Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terletak di daerah
khatulistiwa dengan luas lautnya yang mencapai 3.166.163 km2 dengan pantai
sepanjang 81.000 km. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di bidang
perikanan dan kelautan karena ditunjang dengan kondisi iklim tropis yang
memungkinkan untuk tempat tumbuhnya berbagai jenis tanaman laut.
Diperkirakan Indonesia memiliki sekitar 555 jenis tanaman air dan 21 jenis
diantaranya berguna sebagai bahan makanan dan memiliki nilai ekonomis sebagai
komoditas perdagangan. Salah satu jenis tanaman laut adalah alga(Subandi, 2010)
Alga adalah biota laut yang umumnya tumbuh melekat pada substrat tertentu,
tidak memiliki akar, batang, maupun daun sejati tetapi hanya menyerupai batang
yang disebut thallus. Alga diklasifikasikan berdasarkan pigmen yang ada di
dalamnya. Salah satunya adalah alga merah. Alga merah atau Rhodophyta adalah
salah satu filum dari algae berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Alga mera
hidup di laut dan memiliki bentuk tubuh seperti rumput sehingga sering disebut
rumput laut. Walaupun sebagian besar alga merah hidup di laut yang beriklim
tropis, tetapi ada juga sebagian kecil yang hidup di air tawae yang dingin dengan
aliran deras dan banak oksigen(Lestari 2009). Alga merah berwarna merah, ungu,
dan kemerah-merahan. Alga merah mengandung klorofil a, klorofil b, karotenoid.
Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fikoeritrin yang merupakan
pigmen utama fluoresensi pada alga merah(Rachmawati dkk, 2009)
2. RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang dimaksud dengan alga?
B. Bagaimana klasifikasi dan karakteristik alga merah?
C. Bagaimana cara reproduksi alga merah?
D. Apa saja peran dan manfaat alga merah
3. TUJUAN
A. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan alga
B. Menyebutkan dan menjelaskan klasifikasi serta karakteristik alga merah
C. Menyebutkan dan menjelaskan cara reproduksi alga merah
D. Menyebutkan dan menjelaskan peran serta manfaat alga merah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Alga
Alga adalah organisme autotrof tingkat rendah yang tidak dapat dibedakan
struktur utamanya (akar, batang, daun). Alga merupakan salah satu sumber daya alam
yang memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Istilah algae berasal dari Bahasa
Latin “alga” yang berarti ganggang laut atau yang lebih populer dengan istilah rumput
laut. Ilmu yang mempelajari alga disebut Algologi (Rasyid, 2004). Alga merupakan
tumbuhan yang terdapat di laut, dan berupa organisme pada tingkat trofik rendah atau
produsen primer pada suatu ekosistem perairan laut. Tumbuhan ini dapat melakukan
fotosintesis serta menghasilkan senyawa yang dibutuhkan oleh kehidupan berbagai
organisme dalam perairan. Faktor utama yang mempengaruhi kehidupan tumbuhan ini,
yaitu: cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis, dan substrat untuk melekat
(Suantika, 2007).

2.2. Jenis dan Karakteristik Alga


Klasifikasi Alga Merah (Rhodophyta) menurut Integrated Taxonomic Information
System (2019) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Biliphyta

Division : Rhodophyta

Menurut Asriyana dan Yuliana (2012), makroalga dapat digolongkan menjadi


tiga kelompok, yaitu:
a. Alga hijau (Chlorophyceae)
Ganggang hijau atau Chlorophyta sesuai dengan namanya, kelompok dari
alga ini berwarna hijau berasal dari pigmen pada kloroplas. Kloroplas
mengandung pigmen yang digunakan untuk fotosintesis, yaitu klorofil-a dan
klorofil-b serta berbagai karotenoid. Alga hijau menghasilkan dinding sel yang
sebagian besar terdiri dari karbohidrat yang berselulosa (Suantika, 2007).
Chlorophyta merupakan divisi terbesar dari semua divisi alga, sekitar 6500
jenis anggota divisi ini telah berhasil diidentifikasi. Divisi Cholorophyta
tersebar luas dan menempati beragam substrat seperti tanah yang lembab,
batang pohon, batuan basah, danau, laut hingga batuan bersalju. Sebagian besar
(90%) hidup di air tawar dan umumnya merupakan penyusun komunitas
plankton. Sebagian kecil hidup sebagai makro alga di air laut (Palallo, 2013)
b. Alga cokelat (Phaeophyceae)
Alga cokelat merupakan tumbuhan laut dan hanya sebagian kecil saja yang
hidup di air tawar, alga coklat memiliki ukuran terbesar bila dibandingkan
dengan kelompok rumput laut lain, dan memiliki keunikan yaitu bentuknya
yang beragam. Alga cokelat ini terdiri dari klorofil yang ditutupi oleh pigmen
kuning dan cokelat yaitu santofil, karoten, dan fukosantin (Suantika, 2007).
Kelompok alga cokelat memiliki bentuk yang bervariasi tetapi sebagian
besar jenis-jenisnya berwarna cokelat atau pirang. Warna tersebut tahan dan
tidak berubah walaupun alga ini mati atau kekeringan. Hanya pada beberapa
jenis warnanya pada sargassum, warnanya akan sedikit berubah menjadi hijau
kebiru-biruan apabila mati kekeringan. Ukuran talus maupun rumpun dari
beberapa jenisnya sudah lebih tinggi dari jenis-jenis alga merah dan hijau, dan
dapat mencapai sampai sekitar tiga meter (Palallo, 2013).
c. Alga merah (Rhodophyceae)

Alga merah di perairan pada umumnya terdapat di daerah bawah litoral


dengan cahaya yang sangat kurang. Umumnya alga merah berukuran kecil,
memiliki pigmen-pigmen kromatofor yang terdiri dari klorofil, santofil,
karotena, fikoeritrin, dan fikosianin. Sekelompok tumbuhan ini ada yang
disebut koralin yang dapat menyerap zat kapur dari air laut dan strukturnya
menjadi sangat keras. Biasanya koralin dapat dijumpai pada terumbu karang
dan membentuk kerak merah muda pada batu karang dan batu cadas (Suantika,
2007).

Alga merah mendominasi tumbuhan laut. Warna yang dimiliki alga merah
paling mencolok jika dibandingkan dengan kelompok lainnya, ada yang
berwarna merah ungu, violet, coklat, dan hijau. Pigmen dari kromatofor terdiri
dari klorofil, santofil, karotin dan sebagai tambahan fikoeritrin merah atau
fikosianin. Alga merah ini meskipun berukuran kecil, namun memiliki bentuk
yang beranekaragam jika dibandingkan dengan alga coklat, dan memiliki
jumlah yang lebih banyak. Sifat yang dimiliki oleh alga merah yang sangat
menarik adalah perkembangbiakan, karena alga merah tidak memiliki spora
ataupun gamet. Hal ini menyimpang dari kebiasaan perkembangbiakan jasad
hidup didalam air (Juwana & Rohmimohtarto, 2001).

2.3. Peran dan Manfaat Alga

Alga dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam banyak cara, seperti negara
yang memiliki banyak alga merah dan alga cokelat, organisme ini dapat digunakan
sebagai pupuk. Banyak alga mensintesis vitamin A dan D dengan dimakannya alga
oleh ikan, maka vitamin-vitamin itu nantinya akan disimpan dalam organ ikan itu dan
diekstraksi ataupun digunakan secara langsung sebagai sumber yang kaya akan vitamin
bagi konsumsi manusia. Alga dapat dimanfaatkan sebagai makanan, terutama di negara
Timur.

Orang Jepang membudidayakan dan memanen Porphyra, suatu ganggang


merah, sebagai tanaman pangan. Ganggang merah menghasilkan dua produk
polisakarida yang penting yaitu karegen (lumut Irlandia) dan agar. Keduanya ini
digunakan untuk bahan pengemulsi, pembentuk sel, dan pengental dalam banyak
makanan kita. Spesies alga ada yang menjadi hama pada tumbuhan tingkat tinggi,
sebagai contoh ganggang hijau Cephaleuros menyerang kopi, lada, cengkeh, jeruk dan
lain-lain di daerah tropika dan menimbulkan banyak kerusakan (Pelczar & Michael,
2013).

Secara ekologi, komunitas makroalga mempunyai peranan dan manfaat


terhadap lingkungan sekitarnya, yaitu: sebagai tempat asuhan dan perlindungan bagi
jenis – jenis ikan tertentu (nursery grounds), tempat pemijahan (spawning grounds),
dan sebagai tempat mencari makanan alami ikan-ikan dan hewan (feeding grounds).
Dari segi ekonomi, makroalga adalah produk alami yang merupakan komoditi yang
sangat baik untuk dikembangkan mengingat kandungan kimia yang dimilikinya.

Makroalga dimanfaatkan secara luas baik dalam bentuk bahan mentah (raw
material) seluruh bagian tumbuhan maupun dalam bentuk olahan. Dalam bentuk bahan
mentah, di Indonesia alga digunakan sebagai lalapan, sayuran, manisan dan asinan,
kemudian dari segi biologis, makroalga mempunyai andil yang besar dalam
meningkatkan produktivitas primer, penyerap bahan polutan, penghasil bahan
makanan dan sumber produksi oksigen bagi organisme akuatik di lingkungan perairan
(Lase, 2014).

Reproduksi Alga Merah

Aseksual

…….
Seksual

1. biphasic

Siklus biphasic dimulai dari gametofit lalu menghasilkan gamet jantan (spermatium)
dan gamet betina (carpogonium) kemudian mengalami fertilisasi (peleburan) berubah
menjadi zigot berkembang manjadi karpospora. Selanjutnya menghasilkan dua fase
yaitu fase gametofit haploid (n) yang menghasilkan gamet dan fase sporofit diploid
(2n) yang menghasilakn spora. Selanjutnya mengalami miosis dan kembali lagi ke
tahap awal.

2.

Siklus Triphasic
Dimulai dari gametofit jantan yang menghasilkan spermatium dan gametofit betina
yang menghasilkan karpogonium terjadi proses fertilisasi menghasilkan karposporofit
menjadi karpospora yang menghasilkan gametofit haploid (n) dan sporofit diploid
(2n) yang menghasilkan tetrasporofit berkembang menjadi tetrasporangium kemudian
mengalami miosis berubah menjadi tetraspora dan kembali ke tahap awal
2. triphasic
BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Asriyana, & Yuliana. (2012). Produktivitas Perairan. Jakarta: Bumi Akasara.

Juwana, S., & Rohmimohtarto, K. (2001). Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Lase, M. (2014). Keanekaragaman Makroalga di Sekitar Pantai Desa Fodo, Kota Gunungsitoli.
Jurnal Departemen Biologi FMIPA USU.

Palallo, A. (2013). Distribusi Makroalga pada Ekosistem Lamun dan Terumbu Karang di Pulau
Bone Batang, Kec. Ujung Tanah, Kelurahan Barrang Lompo, Makassar. E- Jurnal
Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Hassanudin, 13.

Pelczar, J., & Michael, J. (2013). Dasar- Dasar Mikrobiologi I. (R. S. Hadioetomo, Trans.)
Jakarta: UI- Press.

Rasyid, A. (2004). Berbagai Manfaat Algae. Oseana, XXIX(3), 9-15.

Suantika, G. (2007). Biologi Kelautan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai