Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia saat ini mengalami krisis ekonomi yang mencakup disegala bidang
yang diantaranya disebabkan tata pemerintahan yang tidak dikelola dengan baik.
Kita dapat menyaksikan pelanggaran kasus-kasus korupsi, kolusi dan napotisme
serta penyalanggunaan jabatan pemerintahan, penegakan hukum yang belum
berjalan dengan sebagaimana mestinya hukum tumpul keatas dan tajam kebawah
dan kualitas pelayanan masyarakat yang buruk seolah-olah membersulit atau
memberatkan masyarakat kalangan bawah yang menyebabkan berkurangnya
kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
Tata pemerintahan yang baik merupakan landasan yang harus diambil dalam
kebijakan pemulihan ekonomi, sosial maupun politik. Dalam perkembangan
globalisasi maupun demokrasi menuntut peran pelaku-pelaku penyelenggaraan
pemerintahan. Pemerintah, yang sebelumnya memegang kuat kendali
pemerintahan cepat atau lambat mengalami pergeseran peran dari posisi mengatur
segala kebijakan ke posisi sebagai fasilitator. Dan sebaliknya masyarakat yang
sebelumnya sebagai penerima manfaat, harus mulai menyadari kedudukannya
sebagai pemilik kepentingan yang juga harus berfungsi sebagai pelaku.
Oleh karena itu, tata pemerintahan yang baik harus segera dilaksanakan agar
segala permasalahan yang timbul dapat segara terselesaikan dan juga proses
pemulihan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Disadari,
mewujudkan tata pemerintahan yang baik membutuhkan waktu yang tidak singkat
dan juga upaya terus menerus. Disamping itu, perlu juga dibangun kerjasama dari
seluruh komponen bangsa yaitu para aparatur negara, pihak swasta dan masyarakat
madani untuk menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dalam rangka mencapai
tata pemerintahan yang baik.

1
1.2. Rumusan Masalah
 Apa pengertian dari Tata Laksana Pemerintah yang Baik (Good
Governance) ?
 Apa prinsip-prinsip dari Good Govenrnance?
 Apa Kontrol Sosial yang dilakukan dalam Good Governance
 Apa ciri-ciri dari Good Governance ?
 Apa implementasi Good Governance dalam sistem pemerintahan
Indonesia?

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tata Laksana Pemerintahan yang Baik (Good


Governance)

Istilah good governance merupakan wacana baru dalam kosakata ilmu politik
dan muncul pada awal 1990-an. Secara umum, istilah good governance memiliki
pengetian akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang
bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik untuk
mewujudkannilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian good
governance tidak sebatas pengelolaan lembaga pemerintahan semata, tetapi
menyangkut semua lembaga baik pemerintah maupun nonpemerintah lembaga
swadya masyarakat" dengan istilah good corporate dalam praktiknya,
pemerintahan yang bersih adalah model pemerintahan yangefektif, efisien, jujur,
transparan dan bertanggung jawab.

Menurut bank dunia (Word Bank) adalah cara kekuasaan digunakan dalam
mengelola berbagai sumber daya sosial dan ekonomi untuk pengembangan
masyarakat. Governance, yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan, adalah
penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-
urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh
mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok
masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum,
memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.

Definisi lain menyebutkan governance adalah mekanisme pengelolaan


sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sector negara dan
sector non-pemerintah dalam suatu usaha kolektif. Definisi ini mengasumsikan
banyak aktor yang terlibat dimana tidak ada yang sangat dominan yang
menentukan gerak aktor lain. Pesan pertama dari terminologi governance
membantah pemahaman formal tentang bekerjanya institusi-institusi negara.
Governance mengakui bahwa didalam masyarakat terdapat banyak pusat
pengambilan keputusan yang bekerja pada tingkat yang berbeda.

3
Meskipun mengakui ada banyak aktor yang terlibat dalam proses sosial,
governance bukanlah sesuatu yang terjadi secara chaotic, random atau tidak
terduga. Ada aturan-aturan main yang diikuti oleh berbagai aktor yang berbeda.
Salah satu aturan main yang penting adalah adanya wewenang yang dijalankan
oleh negara. Tetapi harus diingat, dalam konsep governance wewenang
diasumsikan tidak diterapkan secara sepihak, melainkan melalui semacam
konsensus dari pelaku-pelaku yang berbeda. Oleh sebab itu, karena melibatkan
banyak pihak dan tidak bekerja berdasarkan dominasi pemerintah, maka pelaku-
pelaku diluar pemerintah harus memiliki kompetensi untuk ikut membentuk,
mengontrol, dan mematuhi wewenang yang dibentuk secara kolektif.

Lebih lanjut, disebutkan bahwa dalam konteks pembangunan, definisi


governance adalah “mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial
untuk tujuan pembangunan”, sehingga good governance, dengan demikian, “adalah
mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang substansial dan
penerapannya untuk menunjang pembangunan yang stabil dengan syarat utama
efisien) dan (relatif) merata.

”Menurut dokumen United Nations Development Program (UNDP), tata


pemerintahan adalah “penggunaan wewenang ekonomi politik dan administrasi
guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan
mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan
kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka,
menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-
perbedaan diantara mereka.

Jelas bahwa good governance adalah masalah perimbangan antara negara,


pasar dan masyarakat. Memang sampai saat ini, sejumlah karakteristik kebaikan
dari suatu governance lebih banyak berkaitan dengan kinerja pemerintah.
Pemerintah berkewajiban melakukan investasi untuk mempromosikan tujuan
ekonomi jangka panjang seperti pendidikan kesehatan dan infrastuktur. Tetapi
untuk mengimbangi negara, suatu masyarakat warga yang kompeten dibutuhkan
melalui diterapkannya sistem demokrasi, rule of law, hak asasi manusia, dan
dihargainya pluralisme. Good governance sangat terkait dengan dua hal yaitu (1)
good governance tidak dapat dibatasi hanya pada tujuan ekonomi dan (2) tujuan
ekonomi pun tidak dapat dicapai tanpa prasyarat politik tertentu.

4
2.2. Prinsip Good Governance

Tata kelola (governance) tidak dapat dilepaskan dari prinsip-prinsip dasar


penyelenggaraan pemerintahan yang baik, yaitu transparansi, partisipasi, dan
akuntabilitas sebagai unsur utama. Terminologi good governance memang belum
baku, tetapi sudah banyak definisi yang coba membedah makna dari good
governance. Namun demikian, tidak dapat disangkal lagi bahwa good
governance telah dianggap sebagai elemen penting untuk menjamin kesejahteraan
nasional (national prosperity).

Dengan cara meningkatkan akuntabilitas, reliabilitas (kehandalan), dan


pengambilan kebijakan, yang diperkirakan di dalam organisasi pemerintah,
korporasi (sektor swasta), bahkan dalam organisasi masyarakat sipil.

Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN Commission on


Human Rights) mengidentifikasi beberapa prinsip yakni transparansi,
pertanggungjawaban (responsibility), akuntabilitas, partisipasi, dan
ketanggapan (responsiveness) sebagai prinsip kunci good governance.

Sementara The Canadian International Development Agency mendefinisikan


bahwa good governance dicerminkan bila kekuasaan organisasi (atau pemerintah)
dijalankan dengan efektif, adil (equitable), jujur, transparan, dan akuntabel.
Sementara itu The UN Development Program (UNDP) pada tahun 1997
mengemukakan 8 (delapan) prinsip good governance yakni :

1. Kesetaraan untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan

2. Ketanggapan atas kebutuhan stakeholder (responsiveness)

3. Kemampuan untuk memediasi perbedaan diantara stakeholder untuk


mencapai consensus bersama.

4. Akuntabilitas kepada stakeholder yang dilayani.

5. Transparansi dalam proses pengambilan kebijakan

5
6. Aktivitas didasarkan pada aturan/kerangka hukum.

7. Memiliki visi yang luas dan jangka panjang untuk memperbaiki proses tata
kelola yang menjamin keberlanjutan pembangunan sosial dan ekonomi.

8. Jaminan atas hak semua orang untuk meningkatkan taraf hidup melalui cara-
cara yang adil dan inklusif.

Konsep serupa juga terdapat dalam UU No. 28 Tahun 1998 tentang


Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme mengenai asas-asas umum pemerintahan negara yang baik, yakni:

1. Asas kepastian hukum

2. Asas tertib penyelenggaraan negara

3. Asas kepentingan umum

4. Asas keterbukaan

5. Asas proporsionalitas

6. Asas profesionalitas

7. Asas akuntabilitas

Dari berbagai definisi dan prinisp-prinsip good governance tersebut, indikator


penilaian didalam dokumen ini mengambil
prinsip Transparansi, Partisipasi, Akuntabilitas dan Koordinasi sebagai faktor
kunci penilaian. Keempat prinsip kunci inilah kemudian digunakan sebagai dasar
penilaian yang dilihat dari sisi landasan hukum, actor dan implementasinya.
Pemilihan keempat prinsip good governance dalam indikator bukan untuk tujuan
simplifikasi, melainkan untuk memudahkan identifikasi persoalan melalui
pengelompokan indikator-indikator berdasarkan prinsip minimum tercapainya tata
kelola yang baik di sektor kehutanan.

1. Transparansi,
adalah proses keterbukaan untuk menyampaikan aktivitas yang
dilakukan sehingga pihak luar (termasuk masyarakat lokal/adat, pelaku
usaha, maupun instansi pemerintah lain) dapat mengawasi dan

6
memperhatikan aktivitas tersebut. Memfasilitasi akses informasi merupakan
hal yang terpenting untuk menginformasikan dan mendorong partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya hutan. Komponen transparansi
mencakup komprehensifnya informasi, ketepatan waktu dalam pelayanan
informasi, ketersediaan informasi bagi publik, dan adanya upaya untuk
memastikan sampainya informasi kepada kelompok rentan.
2. Partisipasi (inklusifitas),
adalah proses pelibatan pemangku kepentingan (stakeholder) seluas
mungkin dalam pembuatan kebijakan. Masukan yang beragam dari berbagai
pihak dalam proses pembuatan kebijakan dapat membantu pembuat
kebijakan untuk mempertimbangkan berbagai persoalan, perspektif, dan
opsi-opsi alternatif dalam menyelesaikan suatu persoalan. Proses partisipasi
membuka peluang bagi pembuat kebijakan untuk mendapatkan pengetahuan
baru, mengintegrasikan harapan publik kedalam proses pengambilan
kebijakan, sekaligus mengantisipasi terjadinya konflik sosial yang mungkin
muncul. Komponen yang menjamin akses partisipasi mencakup, tersedianya
ruang formal melalui forum-forum yang relevan, adanya mekanisme untuk
memastikan partisipasi publik, proses yang inklusif dan terbuka, dan adanya
kepastian masukan dari publik akan diakomodir di dalam penyusunan
kebijakan.
3. Akuntabilitas,
adalah mekanisme tanggung-gugat antara pembuat kebijakan dengan
stakeholder yang dilayani. Adanya mekanisme
akuntabilitas memberikan kesempatan kepada stakeholder untuk meminta
penjelasan dan pertanggungjawaban apabila terdapat hal-hal yang tidak
sesuai dengan konsesus dalam pelaksanaan tata kelola di sektor
kehutanan. Di dalam dokumen indikator tata kelola, akses kepada keadilan
(access to justice) dikategorikan sebagai bagian dari mekanisme
akuntabilitas.
4. Koordinasi,
adalah mekanisme yang memastikan sejauhmana pihak-pihak lain
(khususnya institusi pemerintah) yang memiliki kepentingan terhadap sektor
kehutanan, memiliki kesamaan tujuan yang tercermin di dalam program
kerjanya. Terdapat berberapa instansi pemerintah yang memiliki
kewenangan yang bersinggungan langsung dengan pengelolaan kawasan
7
hutan, dan umumnya persoalan minimnya koordinasi menjadi faktor utama
yang menyebabkan tidak efisiensi dan efektifnya tata kelola di sektor
kehutanan.

Menurut UNDP [2] sejumlah prasyarat lainnya yang perlu dipertimbangkan


secara serius dalam mewujudkan pengelolaan hutan berkelanjutan, yaitu:

 Kelembagaan pengelolaan hutan yang efektif dengan peran dan


tanggungjawab didefinisikan secara jelas

 Kebijakan dan aturan yang memadai, termasuk aturan dan mekanisme


pengaturan lahan yang jelas.

 Perencanaan pengunaan lahan yang transparan

 Pengelolaan dan distribusi pendapatan hutan yang berkeadilan

 Insentif ekonomi untuk masyarakat lokal dan adat

 Mekanisme dan otoritas untuk melaksanakan dan menegakan hukum dan


kebijakan

 Kemampuan pengawasan

 Akses dan kemampuan mempengaruhi proses pembuatan keputusan.

2.3. Kontrol Sosial


Partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan dari implementasi good
governance untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan
prinsip- prinsip pokok good governance setidaknya dapat dilakukan melalui
pelaksanaan prioritas program, yakni :
1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan.
2. Kemandirian lembaga peradilan.
3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah.
4. Penguatan partisipasi masyarakat madani.
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.
Lahirnya UU no 52 tahun 2006 tentang Pemerintah daerah telah memberikan
kewenangan pada daerah untuk melakukan pengelolaan dan memajukan
8
masyakarat dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam kerangka menjaga
keutuhan NKRI. Pencapaian tingkat kesejahteraan dapat diwujudkan secara lebih
cepat yang pada akhirnya akan mendorong kemandirian masyarakat.

2.4. Ciri-ciri Good Governance

Berdasarkan pengertian tadi, kita dapat mengetahui bahwa tata kelola


pemerintahan yang baik memiliki orientasi atau hal yang dituju. di bawah ini
merupakan uraian lebih lanjut dari orientasi tata kelola pemerintahan yang baik:

1. Orientasi yang Ideal

Pada orientasi ini, negara diminta untuk mencapai tujuan nasional


dengan bertitik tolak pada pengejawantahan demokrasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dengan beberapa unsur perwakilannya seperti
legitimasi, pertanggungjawaban, penegakan HAM, otonomi daerah dan
pembagian kekuasaan, juga jaminan kontrol sosial.

2. Pemerintahan yang Ideal


Maksud dari orientasi ini adalah pemerintah yang menjalankan
fungsinya secara ideal harus melakukan upaya yang efektif dan efisien
dalam rangka mencapai tujuan nasional. Adanya orientasi ini tidak lepas
dari sebaik apa kompetensi pemerintah dan sebaik apa struktur juga
mekanisme politik dan sistem administratif negara yang berfungsi secara
efektif dan efisien.

Ciri-Ciri Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Dengan mengetahui pengertian dari tata kelola pemerintahan yang baik kita
dapat sedikit melihat ciri-ciri dari tata kelola pemerintahan yang baik. Namun,
sejatinya terdapat ciri-ciri lain yang khas dari tata kelola pemerintahan yang baik.
Memahaminya menjadi penting agar kita dapat lebih waspada dengan jalannya
pemerintahan di sekitar kita. Di bawah ini merupakan uraian lebih lanjut mengenai
apa saja yang termasuk ke dalam kategori ciri-ciri tata kelola pemerintahan yang
baik:
9
1. Partisipasi Warga Negara yang Tinggi
Ciri pertama dari tata kelola pemerintahan yang baik yaitu tingginya
peran serta warga negara dalam setiap pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan negara. Dengan adanya peran serta
warga negara, maka jalannya pemerintahan akan lebih terkendali dan lebih
memihak kepada kepentingan rakyat. Peran serta warga negara yang baik
juga menjadikan turunnya tingkat korupsi, kolusi, dan nepotisme di
berbagai bidang. Sejatinya, peran aktif warga negara akan menjadikan
pemerintahan lebih bertanggung jawab dan merasa terawasi.

2. Supremasi Hukum yang Ditegakkan oleh Negara


Yang dimaksud supremasi hukum yaitu kekuasaan hukum serta
norma-norma hukum yang menjadi dasar dari segala hal dan tetap memiliki
prinsip berkeadilan. Negara dengan tata kelola pemerintahan yang baik
harus menegakkan hukum dengan adil tanpa memandang bulu. Hal tersebut
akan membawa pengaruh positif terhadap tingkat keamanan dan ketertiban
di tengah masyarakat. Penegakkan hukum yang baik akan menghasilkan
masyarakat yang taat hukum dan berani menindak ketidakadilan yang
terjadi di sekitarnya. Apabila hukum dicederai penegakkannya, maka bukan
tidak mungkin apabila segenap warga negara menjadi berkurang
kepercayaannya terhadap pemerintahan.

3. Baiknya Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan


Keterbukaan informasi di pemerintahan merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi tata kelola pemerintahan. Dengan adanya keterbukaan atau
transparansi dalam pemerintahan, maka rakyat dapat dengan bebas
mengambil data terkait pemerintahan dan memberikan kritik juga saran
demi kemajuan negara dengan berdasarkan data tersebut. Transparansi
dalam penyelenggaraan kedaulatan rakyat juga akan memudahkan

10
pengawasan yang dilakukan baik oleh lembaga legislatif ataupun lembaga
yudikatif.

4. Respon yang Baik dari Aparatur Negara


Tidak dapat kita pungkiri bahwa dalam penyelenggaraan negara
pemerintah berhubungan dengan banyak pihak yang terkait. Entah itu pihak
asing ataupun pihak swasta dalam hal ekonomi atau pun organisasi non-
pemerintah semacam LSM. Semua lembaga tersebut tentunya
membutuhkan respons yang baik dari aparatur negara dalam hal
pelaksanaan urusan mereka yang berkaitan dengan negara. adanya kesemua
lembaga tersebut juga nantinya dapat memajukan negara, baik karena
geraknya di bidang ekonomi ataupun di bidang sosial yang menjadi mitra
pemerintah.

5. Pengalokasian Sumber Daya Negara yang Baik


Sumber daya yang dimaksud dalam tulisan ini dapat berupa sumber
daya manusia, baik rakyat maupun aparatur negara. selain itu, sumber daya
alam dan budaya juga termasuk ‘harta’ yang dimiliki oleh suatu negara.
maka dari itu, penggunaan sumber daya negara dengan efektif dan efisien
menjadi salah satu ciri yang paling menonjol dari tata kelola pemerintahan
yang baik. Hasil dari alokasi sumber daya negara yang baik dapat terlihat
dari majunya sektor pemerintahan, sektor perekonomian, sektor budaya, dan
kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat. Apabila yang terjadi
adalah hal yang sebaliknya, maka bisa jadi negara tersebut belum memiliki
tata kelola pemerintahan yang baik.

6. Pertanggungjawaban Pemerintah yang Jelas


Dalam melaksanakan tugasnya untuk menjalankan pemerintahan,
maka pemerintah harus rutin untuk memberikan laporan
pertanggungjawabannya untuk selanjutnya dievaluasi oleh rakyat atau
secara lebih khususnya dewan perwakilan rakyat. Salah satu tugas dan
fungsi DPR adalah mengawasi dan meminta pertanggungjawaban presiden
11
dalam wadah MPR bersama DPD. Pertanggungjawaban pemerintah pun
harus dilakukan dalam rentang waktu yang tidak berjauhan agar segenap
rakyat mengetahui kinerja dari aparatur negara.

7. Memiliki Visi Pembangunan yang Luas

Salah satu ciri tata kelola pemerintahan yang baik adalah sistem
pemerintahan tersebut memiliki visi pembangunan negara yang luas. Yang
dimaksud dengan visi pembangunan yang luas sendiri yaitu suatu tujuan
pembangunan dipertimbangkan secara matang dan mendalam serta
mempertimbangkan aspek kemajuan zaman dalam menentukan tujuan
pembangunan tersebut. Nantinya, visi pembangunan tersebut akan menjadi
dasar bagi pemerintahan untuk merumuskan kebijakan publik yang
berkeadilan dan merakyat. Selain itu, visi pembangunan juga menjadi dasar
untuk mengevaluasi jalannya pemerintahan. Dalam kasus negara Indonesia,
yang menjadi dasar visi pembangunan adalah nilai-nilai dasar Pancasila.

8. Tingginya Orientasi Terhadap Tujuan Bersama

Suatu negara dengan tata kelola pemerintahan yang baik akan


memiliki orientasi yang tinggi untuk kepentingan bersama. Tata kelola
pemerintahan harus dapat menjadi sarana dari kepentingan yang berbeda
agar diperoleh pilihan yang berkeadilan dan menuju kepentingan bersama.
Adanya orientasi yang tinggi terhadap tujuan bersama akan meningkatkan
persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat. Hal ini akan menjadikan
ketertiban dan keamanan segenap warga negara menjadi lebih mudah untuk
dijaga.

12
2.5. Implementasi dalam Pemerintahan Indonesia

Di era pemerintahan orde baru, salah satu citra buruk pemerintahan ditandai
dengan saratnya KKN telah membuat fase sejarah dalam kehidupan perpolitikan
bangsa Indonesia, sebagai kelanjutannya muncullah reformasi. Di antara isu
reformasi yang diwacanakan oleh para elit politik adalah good gavernance. Konsep
good gavernance secara bertahap menjadi semboyan yang populer di kalangan
pemerintahan, swasta dan masyarakat pada umumnya. Sehingga jadilah ide good
gavernance menjadi suatu harapan dan konsep yang diusung oleh semua lapisan
masyarakat umum di republik ini. Namun yang menjadi pertanyaan kita smua,
apakah konsep good governance sudah di laksanakan dan dijalankan di negara
indonesia ini? Untuk menjawab pertanyaan ini dapat ditelusuri dari indikator di
bawah ini, seandainya indikator di bawah ini sudah terpenuhi dan tercukupi maka
dapat dipastikan bahwa good governance sudah terlaksana di indonesia ini.
Sebenarnya indikator ini adalah tugas dari domain/lembaga yang pembentuk good
governance itu sendiri. Indikator tersebut antara lain:

a) Pemerintah
 Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil.
 Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan.
 Menyediakan public service yang efektif dan accountable.
 Menegakkan HAM.
 Melindungi lingkungan hidup.
 Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik.

b) Sektor Swasta (Dunia Usaha)

 Menjalankan industri
 Menciptakan lapangan kerja
 Menyediakan insentif bagi karyawan
 Meningkatkan standar hidup masyarakat
 Memelihara lingkungan hidup
 Menaati peraturan
 Transfer ilmu pengetahuan dan tehnologi kepada masyarakat

13
 Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM

c) Masyarakat Madani

 Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi


 Mempengaruhi kebijakan publik
 Sebagai sarana cheks and balances pemerintah
 Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintaH
 Mengembangkan SDM
 Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat

14
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Good governance didefinisikan sebagai suatu kesepakatan menyangkut
pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat, dan
swasta untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik secara umum. Dalam
menciptakan tata pemerintahan yang baik sangat tergantung dari ketiga lembaga
yang menyusun governance tersebut yaitu pemerintah (government), dunia usaha
(swasta), dan masyarakat. Ketiga domain itu harus saling berinteraksi antara satu
dengan yang lainnya. Ketiga lembaga ini harus menjaga kesinergian dalam rangka
mencapai tujuan, karena ketiga domain ini merupakan sebuah sistem yang saling
ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan.
Dikategorikan pemerintahan yang baik, jika pembangunan itu dapat dilakukan
dengan biaya yang sangat minimal menuju cita-cita kesejahteraan dan
kemakmuran, memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan ekonomi rakyat
meningkat, kesejahteraan spritualitasnya meningkat dengan indikator masyarakat
rasa aman, tenang, bahagia dan penuh dengan kedamaian.

3.2. Saran
Pemerintah harus lebih baik lagi dalam menjalankan tata kelola
peerintahannya dengan cara melakukan pembenahan pembenahan apabila
sekiranya ada sistem yang sudah harus diperbaharui. Akan tetapi hal yang paling
penting untuk dirubah adalah dengan memberantas praktik KKN yang sampai saat
ini masih mendarah daging di dalam birokrasi. Insyaallah apabila birokrasinya
jujur maka Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (GOOD GOVERNANCE) akan
terwujud di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

15
BAB IV DAFTAR PUSTAKA
 Sri Rahayu, ani. S.IP., M.AP., PENDIDIKAN PANCASILA &
KEWARGANEGARAAN (PPKn), Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
 Tim Penyusun MKD IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA, CIVIC
EDUCATION (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN), Surabaya: IAIN
SUNAN AMPEL Press, 2011.
 Labolo, Dr. Muhadam. Memperkuat Pemerintahan, Mencegah Negara
Gagal; Sebuah Ikhtiar Mewujudkan Good Governance dan Negara
Kesejahteraan, Jakarta: Kubah Ilmu, 2012.
 hikmawan, S.Putra,2012. Pilar-pilar good governance.
(https://hikmawansp.wordpress.com). Diakses pada tanggal 10 Junni 2019
 Listiati,Nainggolan,2012. Prinsip-prinsip good governance.
(http://listi-lumbaraja.blogspot.co.id). Diakses pada tanggal 9 Juni 2019
 Solihin,Dadang, 2007. Pemahaman terhadap tata keperintahan yang baik
(dadang-solihin.blogspot.com). Diakses pada tanggal 9 Juni 2019
 Iriawan,Beta. Good Governence (http://www.scribd.com).Diakses pada
tanggal 10 Juni 2019

16

Anda mungkin juga menyukai