Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat-
Nya sehingga kami masih diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Rasional Penyelenggaraan PKLH” ini dengan
baik tepat pada waktunya.
Saat ini banyak dari kita kehilangan kesadaran akan lingkungan, oleh karena
itu saat ini kita perlu mempelajari Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
Kami berharap melalui makalah kami para pembaca dapat memahami tujuan dari
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, dengan begitu memiliki
kesadaran akan lingkungan saat ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca dan bagi dunia pendidikan.

Makassar, 21 Agustus 2019

i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang terdapat di sekitar kita, yang memiliki
peran penting bagi kehidupan manusia secara langsung maupun tidak langsung. Saat ini
kondisi lingkungan mulai menjadi bahan pembicaraan dunia akhir-akhir ini. Akibat tidak
adanya keseimbangan antara lingkungan dengan kependudukan. Ketidakseimbangan
penduduk dan sumber alam menimbulkan dampak lajutan berupa permasalahan lingkungan
hidup. Salah satu penyebabnya yaitu tingkat kelahiran yang semakin tinggi khususnya
negara-negara berkembang, sehingga kualitas lingkungan semakin merosot sebagai akibat
eksploitasi yang tak terkendali demi mencukupi kebutuhan manusia yang ikut meningkat.

Masalah kependudukan dan lingkungan dapat dipisahkan, namun keduanya


mempunyai kaitan erat. Untuk mengatasi permasalahan kependudukan dan lingkungan,
perlu pengenalan program Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup terhadap
masyarakat sejak dini.

Pendidikan formal mulai dari jenjang pendidikan SD hingga perguruan tinggi. Pada
masyarakat umum, Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup dapat diperkenalkan
melalui jalur pendidikan informal seperti melalui kegiatan keagamaan, perkumpulan profesi,
PKK, karang taruna, atau penjelasan dan informasi melalui media cetak dan elektronik.

Dengan adanya pengenalan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup


tersebut, diharapkan manusia bisa lebih bijak didalam memanfaatkan dan mengelola sumber
daya alam yang ada, baik pada waktu pengeksploitasiannya hingga pada tahap pengelolaan
dan penggunaannya, dengan tetap mengacu kepada konsep pembangunan berkelanjutan
dengan meminimalkan dampak dari pengelolaan tersebut. Sekaligus dapat menanamkan
pada setiap individu khususnya peserta didik dalam Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup tentang pengertian, kesadaran, sikap dan perilaku yang rasional serta
bertanggung jawab terhadap berbagai aspek kehidupan manusia khususnya hubungan timbal
balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Karena manusia merupakan bagian dari
lingkungan, apabila lingkungan rusak manusia akan mengalami masalah dalam
kelangsungan hidupnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti penting PKLH ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan PKLH ?
3. Apa pengertian dari PKLH ?
4. Apa tujuan dari PKLH ?
5. Bagaimana hubungan PKLH, program keluarga berencana dan sasaran
pendidikan ?
6. Bagaimana peranan Perguruan Tinggi dalam PKLH ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui arti penting PKLH.
2. Mengetahui sejarah perkembangan PKLH.
3. Mengetahui pengertian dari PKLH.
4. Mengetahui tujuan dari PKLH.
5. Mengetahui hubungan PKLH, program keluarga berencana dan sasaran
pendidikan.
6. Mengetahui peranan Perguruan Tinggi dalam PKLH.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti penting PKLH
Dua sumber masalah kehidupan di dunia yang menonjol sejak akhir abad ke dua
puluh adalah masalah kependudukan dan lingkungan hidup. Kedua masalah tersebut dapat
dibedakan namun tidak dapat di pisahkan. Hal ini disebabkan karena keduanya memiliki
keterkaitan yang erat. Aspek kependudukan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan
hidup, dan sebaliknya, kualitas lingkungan hidup berpengaruh terhadap aspek
kependudukan.
1. Salah satu masalah kependudukan yang di hadapi dunia, khususnya di negara-negara
berkembang, pada dasarnya sebagai akibat dari dua hal,yaitu :Tingkat kelahiran yang
tinggi disertai pendapatan perkapita yang rendah
2. Makin merosotnya kualitas lingkungan hidup sebagai akibat eksploitasi yang tak
terkendali.
Kedua hal tersebut menyebabkan kualitas penduduk yang rendah, sehingga oleh
sementara orang dikatakan sebagai adanya krisis lingkungan. Petambahan penduduk yang
tidak terkontrol akan membawa implikasi yang erat hubungannya dengan meningkatnya
kebutuhan hidup,yang meliputi aspek ekonomi, politik, kultural, serta keseimbangan
lingkungan.
Masalah tidak adanya keseimbangan lingkungan ini, terutama ditunjukkan oleh gejala
meningkatnya kerusakan unsur-unsur lingkungan seperti, rusaknya hutan, pemanasan
global, menipisnya lapisan ozon, bahaya banjir, meluasnya lahan kritis, dan pencemaran
lingkungan oleh bahan beracun dan berbahaya.

Dari permasalahan yang timbul oleh akibat aktifitas manusia yang merusak kualitas
lingkungan, maka sangat penting diadakan semacam upaya perbaikan dan pencegahan
terhadap kerusakan lingkungan. Dengan sosialisasi yang tepat dan menyeluruh kepada
seluruh lapisan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dalam menjaga dan
memelihara lingkungan. Jika dalam diri masyarakat tertanam sikap sadar akan pentingnya
lingkungan hidup bagi kehidupannya. Maka, mereka akan menjadi penjaga, bukan menjadi
perusak demi kepentingan pribadinya. Sehingga arti penting PKLH itu sendiri adalah studi
yang mengkaji unsur-unsur kependudukan dan lingkungan hidup serta pengaruhnya
terhadap berbagai aspek kehidupan.

B. Sejarah perkembangan PKLH


Komperensi kependudukan dunia yang pertama dilakukan oleh PBB pada tahun
1954 di Roma dalam suasana yang masih sangat hati-hati menyebutkan adanya masalah
kepadatan penduduk. Negara-negara anggota PBB sebagian besar tidak menyadari adanya
masalah kepadatan penduduk. Banyak ahli yang tidak sabar lagi dengan sikap negara-negara
anggota PBB yang karena agama atau jalur politiknya tidak ingin mengakui adanya masalah
kepadatan penduduk.

Dari tahun 1954 sampai 1965 laporan tentang berbagai tekanan yang disebabkan
oleh kepadatan penduduk dalam kehidupan politik, ekonomi, dan sosial dalam bentuk
angka-angka statistik membuka mata dunia akan adanya masalah kependudukan. Hal ini
tercermin dalam konperensi kependudukan Dunia ke II yang dilaksanakan oleh PBB di
Beograd pada tahun 1965. Sejak konperensi itulah maka masalah kependudukan dinyatakn
sebagai masalah dunia yang harus segera ditangani.

Pada hari Hak-hak Asasi Manusia tahun 1968 dicetuskan Deklarasi pemimpin-
pemimpin Dunia tentang Kependudukan. Deklarasi itu diterima sebagai Resolusi XVIII
dalam konperensi tentang Hak-hak Asasi Manusia di Teheran, Iran pada tanggal 12 Mei
1968. Presiden Soeharto merupakan salah seorang dari 30 orang kepala negara yang turut
menandatanganinya.
Persatuan Bangsa-Bangsa termasuk Indonesia mengadakan pernyataan bersama mengenai
kependudukan yang disampaikan kepada Sekretaris Jendral PBB U-Than tanggal 10
Desember 1966. Pernyataan tersebut berbunyi sebagai berikut:
Pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat sangat merintangi taraf hidup, kemajuan,
peningkatan kesehatan dan sanitasi, pengadaan perumahan dan alat-alat pengangkutan,
peningkatan kebudayaan, kesempatan berekreasi dan untuk banyak nagara merintangi
pemberian pangan yang cukup kepada rakyat. Ringkasnya cita- cita manusia seluruh dunia
untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik diganggu dan dibahayakan oleh pertumbuhan
penduduk yang tak dikendalikan.
Kami para pemimpin Negara-negara yang sangat memperhatikan masalah kependudukan
sependapaT, bahwa:
a. Masalah kependudukan perlu menjadi unsur utama dalam rencana pembangunan
jangka panjang bila negara itu ingin mencapai tujuan ekonomi yang dicita-citakan
oleh rakyat.
b. Sebagian orang dari para orang tua ingin memperoleh pengetahuan tentang cara-
cara merencanakan keluarga dan adalah hak tiap-tiap manusia untuk menentukan
jumlah dan menjarangkan kelahiran anaknya.
c. Perdamaian yang sesungguhnya dan kekal sangat bergantung pada cara kita
menanggulangi pertumbuhan penduduk.
d. Tujuan Keluarga Berencana adalah untuk memperkaya kehidupan umat manusia
bukan untuk mengekangnya; bahwa dengan keluarga berencana tiap-tiap orang akan
memperoleh kesempatan yang lebih baik untuk mencapai kemuliaan hidup dan
mengembangkan bakatnya.
e. Sadar bahwa gerakan keluarga berencana adalah untuk kepentingan keluarga dan
negara maka kami para penandatanganan sangat berharap pemimpin-pemimpin
seluruh dunia menyepakati pernyataan itu.

Deklarasi kependudukan tersebut, merupakan pangkal tolak dari dilaksanakan


program kependudukan atas dasar kebijakan kependudukan tiap Negara. Sekarang sebagian
besar dari negara-negara anggota PBB telah memiliki kebijakan kependudukan termasuk
Indonesia.
Dalam rangka Tahun Pendidikan Internasional pada tahun 1970, oleh UNESCO
telah diadakan suatu seminar antara negara-negara Asia di Bangkok untuk membahas suatu
masalah pendidikan kependudukan di mana Indonesia ikut serta ambil bagian secara aktif.
Sebagai kelanjutan dari seminar tersebut, maka pada akhir tahun 1970 itu juga,atas prakarsa
BPP (Sekarang BP3K) Departement pendidikan dan kebudayaan bekerja sama dengan
“Colombo plan” dan UNESCO, maka diadakan Seminar Nasional pendidikan
kependudukan I di Ciloto Puncak. Kedua kegiatan tersebut adalah sebagai titik tolak bagi
perkembangan program pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup (PKLH) di
Indonesia.

Di lihat dari perkembangannya, nampak jelas bahwa awalnya perhatian orang


terpusat pada sasaran pendidikan kependudukan. Hal ini disebabkan, permasalahan
kependudukan lebih dahulu di rasakan oleh penduduk bumi. Pendidikan kependudukan
merupakan salah satu usaha manusia untuk mengatasi berbagai masalah kependudukan.
Perkembangan gagasan Pendidikan kependudukan dapat diuraikan sebagai berikut:
Pada awal abad ke-20 di negara-negara industri muncul masalah:
a. Mengenai seksualitas, yaitu meningkatnya kelahira diluar perkawinan dan
munculnya penyakit kelamin. Masalah ini ditanggangi dengan program pendidikan
seks. Masalah semacam itu juga dialami oleh negara-negara berkembang di sekitar
tahun 60-an dan 70-an.
b. Kemudian sebagai respon terhadap kekhwatiran yang disebabkan oleh pengrusakan
lingkungan, maka dikembangkan program pendidikan lingkungan baik di negara
industri maupun negara yang sedang berkembang. Disamping itu muncul pula
bemacam-macam program pendidikan lainnya, seperti drug education, pendidikan
konsumen dan lain-lain.
c. Sebutan “Pendidikan Kependudukan” pertama kali digunakan oleh komisi
kependudukan Swedia (population commision of Swedia) pada tahun 1935 yang
disebabkan oleh masalah merosotnya angka kelahiran.
d. Masalah yang sama, yaitu meningkatnya angka pertumbuhan penduduk dan
implikasinya bagi program pendidikan, dialami pula oleh Amerika Serikat pada
tahun 1937 dan 1938. Para ahlo demografi menyarankan agat studi tentang penduduk
dimasukkan dalam kurikulum sekolah.
e. Di tahun 50-an dan 60-an dibeberapa negara dalam rangka program keluarga
berencana, dilancarkan informasi kepada orang-orang dewasa mengenai akibat-
akibat tingginya angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk. Pada perkumulan
keluarga berencana diadakan bagian “informasi, edukasi, dan komunikasi” (IEK)
atau “informasi, edukasi, dan motivasi” (IEM).
f. Program keluarga berencana di negara-negara sedang berkembang kerap kali
mengalami berbagai hambatan. Muncullah pendapat tentang perlunya pendidikan
untuk mengatasi berbagai hambatan itu. Pada waktu yang bersamaan di Asia para
perencana dan pemimpin masyarakat telah menyadari pentingnya pendidikan bagi
rakyat mengenai saling keterkaitan antara perkembangan sosial dan ekonomi dengan
gejala kependudukan. Untuk mencapai maksud tersebut, “sekolah” dipandang
sebagai institusi yang paling efektif.
g. Dari minat dan tekanan sosial tersebut di atas, maka masuklah pendidikan
kependudukan dalam program pendidikan di sekolah. Program nasional mengenai
pendidikan kependudukan di sekolah mulai bermunculan di mana-mana. Di Asia: di
India tahun 1969, kemudian Filiphina dan Korea Selatan tahun 1970. Di Amerika
Latin, eksperimen pendidikan kependudukan di mulai oleh Universitas Del Valle di
Callifornia, Columbia tahun 1967, serta dipusat latihan nasional di Chili pada akhir
tahun 60-an.
h. The United Nations Fund For Population Activities (UNFPA) memainkan peranan
penting bagi tersebarnya pengertian tentang konsep Pendidikan Kependudukan dan
penyediaan dana bagi pendidikan kependudukan sejak tahun 60-an. Selanjutnya,
mulai saat itu UNESCO mulai terlibat pada kegiatan kependudukan.
i. Pada tahun 1970 oleh Kantor UNESCO di Bangkok diadakan lokakarya pendidikan
yang diantara lain juga membicarakan tentang pendidikan kependudukan. Kantor
UNESCO menyelenggarakan dua lokakarya; tahun 1970 di Santiago tentang
pendidikan kependudukan, dan tahun yang sama di Afrika (Dakar) tentang
penduduk, pendidikan dan pembangunan.
j. Dalam lokakarya di Bangkok tahun 1970 di rumuskan defenisi resmi tentang
pendidikan kependudukan. Yang dimaksud pendidikan kependudukan adalah “ An
education programme wich provides for a study of the population situation in the
family, community, nation and world with the purpose of developing in the students
rational and responsible attitudes and behavior toward that situation”.
k. Dalam pertemuan Santiago 1970 seperti disebutkan di atas, ditetapkan prioritas dan
sasaran pendidikan kependudukan yang mencakup empat masalah sebagai berikut:
a) Manusia dan lingkungannya,
b) Situasi demografik dalam kaitannya dengan masalah ekonomi, sosial dan
budaya,
c) Partisipasi aktif dalam kehidupan ekonomik negara, termasuk produksi,
distribusi, serta konsumsi barang dan jasa,
d) Pendidikan keluarga dan seks.
l. Tiga tahun kemudian dalam suatu seminar regional dirumuskan definisi pendidikan
kependudukan sebagai berikut: “Population education has been defined as a
multidisciplinary educational effort wich reveals the factors that influence the
qualitative characteristic of the human population and which contributes to the
preparation of the individual in the areas of sexual education, family life education,
civics, population dynamics and environmental education, to the end that the
individual aware and responsible in defining his duty and participation in the
improvement of the quality of life in his culture daring his epoch”.
m. Pandangan Afrika yang dirumuskan dalam suatu pertemuan UNESCO tahun 1971
tentang penduduk, pendidikan dan pembangunan,” dirumuskan sebagai berikut: “In
the final analysis, therefore, population education only make sense if it part of
‘education for development ‘ that is, education keyed to serve the various sectoral
economic, social, cultural, policies which in turn form part of the overal
development strategy”.
n. Dalam tahun-tahun awal perkembangannya, yakni sekitar pertengahan atau akhir
tahun 60-an , pendidikan kependudukan terutama menjadi bagian program
pendidikan di sekolah. Dalam program pendidikan di liar sekolah , di negara-negara
sedang berkembang , gagasan pendidikan kependudukan diberikan kepada orang-
orang dewasa saja, tidak kepada anak-anak dan generasi muda. Pengembangan
program pendidikan kependudukan dalam pendidikan di luar lingkungan sekolah
merupakan gejala yang relatif baru, yaitu baru dimulai pada awal tahun 70-an.
Dalam hal ini badan-badan internasional seperti ILO, WHO, dan FAO mempunyai
andil dalam pengembangan program pendidikan kependudukan di luar sekolah.
Kegiatan WHO meliputi pelayanan keluarga berencana sampai kepada pendidikan
kesehatan, baik di sekolah maupun di luar sekolah; pengajaran tentang seksualitas di
sekolah bagi petugas kesehatan dan latihan bagi para personil.
o. Organisasi-organisasi non pemerintah (NGO) yang mempunyai peranan dalam
pengembangan pendidikan kependudukan di luar sekolah, antara lain: “World
Education, International Planned Parenthood Federation (IPPF), World Assembly of
Youth (WAY).
p. Sejalan dengan usaha pengembangan pendidikan kependudukan di Indonesia, yang
telah diperkenalkan dalam kegiatan seminar nasional pendidikan kependudukan I di
Ciloto Puncak tahun 1970, maka usaha pengembangan dan pengkoordinasian
kegiatan pendidikan kependudukan, baik untuk program sekolah maupun di luar
sekolah, didirikan Proyek Nasional Pendidikan Kependudukan (PNPK) dalam
lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
q. Perjanan selanjutnya masalah kehidupan yang di hadapi bangsa-bangsa di dunia
ternyata tidak hanya masalah kependudukan, tetapi juga masalah lingkungan hidup.
Masalah lingkungan hidup muncul sebagai akibat penduduk bertambah dengan cepat
dan mengakibatkan eksploitasi terhadap sumber daya alam sebagai unsur lingkungan
hidup semakin besar. Usaha pemanfaatan sumber daya ala untuk kepentingan hidup
manusia semakin meraja lela, namun sayangnya belum diimbangi usaha pelestarian
terhada potensi lingkungan hidup tersebut. Akibatnya muncul masalah lingkungan
hidup berupa rusaknya unsur-unsur lingkungan hidup (tanah, air, udara, sumber daya
alam) khususnya masalah berkurangnya potensi sumber daya alam dan pencemaran
lingkungan. Itu semua terjadi karena sikap dan budaya penduduk terhadap
kelestarian lingkungan kurang dipersiapkan melalui aspek pendidikan seperti halnya
penanganan masalah kependudukan. Oleh karena itu di Indonesia kemudian muncul
program Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH). Dalam hal ini
antara pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup menjafi satu kesatuan,
mengingat antara masalah kependudukan dan masalah lingkungan hidup bisa
dibedakan tetapi tidak bisa di pisahkan.
C. Pengertian PKLH
Saat ini banyak defenisi mengenai PKLH yang dikemukakan dan didasarkan pada
hasil-hasil berbagai konferensi dunia mengenai kependudukan maupun lingkungan hidup.
Secara umum PKLH didefenisiskan “apa saja yang mempengaruhi orang untuk menentukan
secara bertanggung jawab jumlah anak yang diinginkan dan waktu yang diperlukan untuk
mengasuh anak, serta yang dapat mempengaruhi orang untuk memiliki budaya peduli
terhadap kelestarian lingkungan hidup”.
PKLH mempunyai identitas sendiri, yaitu sebagai program pendidikan untuk
membina peserta didik agar memiliki sikap yang rasional dan bertanggungjawab terhadap
masalah-masalah kepen-dudukan dan lingkungan hidup yang ada di sekitar, nasional,
maupun global. (Widyastuti, 2002) (Refo)

D. Tujuan PKLH
Tujuan umum PKLH adalah sebagai berikut :
1. Agar anak didik memiliki pengertian dan kesadaran mengenai faktor-faktor
penyebab perkembangan penduduk yang cepat serta interaksi yang erat antara
perkembangan penduduk dengan program pembangunan untuk menaikkan taraf
hidup masyarakat.
2. Agar anak didik memiliki pengertian dan kesadaran akan sebab akibat dari besar-
kecilnya keluarga terhadap situasi kehidupan dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat.
3. Agar anak didik memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku, yang rasional dan
bertanggung jawab dalam meghadapi masalah kependudukan dan lingkungan, baik
dalam lingkup keluarga, masyarakat, kawasan lokal, nasional, maupun global.
Bersumber dari tujuan umum tersebut, dapat dijabarkan sejumlah tujuan khusus yang
secara operasional dihubungkan dan disesuaikan dengan situasi serta kondisi sasaran
peserta didik yang dihadapi, seperti :
1. Mengembangkan kebiasaan menjaga kebersihan dirinya dan kebersihan lingkungan
keluarga.
2. Mengembangkan pengertian terhadap kesulitan yang dihadapi oleh keluarga-
keluarga besar yang penghasilannya kecil.
3. Mengembangkan kesadaran tentang perilaku mempunyai keluarga kecil agar dapat
memberikan kesejahteraan yang lebih baik kepada seluruh anggotanya.
4. Mengembangkan pengertian antara besarnya keluarga dan standar kehidupan.
5. Kesediaan untuk menerima tanggung jawab bagi perbaikan dan peningkatan hidup
keluarga, lingkungan, masyarakat, dan Negara.
6. Mengembangkan dasar bertanggung jawab kearah keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara manusia dan lingkungannya baik lingkungan alam maupun
lingkungan sosialnya.
7. Mengembangkan dasar pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam pendayagunaan,
pelestarian dan peningkatan daya dukung sumber daya yang ada.
8. Berpartisipasi aktif, baik secara individual maupun secara bersama dalam kegiatan
yang berhubungan dengan perbaikan lingkungan.
9. Mengenai masalah lingkungan dan mengembangkan keterampilan untuk
memperkecil akibat buruk dari masalah lingkungan yang ada.
E. Hubungan PKLH, Program Keluarga Berencana, dan Sasaran Pendidikan
Program keluarga berencana secara umum mempunyai tujuan untuk turut
menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi masyarakat melalui usaha
menurunkan tingkat kelahiran. Diharapkan melalui program KB terdapat kenaikan
taraf hidup bagi individu, keluarga, maupun masyarakat.
Terdapat dua cara yang dipergunakan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN)
Demi mencapai tujuan program keluarga berencana antara lain melalui
kegiatan bimbingan yang mampu diterima keluarga kecil dalam masyarakat melalui
PKLH. Sasaran umum dan factor-faktor yang menentukan adalah melalui empat taraf
dan empat tahap, yaitu:
a. Taraf dan tahap pengetahuan dan pembahasan;
b. Taraf dan tahap penilaian dan pertimbangan;
c. Taraf dan tahap pengambilan keputusan;
d. Taraf dan tahap respon atau tindakan.
Taraf dan tahap rumusan sasaran umum PKLH berlaku bagi pendidikan di
sekolah maupun di luar sekolah.

1
F. Peranan Perguruan Tinggi dalam PKLH
Ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perguruan tinggi dalam
pengembangan implementasi PKLH, sebagai berikut :
a. Perguruan tinggi sebagai lembaga penelitian akan sangat menguntungkan bagi
perbaikan pelaksanaan terutama teknis edukatif dari pengajaran PKLH.
b. Perguruan tinggi sebagai pelopor pembaruan yang rasional, sangat diharapkan
pemikiran-pemikiran itu tidak terpisah dari masyarakat sekitarnya. Perguruan
tinggi melalui mahasiswa dan para pendidiknya adalah merupakan pembawa
inovasi-inovasi bagi masyarakat.
c. Perguruan tinggi sebagai lembaga pengabdian masyarakat, melalui kuliah
kerja nyata dapat menyampaikan ide-ide langsung kepada masyarakat,
khususnya masyarakat yang rawan bagi program keluarga berencana,
transmigrasi, dan lingkungan hidup.
d. Perguruan tinggi sebagai pendidik calon pemimpin bangsa, diharapkan
melalui bangku kuliah sudah dapat ditanamkan sikap yang dibutuhkan dalam
pembangunan.
e. Khusus perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga kependidikan, dapat
mencetak guru sebagai guru, guru mebawa misi pendidikan kependudukan
dan lingkungan hidup di mana pun kesempatan yang ada.
Peranan Pendidikan (PKLH)
Pendidikan berusaha mengubah tingkah laku peserta didik dalam berpikir,
bersikap dan bertingkah laku. Peserta didik diusahakan sejak dini untuk berpikir dan
bertindak arif terhadap lingkungan. Pendidikan harus diarahkan unuk meningkatkan
kemampuan manusia dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
kepadatan peduduk. PKLH harus diberikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan
baik formal maupun non formal. Sasaran PKLH diarahkan pada kesadaran,
pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan evaluasi, dan partisipasi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) adalah suatu
program pendidikan untuk membina anak atau peserta didik agar memiliki pengertian
kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab tentang
pengaruh timbal balik antara penduduk dengan lingkungan hidup dalam berbagai
askep kehidupan manusia.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kaitannya dengan
pengelolaan dan pelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Pendidikan berusaha
mengubah tingkah laku siswa dalam berpikir dan bertingkah laku.
PKLH dilaksanakan pada semua tingkat dan lingkungan sekolah untuk
membentuk rasa tanggung jawab atas keadaan lingkungan, serta bagaimana
memantau, memelihara, dan memperbaiki lingkungan.
PKLH mempunyai misi dalam upaya pendewasaan seseorang, yang dalam hal
ini adalah peserta didik agar berperilaku yang rasional dan bertanggung jawab tentang
masalah kependudukan dan lingkungan.

B. SARAN
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, namun kami berharap
makalah ini tetap memberikan manfaat. Selain itu kami juga berharap pembaca
berkenan memberikan masukan baik kritikan maupun saran.
1

Anda mungkin juga menyukai