Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi adalah satu hal komplek
yang melibatkan banyak faktor yang saling mempengaruhi, yaitu
hemodinamik, struktural, neuroendokrin, seluler, dan faktor molekuler. Di
satu sisi, faktor-faktor ini memegang peranan dalam perkembangan hipertensi
dan komplikasinya, di sisi lain peningkatan tekanan darah itu sendiri dapat
memodulasi faktor-faktor tersebut. Penyulit utama pada penyakit jantung
hipertensi adalah hipertrofi ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung
dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh perifer dan beban akhir
ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat
dan lamanya peningkatan diastol. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti
rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin sebagai
penunjang saja. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas. Fungsi pompa
ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi
dan terjadinya aterosklerosis koroner. (Riaz, 2008)
2
5. Apa tatalaksana yang didapatkan pasien penderita HHD di masyarakat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui etiologi HHD yang dialami pasien dimasyarakat.
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis HHD yang dialami pasien
dimasyarakat.
3. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pasien
penderita HHD dimasyarakat.
4. Untuk mengetahui komplikasi yang dialami pasien setelah mengalami
HHD dimasyarakat.
5. Untuk mengetahui tatalaksana yang didapatkan pasien penderita HHD di
masyarakat.
1.4 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jantung
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan, yaitu epikardium (lapisan paling
luar), miokardium (lapisan bagian tengah), dan endokardium (lapisan paling
dalam). Seperti yang telah disebutkan di atas, lapisan epikardium merupakan
lapisan viseral perikardium serosa yang disusun oleh mesotelium dan jaringan
ikatlunak, sehingga tekstur permukaan luar jantung terlihat lunak dan licin.
Miokardium merupakan jaringan otot jantung yang menyusun hampir 95%
dinding jantung. Miokardium bertanggung jawab untuk pemompaan jantung.
Meskipun menyerupai otot rangka, otot jantung ini bekerja involunter seperti otot
polos dan seratnya tersusun melingkari jantung. Lapisan terdalam dinding
4
jantung, endokardium, merupakan lapisan tipis endotelium yang menutupi lapisan
tipis jaringan ikat dan membungkus katup jantung.
(Tortora, 2012)
5
trabeculae carneae. Ventrikel kanan dan ventrikel kiri dipisahkan oleh
septuminterventrikular. Darah mengalir dari ventrikel kanan melewati katup
pulmonal ke arteri besar yang dinamakan trunkus pulmonal. Darah dari trunkus
pulmonal kemudian dibawa ke paru – paru. Atrium kiri memiliki ketebalan yang
hampir sama dengan atrium kanan dan membentuk hampir keseluruhan pangkal
dari jantung. Darah dari atrium kiri mengalir ke ventrikel kiri melewati katup
bikuspid (mitral) atau katup AV kiri. Ventrikel kiri merupakan bagian tertebal dari
jantung, ketebalan sekitar 10 – 15 mm (0,4 – 0,6 in.) dan membentuk apeks dari
jantung. Sama dengan ventrikel kanan, ventrikel kiri mempunyai trabeculae
carneae dan chordae tendineae yang menempel pada muskulus papilaris. Darah
dari ventrikelkiri ini akan melewati katup aorta ke ascending aorta. Sebagian
darah akan mengalir ke arteri koroner dan membawa darah ke dinding jantung
(Moore, 2013).
a. Siklus Jantung
Siklus jantung terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi)
dan diastol (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami
siklus sistol dan diastol yang terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi
ke seluruh jantung, sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi jantung.
Selama diastol ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan
diastol. Karena aliran masuk darah yang kontinu dari sistem vena ke dalam
atrium, tekanan atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik
tersebut melemas. Karena perbedaan tekanan ini, katup AV terbuka, dan darah
mengalir langsung dari atrium ke dalam ventrikel selama diastol ventrikel.
Akhirnya,volume ventrikel perlahan – lahan meningkat bahkan sebelum atrium
berkontraksi.Pada akhir diastol ventrikel, nodus sinoatrium (SA) mencapai
ambang dan membentuk potensial aksi. Impuls menyebar ke seluruh atrium dan
menimbulkan kontraksi atrium. Setelah eksitasi atrium, impuls berjalan melalui
nodus AV dan sistem penghantar khusus untuk merangsang ventrikel. Ketika
kontraksi ventrikel dimulai, tekanan ventrikel segera melebihi tekanan atrium.
6
Perbedaan tekanan yang terbalik inilah yang mendorong katup AV tertutup.
Curah jantung (cardiac output) adalah volume darah yang dipompa oleh
tiap – tiap ventrikel per menit (bukan jumlah total darah yang dipompa oleh
jantung). Selama satu periode waktu tertentu, volume darah yang mengalir
melalui sirkulasi paru ekivalen dengan volume darah yang mengalir melalui
sirkulasi sistemik. Dengan demikian, curah jantung dari kedua ventrikel dalam
keadaan normal identik, walaupun apabila dibandingkan denyut demi denyut,
dapatterjadi variasi minor. Dua faktor penentu curah jantung adalah kecepatan
denyut jantung (denyut per menit) dan volume sekuncup (volume darah yang
dipompa per denyut). Kecepatan denyut jantung rata – rata adalah 70 kali per
menit, yang ditentukam oleh irama sinus SA, sedangkan volume sekuncup rata –
rata adalah 70 ml per denyut, sehingga curah jantung rata – rata adalah 4.900
ml/menit atau mendekati 5 liter/menit.
7
Kecepatan denyut jantung terutama ditentukan oleh pengaruh otonom pada
nodus SA. Nodus SA dalam keadaan normal adalah pemacu jantung karena
memiliki kecepatan depolarisasi spontan tertinggi. Ketika nodus SA mencapai
ambang, terbentuk potensial aksi yang menyebar ke seluruh jantung dan
menginduksi jantung berkontraksi. Hal ini berlangsung sekitar 70 kali per menit,
sehingga kecepatan denyut rata – rata adalah 70 kali per menit. Jantung dipersarafi
oleh kedua divisi sistem saraf otonom, yang dapat memodifikasi kecepatan serta
kekuatan kontraksi. Saraf parasimpatis ke jantung yaitu saraf vagus mempersarafi
atrium, terutama nodus SA dan nodus atrioventrikel (AV). Pengaruh sistem saraf
parasimpatis pada nodus SA adalah menurunkan kecepatan denyut jantung,
sedangkan pengaruhnya ke nodus AV adalah menurunkan eksitabilitas nodus
tersebut dan memperpanjang transmisi impuls ke ventrikel. Dengan demikian, di
bawah pengaruh parasimpatis jantung akan berdenyut lebih lambat, waktu antara
kontraksi atrium dan ventrikel memanjang, dan kontraksi atrium melemah.
8
sebelum kontraksi. Peningkatan panjang menghasilkan gaya yang lebih kuat,
sehingga volume sekuncup menjadi lebih besar. Hubungan antara volume
diastolik akhir dan volume sekuncup ini dikenal sebagai hukum Frank-Starling
pada jantung.
9
2.3 Epidemiologi Hypertensi Heart Disease
10
pula ada predesposisi genetik. Mekanisme lain yang dikemukakan mencakup
perubahan-perubahan berikut: (1) eksresi natrium dan air oleh ginjal, (2) kepekaan
baroreseptor, (3) respons vaskular, dan (4) sekresi renin. 5% penyakit hipertensi
terjadi sekunder akibat proses penyakit lain seperti parenkim ginjal atau
aldosteronisme primer. (Price, 2006)
11
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Isolatedsystolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90
(Nurhaidar,2010)
(Nurhaidar,2010)
12
Kategori Tekanan dan/ Tekanan
Tekanan Darah Darah Sistol atau Darah Diastol
menurut JNC 8 (mmHg) (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120-139 atau 80-89
Stadium 1 140-159 atau 90-99
Stadium 2 ≥ 160 atau ≥ 100
(Rahmawati,2006)
Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang
sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan
resiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan
klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi (Sani, 2008).
13
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu
hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah
keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya
ditemukan pada saat penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah
keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan
kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak,
jantung dan ginjal.(Nurhaedar, J. 2010)
14
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.(Price, 2006)
Pada pasien dengan hipertensi yang lama dan tidak terkontrol, hipertrofi
ventrikel kiri merupakan kompensasi jantung menghadapi tekanan darah tinggi
ditambah dengan faktor neurohormonal yang ditandai oleh penebalan konsentrik
otot jantung (hipertrofi konsentrik). Fungsi diastolik akan mulai terganggu akibat
dari gangguan relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi ventrikel kiri
(hipertrofi eksentrik). Rangsangan simpatis dan aktivitas sistem RAA memacu
mekanisme Frank-starling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel sampai
tahap tertentu dan pada akhirnya akan terjadi gangguan kontraksi miokard.
Iskemik miokard, penyakit jantung koroner, dan gagal jantung juga merupakan
penyakit jantung yang dapat disebabkan oleh hipertensi. (Panggabean, 2009)
(Panggabean, 2009)
15
Gejala penyakit jantung hipertensi tergantung pada durasi, tingkat
keparahan, dan jenis penyakit. Selain itu, pasien mungkin atau mungkin tidak
menyadari kehadiran hipertensi, itulah sebabnya hipertensi dijuluki sebagai "silent
killer."
16
Beberapa istilah dalam gagal jantung, yakni:
17
Gagal jantung kanan terjadi kalau kelainannya melemahkan
ventrikel kanan seperti pada hipertensi pulmonal primer/sekunder,
tromboemboli paru kronik sehingga terjadi kongesti vena sistemik
yang menyebabkan edema perifer, hepatomegali, dan distensi vena
jugularis.
Kriteria Major
Paroksimal noktural disepnea
Distensi vena leher
Ronki paru
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Peninggian tekanan vena jugularis
Refluks hepatojugular
Kritreria Minor
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dispnea d’effort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardia (>120/menit)
18
(Panggabean, 2009)
1. Dispnea
2. Orthopnea
3. Dispnea paroksismal (nokturnal)
4. Pernapasan Cheyne-Stokes
5. Kelelahan, kelemahan, dan berkurangnya kapasitas exercise
6. Gejala serebral
(Isselbacher, 2013)
19
2. Dispnea (bukan ortopnea atau PND)
3. Penurunan kapasitas aktivitas
4. Nyeri dada
Tanda
1. Denyut nadi (aritmia takikardia)
2. Peningkatan JVP
3. Edema
4. Hepatomegali
5. Gerakan bergelombang parasternal
6. S3 atau S4 RV
7. Efusi pleura
(Gray, 2005)
3. Coronary Artery Disease
Iskemia Miokard
Iskemia miokard dapat terjadi akibat kombinasi akselerasi proses
aterosklerosis dengan kebutuhan oksigen jantung akibat HVK. HVK,
iskemia miokard dan gangguan fungsi endotel merupakan faktor utama
kerusakan miosit pada penderita hipertensi. (Panggabean, 2006)
Angina Pektoris
Angina pektoris adalah nyeri dada yang timbul karena iskemia
miokard, terjadi bila suplai oksigen tidak dapat memenuhi kebutuhan
miokard. Penyebab paling sering iskemia miokard adalah
aterosklerosis, sumbatan pada arteri dapat pula disebabkan oleh faktor
lain yang bukan aterosklerosis, misalnya kelainan bawaan pada
pembuluh darah koroner, jembatan miokard, arteritis koroner dan
penyakit koroner akibat radiasi. Dapat pula terjadi tanpa adanya
sumbatan koroner seperti pada stenosis katup aorta, kardiomiopati
hipertrofik dan kardiomiopati dilatasi idiopatik. (Rilantono, 2013)
Angina pektoris adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia
miokard. Biasanya mempunyai karakteristik tertentu:
20
Lokasinya, biasanya di dada, substernal atau sedikit dikirinya,
dengan penjalaran keleher, rahang, bahu kiri sampai dengan lengan
dan jari-jari bagian ulnar, punggung atau pundak kiri.
Kualitas nyeri, biasanya merupakan nyeri tumpul seperti tertindih
didada, rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari bawah diafragma,
seperti diremas-remas atau dada mau pecah dan biasanya pada keadaan
yang berat disertai keringat dingin dan sesak napas.
Kuantitas nyeri, nyeri yang pertama kali dapat biasanya agak
nyata dari beberapa menit sampai kurang dari 20 menit. Bila lebih dari
20 menit harus dipertimbangkan (angina pektoris tidak stabil).
(Rahman, 2006)
(Trisnohadi, 2006)
21
Pada Angina Pektoris Stabil, nyeri dada yang tadinya agak berat
berangsur-angsur turun kuantitas dan intensitas nyerinya dengan atau
tanpa pengobatan, kemudian menetap (misalnya beberapa hari sekali, atau
baru timbul pada beban/stress yang tertentu atau lebih berat dari sehari-
harinya). Pada sebagian pasien nyeri dada bahkan berkurang terus sampai
akhirnya menghilang, yaitu menjadi asimptomatik. (Rahman, 2006)
22
Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar,
ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan
dipelintir.
Penjalaran : biasanya di lengan kiri, dapat juga keleher,
rahang bawah, gigi, punggung/interskapula, perut dan dapat
juga kelengan kanan.
Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat.
Faktor pencetus: latihan fisik, stress emosi, udara dingin
dan sesudah makan
Gejala penyerta : mual, muntah, sulit bernapas, keringat
dingin, cemas dan lemas.
(Alwi, 2009)
4. Aritmia Jantung
Irama jantung normal adalah irama yang berasal dari nodus SA,
yang datang secara teratur dengan frekuensi antara 60-100/menit, dan
dengan hantaran tak mengalami hambatan pada tingkat manapun, maka
irama jantung lainnya dapat dikatakan sebagai aritmia. Jadi yang dapat
didefinisikan sebagai aritmia adalah:
Palpitasi
Sinkop
23
Angina
Kematian jantung mendadak
Gagal jantung terutama dengan atrial fibrilasi disfungsi diastolik
(Yogiantoro, 2006)
2.8.1 Riwayat
24
diabetes, inaktivitas fisik
Bukti-bukti hipertensi sekunder: riwayat penyakit ginjal; perubahan penampilan;
kelemahan otot; palpitasi, tremor; banyak berkeringan, sulit tidur, perilaku
mendengkur, somnolens siang hari; gejala-gejala hipo atau hipertiroidisme;
penggunaan agen-agen yang dapat meningkatkan tekanan darah
Bukti-bukti kerusakan organ target: riwayat TIA, stroke, kebutaan transien; angina,
infark miokardium, gagal jantung kongestif; fungsi seksual
Komorbiditas lain
(Yogiantoro, 2006)
25
praktik klinis dan lazim disimpan bagi pasien yang dicurigai mengalami
white coat hypertension. JNC 8 juga telah merekomendasikan
pengawasan ambulatorik untuk resistensi terhadap penanganan, hipotensi
simptomatik, kegagalan otonom, dan hipertensi episodik.
Habitus tubuh, seperti tinggi dan berat badan, harus dicatat. Pada
pemeriksaan awal, tekanan harus diukur pada kedua lengan, dan lebih baik
pada posisi terlentang, duduk dan berdiri untuk mengevaluasi keberadaan
hipotensi postural. Bahkan jika nadi femoral teraba normal, tekanan
arterial harus diukur sekurangnya sekali pada ekstremitas inferioir pada
pasien di mana hipertensi ditemui sebelum usia 30 tahun. Kecepatan detak
jantung juga harus dicatat. Individu hipertensif memiliki peningkatan
prevalensi untuk mengalami fibrilasi atrial. Leher harus dipalpasi untuk
mencari pembesaran kelenjar tiroid, dan para pasien harus diperiksa untuk
tanda-tana hipo dan hipertiroidisme. Pemeriksaan pembuluh darah dapat
menyediakan petunjuk mengenai penyakit vakular yang mendasari dan
harus menyertakan pemeriksaan funduskopik, auskultasi untuk bruit di
arteri karotid dan femoral, dan palpasi denyut nadi femoral dan pedal
(pedis). Retina adalah satu-satunya jaringan di mana arteri dan arteriol
dapat diamati secara langsung. Seiring peningkatan tingkat keparahan
hipertensi dan penyakit atherosklerotik, perubahan funduskopik progresif
antara lain seperti peningkatan refleks cahaya arteriolar, defek
perbandingan arteriovenous, hemorrhagi dan eksudat, dan, pada pasien
dengan hipertensi maligna, papiledema. Pemeriksaan pada jantung dapat
mengungkapkan bunyi jantung kedua yang menguat karena penutupan
katup aorta dan suatu gallop S4 yang dikarenakan kontraksi artrium
terhadap ventrikel kiri yang tidak seiring. Hipertropi ventrikel kiri dapat
terdeteksi melalui keberadaan impuls apikal yang menguat, bertahan, dan
bertempat di lateral. Suatu bruit abdominal, terutama bruit yang
berlateralisasi dan terjadi selama sistole ke diastole, meningkatkan
kemungkinan hipertensi renovaskular. Ginjal pasien dengan penyakit
26
ginjal polikistik dapat dipalpasi di abdomen. Pemeriksaan fisis harus
menyertakan pemeriksaan tanda-tanda CHF dan pemeriksaan
neurologis.(Panggabean M. 2006)
27
selanjutnya fisiologi. Pendekatan ini tentu saja didasarkan pada
pemahaman mengenai apa yang dimaksud dengan normal.
2.8.5.2 Elektrokardiografi
28
Gelombang kompleks QRS. Gelombang kompleks QRS ialah suatu
kelompok gelombang yang merupakan hasil depolarisasi ventrikel kanan
dan kiri. Gelombang kompleks QRS pada umumnya terdiri dari
gelombang Q yang merupakan gelombang ke bawah yang pertama,
gelombang R yang merupakan gelombang ke atas yang pertama, dan
gelombang S yang merupakan gelombang ke arah bawah pertama setelah
gelombang R.
Gelombang U.Gelombang ini berukuran kecil dan sering tidak ada. Asal
gelombang ini masih belum jelas.
(Pratanu, 2009)
29
kolesterol. Intervensi nonfarmakologis ini harus dimulai sebelum
menggunakan obat-obatan.
Terapi farmakologi
Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan
mempengaruhi metabolisme dan distribusi obat, sehingga harus
dipertimbangkan dalam memberikanobat antihipertensi. Hendaknya
pemberian obat dimulai dengan dosis kecil dan kemudian ditingkatkan
secara perlahan. Menurut JNC VI pilihan pertama untuk pengobatan
pada penderita hipertensi lanjut usia adalah diuretic atau penyekat beta.
Pada HST, direkomendasikan penggunaan diuretic dan antagonis
kalsium. Antagonis kalsium nikardipin dan diuretic tiazid sama dalam
menurunkan angka kejadian kardiovaskuler.
Adanya penyakit penyerta lainnya akan menjadi pertimbangan
dalam pemilihan obat antihipertensi. Pada penderita dengan penyakit
jantung koroner, penyekat beta mungkin sangat bermanfaat, namun
demikian terbatas penggunaannya pada keadaan-keadaan seperti
penyakit arteri tepi, gagal jantung/ kelainan bronkus obstruktif. Pada
penderita hipertensi dengan gangguan fungsi jantung dan gagal jantung
kongestif, diuretik, penghambat ACE (Angiotensin Convening
Enzyme) atau kombinasi keduanya merupakan pilihan terbaik.
Obat-obatan yang menyebabkan perubahan tekanan darah postural
(penyekat adrenergik perifer, penyekat alfa dan diuretik dosis tinggi)
atau obat-obatan yang dapat menyebabkan disfungsi kognitif (agonis α
2 sentral) harus diberikan dengan hati-hati. Karena pada lanjut usia
sering ditemukan penyakit lain dan pemberian lebih dari satu jenis
obat, maka perlu diperhatikan adanya interaksi obat antara
antihipertensi dengan obat lainnya. Obat yang potensial memberikan
efek antihipertensi misalnya : obat anti psikotik tcrutama fenotiazin,
antidepresan khususnya trisiklik, L-dopa, benzodiapezin, baklofen dan
alkohol. Obat yang memberikan efek antagonis antihipertensi adalah:
kortikosteroid dan obat antiinflamasi nonsteroid. Interaksi yang
menyebabkan toksisitas adalah:
30
a) Tiazid: teofilin meningkatkan risiko hipokalemia, Lithium
risiko toksisitas meningkat, Karbamazepin risiko
hiponatremia menurun
b) Penyekat beta: Verapamil menyebabkan bradikardia,
asistole, hipotensi, gagal jantung; digoksin memperberat
bradikardia, obat hipoglikemik oral meningkatkan efek
hipoglikemia, menutupi tanda peringatan hipoglikemia.
Dosis beberapa obat diuretic penyekat beta, penghambat ACE,
penyekat kanal kalsium, dan penyakat alfa yang dianjurkan pada
penderita hipertensi pada lanjut usia adalah sebagai berikut:
Dosis obat-obat diuretic (mg/hari) msialnya: bendrofluazid 1,25-
2,5 mg/hari, klortiazid 500-100 mg/hari, klortalidon 25-50 mg/hari,
hidroklortiazid 12,5-25 mg/hari, dan indapamid SR 1,5 mg/hari.
Dosis obat-oabat penyekat beta yang direkomendasikan adalah:
asebutolol 400 mg sekali atau dua kali sehari, atenolol 50 mg sekali
sehari, bisoprolol 10-20 mg sekali sehari, celiprolol 200-400 mg
sekali sehari, metoprolol 100-2000 mg sekali sehari, oksprenolol
180-120 mg dua kali sehari, dan pindolol 15-45 mg sekali sehari.
Dosis obat-obat penghambat ACE yang direkomendasikan adalah:
kaptopril 6,25-50 mg tiga kali sehari, lisinopril 2,5-40 mg sekali
sehari, perindropil 2-8 mg sekali sehari, quinapril 2,5-40 mg sekali
sehari, ramipril 1,25-10 mg sekali sehari.
Dosis obat-obat penyakat kanal kalsium yang dianjurkan adalah:
amlodipin 5-10 mg sekali sehari, diltiazem 200 mg sekai sehari,
felodipin 5-20 mg sekali sehari, nikardipin 30 mg dua kali sehari,
nifedipin 30-60 mg sekali sehari, verapamil 120-240 mg dua kali
sehari.
Dosis obat-obat penyakat alfa yang dianjurkan adalah: doksazosin
1-16 mg sekali sehari, dan prazosin 0,5 mg sehari sampai 10 mg
dua kali sehari. (JNC, 1997)
31
Meningginya tekanan darah (TD) berhubungan dengan meningkatnya
risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung,
insufisiensi renal, dan penyakit vaskuler perifer.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
a. Nama Kegiatan
Observasi Penderita Hypertension Heart Disease (HHD) di RSI Siti
Khadijah
32
b. Lokasi Pelaksanaan
Tugas Pengenalan Profesi akan dilaksanakan di masyarakat.
c. Waktu Pelaksanaan
Tugas Pengenalan Profesi telah dilaksanakan pada:
f. Langkah Kerja
Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam melaksanakan Tugas
Pengenalan Profesi “ Hypertension Heart Disease (HHD)” adalah :
1. Pembuatan
2. Konsultasi kepada Pembimbing
3. Meminta Surat Melaksanakan TPP
4. Pelaksanaan TPP
5. Pembuatan Laporan Pelaksanaan TPP.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
33
1. Jantung berdebar-debar
2. Cepat lelah
a. Lelah dirasakan ketika istirahat
b. Lelah dirasakan ketika aktivitas
3. Sesak nafas
a. Sesak nafas ketika istirahat
b. Sesak nafas ketika aktivitas
4. Nyeri dada
a. Nyeri pada dada dan perut seperti
diperas, diikat, terbakar, nyeri
tumpul, rasa penuh, berat, dan
tertekan
b. Nyeri menjalar ke bagian lain
(seperti lengan atau leher)
c. Nyeri dada ketika aktivitas
d. Nyeri dada ketika istirahat
e. Nyeri hilang dengan istirahat
f. Nyeri timbul disertai mual
g. Nyeri timbul disertai muntah
5. Batuk pada malam hari
6. Bengkak pada kaki atau tangan (edema
ekstremitas)
7. Merasa pusing seperti melayang
9. Emosi yang labil (seperti cemas)
10. Banyak berkeringat
No Pemeriksaan Penunjang Ya Tidak
1 EKG
2 Echocardiography
3 Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
Enzim jantung
34
4 Rontgen Thorax
Tn. SF 50 tahun, BB: 74kg TB: 165cm mengeluh sering mengalami nyeri
dada yang seperti terhimpit benda berat, nyeri dada sering kali menjalar pada
bagian lengan kiri, leher dan epigastrium. Pada saat serangan nyeri , ia juga sering
berkeringat dan merasakan mual. Nyeri hilang dengan minum obat dari dokter.
Namun keluhan bertambah berat jika melakukan aktivitas yang berlebihan. Nyeri
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Tn. SF juga mengeluhkan bahwa ia sering kali
merasa cepat lelah, terkadang lelah muncul pada saat tidak melakukan aktivitas
apapun. Ia mengatakan bahwa ia seringkali merasakan pusing serperti melayang
dan jantungnya pun berdebar-debar tanpa ada faktor pencetusnya. 3 tahun yang
lalu Tn. SF pernah mengalami keluahan yang sama berupa nyeri dada, lalu ia
memeriksakan diri kedokter, Tn. SF di diagnosis menderita penyakit jantung
koroner (iskemia miokard inferior), dokter mengatakan bahwa pembuluh darah
koroner nya mengalami penyempitan sehingga oksigen yang ditujukan untuk otot
jantung berkurang menyebabkan timbulnya nyeri dada pada pasien. Tn. SF
mengatakan sebelumnya ia pun memiliki riwayat hipertensi. Hipertensi tersebut
sudah ia derita sejak ± 10 tahun yang lalu. Kemungkinan hipertensi yang dialami
35
Tn.SF ini adalah hipertensi essensial dimana tidak diketahui penyebab pastinya.
Tn. SF mengaku bahwa dahulu ia sangat gemar mengonsumsi makanan tinggi
kadar natrium, gemar makan-makanan tinggi lemak, ia juga perokok aktif yang
dahulu mampu menghabiskan 2 bungkus rokok dalam satu hari, ia pun jarang
sekali berolahraga. Tn. SF telah melakukan pemeriksaan penunjang berupa EKG,
Echocardiography dan USG abdomen. Dari pemeriksaan EKG pada lead 3 dan
AVF terdapat T-inverted disimpulkan sebagai iskemia miokard pada bagian
inferior, kemudia pada echocardiography terdapat gamabaran lumen pembuluh
arteri yang menyempit. Pada USG abdomen didapatkan hebatobilier normal. Tn.
SF mengatakan bahwa kedua orang tuanya memiliki penyakit yang sama seperti
yang ia derita yakni hipertensi. Tn. SF dianjurkan dokter untuk mengurangi
makanan tinggi kadar natrium dan lemak, ia pun di anjurkan untuk menurunkan
berat badan. Ia diberikan obat berupa askardia, hipopil, dan norvask. Askardia
dikonsumsi ketika ia mengalami nyeri saja 1x sehari. Hipopil diminum setiap hari
dengan dosis 300 mg 2x1hari. Begitupula dengan norvask yang dikonsumsi setiap
hari dengan dosis 2,5mg 2x1hari. Saat sedang stabil TD Tn.SF 130/80 mmHg,
namun jika meningkat dapat mencapai 180/110 mmHg.
4.2 Pembahasan
Hipertensi dalam jangka lama dapat menyebabkan penyakit jantung
hipertensi (hypertension heart disease). Penyakit jantung hipertensi adalah istilah
yang digunakan secara umum untuk penyakit jantung, seperti hipertrofi ventrikel
kiri,gagal jantung, iskemik miokard, dan aritmia kardiak, yang disebabkan oleh
efek langsung maupun tidak langsung peningkatan tekanan darah. (Riaz, 2008)
Tn. SF mengalami hipertensi sejak ± 10 tahun yang lalu. Sejak 3 tahun
yang lalu ia sering mengeluhkan nyeri dada seperti tertimpa beban yang berat,
nyeri menjalar ke bagian lengan, leher, serta epigastrium. Keluhan tersebut dapat
disimpulkan sebagai iskemik miokard. Tn. SF telah melakukan pemeriksaan
penunjang berupa EKG, Echocardiography dan USG abdomen. Dari pemeriksaan
EKG pada lead 3 dan AVF terdapat T-inverted disimpulkan sebagai iskemia
miokard pada bagian inferior, kemudia pada echocardiography terdapat
gamabaran lumen pembuluh arteri yang menyempit. Pada USG abdomen
36
didapatkan hebatobilier normal. Tn. SF mengaku bahwa dahulu ia sangat gemar
mengonsumsi makanan tinggi kadar natrium, gemar makan-makanan tinggi
lemak, ia juga perokok aktif yang dahulu mampu menghabiskan 2 bungkus rokok
dalam satu hari, ia pun jarang sekali berolahraga. Tn. SF mengatakan bahwa
kedua orang tuanya memiliki penyakit yang sama seperti yang ia derita yakni
hipertensi.
Iskemia miokard dapat terjadi akibat kombinasi akselerasi proses
aterosklerosis dengan kebutuhan oksigen jantung akibat HVK. HVK, iskemia
miokard dan gangguan fungsi endotel merupakan faktor utama kerusakan miosit
pada penderita hipertensi. (Panggabean, 2006)
Tn. SF mengeluh sering mengalami nyeri dada yang seperti terhimpit
benda berat, nyeri dada sering kali menjalar pada bagian lengan kiri, leher dan
epigastrium. Pada saat serangan nyeri , ia juga sering berkeringat dan merasakan
mual. Nyeri hilang dengan minum obat dari dokter. Namun keluhan bertambah
berat jika melakukan aktivitas yang berlebihan. Nyeri dirasakan sejak 3 bulan
yang lalu. Tn. SF juga mengeluhkan bahwa ia sering kali merasa cepat lelah,
terkadang lelah muncul pada saat tidak melakukan aktivitas apapun. Ia
mengatakan bahwa ia seringkali merasakan pusing serperti melayang dan
jantungnya pun berdebar-debar tanpa ada faktor pencetusnya.
Gambaran Klinis Angina Tidak Stabil, Keluhan pasien umumnya berupa
angina untuk pertama kalinya atau keluhan angina yang bertambah dari biasanya.
Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih lama, mungkin
timbul pada waktu istirahat atau timbul karena aktivitas minimal. Nyeri dada
dapat disertai keluhan sesak nafas, mual, muntah, kadang disertai keringat dingin.
Pada pemeriksaan jasmani seringkali tidak ada yang khas. (Trisnohadi, 2006).
Tn. SF dianjurkan dokter untuk mengurangi makanan tinggi kadar natrium
dan lemak, ia pun di anjurkan untuk menurunkan berat badan dan menghentikan
rokok. Ia diberikan obat berupa askardia, hipopil, dan norvask. Askardia
dikonsumsi ketika ia mengalami nyeri saja 1x sehari. Hipopil diminum setiap hari
dengan dosis 300 mg 2x1hari. Begitupula dengan norvask yang dikonsumsi setiap
hari dengan dosis 2,5mg 2x1hari.
37
Mengubah pola hidup/intervensi nonfarmakologis pada penderita
hipertensi lanjut usia, seperti halnya pada semua penderita, sangat
menguntungkan untuk menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup yang
harus diperbaiki adalah : menurunkan berat badan jika ada kegemukan,
mengurangi minum alkohol, meningkatkan aktivitas fisik aerobik, mengurangi
asupan garam, mempertahankan asupan kalium yang adekuat, mempertahankan
asupan kalsium dan magnesium yang adekuat, menghentikan merokok,
mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol. (Rilantono, 2013)
Terapi mendikamentosa dapat diberikan obat berupa antiagregasi
trombosit/platelet, obat anti iskemia, obat antihipertensi, dan obat golongan statin
(pada kondisi hipertrigliseridemia). (Trisnohadi, 2006)
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
SetelahmelakukantugaspengenalanprofesiHypertensive Heart Diseasedi
masyarakat kami menyimpulkan, yaitu :
1) Hipertensidalamjangka lama dapat menyebabkan penyakit jantung
hipertensi (hypertension heart disease). Penyakit jantung hipertensi adalah
istilah yang digunakan secara umum untuk penyakit jantung, seperti
hipertrofi ventrikel kiri, gagal jantung, iskemik miokard, dan aritmia
kardiak, yang disebabkan oleh efek langsung maupun tidak langsung
peningkatan tekanan darah.
39
5.2 Saran
Adapun saran yang kami berikanpadapelaksanaanTugasPengenalanProfesi
kali iniadalah:
40
DAFTAR PUSTAKA
Adnil, Basha., 2005. Penyakit Jantung Hipertensif, Buku Ajar Kardiologi. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI.
Alwi,I,dkk. 2009. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST dan Non elevasi ST .
Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta : InternaPublishing.
Alwi,I. 2009. Radiologi Jantung. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : InternaPublishing.
Braunwald, E., 2012. Gagal Jantung. Dalam: Asdie, Prof. Dr. Ahmad H, Sp.PD-
KE., Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Fisher, N.D.L., Williams, G.H., 2012. Penyakit Jantung Pada Orang Dewasa.
Dalam: Asdie, Prof. Dr. Ahmad H, Sp.PD-KE., Harrison Prinsip-Prinsip
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marulam, M., P. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Ed. V. Jakarta:
Interna Publishing.
41
Nurhaedar, J., 2010. [pdf] Jurnal: Hipertensi. Makassar: Universitas Hasannuddin.
Panggabean, M Marulam., 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4. Jakarta :
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Price, A. dan Wilson, L., 2006. Patofisiologi. Buku 2. Edisi 4. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Rahman, A. 2006. Angina Pektoris Stabil dalam Buku Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Sherwood, L., 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
42
The Sixth Report of the Joint National Committee on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure. NIH publication No.
98-4080 November 1997.
Trisnohadi, H. 2006. Angina Pektoris Tidak Stabil dalam Buku Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Tortora, G.J., Derrickson, B., 2012. The Cardiovascular System: The Heart. In:
Roesch, B., et al., eds. Principles of Anatomy and Physiology. 13th ed.
USA: John Wiley & Sons, 763
Yogiantoro, M., 2006. Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Simadibrata, K., Setiadi, S., eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 1. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.
43
LAMPIRAN
44
Daftar Wawancara Pasien Hypertensi Heart Disease (HHD)
45
b) Apakah Bapak/Ibu sering berolahraga?
Jawab:
Tn.SF jarang sekali berolahraga.
c) Apakah Bapak/Ibu sering merokok? Bila Iya, sejak kapan?
Jawab:
Ya. Merokok 2 bungkus/hari, namun sudah berhenti sejak 2
bulan yg lalu.
46
7. Bagaimana nyeri tersebut dirasakan (Nyeri pada dada dan perut
seperti diperas, diikiat, terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat dan
tertekan)?
Jawab:
Ya. Nyeri dirasakan seperti ditekan/ditindih benda berat.
8. Apakah nyeri menjalar kebagian lain (seperti lengan atau leher)?
Jawab:
Ya. Nyeri dirasakan menjalar sepanjang lengan, ke leher, hingga
terkadang dirasakan pada perut bagian atas.
9. Apakah nyeri hilang dengan istirahat?
Jawab:
Nyeri hilang dengan minum obat lalu istirahat.
10. Apakah nyeri timbul disertai mual?
Jawab:
Ya, nyeri timbul disertai mual.
11. Apakah nyeri timbul disertai muntah?
Jawab:
Tidak, nyeri tidak timbul disertai muntah.
12. Apakah bapak/ibu sering batuk pada malam hari?
Jawab:
Tidak. Tidak pernah batuk pada malam hari/ terbangun pada
malam hari karena sesak.
13. Apakah terdapat bengkak pada kaki atau tangan (edema ekstremitas)?
Jawab:
Tidak ada pembengkakan pada bagian ekstremitas manapun.
14. Apakah bapak/ibu merasa pusing atau seperti melayang?
Jawab:
Ya, pasien merasakan pusing seperti melayang.
15. Apakah bapak/ibu memiliki emosi yang labil (seperti, cemas)?
Jawab:
Ya, kadang emosi meningkat.
47
16. Apakah bapak/ibu banyak berkeringat?
Jawab:
Ya, pada saat serangan nyeri disertai banyak keringat.
17. Sejak kapan keluhan-keluhan tersebut mulai dirasakan?
Jawab:
Keluhan pertama kali dirasakan 3 tahun yang lalu, kemudia nyeri
berulang kembali sejak 3 bulan yg lalu.
18. Apa yang dapat memperberat keluhan (aktivitas fisik yang berat)?
Jawab:
Ya, aktivitas berat dan kelelahan memperberat keluhan nyeri dada.
19. Apa yang dapat memperingan keluhan (istirahat/konsumsi obat)?
Jawab:
Ketika nyeri timbul pasien mengkonsumsi ascardia 80mg, 1tablet.
b) Tanda
1. Berapatekanandarahpasien ?
Jawab:
150/110 mmHg.
2. Beraparespiratory rate / lajupernafasanpasien ?
Jawab:
19x/menit.
3. Berapaheart rate pasien ?
Jawab:
70x/menit.
4. Berapatinggibadandanberatbadanpasien ?
Jawab:
Bb : 74 kg , Tinggi :165 cm
IMT : BB/(TB(m))2 = 74/(1,65x1,65) = 27,4 (obesitas tingkat II)
5. Bagaimanahasilpemeriksaanradiologijantungpadapasien ?
(hipertrofiventrikelkiri) ?
Jawab:
Pasien tidak melakukan pemeriksaan radiologi/rontgen thorax.
48
6. Bagaimanahasilpemeriksaan EKG padapasien ?
Jawab:
Di lead 3 dan AVF terdapat T-inverted.
C. Pemeriksaanpenunjang
1. Apapemeriksaan yang pernahbapak/ibulakukan ? (EKG dan Radiologi,
pemeriksaan darah rutin)
Jawab:
Pasien pernah melakukan pemeriksaan EKG, Pemeriksaan
laboratorium darah rutin, echocardiogram, dan USG abdomen.
Lampiran EKG:
49
Echocardiography
USG abdomen
50
Pemeriksaan darah rutin
D. Tata Laksana
1. Apaanjuran yang diberikandokterkepadabapak/ ibu?
Jawab:
Pasien disarankan menurunkan berat badan, mengurangi asupan
garam dan makana tinggi lemak, dan berhenti merokok.
2. Apakah bapak/ibu telah mengikuti anjuran dokter dengan baik dan
benar?
Jawab:
Pasien mengikuti anjuran dokter, namun terkadang pasien
melanggar.
3. Apaobat-obatan yang diberikandokter?
Jawab:
Askardia , Hypofil dan Norvas
51
E. Komplikasi
52