliki pusat di O dan dua sumbu koordinat yang
saling tegak lurus, yaitu x dan y.

Selannjutnya koordinat cartesius dua dimensi dapat diperluas menjadi


cartesius tiga dimensi yang berpusat di O dan memiliki sumbu x, y, dan z.

Sistem koordinat cartesius dalam ruang tiga dimensi dapat digolongkan


kedalam dua kategori yakni, sistem tangan kiri dan sistem tangan kanan. Menurut

2
kebiasaan yang baku dalam penggambaran sumbu koordinat cartesius, pada sistem
tangan kanan sumbu y dan sumbu z terletak pada bidang kertas dengan arah positif
masing – masing ke atas. Kemudian sumbu x tegak lurus kertas dengan arah positif
menuju kita. Dinamakan tangan kanan karena jika jari – jari tangan kanan
dikepalkan sehingga melengkung dari sumbu x positif ke arah sumbu y positif, ibu
jari akan mengarah ke sumbu z positif.

Untuk sistem tangan kiri memiliki sumbu x dan sumbu z terletak pada
bidang kertas dengan arah positif masing – masing ke kanan dank ke atas.
Kemudian sumbu y tegak lurus kertas dengan arah positif menuju kita. Dinamakan
tangan kiri karena jika jari – jari tangan kiri dikepalkan sehingga melengkung dari
sumbu x positif ke arah sumbu y positif, ibu jari akan mengarah ke sumbu z positif.

Sistem tangan kanan Sistem tangan kiri

Ketiga sumbu tersebut menentukan tiga bidang, bidang – bidang xy, xz dan
yz, yang membagi ruang menjadi delapan oktan. Terhadap tiap titik P dalam ruang
berpadanan suatu bilangan ganda tiga berurut ( x, y, z), yaitu koordinat cartesiusnya,
yang mengukur jarak – jarak berarahnya dari tiga bidang itu.

3
Oktan-oktan I, II, III dan IV diatas bidang xy dan lainnnya dibawah bidang
xy. Oktan-oktan V, VI, VII, VIII berturut-turut berada tepat dibawah oktan oktan I,
II, III dan IV. Pada gambar berikut berturut-turut adalah contoh letak titik P
(2,3,4) dan Q (4,-2,3)

NO Titik P(x, y, z) pada : Bilangan-bilangan


1 Oktan I X>0 y>0 z>0
2 Oktan II X<0 y>0 z>0

4
3 Oktan III X<0 y<0 z>0
4 Oktan IV X>0 y<0 z>0
5 Oktan V X>0 y>0 z<0
6 Oktan VI X<0 y>0 z<0
7 Oktan VII X<0 y<0 z<0
8 Oktan VIII X>0 y<0 z<0

3.1.2 Rumus Jarak dan Koordinat Bola

Posisi suatu titik dalam ruang, selain didefinisikan dengan sistem cartesius
tiga dimensi, dapat juga didefinisikan dalam sistem koordinat bola (prinsip
dasarnya sama dengan koordinat polar, yaitu sudut dan jarak).

Jarak dua titik dalam sitem koordinat ruang dimensi tiga menghasilkan
rumus jarak dalam ruang dimensi tiga.

Keterangan :

P1 ( x1, y1, z1)

R (x2, y1, z1)

P2 (x2, y2, z2)

Q (x2, y2, z1)

P1P2 = {(x2-x1),(y2-y1),(z2-z1)}

|P1P2| =

QP2 = {(x2-x2),(y2-y2),(z2-z1)}

5
||QP2|| = (z2-z1)

QR = {(x2-x2),(y1-y2),(z1-z1)}

||QR|| = (y1-y2)

P1R = {(x2-x1),(y1-y1),(z1-z1)}

||QP2|| = (x2-x1)

Jarak dua titik P( x1 , y1 , z1 ) dan Q ( x2 , y2 , z2 ) adalah

2
|PQ | = (x2  x ) 2  ( y  y )2  (z 2  z1 )
1 2 1

Dari rumus jarak ke persamaan sebuah bola merupakan suatu langkah kecil.
Bola adalah himpunan semua titik berjarak tetap ( jari – jari ) dari suatu titik tetap (
pusat ). Kenyataannya, jika (x, y, z) adalah titik pada bola dengan jari – jari r
berpusat pada (h, k, l).

(x,y,z)
r
(h, k, l)

(x – h)2+(y – k)2+(z – l)2= r2


Persamaan baku bola :

6
3.1 Grafik dalam Ruang Dimensi Tiga

Suatu hal wajar untuk pertama – tama memandang persamaan kuadrat


karena hubungannya dengan rumus jarak. Namun, agaknya suatu persamaan linear
dalam x, y, z yakni, persamaan berbentuk :

Ax + By + Cz = D , A2 + B2 + C2 ≠ 0

Seharusnya masih lebih mudah untuk dianalisis. Memang akan ditunjukkan


bahwa grafik persamaan linear merupakan bidang. Dengan menerima kenyataan
ini, mari kita tinjau bagaimana kita dapat menggambar persamaan yang demikian.

Jika suatu bidang memotong ketiga sumbu, yaitu kasus yang akan sering
kali terjadi, kita mulai dengan mencari titik – titik potong ini, yakni, kita mencari
perpotongan dengan sumbu x, y, dan z. ketiga titik ini menetukan bidang dan
memungkinkan kita menggambar bidang koordinat, yang berupa garis – garis
perpotongan bidang tersebut dengan bidang – bidang koordinat. Kemudian, dengan
sedikit berseni, kita dapat mengarsir bidang tersebut.

Misalkan diberikan persamaan 3x + 4y + 2z = 12, sketsakanlah grafiknya.

z
Bidang

3x + 4y + 2z = 12

jejak
jejak
y

jejak

7
Untuk menetukan perpotongan dengan sumbu x, tetapkan y dan z sama
dengan nol dan selesaikan untuk x, diperoleh x=4. Titik yang berpadanan adalah
(4,0,0). Secara serupa, perpotongan dengan sumbu y dan z adalah (0,3,0) dan
(0,0,6). Lalu, tarik garis yang menghubungkan titik – titik ini untuk memperoleh
jejak. Kemudian, arsir ( bagian oktan pertama ) bidang tersebut.

3.2 Vektor dalam Ruang Dimensi Tiga

Perbedaan vektor pada bidang dan vektor dalam ruang hanyalah bahwa
vektor dalam ruang sekarang vektor u mempunyai tiga komponen, yakni :

u = ( u1, u2, u3) = u1i + u2j + u3k

Di sini i, j, dan k adalah vektor – vektor satuan baku, disebut vektor – vektor
basis, pada arah ketiga sumbu koordinat positif. Panjang u, dinotasikan dengan |u|,
berasal dari rumus jarak dan diberikan sebagai:

z
i j

Vektor – vektor dalam ruang ditambahkan, dikalikan dengan skalar, dan


dikurangkan sama seperti pada bidang, dan hukum – hukum aljabar yang dipenuhi
sesuai dengan yang telah dipelajari sebelumnya. Hasil kali titik dari u = (u1, u2, u3 )
dan v = (v1, v2, v3) didefinisikan sebagai

8
u . v = u1 v1 + u2 v2 + u3 v3

Dan mempunyai tafsiran geometri yang telah dinyatakan terdahulu, yakni :

u . v = |u| |v| cos θ

Dengan θ adalah sudut antara u dan v. Akibatnya, masih tetap benar


bahwa dua vektor saling tegak lurus jika dan hanya jika hasil kali juga nol.

3.2.1 Perkalian Silang Dua Vektor ( Cross )

Perkalian silang dua vektor didefinisikan sebagai berikut.

Jika u = (u1 ,u 2 ,u 3 ) dan v = (v1 , v2 , v3 ) adalah vektor – vektor dalam ruang

dimensi tiga, maka perkalian silang u x v adalaha vektor yang didefinisikan


sebagai :

u x v =(u2v3  u3v2,u3v1  u1v3 ,u1v2  u2v1 )

Atau dalam notasi determinan :

Ada suatu perbedaan penting antara perkalian titik dan perkalian silang pada
vektor. Hasil perkalian titik atau dot vektor merupakan suatu scalar sedangkan hasil
dari perkalian silang atau cross vektor adalah komponen – komponen vektor baru.

Beberapa teorema mengenai perkalian silang dua vektor.

Sifat – sifat aritmetika utama dari perkalian silang ditampilkan pada teorema
berikut.

9
a) u x v = - ( v x u )
b) u x ( v + w ) = ( u x v ) + ( u x w )
c) ( u + v ) x w = ( u x w ) + ( v x w )
d) k( u x v ) = ( ku ) x v = u x ( kv )
e) u x 0 = 0 x u = 0
f) u x u = 0

3.2.2 Vektor Posisi

Vektor posisi titik P adalah vektor yaitu vektor yang berpangkal di titik O
(0 , 0 , 0) dan berujung di titik P (x , y , z), bila ditulis

Modulus / besar vektor posisi adalah :

10
3.2.3 Perbandingan Vektor

Vektor posisi titik A dan titik B berturut-turut adalah ada b . Titik C terletak
pada ruas garis AB dengan perbandingan m : n atau AC : CB = m : n, dan vektor
posisi titik C dinyatakan dengan vektor c . Titik C terletak pada ruas garis AB
dengan perbandingan m : n atau AC : CB = m : n, dan vektor posisi titik C
dinyatakan dengan vektor . Karena ruas garis berarah AC searah dengan ruas
garis berarah CB, maka persamaan itu dapat dituliskan dalam bentuk
persamaan vektor:

11
Misalkan vektor-vektor posisi titik A dan titik B berturut-turut adalah dan
Titik C terletak pada ruas garis AB dengan perbandingan AC : CB = m : n, maka
vektor posisi C adalah ditentukan dengan rumus:

DAFTAR PUSTAKA

Anton, Howard.2010.Dasar – Dasar Aljabar Linier Jilid Satu.Tangerang :


Binarupa Aksara

Purcell, Edwin J dan Dale Varberg.2010.Kalkulus Jilid Satu.Tangerang : Binarupa


Aksara

Purcell, Edwin J dan Dale Varberg.2010.Kalkulus Jilid Dua.Tangerang : Binarupa


Aksara

12

Anda mungkin juga menyukai