Kemunduran Islam ditandai dengan kekuasaan dan kerajaan yang semakin terpecah-belah. Fase
yang terjadi pada abad ke-12 hingga abad ke-18, pada umumnya merupakan akibat dari beberapa
faktor sebagai berikut :
Di negara-negara Islam, kondisi tanahnya sangat gersang atau semi gersang. Kondisi yang demikian
ini juga rentan untuk bertahan dari serangan luar. Demikian pula pada tahun 1347 hingga 1349,
telah terjadi wabah penyakit yang mematikan di Mesir, Syiria dan Iraq. Akibatnya, penduduk tidak
berkonsentrasi pada suatu kawasan tertentu dan juga terhadap dunia pendidikan.
Tindakan meninggalkan agama bukan hanya tindakan yang mengakibatkan dirinya menganut agama
lain. Pada masa ini, orang-orang lebih mementingkan keluarganya sendiri dalam segala bidang.
Peristiwa ini disebut juga dengan nepotisme. Misalnya dalam urusan pemerintahan, seseorang
mengutamakan keluarganya dan kemudian mengangkat pimpinan dari keluarganya sendiri. Hal ini
tidak akan menimbulkan masalah baru jika kepemimpinannya dapat berjalan dengan baik. Namun
akan menjadi masalah yang lebih besar jika pimpinan tersebut tidak mampu mengelola dan
memberdayakan kemampuannya dengan baik.
3. Para Penguasa yang lemah dalam kepemimpinannya dan tidak menjaga dengan baik wilayah
kekuasaan yang luas
Hal ini ditunjukkan oleh peristiwa Perang salib yang terjadi pada tahun 1096 hingga 1270 dan
serangan Mongol pada tahun 1220 sampai tahun 1300-an. Menurut Bernand Lewis, Perang Salib
pada dasarnya merupakan pengalaman pertama imperialisme barat yang ekspansionis, yang
dimotivasi oleh tujuan materi dengan menggunakan agama sebagai medium psikologisnya.
Terlebih lagi setelah pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan berhasil membumihanguskan
Bagdad yang menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang kaya dengan ilmu pengetahuan.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1258 M. Saat itu kekhalifahannya dipegang oleh Al Mu’tasim,
penguasa terakhir Bani Abbas di Bagdad. Setelah Bagdad di taklukkan Hulagu Khan yang beragama
syamanism tersebut, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran yang sangat luar biasa. Wilayah
kekuasaannya terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil yang tidak dapat bersatu kembali.
Peninggalan – peninggalan budaya dan peradaban Islam hancur dan semakin parah lagi setelah
diserang oleh pasukan yang dipimpin oleh Timur Lenk.
4. Kemunduran kerajaan besar Islam yaitu Kerajaan Safawi (18 M) dan Mughal (19 M)
Kerajaan Safawi dan Kerajaan Mughal merupakan kerajaan Islam terbesar pada masanya. Masa
keemasan kerajaan-kerajaan tersebut, tentunya menjadikan faktor berkembangnya peradaban Islam
dalam bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan bidang pembangunan fisik serta seni.
Kemunduran kedua Kerajaan tersebut mengakibatkan peradaban Islam turun secara drastis.
Kemerosotan moral para pemimpin serta kekuatan militer yang lemah, menjadi pengaruh besar
terhadap kemunduran kerjaan. Sehingga, eksistensi Islam terutama di bidang pendidikan ikut
mengalami kemerosotan.
Sebelumnya, penulis telah mengemukakaan bahwa salah satu penyebab kemunduran peradaban
Islam yaitu mundurnya kerajaan-kerajaan besar Islam. Seperti pada kerajaan Safawi yang mengalami
kemunduran karena terjadi konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani.
Awalnya, Muslim banyak mendapatkan penemuan baru terkait dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK). Mereka sangat giat untuk melakukan hal tersebut. Namun sangat
disayangkan, penemuan yang ada hanya berhenti di sana, tanpa adanya tindak lanjut. Kemalasan
membuat mereka berhenti untuk menciptakan karya-karya baru. Akibatnya, penemuan yang ada
justru menjadi modal utama bangsa lain sebagai dasar penemuan baru yang dapat memberikan
manfaat secara nyata dalam kehidupan manusia.
7. Krisis ekonomi
Pada saat Muslim sedang giat-giatnya melakukan pengembangan di bidang IPTEK, semuanya hanya
terfokus pada hal tersebut. Hal ini mengakibatkan perekonomian menjadi dinomor- duakan. Mereka
hanya memikirkan upaya pengembangan IPTEK tanpa melirik kesejahteraan masyarakatnya.
Akibatnya, muncul permasalahan baru di bidang ekonomi yaitu terjadinya krisis yang cukup
mengkhawatirkan.
Memang benar, Muslim sangat taat pada agama mereka dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Namun, ketaatan yang berlebihan mengakibatkan Muslim menutup sebelah mata akan
perkembangan ilmu pengetahuan dari dunia luar. Mereka seakan-akan cenderung membatasi
perkembangan itu jika tidak sesuai dengan pemikiran mereka. Sedangkan bangsa Eropa bertindak
sebaliknya. Bahkan, mereka besifat terbuka dengan dunia baru, sehingga mereka semakin
bertambah ilmu pengetahuannya.
Selanjutnya, umat Islam terlebih pada pemerintahannya melalaikan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan yang pada mulanya, mereka memberikan kesempatan untuk berkembang dan
memperhatikan ilmu pengetahuan dengan memberikan penghargaan yang tinggi kepada para ahli
ilmu pengetahuan. Namun pada masa ini mereka lebih mementingkan pemerintahan, begitu juga
dengan para ahli ilmunya yang telibat dalam urusan-urusan pemerintahan.
Telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya bahwa perkembangan IPTEK Muslim mengalami
pasang surut. Pada awalnya, Muslim sangat mendominasi perkembangan ilmu pengetahuan.
Namun, pada abad pertengahan hal yang sebaliknya justru terjadi. Beberapa faktor baik internal
maupun eksternal memberi dampak negatif bagi perkembangannya. Kemajuan IPTEK Muslim justru
berhenti, dan bahkan mengalami kemunduran. Hal ini menjadi keuntungan bagi bangsa lain yang
dapat memanfaatkan kondisi dengan baik. Salah satunya adalah tindakan yang dilakukan oleh
bangsa Barat dengan kreativitasnya dapat mengambil alih periode kemajuan IPTEK yang sebelumnya
dipegang Muslim. Periode ini menjadi masa kebangkitan Eropa atau yang biasa disebut dengan
Renaissance. Beberapa hal yang telah mereka lakukan antara lain :
Muslim telah banyak menciptakan karya dari hasil penemuannya. Namun, mereka tidak memiliki
semangat yang kuat untuk mengembangkan hasil penemuannya. Orang-orang Barat lulusan sarjana
Cordoba sudah memiliki kemampuan yang mumpuni dalam bidang bahasa Arab, memanfaatkan
kondisi ini dengan baik untuk bergerak. Ilmu-ilmu Islam yang mereka peroleh diterjemahkan ke
bahasa Inggris. Akhirnya, mereka menjadi lebih tahu persis mengenai ilmu yang telah mereka
perdalam sebelumnya.
Setelah mereka berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan yang pada dasarnya merupakan hasil
penemuan Muslim, mereka mulai bertindak sewenang-wenang. Penjajahan bagi Muslim terjadi di
mana-mana. Kondisi ini sangat mengenaskan. Terlebih lagi, pada masa ini Muslim tidak
diperbolehkan untuk bersekolah. Dengan begitu, ilmu Muslim hanya akan berhenti di sana,
sedangkan di sisi lain bangsa Barat justru melejit dengan kemampuannya dalam mengembangkan
IPTEK. Akhirnya bangsa Barat dapat menguasai dunia dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
Pada awal kebangkitannya, bangsa-bangsa Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat.
Dihadapan mereka masih terdapat kekuatan-kekuatan angkatan perang Islam yang sulit dikalahkan,
terutama kerajaan Usmani yang terletak di Turki. Tidak ada jalan lain, mereka harus menembus jalan
yang sebelumnya hanya dipandang sebagai dinding yang membatasi gerak mereka.
Mereka melakukan berbagai penelitian tentang rahasia-rahasia alam, berusaha menaklukkan lautan
dan menjelajahi benua yang sebelumnya masih diliputi kegelapan. Setelah Christopher Colombus
menemukan Amerika (1492 M) dan Vasco da Gamma menemukan jalan ke timur melalui Capetown
(1498 M), Benua Amerika dan kepulauan India segera jatuh ke tangan Eropa. Dua penemuan itu,
sungguh tak terkirakan nilainya, Eropa menjadi maju dalam dunia perdagangan karena tidak lagi
tergantung kepada jalur lama yang dikuasai umat Islam. L. Stoddard dalam “The New World of
Islam”, menggambarkan situasi tersebut dengan kata-kata demikian “Lalu dengan sekejap mata
dinding laut itu berubah menjadi jalan raya dan Eropa yang terpojok itu menjadi yang bertuan di laut
dan dengan demikian yang dipertuan di dunia. Terjadilah perputaran nasib yang maha hebat dalam
sejarah seluruh umat manusia.”
Di dalam bidang perekonomian bangsa-bangsa Eropa pun semakin maju karena daerah-daerah baru
terbuka baginya. Mereka dapat memperoleh kekayaan yang tidak terhingga untuk meningkatkan
kesejahteraan negerinya. Maka mulailah kemajuan bangsa Barat menandingi kemajuan umat islam
yang sejak lama memang berangsur-angsur mengalami kemunduran. Kemajuan bangsa Barat itu
dipercepat oleh penemuan dan perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Penemuan mesin
uap yang kemudian melahirkan revolusi industri di Eropa semakin memantapkan kemajuan mereka.
5. Renaissance
Renaissance adalah lahirnya kembali peradaban barat. Renaissance dari bahasa Prancis terdiri dari
kate re (kembali) dan naitre (lahir). Jadi Dalam konteks sejarah barat, renaissance mengacu pada
terjadinya kebangkitan kembali minat yang besar dan mendalam terhadap kekayaan warisan Yunani
dan Romawi kuno dalam berbagai aspeknya. Tanpa renaissance di Eropa tidak akan mungkin
menapaki abad-abad modern begitu cepat. Renaissance membangkitkan kembali cita-cita alam
pemikiran yang menstrukturi standar dunia modern seperti optimisme, hedonisme, naturalisme, dan
individualisme.
Masa ini ditandai oleh kehidupan yang cemerlang di bidang seni, pemikiran maupun kesusastraan
yang mengeluarkan Eropa dari kegelapan intelektual abad pertengahan. Masa Renaissance bukan
suatu yang berkembang secara alami dari abad pertengahan, melainkan sebuah revolusi budaya,
suatu reaksi terhadap kakunya pemikiran serta tradisi Abad pertengahan.
Pada masa itu, agama Kristen menjadi penghambat dalam pengembangan IPTEK. Hal ini dikarenakan
anggapan yang salah dari pihak gereja. Siapapun yang melakukan penemuan, namun hasil
penemuannya tidak disebutkan di Injil, mereka akan diusir atau bahkan dibunuh. Namun, pemuda-
pemudanya justru menjadi lebih bersemangat dalam mengembangkan kemampuannya di bidang
IPTEK. Dan sejak itulah Eropa mengalami kebangkitan yang pesat hingga sekarang.
Seperti halnya sebuah roda yang berputar, peradaban Muslim juga mengalami pasang dan surut
dalam perkembangannya. Kejayaan Muslim mulai mengalami kemunduran sejak adanya
kebangkitan bangsa Eropa. Ironisnya, umat Muslim mengalami kemerosotan tiap tahunnya dan kini
Muslim telah jauh tertinggal dari bangsa Eropa. Sebagai generasi penerus Islam, kita memiliki
tanggung jawab untuk mengejar ketertinggalan peradaban Muslim. Adapun solusi dari
permasalahan tersebut ialah sebagai berikut:
Dengan perkembangan ilmu yang cukup pesat, diharapkan Muslim selalu menuntut dan menggauli
ilmu itu sendiri. Hal ini bertujuan agar Muslim tidak tertinggal dengan kemajuan teknologi saat ini.
Maka diharapkan, Muslim selalu merasa haus akan ilmu, bukan justru sebaliknya yang merasa
berpuas diri terhadap ilmu yang telah dikuasai. Dengan demikian, Muslim dapat mengembangkan
kemampuan yang dimiliki, sehingga dapat mengembalikan masa kejayaan peradaban Islam dalam
bidang IPTEK yang pernah diambil alih oleh bangsa Barat.
Pada zaman sekarang teknologi sangat diperlukan oleh manusia modern untuk menunjang
kehidupannya. Untuk itu diharapkan, manusia dapat mengikuti perkembangan teknologi yang
semakin canggih dan mengalami pembaruan setiap saat. Dengan menguasai teknologi manusia akan
lebih menggenggam dunia.
Guna menilik lebih jelas tentang kemajuan IPTEK maka haruslah Muslim untuk membuka mata lebar-
lebar mengenai perkembangan IPTEK itu sendiri. Sehingga, dengan membuka mata Muslim
diharapkan dapat mengikuti IPTEK dan selanjutnya dapat termotivasi untuk lebih dapat menggauli
bahkan mengungguli kemajuan IPTEK bangsa Barat.
Sama halnya dengan apa yang dilakukan bangsa Barat, muslim pun harus dapat mengeksplorasikan
berbagai ilmu atau IPTEK yang ada. Dengan berbagai inovasi, Muslim tidak hanya dapat menciptakan
hal-hal yang baru namun juga dapat memperbarui hal-hal yang sudah ada dan menghasilkan barang
baru tanpa embel-embel plagiat atau meniru barang yang sudah jadi. Di sinilah, kreatifitas dan
inovasi sangat diperlukan. Sehingga Muslim dapat berkembang lebih pesat lagi untuk kedepannya.
Sebagaimana mestinya, suatu ilmu atau ajaran haruslah senada dan sejalan dengan agama atau
kitab yang diyakini. Selanjutnya, dengan terciptanya jalinan yang kuat antara ajaran agama dan
IPTEK akan menciptakan keserasian yang berujung dengan semakin pesatnya perkembangan IPTEK
itu sendiri. Sebab ajaran agama merupakan pedoman yang mengatur segala aspek kehidupan
termasuk IPTEK itu sendiri. Dalam mengembangkan suatu ilmu haruslah mengedepankan ajaran
agama guna lebih memajukan ilmu itu sendiri.
6. Menanamkan sikap dan wawasan yang luas terhadap masa depan umat manusia melalui
kemampuan menginterpretasikan ajaran Al-Quran
Pada kenyataannya, pembiasaan pendidikan pada usia dini akan memberikan manfaat yang lebih
maksimal untuk ke depannya. Begitu pula dengan pembelajaran mengenai Al-Quran beserta
aplikasinya dalam kehidupan nyata. Dengan begitu, diharapkan Muslim dapat lebih paham atau
mengerti tentang ajaran Al-Quran yang secara tidak langsung dapat memahami dan dapat
mempelajari tentang IPTEK itu sendiri.