Anda di halaman 1dari 4

Tujuh Belas Agustus

Denny JA

Ada apa dengan bendera merah putih?


Tanya pak Hamid terpana

Bendera berkibar lesu di rumahnya?


Puluhan lintah bergerombol?
Kumpul di warna merah bendera.
Puluhan jamur merayap?
Kumpul di warna putih bendera

Merah bendera tak segarang dulu


Putih bendera tak sesuci dulu

Pak Hamid turunkan itu bendera?


Ia teliti di kamar kerja?
Lintah itu dikeker di bawah mikroskop?
Astaga, pak Hamid melompat dari kursinya

Di mata lintah itu?


Ia lihat puluhan kepala daerah dipenjara?
Gubernur, walikota, bupati?
menjadi terpidana karena korupsi?
Menteri, wakil rakyat, aparat hukum?
Sedang terbahak-bahak di balik terali besi.

Mereka tak peduli amanah?


Yang penting kaya raya.
Astaga, koruptor itu berdahak?
Dan meludahinya

Pak hamid pelajari jamur di ruang kerja.


Ditelitinya dengan kaca pembesar?
Wow! Kembali pak Hamid menganga.

Dari akar jamur.


Ia lihat banyak orang menebar benci?
Benci karena beda agama?
Benci karena beda sudut pandang?

Ya Tuhan, seru pak Hamid?


Mereka ingin saling memusnahkan?
Tak lagi peduli satu tanah air.

Mereka pamerkan alam berpikir.


Sesempit batok kelapa?
Para pembenci itu membuka celana.
Mengencinginya

Pak Hamid guru Pancasila


Nafasnya terengah-engah
Apa yang harus ia ceritakan pada muridnya?

Sabang hingga Merauke sudah disatukan oleh korupsi?


Aceh hingga Papua sudah diikat rasa benci?
Pak Hamidpun berdoa
"Ya Allah, Selamatkan ini negeri
Air matanya menetes

Dari air mata itu


Ia melihat gambar yang beda
Dilihatnya gambar warga cinta tanah air. Mereka lomba sumbangkan darah?
Ada yang ambil darah dari jari?
Ada yang semprotkan darah dari paha?
Ada yang teteskan darah dari kepala

Mereka koor bersama?


Ini darah kami?
Kami kucurkan dari kami punya diri?
Merahkan kembali bendera?
Merahkan dengan darah kami?

Pak Hamid juga melihat


Gambar rakyat yang peduli?
Mereka teteskan air mata?
Air mata kesedihan?
Air mata cinta?

Merekapun koor bersama?


Ini tetes air mata kami?
Beningkan kembali bendera?
Putihkan dengan air mata kami?
Hari itu? hari proklamasi?
Tujuh belas Agustus.
Lama pak Hamid terdiam
Ia kucek matanya
Ingin tak percaya apa yang dilihat

"Baiklah," ujar pak Hamid


Kulakukan saja apa yang kubisa
Ia kucurkan darahnya
Ia merahkan kembali bendera
dengan darahnya
Ia putihkan kembali bendera
dengan air matanya

Pak Hamidpun teriak ke langit


Ya Tuhan, turunkan kuasaMu?

Indonesiakan kembali Indonesia.

17 Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai