Anda di halaman 1dari 82

MODUL II

QUALITY CONTROL

OLEH
NAMA : MUHAMMAD AKMAL
STAMBUK : D071171007
KELOMPOK : VI

LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU


DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2019
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Goetsch Davis, 1994 dalam buku “Manajemen Kualitas Produk

dan Jasa” mengemukakan definisi kualitas yaitu : “Kualitas merupakan suatu

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan kualitas menjadi faktor

dasar keputusan konsumen dalam memilih produk atau jasa maka dibutuhkan

suatu kegiatan yang harus dilakukan terus menerus selama proses produksi

berjalan sehingga kualitas produk atau jasa tersebut tetap terjaga. Kegiatan

tersebut dinamakan pengendalian kualitas. Jurnal dalam “Quality Hand Book”

menyatakan bahwa pengendalian kualitas tediri dari 3 aspek (The Juran

Trilogy) yang terdiri dari : perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, dan

perbaikan kualitas. Statistical Quality Control (pengendalian kualitas statistik)

adalah alat bantu manajemen untuk menjamin kualitas.

Dalam persaingan di pasar global hanya produk yang berkualitas baik

yang banyak diminati oleh konsumen, karena kualitas merupakan suatu bentuk

pemenuhan pelayanan kepada konsumen. Kualitas yang baik akan dihasilkan

dari proses yang baik dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Namun

pada kenyataannya, masih terdapat produk yang belum sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditetapkan atau produk cacat (defect product). Untuk

dapat menyelesaikan masalah cacat produk, tidak semua cacat dapat diatasi

sekaligus, perusahaan harus mampu mengidentifikasi masalah apa yang perlu

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

diprioritaskan terlebih dahulu. Oleh karena itu diperlukan suatu metode untuk

mengatasi permasalahan tersebut. Dengan demikian dapat digunakan metode

Six Sigma DMAIC yang bertujuan meminimasi cacat dan memaksimasi nilai

tambah dari suatu produk (Gyge et al, 2005) dalam Hanky (2014). Selain itu

Six Sigma juga dinilai dapat mengurangi variasi proses sekaligus cacat pada

produk atau jasa yang berada diluar spesifikasi dengan menggunakan metode

statistik dan problem solving tools secara intensif (Nurcahyo, 2013: 125).

Aplikasi six sigma berfokus pada cacat dan variasi, dimulai dengan

mengidentifikasi unsur-unsur kritis terhadap kualitas (CTQ / Critical to

Quality) dari suatu proses. Six Sigma menganalisa kemampuan proses dan

bertujuan menstabilkannya dengan cara mengurangi atau menghilangkan

variasi sekaligus cacat. Pencapaian six sigma hanya terdapat 3,4 cacat per

sejuta kesempatan (defect per million opportunities / DPMO) (Paul, 1999)

dalam Iwan (2007).

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep Quality Control ?

b. Apa saja alat-alat yang digunakan dalam Quality Control?

c. Bagaimana konsep Six Sigma?

1.3 Tujuan Praktikum

1. Dapat memahami konsep Quality Control

2. Dapat Mengetahui alat-alat yang digunakan dalam Quality Control

3. Dapat memahami konsep Six Sigma

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

1.4 Batasan Masalah

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Statistik dan Pengendalian

Kualitas Program Studi Teknik Industri. Data yang akan diolah oleh praktikan

adalah data primer dari sebuah industri sesuai arahan asisten laboratorium.

Digunakan metode six sigma dalam mencapai tujuan Quality Control.

1.5 Manfaat Praktikum

1. Dapat memahami dan menganalisa setiap tool dalam seven tools

2. Dapat mengaplikasikan konsep Six Sigma secara langsung dalam bidang

industri

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Kualitas

a. Pengertian kualitas

Kualitas secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu usaha memenuhi

harapan konsumen, sehingga konsumen memegang peranan penting

apakah produk tersebut berkualitas atau tidak. Kualitas suatu produk

adalah keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu produk bersangkutan yang

dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan

sesuai dengan nilai uang yang dikeluarkan (Leavenworth 1998). Menurut

Montgomery (1990) kualitas adalah keseluruhan gambaran karakteristik

produk dan jasa dalam pemasaran, rekayasa pembuatan dan pemeliharaan

yang membuat produk dan jasa yang digunakan dapat memenuhi harapan

konsumen. Sifat dan fungsi yang digunakan dalam menilai kualitas produk

disebut sifat kualitas. Kualitas suatu produk merupakan keadaan fisik,

fungsi dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera

dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai dengan nilai uang

yang dikeluarkan (Uriyani, 2009).

Pengertian kualitas menurut para ahli:

1) Menurut Juran (1993: 32), kualitas adalah kecocokan penggunaan

produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan

pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan pada lima ciri

utama berikut:

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

a) Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan.

b) Psikologis, yaitu citra rasa atau status.

c) Waktu, yaitu kehandalan.

d) Kontraktual, yaitu adanya jaminan.

e) Etika, yaitu sopan santun, ramah dan jujur.

2) Menurut Crosby (1979: 58), Kualitas adalah conformance to

requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan.

Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas

yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses

produksi dan produk jadi.

3) Menurut Deming (1982: 176) Kualitas adalah kesesuaian dengan

kebutuhan pasar. Apabila Juran mendefinisakan kualitas sebagai fitness

for use dan Crosby sebagai conformance to requirement, maka Deming

mendefisinikan kualitas sebagai kesesuaian dengan kebutuhan pasar

atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa

yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan.

b. Elemen – Elemen Kualitas Produk

Dari defenisi yang disebutkan diatas terdapat beberapa kesamaan, yaitu

dalam elemen-elemen sebagai berikut:

1) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan

2) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

3) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang

dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang

berkualitas pada masa mendatang) (Juharni, 2017).

c. Dimensi – Dimensi Kualitas

1) Barang

Dari perspektif itu, ciri karakteristik kualitas dari sebuah produk,

khususnya produk yang berbentuk barang, dapat dikelompokkan

menjadi delapan dimensi sebagai berikut:

a) Dimensi Performance atau biasa disebut kinerja.

Dimensi ini menyangkut karakteristik fungsi produk. Maksudnya

sejauh mana produk dapat berfungsi sebagaimana fungsi utama

produk tersebut. Misalnya, jam tangan memiliki fungsi utama

penunjuk waktu. Dimensi performance ini merupakan hal terpenting

bagi pelanggan dan hal terpenting bagi pelanggan adalah apakah

kualitas produk menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau

tidak, apakah pelayanan diberikan dengan cara yang benar atau

tidak. Itu yang terpenting.

b) Dimensi Features

Dimensi yang menyangkut karakteristik pelengkap. Istilah lain dari

dimensi ini adalah dimensi range and type of feature. Dimensi ini

menyangkut kelengkapan fitur-fitur tambahan. Maksudnya, suatu

produk selain punya fungsi utama, biasanya juga dilengkapi dengan

fungsi-fungsi lain yang bersifat komplemen. Misalnya, produk

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

handphone, selain dapat digunakan untuk berkomunikasi lisan dan

tulisan, juga banyak yang dilengkapi dengan fitur-fitur tambahan

seperti dapat digunakan untuk membuat jadwal, catatan, memiliki

fungsi jam, penunjuk lokasi, kalkulator, permainan dan lain-lain.

c) Dimensi Reliability (Keandalan)

Dimensi ini menyangkut kemungkinan tingkat kegagalan

pemakaian. Artinya, apakah produk sering tidak dapat dioperasikan

sesuai fungsi utama karena adanya masalah-masalah teknis ataukah

lancar-lancar saja. Misalnya, produk smartphone BB, saat

dihidupkan ternyata memerlukan waktu yang lama untuk setup dan

sering prosesnya terhenti atau orang menyebutnya heng dan harus

direset ulang.

d) Dimensi Conformance atau Kesesuaian.

Dimensi ini melihat kualitas produk dari sisi apakah bentuk, ukuran,

warna, berat dan lain-lain sesuai dengan yang diinginkan dan apakah

pengoperasiannya sesuai dengan standar tertentu ataukah tidak.

Intinya, sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi

standar.

e) Dimensi Durability atau Daya Tahan.

Dimensi ini berkaitan dengan seberapa lama produk dapat terus

digunakan selama jangka waktu tertentu. Tentunya dengan pola

penggunaan dan perawatan yang masuk akal alias rasional.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Misalnya, sepeda motor digunakan di jalan perkotaan, dengan

perawatan tertentu akan dapat bertahan hingga misalnya 4 tahun.

f) Dimensi Serviceability

Ada yang menyebut dimensi ini dengan istilah yang lebih lengkap

yakni dimensi maintainability dan servicability. Dimensi ini melihat

kualitas barang dari kemudahan untuk pengoperasian produk dan

kemudahan perbaikan maupun ketersediaan komponen pengganti.

Jadi dimensi ini terkait dengan sejauh mana kemudahan produk

untuk dapat dilakukan perawatan sendiri oleh penggunanya.

g) Dimensi Aesthetic

Istilah lain untuk menyebut dimensi ini adalah dimensi sensory

characteristic. Dimensi ini melihat kualitas suatu barang dari

penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera, dan beberapa faktor

lainnya mungkin menjadi aspek penting dalam kualitas. Dimensi ini

menyangkut keindahan, keserasian atau kesesuaian yang membuat

enak dipandang, atau dirasakan sehingga memberikan suatu daya

tarik tersendiri kepada konsumen.

h) Dimensi Perceived, Citra dan Reputasi Produk

Sering disebut juga dimensi ethical profile dan image. Dimensi ini

berbicara tentang kualitas dari sisi persepsi konsumen. Persepsi

konsumen tersebut dapat terkait nama besar atau reputasi

perusahaan, atau merek. Dari dimensi ini, kualitas adalah bagian

terbesar dari kesan pelanggan terhadap produk dan pelayanan.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Susanto (1999:52), mengemukakan bahwa “kepuasan adalah tingkat

perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

dirasakan dibandingkan dengan harapannya, jadi tingkat kepuasan

adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja sesungguhnya dengan

harapan”. Berdasarkan pendapat diatas kepuasan pelanggan adalah

tingkat perasaan terhadap jasa yang diterima pelanggan terhadap

pengalaman- pengalaman berkaitan dengan produk atau jasa tertentu,

serta berkenaan dengan kesepadanan dan ketidaksepadanan antara hasil

yang didapatkan dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan.

Kepuasan
Pelanggan

Excellent Loyalitas
Service

Gambar 2.1 Model Kepuasan Pelanggan

Berdasarkan model hipotesis tersebut, dapat ditarik model kepuasan

dalam yang diuraikan sebagai berikut:

H1: Variabel excellent service (X) berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan pelanggan (Y1).

H2: Variabel excellent service (X) berpengaruh signifikan terhadap

loyalitas pelanggan pembelian (Y2).

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

H3: Variabel kepuasan pelanggan (Y1) berpengaruh signifikan terhadap

loyalitas pelanggan (Y2).

Keberhasilan dalam mengembangkan dan melaksanaan layanan prima

tidak lepas dari kemampuan pemilihan konsep pendekatannya. Yaitu

dengan mengembangkan pelayanan prima dengan menyelarasakan

faktor-faktor seperti: sikap, perhatian, tindakan, kemampuan,

penampilan dan tanggung jawab (Hapsari, A.N. 2015).

2) Jasa

Untuk produk jasa, ada paling tidak enam karakteristik yang sering

digunakan oleh konsumen dalam mengevaluasi kualitas jasa, yaitu:

a) Dimensi Tangible (Bukti Langsung)

Dimensi ini meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan

sarana komunikasi. Misalnya sebuah bus pariwisata, maka fasilitas

fisiknya seperti kondisi badan bis, lebar bis, kebersihan, tempat

duduk, cat dan lain-lain. Sedangkan perlengkapan misalnya

keberadaan ac, tv, audio bantal duduk, korden jendela.

b) Dimensi Reliability (Kehandalan)

Dimensi ini adalah dimensi yang melihat kualitas jasa dari sisi

kemampuan dalam memberikan pelayanan. Sejauh mana pemberi

jasa mampu memberikan jasa sesuai dengan apa yang diharapkan

oleh konsumen, atau setidaknya sesuai dengan apa yang telah

dijanjikan. Artinya bahwa pemberi jasa memiliki kemampuan dan

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

keterampilan dalam memberikan jasa kepada penerimanya. Oleh

karena itu, dimensi ini juga disebut dimensi competence.

c) Dimensi Responsiveness (Daya Tanggap)

Dimensi ini membicarakan kualitas jasa berdasarkan apakah ada

keinginan para staf untuk membantu kesulitan pelanggan pada saat

pelanggan mengalami masalah dalam mengkonsumsi jasa yang

diberikan atau mereka bersikap acuh tak acuh dengan apa yang

menjadi kesulitan atau kebingungan atau keluhan konsumen saat

mengkonsumsi jasa yang diberikan. Disebut responsif bila para staf

menunjukkan kesigapan dalam menanggapi apa yang menjadi

kesulitan konsumen.

d) Dimensi Assurance atau Jaminan

Dimensi assurance ini menyangkut kesopanan dari para staf dalam

memperlakukan konsumen. Yang lain adalah bahwa pemberi jasa

dapat memberikan kepastian kepada konsumen bahwa risiko telah

diminimalisir sedemikian sehingga mereka terbebas dari bahaya

yang mungkin timbul sehubungan dengan jasa yang

dikonsumsi. Staf pemberi jasa merupakan orang-orang yang

memang dapat dipercaya dan karenanya konsumen yakin.

e) Dimensi Empathy

Dimensi empati sering dijabarkan menjadi dimensi access dan

dimensi communication. Dimensi empati melihat kualitas jasa dari

aspek kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

baik yang menunjukkan sikap respect dan perhatian yang tulus

terhadap kebutuhan pelanggan. Maksudnya adalah bahwa

konsumen dapat dengan mudah menghubungi dan berkonsultasi

dengan para staf pemberi jasa terkait jasa yang diberikan. Staf

pemberi jasa memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik

dalam menjalin hubungan dengan konsumen dan memiliki

perhatian yang tulus, bukan dibuat-buat terhadap kebutuhan

konsumen.

f) Dimensi Pemahaman Terhadap Pelanggan

Dimensi ini melihat kualitas jasa dari aspek pemahaman pemberi

jasa terhadap kebutuhan dan harapan pemakai jasa. Artinya bahwa

bagaimana pemberi jasa memberikan jasa kepada penerimanya

akan dipengaruhi oleh bagaimana pemahaman pemberi jasa

terhadap konsumennya. Semakin si pemberi jasa kurang

memahami pelanggan, maka semakin besar pula kemungkinan

pelanggan akan kecewa karena kebutuhan dan keinginannyanya tak

terpenuhi. Bisa jadi apa yang dilakukan oleh pemberi jasa secara

obyektif baik, tetapi apa yang baik bagi si pemberi jasa belum tentu

baik pula bagi si penerima. Karena apa yang baik bagi pelanggan

diukur berdasarkan kesesuainnya terhadap kebutuhan dan

keinginan mereka (Hendra, 2012).

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

d. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi kualitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu produk, menurut Feigenbaum

(2000: 7) adalah :

1) Market (pasar)

Jumlah produk baru dan lebih baik yang ditawarkan di pasar, terus

tumbuh pada laju eksplosit. Kebanyakan dari produk ini adalah hasil

perkembangan-perkembangan teknologi baru bukan hanya produk itu

sendiri tetapi juga bahan dan metode yang mendasari pembuatan

produk tersebut.

2) Money (uang)

Meningkatnya persaingan di dalam banyak bidang, bersamaan dengan

fluktuasi ekonomi dunia telah menurunkan batas (margin) laba. Pada

waktu yang bersamaa, kebutuhan akan diotomasi. Pengeluaran biaya

yang lebih besar untuk proses dan perlengkapan yang baru. Kenyataan

ini telah memfokuskan perhatian manajer dibidang biaya mutu sebagai

salah satu “titik lunak” tempat biaya operasi dan kerugian dapat

diturunkan untuk mempebaiki laba.

3) Management (manajemen)

Tanggung jawab mutu telah didistribusikan antara beberapa kelompok

khusus. Bagian kendali mutu harus direncanakan pengukuran-

pengukuran mutu. Pada seluruh aliran, proses yang menjamin bahwa

hasil akhir memenuhi persyaratan-persyaratan mutu. Hal ini telah

menambah beban manajemen puncak, khususnya dipandang dari

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

bertambahnya kesulitan dalam mengalokasikan tanggung jawab yang

tepat untuk mengoreksi penyimpangan standart mutu.

4) Man (manusia)

Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan

seluruh bidang-bidang baru seperti elektronika, komputer telah

mempercepat suatu permintaan yang besar akan karyawan dengan

pengetahuan khusus.

5) Motivation (motivasi)

Meningkatnya kerumitan dalam membawa mutu produk kedalam pasar

telah memperbesar makna kontribusi setiap karyawan terhadap mutu.

Penelitian tentangmotivasi manusia menunjukkan bahwa sebagai

tambahan hadiah uang. Hal ini membimbing kearah kebutuhan yang

tidak pernah ada sebelumnya, yaitu pendidikan mutu dan komunikasi

yang lebih baik tentang kesadaran mutu.

6) Materials (bahan)

Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan mutu, para ahli teknik

memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat dari pada sebelumnya

dan menggunakan banyak bahan yang baru, yang disebut logam dan

campuran eksotik untuk pemakaian khusus. Akibatnya spesifikasi

bahan menjadi lebih ketat dan keanekaragaman bahan menjadi lebih

besar.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

7) Machines mechanisation (mesin dan mekanisasi)

Mutu yang baik sebuah faktor yang kritis dalam memelihara waktu

kerja mesin agar fasilitasnya dapat dimanfaatkan sepunuhnya. Semakin

besar usaha peusahaan untuk melakukan pemekanisasian dan otomasi

untuk mencapai penurunan biaya, mutu yang baik semakin kritis, baik

untuk membuat penurunan-penurunan ini menjadi nyata dan untuk

meningkatkan pekerja dan pemakaian mesin hingga ke nilai yang

memuaskan.

8) Modern information methods (metode informasi modern)

Evolusi teknologi komputer yang cepat telah membuka kemungkinan

untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil kembali dan

manipulasi informasi pada suatu skala yang tidak pernah terbayang

sebelumnya. Teknologi informasi baru yang ampuh ini menyediakan

cara untuk mengandalkan produk dan jasa bahkan hingga setelah

sampai ke pelanggan.

9) Mounting product requirements (persyaratan proses produksi)

Kemajuan pesat dalam kerumitan kerekayasaan rancangan yang

memerlukan kendali yang jauh lebih ketat pada seluruh proses

pembuatan, telah membuat hal-hal kecil yang sebelumnya terabaikan

menjadi penting secara potensial. Meningkatnya kerumitan dan

persyaratan-persyaratan prestasi yang lebih tinggi bagi produk telah

menekankan pentingnya keamanan dan kehandalan produk

(Juharni, 2017).

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2.2 Pengendalian Kualitas

a. Pengertian Pengendalian Kualitas

Menurut Ahyari (1985), pengertian pengendalian mutu adalah jumlah

dan atribut atau sifat-sifat sebagaimana dideskripsikan dalam produk

yang bersangkutan, dengan kata lain pengendalian kualitas ini adalah

aktivitas untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk

perusahaan dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan.

Sedangkan menurut Sofyan Assauri (2004), pengendalian kualitas adalah

kegiatan-kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal

mutu atau standar dapat tercermin dalam hasil akhir. Dengan kata lain

pengendalian mutu adalah usaha mempentahankan mutu/kualitas dan

barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk

yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan.

Pengendalian kualitas menentukan ukuran, cara dan persyaratan

fungsional lain suatu produk dan merupakan manajemen untuk

memperbaiki kualitas produk, mempertahankan kualitas yang sudah

tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak. Dengan adanya

pengawasan kualitas maka perusahaan atau produsen berusaha untuk

selalu memperbaiki kualitas dengan biaya rendah yang sama/tetap bahkan

untuk mencapai kualitas yang tetap dengan biaya rendah. Untuk

mengurangi kerugian karena kerusakan-kerusakan pemeriksaan atau

inpeksi tidak terbatas pada pemeriksaan akhir saja, tetapi perlu juga

diadakan pemeriksaan pada barang yang sedang diproses (Heni, 2014).

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

b. Tujuan Pengendalian Kualitas

Seperti telah dikatakan bahwa maksud dan pengendalian kualitas adalah

agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standar dapat

tercermin dalam produk/hasil akhir. Secara terperinci dapatlah dikatakan

bahwa tujuan dari pengendalian kualitas adalah:

1) Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah

ditetapkan.

2) Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin

3) Mengusahakan agar biaya design dari produk dan proses dengan

menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin

4) Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin

(Suyuti, 2017).

c. Sejarah Pengendalian Kualitas

Pada tahun 1940-an, kelompok inspeksi berkembang menjadi bagian

pengendalian kualitas. Adanya Perang Dunia II mengharuskan produk

militer yang bebas cacat. Kualitas produk militer menjadi salah satu faktor

yang menentukan kemenangan dalam peperangan. Hal ini harus dapat

diantisipasi melalui pengendalian yang dilakukan selama proses produksi.

Tanggung jawab kualitas dialihkan ke bagian quality control yang

independen. Bagian ini memiliki otonomi penuh dan terpisah dari bagian

pabrik. Para pemeriksa kualitas dibekali dengan perangkat statistika seperti

diagram kendali dan penarikan sampel.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Pada tahap ini dikenal seorang tokoh yaitu Feigenbaum (1983) yang

merupakan pelopor Total Quality Control (1960). Sedang pada tahun 1970

Feigenbaum memperkenalkan konsep Total Quality Control

Organizationwide. Namun pada tahun 1983, Feigenbaum memperkenalkan

konsep Total Quality System (Suyuti, 2017).

2.3 Metode – Metode Pengendalian Kualitas

Metode dalam pengendalian kualitas adalah metode yang digunakan untuk

mengendalikan dan mengontrol kualitas suatu produk dan mencegah

terjadinya kerusakan pada produk itu dengan memanfaatkan perlatan yang ada

(Debrina, 2017).

a. Statistic Quality Control (SQC)

1) Definisi

Statistical quality control (SQC) adalah ilmu yang mempelajari tentang

teknik/metode pengendalian kualitas berdasarkan prinsip/konsep statistik.

Pengendalian kualitas statistik adalah alat yang sangat berguna dalam

membuat produk sesuai dengan spesifikasi sejak dari awal proses hingga

akhir proses. Dengan kata lain, SQC adalah aplikasi alat statistik dalam

mengontrol kualitas.

2) Tujuan

Tujuan dari metode statistical quality control yaitu :

a) Dengan statistical quality control, kita dapat mengendalikan kualitas

dengan teknik control chart yang merupakan bagian dari statistical

quality control.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

b) Mengendalikan kualitas dengan pendekatan statistik untuk

meminimumkan produk gagal (Lindsay, 2007).

3) Prosedur

Prosedur pada metode statistical quality control antara lain :

a) Acceptance sampling

Pengambilan satu sampel atau lebih secara acak dari suatu partai

barang, memeriksa setiap barang di dalam sampel tersebut, dan

memutuskan berdasarkan hasil pemeriksaan itu, apakah menerima

atau menolak keseluruhan partai. Jenis pemeriksaan ini dapat

digunakan oleh pelanggan untuk menjamin bahwa pemasok

memenuhi spesifikasi kualitas atau oleh produsen untuk menjamin

bahwa standar kualitas dipenuhi sebelum pengiriman. Pengambilan

sampel penerimaan lebih sering digunakan daripada pemeriksaan

100% karena biaya pemeriksaan jauh lebih besar dibandingkan

dengan biaya lolosnya barang yang tidak sesuai kepada pelanggan.

b) Process control

Pengendalian proses menggunakan pemeriksaan produk/jasa ketika

barang tersebut masih sedang diproduksi (Work In Process). Sampel

berkala diambil dari output proses produksi. Apabila setelah

pemeriksaan sampel terdapat alas an untuk mempercayai bahwa

karakteristik kualitas proses telah berubah, maka proses itu akan

diberhentikan dan dicari penyebabnya. Penyebab tersebut dapat

berupa perubahan pada operator, mesin, ataupun pada bahan.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Apabila penyebab ini telah dikemukakan dan diperbaiki, maka

proses itu dapat dimulai kembali. Dengan memantau proses produksi

tersebut melalui pengambilan sampel secara acak, maka

pengendalian yang konstan dapat dipertahankan.

4) Kelebihan dan Kekurangan

a) Kelebihan

Kelebihan dari metode SQC adalah bekerja berdasarkan data/fakta

yang obyektif dan bukan berdasarkan opini yang subyektif. SQC

manajemen dapat memantau kinerja mutu proses produksi yang

terintegrasi mulai dari hulu/supplier/material mentah sampai dengan

hilir/konsumen/produk jadi, sehingga keputusan yang diambil oleh

manajemen benar-benar akurat berdasarkan analisa dan pengolahan

dari berbagai data yang ada.

b) Kekurangan

Kekurangan dari metode SQC yaitu sulitnya koordinasi dan

pengkoordinasian dalam pengawasan kualitas karena banyaknya

tugas yang berhubungan dengan pengendalian kualitas

(Thomy, 2011).

b. Statistical Prosess Control (SPC)

1) Definisi

Metode Statistical Process Controll (SPC) merupakan penerapan

metode statistik untuk pengukuran dan analisis variasi proses. SPC

menentukan apakah suatu proses stabil dari waktu ke waktu, atau

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

sebaliknya bahwa proses terganggu. Dengan menggunakan pengendalian

proses statistik, dapat dilakukan analisis dan minimasi penyimpangan

atau kesalahan, mengkuantifikasikan kemampuan proses, dan membuat

hubungan antara konsep dan teknik yang ada untuk mengadakan

perbaikan proses

2) Tujuan

Tujuan utama dalam Statistical Process Controll (SPC) adalah

mendeteksi adanya kesalahan proses melalui analisis data dari masa lalu

maupun masa mendatang.

3) Prosedur

a) Mendefinisikan, menggambarkan dan memahami tentang proses

(produksi-red) yang akan dilakukan perbaikan.

b) Mengidentifikasi parameter proses yang kritis (critical process

parameter)

c) Memindahkan data-data yang sudah diperoleh kedalam format grafik

statistik (menerapkan teknik kendali statistik) d. Memonitor proses

pengendalian

d) Mereview dan tindak lanjut

4) Kelebihan dan Kekurangan

a) Kelebihan

Kelebihan dari metode Statistical Process Controll yaitu :

(1) Membantu karyawan memisahkan sebab umum dan sebab

khusus terjadinya kesalahan.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2) Tersedianya bahasa yang umum dalam kinerja proses untuk

berbagai pihak.

(3) Menghilangkan penyimpangan karena sebab khusus untuk

mencapai konsistensi dan kinerja yang lebih baik.

b) Kekurangan

Kekurangan dari metode Statistical Process Controll yaitu :

(1) Ketidakcukupan sistem pengukuran. Hal ini disebabkan sektor

industri seringkali mengabaikan sistem pengukuran selama

pengenalan program pengendalian proses statistik. Pengendalian

proses statistik tergantung pada sistem pengukuran efektif.

Apabila sistem pengukuran tidak memenuhi, maka pengendalian

proses statistik harus ditangguhkan penggunaannya.

(2) Kurangnya pengetahuan mengenai apa yang dimonitor dan

diukur. Pengukuran adalah elemen kunci dalam continuous

improvement. Pengertian yang baik terhadap proses sangat

penting untuk mengidentifikasi karakteristik yang sesuai dan

penting bagi pelanggan.

(3) Tidak adanya dukungan dan komitmen manajemen yang

membantu pengenalan program pengendalian proses statistik

(Stiepena, 2017).

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

c. Total Quality Management (TQM)

1) Definisi

Total quality management adalah metode kuantitatif dan pengetahuan

kemanusiaan untuk memperbaiki material dan jasa yang menjadi

masukan organisasi, memperbaiki proses penting dalam organisasi dan

memperbaiki upaya guna memenuhi kebutuhan para pemakai produk

dan jasa masa kini dan di waktu masa yang akan datang

(Sugiyanto, 2001).

2) Tujuan

Tujuan dari total quality management yaitu kepada untuk memenuhi

kebutuhan konsumen (dalam hal ini meliputi karyawan dan konsumen)

dan untuk menurunkan biaya dengan memperbaiki mutu dan

mengurangi pemborosan (A.F. Assaf, 2011).

3) Prosedur

Menurut Elwood S. Buffa (1996) yang dialihbahasakan oleh Bakri

Siregar terdapat beberapa langkah-langkah yang juga harus dilakukan

dalam kegiatan pengendalian kualitas, yaitu:

a) Menetapkan standar

Menentukan standar biaya kualitas (cost quality), standar kualitas

kerja (performance quality), standar keandalan (reability quality)

yang diperlukan untuk produk tersebut.

b) Menilai kesesuaian

Membandingkan kesesuaian dari produk yang dibuat atau jasa yang

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

ditawarkan terhadap standar-standar ini.

c) Bertindak bila perlu

Mengoreksi masalah-masalah dan mencari penyebabnya melalui

faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap produk-produk yang tidak

sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

d) Merencanakan perbaikan

Mengembangkan suatu upaya yang berkesinambungan untuk

memperbaiki standar-standar biaya, prestasi, keamanan dan

keandalan.

4) Kelebihan dan kekurangan

a) Kelebihan

Kelebihan dari total quality management adalah menciptakan

kondisi dimana para karyawan langsung berperan aktif dan

berpartisipasi dalam menciptakan keunggulan mutu lalu.

b) Kekurangan

Kekurangan dari total quality management antara lain:

(1) Lebih fokus pada kualitas, tanpa terlalu memperhatikan isu

bisnis kritis lainnya.

(2) Implementasi total quality control menciptakan pemahaman

bahwa masalah kualitas adalah masalahnya departemen quality

control, padahal masalah kualitas biasanya berasal dari

ketidakmampuan departemen lain dalam perusahaan yang sama.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

(3) Penekanan umumnya pada standar minimum kualitas produk,

bukan pada bagaimana meningkatkan kinerja produk

(Nasution, 2001).

d. FMEA

1) Definisi

FMEA (failure mode and effect analysis) adalah suatu prosedur

terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin

mode kegagalan (failure mode). FMEA digunakan untuk

mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab dari suatu masalah

kualitas.

2) Tujuan

Tujuan dari failure mode and effect analysis adalah :

a) Mengenal dan memprediksi potensial kegagalan dari produk atau

proses yang dapat terjadi.

b) Memprediksi dan mengevalusi pengaruh dari kegagalan pada fungsi

dalam sistem yang ada.

c) Menunjukkan prioritas terhadap perbaikan suatu proses atau sub

sistem melalui daftar peningkatan proses atau sub sistem yang harus

diperbaiki.

d) Mengidentifikasi dan membangun tindakan perbaikan yang bisa

diambil untuk mencegah atau mengurangi kesempatan terjadinya

potensikegagalan atau pengaruh pada sistem.

e) Mendokumentasikan proses secara keseluruhan.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

3) Prosedur

Prosedur dari failure mode and effect analysis adalah sebagai berikut :

Terdapat langkah dasar dalam proses FMEA yang dilakukan oleh tim

desain for six sigma (DFSS) adalah :

a) Membangun batasan proses yang dibatasi oleh struktur proses.

b) Membangun proses pemetaan dari FMEA yang mendiskripsikan

proses produksi secara lengkap dan alat penghubung tingkat hirarki

dalam struktur proses dan ruang lingkup.

c) Melihat struktur proses pada seluruh tingkat hirarki dimana masing-

masing parameter rancangan didefinisikan.

d) Identifikasi kegagalan potensial pada masing-masing proses.

e) Mempelajari penyebab kegagalan dari pengaruhnya.

4) Kelebihan dan kekurangan

a) Kelebihan

Kelebihan dari metode failure mode and effect analysis (FMEA)

adalah digunakan untuk menangkap potensi kegagalan / risiko &

dampak dan memprioritaskan mereka pada skala numerik yang

disebut Nomor Prioritas Risiko (RPN) yang berkisar antara 1 hingga

1000. RPN diperoleh dengan mengalikan Tingkat Permasalahan,

Kejadian & Deteksi. Setiap Tingkat Keparahan, Kejadian dan

Deteksi diidentifikasi pada skala 1 sampai 10. Ini adalah metode

yang sangat masuk akal dan efektif jika dilaksanakan tepat waktu.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

b) Kekurangan

Kekurangan dari metode failure mode and effect analysis antara lain:

1) Implementasi metode membutuhkan input yang cukup besar,

karena lebih banyak detail proses mengarah pada peningkatan

geometrik di area yang dianalisis, dan jumlah kejadian yang

memengaruhi tumbuh secara bersesuaian.

2) Fault Tree Analysis adalah diagram logika Boolean, yang

menunjukkan hanya dua kondisi: berfungsi dan gagal.

3) Sulit untuk memperkirakan keadaan kegagalan sebagian dari

bagian-bagian proses, karena penggunaan metode umumnya

menunjukkan bahwa prosesnya baik dalam kondisi baik atau

dalam keadaan rusak.

4) Ini membutuhkan pakar keandalan dengan pengetahuan

mendalam tentang proses (Idham, 2014).

e. Metode Taguchi

1) Definisi

Metode Taguchi ditemukan oleh Dr. Genichi Taguchi pada tahun 1949

saat mendapatkan tugas untuk memperbaiki sistem telekomunikasi di

Jepang. Metode ini merupakan metodologi baru dalam bidang teknik

yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas produk dan proses serta

dalam dapat menekan biaya dan resources seminimal mungkin. Sasaran

metode Taguchi adalah menjadikan produk robust (kuat) terhadap noise,

karena itu sering disebut sebagai robust design.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2) Tujuan

Tujuan dari metode Taguchi antara lain :

a) Untuk menghasilkan produk yang berkualitas

b) Untuk mengurangi biaya produksi atau meminimalkan biaya

produksi.

3) Prosedur

Prosedur dari metode Taguchi sebagai berikut :

a) Menentukan tujuan dari proses atau lebih khususnya lagi target value

untuk pengukuran performansi dari suatu proses.

b) Menentukan parameter desain yang memberikan efek terhadap proses

c) Membuat orthogonal arrays untuk desain parameter yang

mengindikasikan jumlah dan kondisi dari masing-masing eksperimen

d) Menghubungkan eksperimen yang diindikasi pada array yang sudah

selesai untuk mengumpulkan data pada efek dari pengukuran

performansi

e) Melengkapi data analysis untuk menentukan efek dari berbagai

parameter berbeda pada pengukuran performansi (Prasetyo, 2017).

4) Kelebihan dan kekurangan

a) Kelebihan

(1) Dapat mengurangi jumlah pelaksanaan percobaan jika

dibandingkan dengan menggunakan percobaan full factorial,

sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

(3) Dapat melakukan penghematan terhadap rata-rata dan variasi

karakteristik kualitas sekaligus, sehingga ruang lingkup

pemecahan masalah lebih luas.

b) Kekurangan

Kekurangan dari metode Taguchi adalah apabila percobaan ini

dilakukan dengan banyak faktor dan interaksi, akan terjadi

pembauran beberapa interaksi oleh faktor utama. Akibatnya,

keakuratan hasil percobaan akan berkurang, jika interaksi yang

diabaikan tersebut memang benar-benar berpengaruh terhadap

karakteristik yang diamati (Debrina, 2015).

f. Metode Fault Tree Analysis

1) Definisi

Russell dan Taylor (2000) menyebutkan bahwa fault tree analysis

merupakan suatu metode visual untuk melakukan analisis atas cacat dari

produk yang saling memiliki keterkaitan. Disebut pohon cacat atau

kegagalan mutu (fault tree) karena peralatan analisis disusun menjadi

sebuah diagram yang memperlihatkan cacat produk itu secara hierarkis.

Pohon cacat atau kegagalan mutu lebih lanjut akan merekomendasikan

jalan keluar alternatif untuk memperbaiki atau mengatasi cacat atau tuna

mutu yang terjadi atas produk (Suhardi, 2004).

2) Tujuan

Tujuan metode Fault Tree Analysis untuk mengidentifikasi terjadinya

suatu kegagalan dari berbagai cara, baik dari faktor fisik maupun

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

manusia, yang dapat mengarah pada penyebab dari terjadinya kegagalan/

kesalahan tersebut.

3) Prosedur

Prosedur dari metode Fault Tree Analysis antara lain:

a) Mendefinisikan masalah dan kondisi batas dari suatu sistem yang

ditinjau. Langkah pertama bertujuan untuk mencari top event yang

merupakan definisi dari kegagalan suatu sistem, ditentukan terlebih

dahulu dalam menentukan sebuah model grafis FTA.

b) Penggambaran model grafis Fault Tree. Tahapan kedua, membuat

model grafis Fault Tree. Aturan dalam membuat FTA adalah:

(1) Mendeskripsikan fault event (kejadian gagal)

(2) Mengevaluasi fault event (kejadian gagal)

(3) Melengkapi semua gerbang logika (logical gate)

Model grafis FTA memuat beberapa simbol, yaitu simbol

kejadian, simbol gerbang dan simbol transfer. Simbol kejadian

adalah simbol yang berisi kejadian pada sistem yang dapat

digambarkan dengan bentuk lingkaran, persegi, dan yang lainnya

yang mempunyai arti masing-masing. Contoh dari simbol

kejadian adalah Intermediate event dan basic event. Sedangkan

untuk simbol gerbang, menyatakan hubungan kejadian input

yang mengarah pada kejadian output. Hubungan tersebut dimulai

dari top event sampai ke event yang paling mendasar. Contoh

dari simbol gerbang adalah AND dan OR.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

c) Mencari minimal cut set dari analisa Fault Tree. Tahapan ketiga

yaitu mencari minimal cut set. Mencari minimal cut set merupakan

analisa kualitatif yang mana dipakai Aljabar Boolean. Aljabar

Boolean merupakan aljabar yang dapat digunakan untuk

melakukan penyederhanaan atau menguraikan rangkaian logika

yang rumit dan kompleks menjadi rangkaian logika yang lebih

sederhana

d) Melakukan analisa kualitatif dari Fault Tree.

e) Melakukan analisa kuantitatif dari Fault Tree. Langkah terakhir

yaitu melakukan analisa kuantitatif, yang mana dipakai teori

reliabilitas untuk menyelesaikannya. Keandalan /Reliability dapat

didefinisikan sebagai nilai probabilitas bahwa suatu komponen

atau suatu sistem akan sukses menjalani fungsinya, dalam jangka

waktu dan kondisi operasi tertentu. Keandalan bernilai antara

angka 0 – 1, dimana nilai 0 menunjukkan sistem gagal

menjalankan fungsi dan 1 menunjukkan sistem 100 % berfungsi.

4) Kelebihan dan kekurangan

a) Kelebihan

(1) Bersifat sistematik, analisis sistem yang kompleks

(2) Membutuhkan beberapa jenis keilmuan (multi disiplin)

(3) Menentukan interaksi yang sangat kompleks

(4) Memberikan pandangan secara kualitatif dengan mudah terhadap

plant

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

(5) Memberikan hasil secara kuantitatif yang dapat digunakan

sebagai pengambil keputusan

(6) Model yang dapatdigunakan untuk studi sensitivitas

(7) Dapat digunakan untuk mengevaluasi sesuatu yang tidak pasti

b) Kekurangan

(1) Tidak ada jaminan semua kejadian awal sudah teridentifikasi

(2) Kekurangan dari model konsep dan model matematika

(3) Tidak cukupnya data perangkat keras dan performance manusia

(4) Ketidakpastian dari model parameter untuk model yang

digunakan (Suhardi, 2004).

g. Kaizen

1) Definisi

Kaizen merupakan istilah dalam bahasa Jepang terhadap konsep

continous incremental improvement. Kai berarti perubahan dan Zen

berarti baik. Kaizen berarti penyempurnaan yang berkesinambungan

yang melibatkan setiap orang. Pendekatan ini hanya dapat berhasil

dengan baik apabila disertai dengan usaha sumber daya manusia yang

tepat. Faktor manusia merupakan dimensi yang terpenting dalam

perbaikan kualitas dan produktivitas. Semangat Kaizen yang tinggi

dalam perusahaan Jepang telah membuat mereka maju pesat dan unggul

dalam kualitas.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2) Tujuan

Tujuan metode kaizen yaitu untuk melaksanakan perbaikan secara terus-

menerus.

3) Prosedur

Prosedur dari metode kaizen antara lain:

a) Mencari garis tengah untuk masing-masing sampel

b) Menghitung sampel rata-rata

c) Menghitung standar deviasi masing-masing sampel

d) Menghitung Batas Pengendali Atas dan Batas Pengendali Bawah

e) Menghitung ukuran sampel

f) Menghitung rata-rata jumlah cacat dalam satu periode

g) Uji kecukupan data.

4) Kelebihan dan Kekurangan:

a) Kelebihan

Kelebihan dari metode kaizen yaitu memiliki risiko yang rendah

kemudian penyelesaian yang cepat.

b) Kekurangan

Kekurangan dari metode kaizen yaitu sulit untuk menerima sesuatu

yang baru (Parwati, 2012).

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2.4 Six Sigma

a. Pengertian Six sigma

Six sigma adalah konsep statistik yang mengukur suatu proses yang

berkaitan dengan cacat pada level enam (six) sigma yaitu hanya ada 3,4

cacat dari sejuta peluang. Six sigma juga merupakan falsafah manajemen

yang berfokus untuk menghapus cacat dengan cara menekankan

pemahaman, pengukuran, dan perbaikan proses.

b. Tahap-tahap Six sigma

1) Define

Tahap ini merupakan tahap awal dalam Six Sigma. Pada tahap ini akan

dilakukan penentuan sasaran dan identifikasi jumlah total cacat

produk. Pada tahap ini pula didefinisikan CTQ berdasarkan input dari

pelanggan terhadap kualitas produk.

2) Measure

Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap ini yaitu: menentukan cacat

dominan yang merupakan CTQ dengan menggunakan diagram pareto,

mengukur nilai total DPMO dan tingkat sigma.

3) Analyze

Tahap ini merupakan tahap menganalisa, mencari dan menemukan

akar penyebab dari suatu masalah. Hal ini dapat dengan menggunakan

diagram sebab akibat.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

4) Improve

Pada tahap ini, FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) digunakan

untuk menentukan prioritas rencana perbaikan. Tujuan FMEA adalah

mengembangkan, meningkatkan, dan mengendalikan nilai-nilai

probabilitas dari failure (kegagalan) yang terdeteksi dari sumber

(input).

5) Control

Tahap ini merupakan tahap untuk mengendalikan proses yang sudah

diperbaiki. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan tools yang sudah pernah digunakan atau dengan tools

yang lain (Sirine, 2017).

c. Kelebihan dan kekurangan Six Sigma

Kelebihan dari Six sigma yaitu berpengaruh pada perbaikan produktivitas,

pengurangan waktu siklus, pengurangan cacat, serta pengurangan biaya.

Adapun kekurangan Six sigma yaitu dalam perencanaannya perlu waktu

yang cukup, perlunya ketekunan dalam menjalankan strategi ini karena

demi mendapatkan suatu produk yang baik harus dilakukan pemantauan

secara teratur, perlu orang-orang yang memang terlatih dan memiliki

pengetahuan tinggi karena tuntutan untuk terus mengurangi produk cacat

(Rimantho, 2017).

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

d. Konversi nilai sigma

Ukuran sigma atau level sigma adalah variabel paling penting dalam

metode Six Sigma, karena variabel ini mengindikasikan variabilitas proses

dan sampai pada level berapa sigma proses dikelola. Ukuran ini juga

mengindikasikan apakah proses saat ini sudah “efisien” dan “berkualitas”

atau belum. Untuk mendapatkan skor sigma hal yang dilakukan adalah

kita harus mengetahui DPMO terlebih dahulu dari hasil tersebut dapat kita

konversikan menjadi skor sigma melalui tabel konversi sigma.

Tabel 2.1 Konversi DPMO Sigma


DEFECTS PER MILLION
SIGMA YIELD OPPORTUNITIES
(DPMO)
1 31,0% 690.000
2 69,2% 308.000
3 93,3% 690.000
4 99,4% 6.210
5 99,97% 230
6 99,99966% 3,4

1) Defect per Opportunity, atau DPO

Variabel ini menunjukan proporsi defect atas jumlah total peluang

dalam sebuah kelompok yang diperiksa. Sebagai contoh jika DPO

sebesar 0.05 berarti peluang untuk memiliki defect dalam sebuah

kategori (CTQ) adalah 5%. Rumusnya adalah:

Jumlah Unit Defective


DPO= …………. (1)
Total Unit×Peluang

2) Defect per Million Opportunities, atau DPMO

Kebanyakan ukuran-ukuran peluang defect diterjemahkan ke dalam

format DPMO, yang mengindikasikan berapa banyak defect akan

muncul jika ada satu juta peluang. Dalam lingkungan pemanufakturan

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

secara khusus, DPMO sering disebut “PPM”, singkatan dari “Parts per

Million”. Rumus umum untuk menghitung DPMO ialah (Pande, 2000).

DPMO=DPO×1.000.000………. (2)

2.5 Seven Tool dan New Seven Tools

a. Seven Tools

Seven tools adalah alat-alat yang dapat digunakan oleh organisasi untuk

melakukan pengendalian kualitas

1) Flowchart

Flow Chart adalah gambaran skematik atau diagram yang menunjukan

seluruh langkah dalam suatu proses dan menunjukan bagaimana

langkah itu saling berinteraksi satu sama lain.

Flowchart berfungsi untuk menganalisis, diskusi, komunikasi, serta

dapat membantu kita untuk menemukan wilayah-wilayah perbaikan

dalam proses.

Prosedur pembuatan flowchart:

a) Flowchart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri ke

kanan.

b) Aktivitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan

definisi ini harus dapat dimengerti oleh pembacanya.

c) Kapan aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.

d) Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan

deskripsi kata kerja.

e) Setiap langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

f) Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harus

ditelusuri dengan hati-hati.

g) Gunakan simbol-simbol flowchart yang standar (Rani, 2016).

Gambar 2.2 Contoh Flowchart

2) Check Sheet

Lembar Pemeriksaan (Check Sheet), disebut juga tally sheet merupakan

bentuk yang sederhana yang dirancang untuk memungkinkan

penggunanya mencatat data khusus dan dapat diobservasi mengenai

satu atau beberapa variabel. Check sheet, adalah alat yang sering

digunakan untuk menghitung seberapa sering sesuatu terjadi dan sering

digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan data.

Check sheet berfungsi untuk pengambilan data di proses produksi yang

kemudian diolah menjadi informasi dan hasil yang bermanfaat dalam

pengambilan keputusan.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Prosedur pembuatan chech sheet:

a) Menentukan kejadian atau permasalahan apa yang akan diteliti.

b) Menentukan kapan data tersebut akan diambil dan berapa lama

pengambilannya.

c) Merancangkan formatnya

d) Mencoba atau menguji Check Sheet tersebut dalam bentuk draft

(naskah konsep) untuk memastikan check sheet tersebut mudah

dipakai dan mencakup semua data yang kita butuhkan.

e) Lakukan perubahan jika diperlukan.

f) Isikan data setiap kali kejadian atau permasalahan yang kita teliti

tersebut terjadi (Herjanto, 2007).

Gambar 2.3 Contoh Chech sheet

3) Histogram

Histogram ialah gambaran grafis tentang nilai rata-rata dan penyebaran

dari sekumpulan data suatu variabel. Histogram berfungsi untuk

menunjukkan seberapa sering setiap nilai yang berbeda dalam satu set

data terjadi.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Prosedur pembuatan histogram:

a) Mengumpulkan data pengukuran

b) Menentukan besarnya range

c) Menentukan banyak kelas interval

d) Menentukan lebar kelas interval, batas kelas, dan nilai tengah kelas

e) Menentukan frekuensi dari setiap kelas interval

f) Membuat grafik histogram

Gambar 2.4 Contoh histogram

4) Pareto Diagram

Pareto diagram adalah alat yang digunakan untuk membandingkan

berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya untuk

menentukan pentingnya atau prioritas kategori. Pareto diagram

berfungsi untuk mengetahui cacat yang paling dominan pada produk.

Prosedur pembuatan diagram pareto:

a) Memutuskan masalah yang akan diselidiki

b) Merancang pengisian data

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

c) Mengisi lembar pengisian data dan menghitung jumlah total

pencatatan

d) Membuat daftar data sheet untuk diagram pareto yang berisi tipe

defect, jumlah defect, nilai kumulatif defect, persentase defect &

persentase kumulatif defect.

e) Susunlah item defect berdasarkan jumlah, dan mengisi daftar data

sheet untuk diagram pareto

f) Buat diagram batang.

g) Gambar kurva cumulative (kurva pareto)

Gambar 2.5 Contoh diagram Pareto

5) Scatter Diagram

Scatter diagram adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua

variabel apakah hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau tidak

yaitu antara faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas

produk. Scatter diagram berfungsi untuk mendeteksi kolerasi

(hubungan) antara dua variable (faktor), sekaligus memperlihatkan

tingkat hubungan (kuat atau lemah).

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Prosuder pembuatan scatter diagram:

a) Mengumpulkan data (x, y)

b) Menentukan nilai maksimal minus untuk x dan y

c) Tebar (Plot) pada kertas

d) Memberikan info secukupnya agar dapat memahaminya

(Rani, 2016).

Gambar 2.6 Contoh Scatter Diagram

6) Control Chart

Peta kendali (control chart) merupakan suatu sarana statistik yang

dipergunakan untuk mengendalikan kualitas selama proses produksi

dalam bentuk grafik atau peta guna memantau ada atau tidaknya

penyimpangan– penyimpangan kualitas selama proses produksi.

Prosedur pembuatan control chart:

a) Memilih jenis control chart

b) Melakukan nilai besar data

c) Hitung data masing – masing

d) Hitung garis

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

e) Melakukan penyajian chart

Gambar 2.7 Contoh Control Chart

7) Cause and effect (Fishbone)

Cause and effect adalah diagram sebab akibat yang mencari unsur

penyebab yang diduga dapat menimbulkan masalah. Cause and effect

atau fishboneberfungsi untuk menganalisis sebab akibat suatu masalah,

menentukan penyebab permasalahan, dan menyediakan penyajian yang

jelas untuk mengetahui sumber – sumber variasi.

Prosedur pembuatan cause and effect:

a) Tentukan masalah/akibat yang akan dicari penyebabnya. Tuliskan

dalam kotak yang menggambarkan kepala ikan yaitu yag berada di

ujung tulang utama (garis horisontal).

b) Tentukan grup/kelompok faktor-faktor penyebab utama yang

mungkin menjadi penyebab masalah itu dan tuliaskan masing-masig

pada kotak yang berada pada cabang.

c) Pada setiap cabang, tulis faktor-faktor penyebab yang lebih rinci

yag dapat menjadi faktor penyebab maslah yang dianalisis.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

d) Lakukan analisis dengan membandingkan data/keadaan dengan

persyaratan untuk setiap faktor dalam hubungannya dengan akibat,

sehingga dapat diketahui penyebab utama yang mengakibatkan

terjadinya masalah mutu yang diamati (Herjanto, 2007).

Gambar 2.8 Contoh diagram cause and effect

b. New Seven Tools

New seven tools of quality adalah alat-alat pembantu yang digunakan dalam

eksplorasi kualitatif. Pengelompokkan tujuh alat kedua (seven new tools)

timbul karena adanya kebutuhan untuk memecahkan permasalahan

kualitatif pada tingkatan manajemen. Bagaimanapun, permintaan para

konsumen tidak selalu dapat diidentifikasi dengan hanya menggunakan

data numerik. New seven tools, terdiri dari:

1) Affinity diagram

Affinity diagram digunakan untuk mengatur beberapa objek atau

masalah menjadi sesuatu yang dapat di logika dan membuatnya menjadi

sebuah sistem yang dapat mempermudah perusahaan dalam melakukan

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

perancangan. Segala keinginan dan keluhan konsumen dapat diatur

dalam affinity diagram. Contoh affinity diagram:

Gambar 2.9 Affinity Diagram


2) Tree diagram

Tree diagram adalah suatu alat yang digunakan untuk mengembangkan

strategi sistematik secara bertahap untuk menemukan solusi dari

masalah yang ada. Contoh tree diagram:

Gambar 2.10 Tree Diagram

3) Arrow diagram

Arrow diagram adalah suatu alat yang bertujuan untuk membuat suatu

sajian dalam tahapan-tahapan dari sebuah proses yang diperlukan untuk

melengkapi sebuah proyek. Contoh arrow diagram:

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 2.11 Arrow Diagram

4) PDPC (Process Decision Program Chart)

PDPC merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyiapkan

tindakan cadangan dalam bentuk grafik jika terjadi suatu kejadian yang

tidak normal dengan kemungkinan yang sangat kecil dalam perusahaan.

Contoh PDPC:

Gambar 2.12 PDPC

5) Relationship diagram

Relationship diagram digunakan untuk menyelidiki hubungan-

hubungan yang terjadi antara penyebab suatu masalah dan akibat atau

dampak dari masalah yang ada. Contoh relationship diagram:

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 2.13 Relationship Diagram

6) Matrix diagram

Tujuan dari matrix diagram adalah untuk menemukan relasi antara

masing-masing item dalam dua kumpulan dari berbagai factor dan

karakteristik, serta mengekspresikannya dalam sebuah symbol yang

mudah untuk di mengerti. Diagram matrik biasanya digunakan untuk

membuat perusahaan mengetahui hubungan antara keinginan konsumen

dan karakteristik produk. Contoh matrix diagram:

Gambar 2.14 Matrix Diagram

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

7) Matrix data analysis

Tujuan dari matrix data analysis ialah untuk menunjukkan data

numerik mengenai dua kumpulan dari beberapa karakteristik dalam

bentuk matrik dan menganalisisnya untuk mendapatkan hasil numerik

(Shuai, 2013). Contoh matrix data analysis:

Gambar 2.15 Matrix Data Analysis

Karena alat-alat ini digunakan oleh tingkatan manajemen pada saat

perencanaan, maka permasalahan yang dipecahkan lazimnya bersifat

kualitatif menggunakan data verbal (karena belum ada data numerik)

sehingga 7 New Quality Tools sering diklasifikasikan sebagai teknik-

teknik kualitatif sebaliknya 7 Basic Quality Tools diklasifikasikan sebagai

teknik-teknik kuantitatif. Tentu saja pengklasifikasian ini tidak tepat

karena fishbone diagram dan flowchart adalah teknik kualitatif

sementara matrix data analysis adalah teknik kuantitatif (Kume, 1989).

Salah satu contoh kasus penerapan new seven tools yaitu analisa

pengendalian kualitas produksi botol X 500 ml pada PT. Berlina, Tbk.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana pengendalian

kualitas yang dilakukan oleh perusahaan khususnya untuk produksi botol

X 500 ml. Metode yang digunakan dalam melakukan pengendalian

kualitas ini ialah new seven tools, dimana metode ini meliputi beberapa

tahapan yaitu affinity diagram, interrelationship diagram, tree diagram,

matrix diagram, matrix data analysis, dan process decision program chart.

Jenis kecacatan yang biasanya ditemukan dalam produk X 500 ml antara

lain, ialah produk kotor hitam, kotor debu, gelembung dan lain – lain.

Kemudian dari hasil penelitian dapat diketahui faktor penyebab kecacatan,

misalnya, factor operator, material, mesin, lingkungan, dan metode

pengoperasian (Chandradevi, 2016).

c. Perbedaan Seven Tools dan New Seven Tools

1) Seven tools merupakan suatu alat yang mengumpulkan data terlebih

dahulu baru menjelaskan permasalahan apa yang terjadi atau lebih

dikenal dengan pendekatan analitis (analytical aproach). Sementara,

seven new tools mendefinisikan masalah sebelum mengumpulkan

semua data terlebih dahulu.

2) Seven tools merupakan suatu alat yang melakukan pendekatan analitis

(analytical aproach). Sementara, seven new tools mengumpulkan ide

dan memformulasikan rencana.

3) Seven tools lebih ke ekplorasi kuantitatif. Sedangkan, Seven new

tools lebih ke ekplorasi kualitatif (Kume, 1989).

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2.6 ISO (International Organization For Standardization)

a. Pengertian ISO

ISO (International Organization for Standardization) adalah suatu badan

standar dunia yang dibentuk untuk meningkatkan perdagangan internasional

yang berkaitan dengan barang dan jasa. ISO merupakan organisasi

internasional yang bertanggung jawab dalam penyusunan standar baru

ataupun revisi ISO standar yang telah ada. Standar yang dikeluarkan oleh

ISO, dipersiapkan oleh Technical Committee yang mewakili organisasi serta

kalangan industri. ISO membawahi sejumlah badan sertifikasi nasional yang

terdiri dari 135 negara atau lebih di seluruh dunia. Pada umumnya, ISO

terkait dengan mutu produk maupun jasa, standar-standar yang telah

ditetapkan akan ditinjau kembali dalam kurun waktu 3 tahun untuk

memastikan standar tersebut masih relevan dengan perkembangan dunia

usaha. Standar yang ditetapkan oleh ISO tidak bersifat teknis pelaksanaan,

tetapi merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam

penerapannya (Amin, 1998).

b. Sejarah ISO

ISO singkatan dari International Standardization Organization yang

merupakan federasi badan-badan standarisasi dari seluruh dunia. Berdiri

pada 23 Februari 1947 di Janewa, Swetzerland. ISO pada awalnya dibentuk

untuk membuat dan memperkenalkan standarisasi internasional untuk apa

saja. Standar yang sudah kita kenal antara lain standar jenis film fotografi,

ukuran kartu telepon, kartu ATM bank, ukuran dan ketebalan kertas dan lain

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

sebagainya. Dalam menetapkan suatu standar tersebut mereka mengundang

wakil anggotanya dari 170 negara untuk duduk dalam Technical Committee.

Sejarah ISO dimulai dari dunia militer sejak masa perang dunia II. Pada

tahun 1943, pasukan inggris membutuhkan sekali banyak amunisi untuk

perang sehingga untuk kebutuhan ini dibutuhkan banyak sekali supplier.

Sebagai konsekuensinya, maka demi kebutuhan standarisasi kualitas,

mereka merasa perlu untuk menetapkan standar seleksi supplier.

Selanjutnya 20 tahun kemudian perkembangan standarisasi ini menjadi

semakin dibutuhkan hingga pada tahun 1963, departemen pertahanan

Amerika mengeluarkan standar untuk kebutuhan militer yaitu Mil-Q-9858A

sebagai bagian dari MIL-STD series. Kemudian standar ini diadopsi oleh

NATO menjadi AQAP-1 (Allied Quality Assurance Publication-1) dan

diadopsi oleh militer inggris sebagai DEF/STAN 05-8.

Seiring dengan kebutuhan implementasi yang semakin kompleks, maka

DEF/STAN 05-8 dikembangkan menjadi BS-5750 pada tahun 1979. Atas

usulan America National Standard Institute kepada Inggris, maka pada

tahun 1987 melalui International Organization for Standardization,

standard BS-5750 diadopsi sebagai sebuah International Standard yang

kemudian dinamai ISO 9000: 1987.

Pada perkembangan berikutnya di tahun 1994, karena kebutuhan guaranty

quality bukan hanya pada aspek final inspection, tetapi lebih jauh

ditekankan perlunya proses preventive action untuk menghindari kesalahan

pada proses yang menyebabkan ketidak sesuaian pada produk. Namun

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

demikian versi 1994 ini masih menganut system procedure yang kaku dan

cenderung document centre dibanding kebutuhan organisasi yang

disesuaiakan dengan proses internal organisasi.

Pada ISO 9000: 1994 dikenal tiga versi yaitu, 9001 tentang design, 9002

tentang proses produksi, dan 9003 tentang proses services. Versi 1994 lebih

fokus pada proses manufacturing dan sangat sulit diaplikasikan pada

organisasi bisnis kecil karena banyaknya prosedur yang harus dipenuhi

(sedikitnya ada 20 klausa yang semuanya wajib di dokumentasikan menjadi

prosedur organisasi). Karena keterbatasan inilah, maka Technical Committe

melakukan review atas standar yang ada hingga akhirnya lahirlah revisi ISO

9001: 2000 yang merupakan penggabungan dari ISO 9001, 9002, dan 9003

versi 1994.

Pada versi tahun 2000, tidak lagi dikenal 20 kalusa wajib, tetapi lebih pada

proses business yang terjadi dalam organisasi. Sehingga organisasi sekecil

apapun bisa mengimplementasikan sistem ISO 9001:2000 dengan berbagai

pengecualian pada proses bisnisnya. Maka dikenallah istilah BPM atau

Business Process Mapping, setiap organisasi harus memtakan proses

bisnisnya dan menjadikannya bagian utama dalam quality manual

perusahaan, walau demikian ISO 9001: 2000 masih mewajibkan 6 prosedur

yang harus terdokumentasi, yaitu Procedure Control of Document, Control

of Record, Control of Non Conforming Product, Internal Audit, Corrective

Action, dan Preventive Action yang semuanya bisa dipenuhi oleh organisasi

bisnis manapun.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Pada perkembangan berikutnya, versi 2008 lahir sebagai bentuk

penyempurnaan atas revisi tahun 2000. Adapun perbedaan antara versi 2000

dengan 2008 secara significant lebih menekankan pada efektifitas proses

yang dilaksanakan dalam organisasi tersebut. Jika pada versi 2000

mengatakan harus dilakukan corrective dan preventive action, maka versi

2008 menetapkan bahwa proses corrective dan preventive action yang

dilakukan harus secara effective berdampak positif pada perubahan proses

yang terjadi dalam organisasi (Amin, 1998).

c. Jenis – jenis ISO

Ada beberapa jenis standar ISO lain yang diterbitkan oleh lembaga ini yang

banyak diterapkan di berbagai perusahaan di Indonesia, seperti:

1) ISO 9001 merupakan sistem manajemen mutu yang paling populer

dimana revisi terbaru adalah ISO 9001:2008. Ciri dari ISO 9001 ini

adalah melakukan pendekatan proses yang bertujuan untuk

meningkatkan efektivitas manajemen mutu. Pendekatan yang

dilakukan mensyaratkan untuk dilakukannya identifikasi, penerapan,

pengelolaan dan peningkatan berkesinambungan.

2) ISO 14001 merupakan standar ini terkait dengan sistem manajemen

lingkungan. Organisasi yang menerapkan sistem ini harus dapat

mengidentifikasi aspek dan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari

operasional usahanya. Aspek-aspek yang harus dipenuhi organisasi

yang menerapkan standar ini adalah pengelolaan limbah, upaya untuk

penghematan energi, air, serta bahan bakar.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

3) ISO 22000 merupakan standar yang berkaitan dengan sistem

manajemen keamanan pangan. Perusahaan yang bergerak di bidang

makanan dan minuman harus memperhatikan aspek kesehatan dan

keselamatan konsumen sehingga dituntut untuk meningkatkan kontrol

internal terlebih dalam hal produksi. Standar ini mensyaratkan bahwa

setiap produk harus memiliki rencana proses dan pengendaliannya.

4) ISP/IEC 27001 merupakan standar sistem manajemen keamanan

informasi yang juga dikenal sebagai Informasi Security Managemen

System (ISMS). Standar ini banyak diterapkan oleh perusahaan yang

bergerak di bidang aplikasi IT dan sejenisnya.

5) ISO TS 16949 merupakan Technical Specification yang dikeluarkan

oleh ISO untuk sistem manajemen mutu dibidang industri otomotif.

Standar ini memiliki konsep perbaikan berkelanjutan, pengendalian

rantai pemasok, serta tindakan perbaikan dan pencegahan.

6) ISO/IEC 17025 merupakan standar yang terkait dengan persyaratan

untuk lembaga pengujian atau laboratorium. Adapun yang menjadi

fokus pada standar ini adalah kompentensi laboratorium pengujian dan

kalibrasi. Standar ini penting untuk memastikan keakuratan hasil

pengujian terkait dengan bidang kesehatan, perdagangan, produksi,

hingga perlindungan pelanggan.

7) ISO 28000 merupakan persyaratan terhadap sistem keamanan rantai

pasokan. Standar ini diperuntukkan bagi perusahaan yang memiliki

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

ancaman resiko yang tinggi seperti bank, fasilitas umum, hotel, atau

pertambangan.

8) ISO 5001 merupakan standar yang diterapkan untuk sistem manajemen

energi yang bertujuan untuk membantu organisasi membangun sistem

dan proses dalam meningkatkan kinerja, efisiensi, serta konsumsi

energi. Standar ini juga dirancang agar dapat terintegrasi dengan

standar manajemen lainnya (Warni, 2016).

2.7 Quality 4.0

Dekade terakhir kita telah melihat kemajuan pesat dalam konektivitas,

mobilitas, analitik, skalabilitas, dan data, menelurkan apa yang disebut

revolusi industri keempat, atau Industri 4.0. Revolusi industri keempat ini

telah mendigitalkan operasi dan menghasilkan transformasi dalam efisiensi

manufaktur, kinerja rantai pasokan, inovasi produk, dan dalam beberapa

kasus memungkinkan model bisnis yang sepenuhnya baru. Transformasi ini

harus menjadi perhatian utama para pemimpin kualitas, karena peningkatan

kualitas dan pemantauan adalah beberapa kasus penggunaan teratas untuk

Industri 4.0. Kualitas 4.0 secara erat menyelaraskan manajemen mutu dengan

Industri 4.0 untuk memungkinkan efisiensi, kinerja, inovasi, dan model bisnis

perusahaan. Namun, sebagian besar pasar tidak berfokus pada Kualitas 4.0,

karena banyak tim kualitas masih berusaha untuk menyelesaikan masalah

kemarin: inefisiensi yang disebabkan oleh sistem yang terfragmentasi,

perhitungan metrik manual, tim kualitas secara mandiri melakukan pekerjaan

berkualitas dengan kepemilikan lintas fungsional minimal, dan komunikasi

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

pemasok tidak efektif. Kualitas 4.0 tentu saja termasuk digitalisasi

manajemen mutu. Lebih penting lagi adalah dampak digitalisasi itu pada

teknologi, proses, dan orang-orang yang berkualitas. LNS telah

mengidentifikasi 11 sumbu Kualitas 4.0, yang dapat digunakan perusahaan

untuk mendidik, merencanakan, dan bertindak. Dengan menggunakan

kerangka kerja dan penelitian ini, para pemimpin mengidentifikasi bagaimana

Kualitas 4.0 dapat mengubah kemampuan dan inisiatif yang ada. Kerangka

kerja ini juga memberikan perspektif tentang kualitas tradisional. Kualitas 4.0

tidak menggantikan metode kualitas tradisional, melainkan membangun dan

memperbaikinya. Produsen harus menggunakan kerangka kerja untuk

menafsirkan keadaan mereka saat ini dan mengidentifikasi perubahan apa

yang diperlukan untuk pindah ke keadaan masa depan (Jacob, 2017).

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

1.1 Studi Kasus

Setiap kelompok praktikan memiliki data alur produksi dan jumlah

data cacat yang berbeda. Data bersifat diskrit (accountable) berjumlah

minimal 30 data. Data kemudian diolah dan dianalisis dengan metode six

sigma dan menggunakan seven tools.

1.2 Alat yang digunakan

a. Laptop dengan program aplikasi pengolah data statistik (Ms.Excel,

SPSS, Minitab,etc)

b. Alat tulis

c. Kertas Grafik

1.3 Langkah – langkah Percobaan

a. Memperoleh data

b. Melakukan uji kecukupan data

c. Melakukan uji keseragaman data

d. Melakukan analisa data menggunakan six sigma yang dilengkapi

dengan seven tools

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB IV

PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Pada praktikum kali ini, kami mengambil data di pabrik pembuatan


batako ringan yang berlokasi di Jl. Inspeksi kanal, Somba Opu, Gowa,
Sulawesi - Selatan. Kami mengambil data pada hari Ahad, 31 maret
2019. Pabrik ini berdiri pada tahun 2013, yang awalnya berlokasi di jl.
Poros malino, Bontomarannu, gowa di dekat pasar balang-balang.
Namun pada tahun 2016, segala proses produksi dipindahkan ke
lokasinya yang sekarang dikarenakan kontrak lokasinya sudah habis.
Pabrik ini hanya memproduksi satu jenis produk, yaitu batako ringan.
Pabrik ini merupakan salah satu pabrik yang masih menggunakan
metode konvensional dalam proses produksinya, dengan dipekerjai oleh
3 orang buruh mampu mengerjakan 249 buah batako ringan tiap
harinya.

4.1.2 Urutan Proses Produksi

a. Bahan baku dalam pembuatan batako ringan adalah pasir, semen, air,
cairan pengeras dan pengembang
b. Pada proses produksinya, pabrik ini menggunakan mixer untuk
mencampur material, mesin compressor, tabung pompa, dan mesin
ayakan.
c. Proses produksinya dimulai dari mencampur segala material yang
dibutuhkan ke dalam mixer kemudian hasil campuran dituang
kedalam sebuah ember lalu diangkat oleh pekerja untuk dituangkan
ke cetakannya. Setelah itu pekerja menghaluskan permukaannya
dengan menggunakan alat penghalus tradisional. Sekitar 12 jam
batako ringan siap untuk dipasarkan.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

4.1.3 Data Proses Produksi dan Produk Cacat

Produk yang kami amati adalah batako. Pada produk ini memiliki tiga

jenis kecacatan yang terjadi saat produksi yaitu, patah, retak, dan rapuh

/ lembek. Untuk data produksi dan jumlah disetiap kecacatannya dapat

kita lihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Data Produksi dan Jumlah Kecacatan


Jenis Cacat
Hari ke- Produksi Jumlah Cacat
Patah Retak Lembek
1 249 2 1 0 3
2 249 3 3 0 6
3 249 1 5 0 6
4 249 2 3 0 5
5 249 1 3 21 25
6 249 1 2 21 24
7 249 2 3 0 5
8 249 2 3 0 5
9 249 1 5 0 6
10 249 2 3 0 5
11 249 3 4 0 7
12 249 1 3 21 25
13 249 0 2 0 2
14 249 2 3 0 5
15 249 3 3 0 6
16 249 2 3 21 26
17 249 0 5 0 5
18 249 2 4 20 26
19 249 3 2 0 5
20 249 2 3 0 5
21 249 1 3 21 25
22 249 2 4 0 6
23 249 3 4 0 7
24 249 2 5 0 7
25 249 2 3 0 5
26 249 3 3 0 6
27 249 2 4 20 26
28 249 0 3 0 3
29 249 3 3 0 6
30 249 2 5 0 7
Jumlah 7470 55 100 145 300

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

4.2 Penerapan Pengendalian Kualitas Produk Menggunakan Six Sigma

4.2.1 Define

a. Identifikasi Masalah

1. Jenis cacat patah

Gambar 4.1 gambar cacat patah

2. Jenis cacat retak

Gambar 4.2 gambar cacat retak

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

3. Jenis cacat lembek

Gambar 4.3 gambar cacat lembek atau rapuh

b. Penetapan tujuan

Tujuan dilakukan metode six sigma ini pada produksi batako , yaitu

agar jumlah tingkat kecacatan dapat dikurangi, baik cacat patah,

retak, ataupun lembek / rapuh.

4.2.2 Measure

Dalam langkah operasional pada program peningkatan kualitas Six

Sigma terdapat hal pokok yang dilakukan yaitu menentukan

karakteristik kualitas kunci (CTQ) dan pengukuran stabilitas proses.

a. Penetapan dan pengurutan CTQ prioritas

Critical to Quality (CTQ) adalah suatu cara pengukuran produk atau

proses yang mana standard kinerja atau batas spesifikasinya harus

sesuai dengan kepuasan pelanggan. CTQ mensejajarkan perbaikan

dengan persyaratan kepuasan pelanggan. Tools yang digunakan pada

tahap ini adalah diagram pareto. Menampilkan masalah kecacatan

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

yang terjadi dalam bentuk diagram pareto untuk mengetahui jenis

kecacatan manakah yang menjadi prioritas dan memiliki pengaruh

yang sangat pada performa perusahaan.

Diagram Pareto
300 100.00% 100.00%
250 81.67% 80.00%
200
60.00%
150 48.33%
40.00%
100
50 20.00%

0 0.00%
patah retak lembek

Series1 Series2

Gambar 4.4 gambar diagram pareto

Tabel 4.2 Nilai CTR


Jenis cacat Jumlah Proporsi Kumulatif
Patah 55 48,33% 48,33%
Retak 100 33,33% 81,67%
lembek 145 18,33% 100%
Total 300 100%

b. Pengukuran stabilitas proses

Pengukuran stabilitas proses adalah untuk mendapatkan data yang

seragam. Karena ketidak seragaman data tanpa disadari maka perlu

sesuatu alat untuk "mendeteksinya". Batas kontrol yang dibentuk

dari data merupakan batas seragam tidaknya data. Data dikatakan

seragam jika berada diantara kedua batas kontrol, dan tidak seragam

jika berada diluar dua batas kontrol. Kedua batas tersebut adalah

Upper Control Limit(UCL) dan Lower Control Limit(LCL).

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Apabila persebaran data masih dalam batas antara UCL dan LCL

maka data dianggap seragam atau tidak menyimpang. Sebaliknya,

jika data berada di luar batas UCL dan LCL maka data yang telah

dikumpulkan belum seragam, sehingga data yang berada di luar

kontrol di hilangkan. Kemudian dilakukan pengumpulan data dan di

uji kembali untuk mendapatkan data yang seragam.

Tabel 4.3 Data Statistika Proses


Jenis Cacat Proporsi
Hari ke- Produksi Jumlah Cacat Cacat
Patah Retak Lembek
(%)
1 249 2 1 0 3 1,20%
2 249 3 3 0 6 2,41%
3 249 1 5 0 6 2,41%
4 249 2 3 0 5 2,01%
5 249 1 3 21 25 10,04%
6 249 1 2 21 24 9,64%
7 249 2 3 0 5 2,01%
8 249 2 3 0 5 2,01%
9 249 1 5 0 6 2,41%
10 249 2 3 0 5 2,01%
11 249 3 4 0 7 2,81%
12 249 1 3 21 25 10,04%
13 249 0 2 0 2 0,80%
14 249 2 3 0 5 2,01%
15 249 3 3 0 6 2,41%
16 249 2 3 21 26 10,44%
17 249 0 5 0 5 2,01%
18 249 2 4 20 26 10,44%
19 249 3 2 0 5 2,01%
20 249 2 3 0 5 2,01%
21 249 1 3 21 25 10,04%
22 249 2 4 0 6 2,41%
23 249 3 4 0 7 2,81%
24 249 2 5 0 7 2,81%
25 249 2 3 0 5 2,01%
26 249 3 3 0 6 2,41%
27 249 2 4 20 26 10,44%
28 249 0 3 0 3 1,20%
29 249 3 3 0 6 2,41%
30 249 2 5 0 7 2,81%
Jumlah 7470 55 100 145 300 4,02%

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

1) Perhitungan Proporsi Cacat

𝑛𝑃𝑖
𝑃𝑖 = x 100 %
𝑛𝑖

Keterangan:

Pi = proporsi cacar hari ke-i

npi = jumlah produk cacat hari ke-i

ni = jumlah produksi pada hari ke-i

a) Hari ke-1
𝑛𝑃1
𝑃1 = x 100 %
𝑛1

3
𝑃1 = 249 x 100 %

𝑃1 = 1,20 %

b) Hari ke-2
𝑛𝑃2
k𝑃2 = x 100 %
𝑛2

6
k𝑃2 = 249 x 100 %

k𝑃2 = 2,41 %

c) Hari ke-3
𝑛𝑃3
k𝑃3 = x 100 %
𝑛3

6
k𝑃3 = 249 x 100 %

k𝑃3 = 2,41 %

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

̅
2) Perhitungan P

∑ nP
̅
P=
∑n

300
=
7470

= 0,040

3) Perhitungan UCL (Upper Control Limit)

̅
P(1−P) ̅
UCL = ̅
P + 3√ 𝑛𝑖

0,040(1−0,040)
UCL = 0,040 + 3√ 249

UCL = 0,040 + 3 (0,0124)

UCL = 0,040 + 0,0372

UCL = 0,0772

Jadi, nilai batas atasnya adalah 0,0772

4) Perhitungan LCL (Lower Control Limit)

̅ (1−P
P ̅)
LCL = ̅
P - 3√ 𝑛𝑖

0,040(1−0,040)
= 0,040 - 3√
249

= 0,040 – 3 (0,0124)

= 0,040 – 0,0372

= 0,0027

Jadi, nilai batas bawahnya adalah 0,0028

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Tabel 4.4 Perhitungan data proporsi, CL, UCL, LCL


Hari ke- Jumlah Cacat CL UCL LCL
1 3 0,040 0,077255 0,002745
2 6 0,040 0,077255 0,002745
3 6 0,040 0,077255 0,002745
4 5 0,040 0,077255 0,002745
5 25 0,040 0,077255 0,002745
6 24 0,040 0,077255 0,002745
7 5 0,040 0,077255 0,002745
8 5 0,040 0,077255 0,002745
9 6 0,040 0,077255 0,002745
10 5 0,040 0,077255 0,002745
11 7 0,040 0,077255 0,002745
12 25 0,040 0,077255 0,002745
13 2 0,040 0,077255 0,002745
14 5 0,040 0,077255 0,002745
15 6 0,040 0,077255 0,002745
16 26 0,040 0,077255 0,002745
17 5 0,040 0,077255 0,002745
18 26 0,040 0,077255 0,002745
19 5 0,040 0,077255 0,002745
20 5 0,040 0,077255 0,002745
21 25 0,040 0,077255 0,002745
22 6 0,040 0,077255 0,002745
23 7 0,040 0,077255 0,002745
24 7 0,040 0,077255 0,002745
25 5 0,040 0,077255 0,002745
26 6 0,040 0,077255 0,002745
27 26 0,040 0,077255 0,002745
28 3 0,040 0,077255 0,002745
29 6 0,040 0,077255 0,002745
30 7 0,040 0,077255 0,002745

Gambar 4.5 Control Chart

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

c. Pengukuran kapabilitas sigma

1) Menghitung nilai DPMO (perhari)

npi
DPMO = X 1.000.000
ni ×CTQp

Keterangan :

DPMO = Defect per Million Opportunities

npi = Banyak produk cacat hari ke-i

ni = Banyak produksi hari ke-i

CTQp = CTQ (Critical to Quality) potensial

a) Hari ke-1
np1
DPMO = x 1.000.000
n1 ×CTQp

3
DPMO = x 1.000.000
249×3

DPMO = 4016,064

b) Hari ke-2
np1
DPMO = x 1.000.000
n1 ×CTQp

6
DPMO = x 1.000.000
249×3

DPMO = 8032,129

c) Hari ke-3
np1
DPMO = x 1.000.000
n1 ×CTQp

6
DPMO = x 1.000.000
249×3

DPMO = 8032,129

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2) Mengkonversi nilai DPMO ke nilai sigma

Tabel 4.5 Pengukuran kapabilitas sigma


Jumlah CTQ Nilai
Hari ke- Produksi DPMO
Cacat Potensial Sigma
1 249 3 3 4016,064 4
2 249 6 3 8032,129 4
3 249 6 3 8032,129 4
4 249 5 3 6693,44 4
5 249 25 3 33467,2 4
6 249 24 3 32128,51 4
7 249 5 3 6693,44 4
8 249 5 3 6693,44 4
9 249 6 3 8032,129 4
10 249 5 3 6693,44 4
11 249 7 3 9370,817 4
12 249 25 3 33467,2 4
13 249 2 3 2677,376 4
14 249 5 3 6693,44 4
15 249 6 3 8032,129 4
16 249 26 3 34805,89 4
17 249 5 3 6693,44 4
18 249 26 3 34805,89 4
19 249 5 3 6693,44 4
20 249 5 3 6693,44 4
21 249 25 3 33467,2 4
22 249 6 3 8032,129 4
23 249 7 3 9370,817 4
24 249 7 3 9370,817 4
25 249 5 3 6693,44 4
26 249 6 3 8032,129 4
27 249 26 3 34805,89 4
28 249 3 3 4016,064 4
29 249 6 3 8032,129 4
30 249 7 3 9370,817 4

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

4.2.3 Analisis

Kita menganalisis masalah dengan menggunakan fishbone

diagram, agar masalah cacat dapat diketahui dengan mudah.

a. Jenis cacat patah

Gambar 4.6 cause and effect cacat patah

1) Manusia

a) Ketika mengangkat hasil produk, para pekerja sering

kurang berhati – dalam sehingga ada beberapa produk

yang patah, baik patah 2 ataupun patah 3.

b) kadang pekerja tidak mempehatikan lantai tempat

penyimpanan hasil produksi, sehingga ketika disusun

bertumpuk, produk yang paling bawah ada yang patah.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2) Metode

Dalam memindahkan produk, masih menggunakan grobak

sehingga dalam perjalanannya ke tempat penyimpanan ada

beberapa produk yang patah.

3) Lingkungan

Permukaan lantai tempat penyimpanan hasil produksi

banyak yang tidak rata, sehingga ketika produk disusun

dengan rapi, produk bagian akan patah.

b. Jenis cacat retak

Gambar 4.7 cause and effect cacat retak

1) Manusia

a) Ketika mengangkat hasil produk, para pekerja sering

kurang berhati – dalam sehingga ada beberapa produk

yang retak.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

b) kadang pekerja tidak mempehatikan lantai tempat

penyimpanan hasil produksi, sehingga ketika disusun

bertumpuk, produk yang paling bawah ada yang retak.

2) Metode

a) Dalam memindahkan produk, masih menggunakan

grobak sehingga dalam perjalanannya ke tempat

penyimpanan ada beberapa produk yang patah.

b) Dalam membongkar cetakan, pekerja menggunaka alat

bantu berupa palu, untuk menggetarkan produk agar

dapat berpisah dengan cetakannya. Namun dalam

penggunaannya jika pekerja tidak hati-hati dapat salah

pukul dan getaran tersebut dapat membuat produk retak.

3) Lingkungan

Permukaan lantai tempat penyimpanan hasil produksi

banyak yang tidak rata, sehingga ketika produk disusun

dengan rapi, produk bagian akan retak.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

c. Jenis cacat rapuh/lembek

Gambar 4.8 cause and effect cacat raput/lembek

1) Manusia

Pekerja kurang teliti dalam memantau sudah berapa banyak

air yang dimasukkan dan seberapa banyak zat pengembang

diberikan. Kadang kelebihan, kadang pula kekurangan.

2) Metode

Dalam pencampuran material, pekerja tidak memperhatikan

kapan diberikan zat pengembang atau zat pengerasnya.

Karena hal tersebut juga mempengaruhi kualitas yang

dihasilkan.

3) Lingkungan

Pada saat proses pengeringan dalam kondisi cuaca hujan,

dapat mempengaruhi percepatan keringnya. Jika cura hujan

tinggi maka produksi tidak bisa kering dalam waktu yang

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

sudah ditentukan, sehingga hasilnya nanti produk akan

rapuh.

4) Measurements

Banyaknya zat pengembang dan pengeras yang dimasukkan

mempengaruhi kualitas outputnya. Namun pekerja kadang

tidak memperhatikan takaran yang pas untuk produksinya.

Kadang kebanyakan zat pengembangnya atau sedikit zat

pengerasnya sehingga hasil produknya lembek atau rapuh.

5) Mesin

Umur mesin juga merupakan faktor yang mempengaruhi

kualitas hasil produksi. Dipabrik tersebut menggunakan

mesin mixer untuk mencampur materials namun sejak

berdirinya pabrik, mesin tersebut tidak pernah diganti

sehingga dalam proses pengadukan materials tidak

maksimal sehingga mempengaruhi kualitas outpunya.

Pengontrolan air dan zat pengeras atau pengembangnya

sudah tidak berfungsi dengan optimal dan mesin tersebut

juga sering mati ditengah pengoperasiannya.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

4.2.4 Improve

Pada tahap improve digunakan metode 5W + 1H dalam

memperbaiki tiga jenis cacat pada produksi batako ringan.

a. What

1) Berhati-hati dalam melakukan pemindahan produk

2) Melakukan pelatihan (training) pada pekerja

3) Memperbaiki lantai tempat penyimpanan hasil produksi

b. Why

1) Agar pekerja mengetahui secara baik mengenai setiap

proses produksi mulai dari penakaran bahan material

hingga pemindahan produk ke tempat penyimpanan.

2) Agar hasil produksi yang disusun di tempat penyimpanan

tidak lagi mengalami retak ataupun patah.

c. When

1) Pelatihan dapat dilakukan jika ada pekerja baru yang

masuk.

2) Jika pekerja memiliki sesuatu yang tidak dimengerti

terhadap proses produksi.

d. Where

1) Di lokasi pabrik (Jl. Inspeksi Kanal, Gowa)

e. Who

1) Penanggung jawab: Pemilik

2) Yang melakukan pekeraja: Pekerja

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

f. How

1) Pelatihan langsung oleh pekerja yang sudah mahir dan

pekerja baru mempraktekkannya langsung.

2) Memberikan catatan mengenai takaran material yang

dibutuhkan dalam membuat produk.

3) Lantai penyimpanan hasil produksi dicor agar rata.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa

5.2 Pembahasan

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

a. Saran Untuk Laboratorium

b. Saran Untuk Asisten

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

DAFTAR PUSTAKA

A.F. Assaf. 2011. Mutu Pelayanan Kesehatan Perspektif Internasional. Jakarta :

EGC.

Amin Tunggal. 1998. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Chandradevi, Adelia dan Budi, Nia. 2016. Analisa Pengendalian Kualitas

Produksi Botol x 500 ml pada PT. Berlina, Tbk. Dengan menggunakan

metode new seven tools. Semarang: Universitas Diponegoro.

Debrina Puspita Andriani, Nasir Widha Setyanto. 2017. Desain Dan Analisis

Eksperimen Untuk Rekayasa Kualitas. Malang : Universitas Brawijaya.

Elmas, Muhammad Syarif Hidayatullah. 2017. “Pengendalian kualitas dengan

menggunakan metode Statistical Quality control (SQC) untuk

meminimumkan produk gagal pada toko Roti Barokah Bakery”. Probolinggo:

UPM Probolinggo.

Hendra, Poerwanto. (2012). Manajemen Kualitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Heni Nastiti.2014. Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode

Statistical Quality Control (Studi Kasus: Pada Pt “ X” Depok). Jurusan

Manajemen Fakultas Ekonomi Upn ”Veteran” Jakarta.

Hapsari, A.N. (2015). Pengaruh Excellent Service Terhadap Kepuasan Pelanggan

Serta Dampaknya Pada Loyalitas Pelanggan (Survei Pada Pelanggan Pizza

Hut Malang Town Square). Malang: Universitas Brawijaya.

Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasional. Jakarta : Grasindo

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Idham, Ibnu. 2014. Failure Modes and Effect Analysis. Bandung : Politeknik

Negeri Bandung.

Jacob. 2017. Quality 4.0 Impact And Strategy Handbook. LNS Research.

Juharni. 2017. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) .

Makassar ; CV SAH MEDIA

Kume, H. (1989). Metode Statistik Untuk Peningkatan Mutu (Terjemahan).

Jakarta: Mediyatama Srana Perkasa.

Lindsay, Evan. 2007. Pengantar Six Sigma. Jakarta : Salemba Empat

Nasution, M.N. 2001. Manajemen mutu terpadu = Total quality management.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pande, Peter S., Neuman, Robert P., Cavanagh, Roland R. 2000. The Six Sigma

Way: How GE, Motorola, and Other Top Companies Are Honing Their

Performance. McGraw- Hill.

Parwati, Cyrilla Indri dan Ryan Mandar Sakti. 2012. "Pengendalian Kualitas

Produk Cacat dengan Analisis Seven Tool pada PT Adi Satria Abadi" Jurnal

Statistical Quality Control. Vol. 2 No 8.

Prasetyo, Rio. 2017. Teori Dan Aplikasi Desain Eksperimen Taguchi Dalam

Melakukan Penelitian. Malang : Universitas Brawijaya.

Rani, annisa mulia. 2016. Menganalisis Defect Sanding Mark Unit Pick Up TMC

Dengan Metode Seven Tools PT. ADM. UMM. UNM

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Rimantho, Dino. 2017. Penerapan Metode Six Sigma Pada Pengendalian Kualitas

Air Baku Pada Produksi Makanan. Surakarta : Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Shuai, Z. dan Kun, W. 2013. New 7 QC Tools.

http://www.math.mun.ca/~variyath/New7QCT ools.pdf (diakses 29 Maret

2019.

Sirine, Hani. 2017. Pengendalian kualitas menggunakan metode Six Sigma (Studi

kasus pada PT. Diras Concept Sukoharjo). Salatiga: Universitas Kristen

Satya Wacana.

Stiepena. 2017. Statistical Process Control. Semarang : STIE Pelita Nusantara

Suhardi, Bambang. 2004. Fault Tree Analysis Untuk Meningkatkan Kualitas

Produk. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Sugiyanto, 2001. Pengembangan Pelaksanaan Pelayanan Prima. Bahan ajar

Diklatpim Tingkat III Lembaga Administrasi Negara RI. Jakarta.

Suyuti, Arsyad Muhammad. 2017. Pengantar Sistem Manufaktur. Yogyakarta ;

CV BUDI UTAMA.

Thomy, E. S. 2011. Pengendalian Kualitas Statistik. Diperoleh pada 26 April

2018. Dari https://www.scribd.com/doc/76991331/PENGENDALIAN-

KUALITAS-STATISTIK.

Uriyani, D. 2009. Pengendalian Kualitas Statistik Pada Proses Produksi

Percetakan Buku Di Cv. Aneka Ilmu Semarang. Semarang: Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas negeri Semarang.

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007
LABORATORIUM STATISTIK DAN MANAJEMEN MUTU
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAMPIRAN

QUALITY CONTROL
MUHAMMAD AKMAL / D071171007

Anda mungkin juga menyukai