Puluhan lintah bergerombol? Kumpul di warna merah bendera. Puluhan jamur merayap? Kumpul di warna putih bendera
Merah bendera tak segarang dulu
Putih bendera tak sesuci dulu
Pak Hamid turunkan itu bendera?
Ia teliti di kamar kerja? Lintah itu dikeker di bawah mikroskop? Astaga, pak Hamid melompat dari kursinya
Di mata lintah itu?
Ia lihat puluhan kepala daerah dipenjara? Gubernur, walikota, bupati? menjadi terpidana karena korupsi? Menteri, wakil rakyat, aparat hukum? Sedang terbahak-bahak di balik terali besi.
Mereka tak peduli amanah?
Yang penting kaya raya. Astaga, koruptor itu berdahak? Dan meludahinya
Pak hamid pelajari jamur di ruang kerja.
Ditelitinya dengan kaca pembesar? Wow! Kembali pak Hamid menganga.
Dari akar jamur.
Ia lihat banyak orang menebar benci? Benci karena beda agama? Benci karena beda sudut pandang?
Ya Tuhan, seru pak Hamid?
Mereka ingin saling memusnahkan? Tak lagi peduli satu tanah air.
Mereka pamerkan alam berpikir.
Sesempit batok kelapa? Para pembenci itu membuka celana. Mengencinginya
Pak Hamid guru Pancasila
Nafasnya terengah-engah Apa yang harus ia ceritakan pada muridnya?
Sabang hingga Merauke sudah disatukan oleh korupsi?
Aceh hingga Papua sudah diikat rasa benci? Pak Hamidpun berdoa "Ya Allah, Selamatkan ini negeri Air matanya menetes
Dari air mata itu
Ia melihat gambar yang beda Dilihatnya gambar warga cinta tanah air. Mereka lomba sumbangkan darah? Ada yang ambil darah dari jari? Ada yang semprotkan darah dari paha? Ada yang teteskan darah dari kepala
Mereka koor bersama?
Ini darah kami? Kami kucurkan dari kami punya diri? Merahkan kembali bendera? Merahkan dengan darah kami?
Pak Hamid juga melihat
Gambar rakyat yang peduli? Mereka teteskan air mata? Air mata kesedihan? Air mata cinta?
Merekapun koor bersama?
Ini tetes air mata kami? Beningkan kembali bendera? Putihkan dengan air mata kami? Hari itu? hari proklamasi? Tujuh belas Agustus. Lama pak Hamid terdiam Ia kucek matanya Ingin tak percaya apa yang dilihat
"Baiklah," ujar pak Hamid
Kulakukan saja apa yang kubisa Ia kucurkan darahnya Ia merahkan kembali bendera dengan darahnya Ia putihkan kembali bendera dengan air matanya