Anda di halaman 1dari 40

Tugas :Makalah Fisika Dasar 1

PENDAHULUAN FISIKA

KELOMPOK IV

1. Nabila Ar. Lamaniu


2. Rifqah Nurul Ihsani
3. Maria Antoinet
4. Gisela Gerand
5. Lilis Suryani Abdjul
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan
dengan rahmat dan karunianya, MAKALAH FISIKA ini dapat kami buat sebagai
bahan pembelajaran kami dengan harapan dapat di terima dan di pahami secara
bersama.

Dalam batas-batas tertentu MAKALAH ini memuat tentang materi Pendahuluan


Fisika. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fisika.Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Akhir kata kami meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan atau
penguraian MAKALAH ini. Dengan Harapan dapat di terima oleh bapak dan di
jadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran kami.

Makassar,25 Agustus 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang
pada hakikatnya mempelajari aktivitas-aktivitas fisik manusia dengan alam
disekitarnya. Dengan mempelajari ilmu fisika,kita dapat mengetahui apa
sebenarnya yang kita alami selama kita hidup didunia.
Contoh Kongkretnya adalah disaat kita menarik tuas rem pada kendaraan,
seketika itu pula kendaraan kita akan berhenti secara langsung atau berangsur-
angsur melamban hingga berhenti. Hal itu disebabkan karena terjadi reaksi antara
roda kendaraan dengan tuas rem yang kita tarik tersebut,yang disebut gaya.
Pada kesempatan kali ini,kami telah menyusun makalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Fisika Dasar 1. Kami mengangkat topik pembahasan yaitu
“Pendahuluan Fisika”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian besaran dan satuan?
2. Apa Definisi dan macam-macam dimensi?
3. Apa Pengertian dan macam-macam pengukuran?
4. Bagaimana penerapan matematika pendahuluan dalam fisika?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian besaran dan satuan
2. Mengetahui definisi dan macam-macam dimensi
3. Mengetahui pengertian dan macam-macam pengukuran
4. Mengetahui penerapan matematika pendahuluan dalam fisika
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Besaran dan Satuan

1. Pengertian Besaran
Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka.
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan
sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital.
Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran-
pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa
yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat.
Definisi Besaran secara fisika adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan
dinyatakan dengan angka eksak, misalnya panjang, luas, volume, dan kecepatan
sedangkan warna, indah, cantik bukan termasuk besaran secara fisika karena
ketiganya tidak dapat dinyatakan dengan angka eksak.
Besaran fisika dibagi menjadi dua macam yaitu besaran pokok dan besaran
turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih
dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain. Dalam Sistem Internasional (SI)
ada 7 besaran pokok yang mempunyai satuan dan 2 besaran pokok yang tidak
mempunyai satuan.

2. Sistem Satuan Internasional


Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari
suatu besaran. Sebuah besaran tidak hanya memiliki satu satuan saja. Besaran
panjang ada yang menggunakan satuan inci, kaki, mil, dan sebagainya. Untuk
massa dapat menggunakan satuan ton, kilogram, gram, dan sebagainya. Adanya
berbagai macam satuan untuk besaran yang sama akan menimbulkan kesulitan.
Harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu untuk memecahkan
persoalan yang ada. Dengan adanya kesulitan tersebut, para ahli sepakat untuk
menggunakan satu sistem satuan, yaitu menggunakan satuan standar Sistem
Internasional, disebut Systeme Internationale Unites (SI).
Satuan Internasional adalah satuan yang diakui penggunaannya secara
internasional serta memiliki standar yang sudah baku. Satuan ini dibuat untuk
menghindari kesalahpahaman yang timbul dalam bidang ilmiah karena adanya
perbedaan satuan yang digunakan. Pada awalnya, Sistem Internasional disebut
sebagai Metre Kilogram Second (MKS). Selanjutnya pada Konferensi Berat
dan PengukuranTahun 1948, tiga satuan yaitu newton (N), joule (J), dan watt
(W) ditambahkan ke dalam SI. Akan tetapi, pada tahun 1960, tujuh Satuan
Internasional dari besaran pokok telah ditetapkan yaitu meter, kilogram, sekon,
ampere, kelvin, mol, dan kandela.
Sistem MKS menggantikan sistem metrik, yaitu suatu sistem satuan desimal
yang mengacu pada meter, gram yang didefinisikan sebagai massa satu sentimeter
kubik air, dan detik. Sistem itu juga disebut sistem Centimeter Gram
Second (CGS). Satuan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu satuan tidak baku dan
satuan baku. Standar satuan tidak baku tidak sama di setiap tempat, misalnya
jengkal dan hasta. Sementara itu, standar satuan baku telah ditetapkan sama di
setiap tempat.
Nama aslinya dalam bahasa Perancis: Système International d’Unités atau SI
adalah sistem satuan atau besaran yang paling umum digunakan. Pada awalnya
sistem ini merupakan sistem MKS, yaitu panjang (meter), massa (kilogram), dan
waktu (detik/sekon). Sistem SI ini secara resmi digunakan di semua negara di
dunia kecuali Amerika Serikat (yang menggunakan Sistem Imperial), Liberia, dan
Myanmar.
Dalam sistem SI terdapat 7 satuan dasar/pokok SI dan 2 satuan tanpa dimensi.
Selain itu, dalam sistem SI terdapat standar awalan-awalan (prefix) yang dapat
digunakan untuk penggandaan atau menurunkan satuan-satuan yang lain
(Anonim c, 2011 ).
2.1 Satuan Standar Panjang
Satuan besaran panjang berdasarkan SI dinyatakan dalam meter (m). Ketika
sistem metrik diperkenalkan, satuan meter diusulkan setara dengan sepersepuluh
juta kali seperempat garis bujur bumi yang melalui kota Paris. Tetapi, penyelid
ikan awal geod esik menunjukkan ketidakpastian standar ini, sehingga batang
platina-iridium yang asli dibuat dan disimpan di Sevres dekat Paris, Prancis. Jadi,
para ahli menilai bahwa meter standar itu kurang teliti karena mudah berubah.
Para ahli menetapkan lagi patokan panjang yang nilainya selalu konstan.
Pada tahun 1960 ditetapkan bahwa satu meter adalah panjang yang
sama dengan 1.650.763,73 kali panjang gelombang sinar jingga yang dipancarkan
oleh atom-atom gas kripton-86 dalam ruang hampa pada suatu loncatan listrik.
Definisi baru menyatakan bahwa satuan panjang SI adalah panjang lintasan yang
ditempuh cahaya dalam ruang hampa selamaselang waktu 1/299.792.458 sekon.
Angka yang sangat besar atau sangat kecil oleh ilmuwan digambarkan
menggunakan awalan dengan suatu satuan untuk menyingkat perkalian atau
pembagian dari suatu satuan.

2.2 Satuan Standar Massa


Satuan standar untuk massa adalah kilogram (kg). Satu kilogram standar
adalah massa sebuah silinder logam yang terbuat dari platina iridium yang
disimpan di Sevres, Prancis. Silinder platina iridium memiliki diameter 3,9 cm
dan tinggi 3,9 cm. Massa 1 kilogram standar mendekati massa 1 liter air murni
pada suhu 4°C.

2.3 Satuan Standar Waktu


Satuan SI waktu adalah sekon (s). Mula-mula ditetapkan bahwa satu sekon
sama dengan 1/86400 rata-rata gerak semu matahari mengelilingi Bumi. Dalam
pengamatan astronomi, waktu ini ternyata kurang tepat akibat adanya pergeseran,
sehingga tidak dapat digunakan sebagai patokan.Selanjutnya, pada tahun
1956 ditetapkan bahwa satu sekon adalah waktu yang dibutuhkan atom cesium-
133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali.
2.4 Satuan Standar Arus Listrik
Satuan standar arus listrik adalah ampere (A). Satu ampere didefinisikan
sebagai arus tetap, yang dipertahankan untuk tetap mengalir pada dua batang
penghantar sejajar dengan panjang tak terhingga, dengan luas penampang
yang dapat diabaikan dan terpisahkan sejauh satu meter dalam vakum, yang akan
menghasilkan gaya antara kedua batang penghantar sebesar

2.4 Satuan Standar Suhu


Suhu menunjukkan derajat panas suatu benda. Satuan standar suhu adalah
kelvin (K), yang didefinisikan sebagai satuan suhu mutlak dalam termodinamika
yang besarnya sama dengan 1/273,16 1dari suhu titik tripel air. Titik tripel
menyatakan temperatur dan tekanan saat terdapat keseimbangan antara uap, cair,
dan padat suatu bahan. Titik tripel air adalah 273,16 K dan 611, 2 Pa. Jika
dibandingkan dengan skala termometer Celsius

2.5 Satuan Standar Intensitas Cahaya


Intensitas cahaya dalam SI mempunyai satuan kandela (cd), yang besarnya
sama dengan intensitas sebuah sumber cahaya yang memancarkan radiasi
monokromatik dengan frekuensi Hz dan memiliki intensitas pancaran 1/683 watt
per steradian pada arah tertentu.

2.6 Satuan Standar Jumlah Zat


Satuan SI untuk jumlah zat adalah mol. Satu mol setara dengan jumlah zat
yang mengandung partikel elementer sebanyak jumlah atom di dalam kg karbon-
12. Partikel elementer merupakan unsur fundamental yang membentuk materi di
alam semesta. Partikel ini dapat berupa atom, molekul, elektron, dan lain-lain.

2.7 Sistem British


Sistem ini hanya digunakan di Amerika dan beberapa negara lainnya dan
kebanyakan 152 satuannya mulai digantikan oleh satuan SI. Satuan British
sekarang secara legal didefinisikan dalam satuan SI, sebagai berikut: Berbeda
dengan Sistem International dimana gaya adalah besaran turunan (satuan : kg m /
s2), dalam sistem British gaya adalah besaran pokok (satuan : pound force atau
lbf). Konsekuensinya,dalam sistem British ini kita menggunakan sebuah faktor
konversi, gc,sebuah konstanta yang mempunyai harga bukan satu, untuk membuat
satuan menjadi sesuai. Harga gc adalah 32,174 (ft)(lbm)/(lbf)(s2). Feet (ft) adalah
satuan panjang, lbm adalah satuan massa dan lbf adalah satuan gaya (Anonim b,
2011).

2.8 Konversi satuan

 Kita menggunakan persamaan untuk menyatakan hubungan antara


besaran-besaran yang direpresentasikan dengan simbol-simbol aljabar.
Setiap simbol aljabar selalu menyatakan sebuah bilangan dan sebuah
satuan. Sebagai contoh, d bisa menyatakan suatu jarak sejauh 10 m, t suatu
selang waktu sepanjang 5 s dan v laju sebesar 2 m/s.Suatu persamaan
harus selalu konsisten dalam dimensi (dimensionally consistent). Kita
tidak dapat menambahkan 5 kg dengan 10 meter; dua besaran bisa
dijumlahkan atau disamakan hanya jika besaran-besaran tersebut
mempunyai satuan yang sama.
 Satuan dikali dan dibagi sama seperti simbol-simbol aljabar biasa. Hal ini
akan memudahkan dalam mengkonversikan besaran dari suatu satuan ke
satuan lainnya. Kita dapat menyatakan besaran yang sama dalam dua
satuan yang berbeda dan membentuk suatu kesamaan. Sebagai contoh, jika
kita katakan bahwa 1 menit = 60 sekon, tidak berarti bahwa bilangan 1
sama dengan bilangan 60; yang kita maksudkan adalah bahwa 1 menit
merepresentasikan selang waktu yang sama dengan 60 sekon. Dengan
alasan yang sama,perbandingan (1 menit) / (60 sekon) sama dengan 1,
demikian juga kebalikannya (60 sekon / 1 menit). Kita dapat mengalikan
suatu besaran dengan salah satu dari faktor ini tanpa mengubah arti
besaran tersebut (Anonim a, 2011).
2. Jenis dan Macam Besaran
2.1 Besaran pokok
Dimensi adalah cara untuk menyusun suatu besaran yang susunannya
berdasarkan besaran pokok dengan menggunakan lambang / huruf tertentu
yang ditempatkan dalam kurung siku.
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya didefinisikan atau
ditetapkan terlebih dahulu, yang berdiri sendiri, dan tidak tergantung pada
besaran lain. Para ahli merumuskan tujuh macam besaran pokok, yaitu:

1. Panjang(m)
2. Massa(Kg)
3. Waktu(s)
4. Kuat arus listrik(A)
5. Suhu(K)
6. Intensitas cahaya(cd)
7. Jumlah zat(mol)
Besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepatan para ahli fisika.
Besaran pokok yang paling umum ada 7 macam yaitu

(Gambar 1. Besaran dasar dan satuan Internasional)


(Gambar 2. Besaran pokok, Satuan dan Dimensi)

2.2 Besaran turunan


Besaran Turunan adalah besaran yang terbentuk dari satu atau lebih
besaran pokok yang ada. Besaran adalah segala sesuatu yang memiliki nilai
dan dapat dinyatakan dengan angka.

1. Luas(m2)
2. Volume(m3)
3. Massa jenis()
4. Kecepatan (v)
5. Berat(W)
6. Percepatan(m/s2)
7. Dan lain-lain
Besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran turunan
mempunyai ciri khusus antara lain: diperoleh dari pengukuran langsung dan
tidak langsung, mempunyai satuan lebih dari satu dan diturunkan dari
besaran pokok. Besaran ini ada banyak macamnya yaitu:
(Gambar 3. Besaran Jabaran dan Satuan Internasional)
(Gambar 4. Besaran Turunan, Rumus, Dimensi, Satuan dan Singkatan)

2.3 Rumusan Dimensi Untuk Berbagi Persamaan

a. Persamaan Volum adalah hasil kali panjang, lebar dan tinggi di mana
ketiganya memiliki dimensi panjang, yakni [L]. Dengan demikian, Dimensi
Volume :

b. Persamaan Massa Jenis adalah hasil bagi massa dan volum. Massa memiliki
dimensi [M] dan volum memiliki dimensi [L]3. Dengan demikian Dimensi
massa jenis :

c. Persamaan Percepatan adalah hasil bagi Kecepatan (besaran turunan) dengan


Waktu, di mana Kecepatan adalah hasil bagi Perpindahan dengan Waktu.
Oleh karena itu, kita terlebih dahulu menentukan dimensi Kecepatan,
kemudian dimensi Percepatan.
d. Persamaan Usaha adalah hasil kali Gaya (besaran Turunan) dan Perpindahan
(dimensi = [L]), sedang Gaya adalah hasil kali massa (dimensi = [M]) dengan
percepatan (besaran turunan). Karena itu kita tentukan dahulu dimensi
Percepatan (lihat (c)), kemudian dimensi Gaya dan terakhir dimensi Usaha.

2.4 Angka Penting Dalam Besaran


Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut Angka Penting,
terdiri atas angka-angka pasti dan angka-angka terakhir yang ditaksir Angka
taksiran. Hasil pengukuran dalam fisika tidak pernah eksak, selalu terjadi
kesalahan pada waktu mengukurnya. Kesalahan ini dapat diperkecil dengan
menggunakan alat ukur yang lebih teliti.

a) Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.


Contoh : 14,256 ( 5 angka penting ).
b) Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol adalah
angka penting. Contoh : 7000,2003 ( 9 angka penting ).
c) Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang
terakhir, tetapi terletak di depan tanda desimal adalah angka penting.
Contoh : 70000, ( 5 angka penting).
d) Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan
di belakang tanda desimal adalah angka penting.
Contoh: 23,50000 (7 angka penting ).
e) Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan
tidak dengan tanda desimal adalah angka tidak penting.
Contoh: 3500000 (2 angka penting).
f) Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama adalah
angka tidak penting.
Contoh: 0,0000352 (3 angka penting).

2.5 Ketentuan – Ketentuan Pada Operasi Angka Penting :

a) Hasil operasi penjumlahan dan pengurangan dengan angka-angka penting


hanya boleh terdapat SATU ANGKA TAKSIRAN saja.
Contoh : 2,34 angka 4 taksiran
0,345 + angka 5 taksiran
2,685 angka 8 dan 5 ( dua angka terakhir ) taksiran.
maka ditulis : 2,69
( Untuk penambahan/pengurangan perhatikan angka dibelakang koma
yang paling sedikit).
13,46 angka 6 taksiran
2,2347 – angka 7 taksiran
11,2253 angka 2, 5 dan 3 ( tiga angka terakhir ) taksiran
maka dituli : 11,23
b) Angka penting pada hasil perkalian dan pembagian, sama banyaknya
dengan angka penting yang paling sedikit.
Contoh : 8,141 ( empat angka penting )
0,22 x ( dua angka penting )
1,79102
Penulisannya : 1,79102 ditulis 1,8 ( dua angka penting )
1,432 ( empat angka penting )
2,68 : ( tiga angka penting )
0,53432
Penulisannya : 0,53432 di tulis 0,534 ( tiga angka penting )
c) Untuk angka 5 atau lebih dibulatkan ke atas, sedangkan angka kurang dari
5 dihilangkan.
Notasi ilmiah = Bentuk Baku.
Untuk mempermudah penulisan bilangan-bilangan yang besar dan kecil
digunakan Notasi Ilmiah atau Cara Baku.
p . 10 n
dimana : 1, p, 10 ( angka-angka penting )
10n disebut orde
n bilangan bulat positif atau negatif
contoh : – Massa bumi = 5,98 . 10 24
– Massa elektron = 9,1 . 10 -31
– 0,00000435 = 4,35 . 10 -6
– 345000000 = 3,45 . 10 8
Pengukuran Besaran Fisika
Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Seorang
tukang jahit pakaian mengukur panjang kain untuk dipotong sesuai dengan pola
pakaian yang akan dibuat dengan menggunakan meteran pita. Penjual daging
menimbang massa daging sesuai kebutuhan pembelinya dengan menggunakan
timbangan duduk.
Seorang petani tradisional mungkin melakukan pengukuran panjang dan
lebar sawahnya menggunakan satuan bata, dan tentunya alat ukur yang digunakan
adalah sebuah batu bata. Tetapi seorang insinyur sipil mengukur lebar jalan
menggunakan alat meteran kelos untuk mendapatkan satuan meter.
Ketika kita mengukur panjang meja dengan penggaris, misalnya didapat
panjang meja 100 cm, maka panjang meja merupakan besaran, 100 merupakan
hasil dari pengukuran sedangkan cm adalah satuannya.
Beberapa aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu ketepatan
(akurasi), kalibrasi alat, ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas). Dengan
aspek-aspek pengukuran tersebut diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang
akurat dan benar. Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-besaran fisika,
meliputi panjang, massa, dan waktu.

Macam – macam alat ukur Besaran dalam Fisika


a. Mistar : untuk mengukur suatu panjang benda mempunyai batas
ketelitian 0,5 mm.
b. Jangka sorong : untuk mengukur suatu panjang benda mempunyai batas
ketelitian 0,1 mm.
c. Mikrometer : untuk mengukur suatu panjang benda mempunyai batas
ketelitian 0,01mm.
d. Neraca : untuk mengukur massa suatu benda.
e. Stop Watch : untuk mengukur waktu mempunyai batas ketelitian 0,01
detik
f. Dinamometer : untuk mengukur besarnya gaya.
g. Termometer : untuk mengukur suhu.
h. Higrometer : untuk mengukur kelembaban udara
i. Ampermeter : untuk mengukur kuat arus listrik.
j. Ohm meter : untuk mengukur tahanan ( hambatan ) listrik
k. Volt meter : untuk mengukur tegangan listrik.
l. Barometer : untuk mengukur tekanan udara luar.
m. Hidrometer : untuk mengukur berat jenis larutan.
n. Manometer : untuk mengukur tekanan udara tertutup.
o. Kalorimeter : untuk mengukur besarnya kalor jenis zat.

1. Pengukuran Panjang
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda haruslah sesuai
dengan ukuran benda. Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku kita gunakan
pengaris, sedangkan untuk mengukur lebar jalan raya lebih mudah menggunakan
meteran kelos.
a. Pengukuran Panjang dengan Mistar
Penggaris atau mistar berbagai macam jenisnya, seperti penggaris yang
berbentuk lurus, berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau logam, mistar
tukang kayu, dan penggaris berbentuk pita (meteran pita). Mistar mempunyai
batas ukur sampai 1 meter, sedangkan meteran pita dapat mengukur panjang
sampai 3 meter. Mistar memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1 cm.
Alat Ukur Panjang

Posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika membaca skala mistar.
Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran akibat beda
sudut kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.
Pembacaan Skala

b. Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong


Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur
sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga
dapat digunakan untuk mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam
sebuah pipa. Bagian-bagian penting jangka sorong yaitu:
1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm
2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai
selisih 1 mm.

Jangka Sorong

c. Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup


Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm.
Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai
ukuran kecil dan tipis, seperti mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan
onderdil kendaraan yang berukuran kecil.
Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala
putar, dan silinder bergerigi. Skala terkecil dari skala utama bernilai 0,1 mm,
sedangkan skala terkecil untuk skala putar sebesar 0,01 mm. Berikut ini gambar
bagian-bagian dari mikrometer.

Mikrometer Sekrup

2. Pengukuran Massa Benda


Timbangan digunakan untuk mengukur massa benda. Prinsip kerjanya
adalah keseimbangan kedua lengan, yaitu keseimbangan antara massa benda yang
diukur dengan anak timbangan yang digunakan. Dalam dunia pendidikan sering
digunakan neraca O’Hauss tiga lengan atau dua lengan. Perhatikan beberapa alat
ukur berat berikut ini. Bagian-bagian dari neraca O’Hauss tiga lengan adalah
sebagai berikut:
• Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap skala bernilai 1 g.
• Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala sebesar 100 g.
• Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g

3. Pengukuran Besaran Waktu


Berbagai jenis alat ukur waktu misalnya: jam analog, jam digital, jam
dinding, jam atom, jam matahari, dan stopwatch. Dari alat-alat tersebut, stopwatch
termasuk alat ukur yang memiliki ketelitian cukup baik, yaitu sampai 0,1 s.

Alat Ukur Waktu


4. SUHU DAN PENGUKURANNYA
1. Pengertian Suhu
Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda tersebut dinyatakan dengan
besaran suhu. Jadi, suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat
panas atau dinginnya suatu benda.
2. Termometer sebagai Alat Ukur Suhu
Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu
suatu benda adalah termometer. Termometer yang umum digunakan adalah
termometer zat cair dengan pengisi pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol.
Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai pengisi pipa kapiler termometer adalah
sebagai berikut:
a. raksa tidak membasahi dinding kaca,
b. raksa merupakan penghantar panas yang baik,
c. kalor jenis raksa rendah akibatnya dengan perubahan panas yang kecil cukup
dapat mengubah suhunya,
d. jangkauan ukur raksa lebar karena titik bekunya -39 ºC dan titik didihnya
357ºC.
Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer
alkohol. Alkohol memiliki titik beku yang sangat rendah, yaitu -114ºC. Namun
demikian, termometer alkohol tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu benda
yang tinggi sebab titik didihnya hanya 78ºC.
Pada pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan
titik tetap bawah. Titik tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer.
Di antara kedua titik tetap tersebut dibuat skala suhu. Penetapan titik tetap bawah
adalah suhu ketika es melebur dan penetapan titik tetap atas adalah suhu saat air
mendidih.
Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.
a. Termometer Celcius
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 100.
Diantara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.
b. Termometer Reaumur
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80. Di
antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
c. Termometer Fahrenheit
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212.
Suhu es yang dicampur dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap
bawah dan titik tetap atas dibagi 180 skala.
d. Termometer Kelvin
Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut
suhu mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel
benda tersebut nol. Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan
suhu air mendidih dengan angka 373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas
termometer Kelvin dibagi 100 skala.

Titik Tetap Termometer


Perbandingan skala antara temometer Celcius, termometer Reaumur, dan
termometer Fahrenheit adalah
C : R : F = 100 : 80 : 180
C:R:F=5:4:9
Dengan memperhatikan titik tetap bawah 0ºC = 0ºR = 32ºF, maka hubungan skala
C, R, dan F dapat ditulis sebagai berikut:
tº C =5/4 tºR
tº C =5/9 (tºF – 32)
tº C =4/9 (tºF – 32)

Hubungan skala Celcius dan Kelvin adalah


t K = tºC + 273 K
Kita dapat menentukan sendiri skala suatu termometer. Skala termometer
yang kita buat dapat dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila pada
saat menentukan titik tetap kedua termometer berada dalam keadaan yang sama.
Misalnya, kita akan menentukan skala termometer X dan Y. Termometer
X dengan titik tetap bawah Xb dan titik tetap atas Xa. Termometer Y dengan titik
tetap bawah Yb dan titik tetap atas Ya. Titik tetap bawah dan titik tetap atas kedua
termometer di atas adalah suhu saat es melebur dan suhu saat air mendidih pada
tekanan 1 atmosfer. Dengan membandingkan perubahan suhu dan interval kedua
titik tetap masing-masing termometer, diperoleh hubungan sebagai berikut.

(Tx -Xb)/(Xa- Xb)=(Ty- Yb)/( Ya- Yb)

Keterangan:
Xa = titik tetap atas termometer X
Xb = titik tetap bawah termometer X
Tx = suhu pada termometer X
Ya = titik tetap atas termometer Y
Yb = titik tetap bawah termometer Y
Ty = suhu pada termometer Y

Konversi Skala Termometer

a . Termometer air raksa.


Berikut ini beberapa keuntungan air raksa sebagai pengisi termometer, antara lain
:
1) Air raksa tidak membasahi dinding pipa kapiler, sehingga pengukurannya
menjadi teliti.
2) Air raksa mudah dilihat karena mengkilat.
3) Air raksa cepat mengambil panas dari suatu benda yang sedang diukur.
4) Jangkauan suhu air raksa cukup lebar, karena air raksa membeku pada suhu –
40 0C
dan mendidih pada suhu 360 derajat celsius
5) Volume air raksa berubah secara teratur.
Selain beberapa keuntungan, ternyata air raksa juga memiliki beberapa kerugian,
antara lain:
1) Air raksa harganya mahal.
2) Air raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah.
3) Air raksa termasuk zat beracun sehingga berbahaya apabila tabungnya
pecah.
b. Termometer alkohol
Keuntungan menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :
1) Alkohol harganya murah.
2) Alkohol lebih teliti, sebab untuk kenaikan suhu yang kecil ternyata alkohol
mengalami
perubahan suhu yang besar
3) Alkohol dapat mengukur suhu yang sangat rendah, sebab titik beku alkohol
–130 0C.
Kerugian menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :
1) Membasahi dinding kaca.
2) Titik didihnya rendah (78 0C)
3) Alkohol tidak berwarna, sehingga perlu memberi pewarna dahulu agar
dapat dilihat.
Mengapa air tidak dipakai untuk mengisi tabung termometer? Alasannya karena
air membasahi dinding kaca, jangkauan suhunya terbatas, perubahan volumenya
kecil, penghantar panas yang jelek.

Memperhatikan dan Menerapkan Keselamatan Kerja dalam Pengukuran


Belajar fisika tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium. Dalam
melaksanakan percobaan dan kegiatan di laboratorium mungkin saja terjadi
kecelakaan. Oleh karena itu, penting sekali untuk menjaga keselamatan dalam
bekerja. Salah satu usaha menjaga keselamatan kerja dan mencegah terjadinya
kecelakaan adalah dengan memperhatikan dan melaksanakan tata tertib di
laboratorium.

Mengapa kecelakaan dapat terjadi? Kecelakaan di laboratorium dapat terjadi


disebabkan beberapa hal, antara lain:
 tidak mematuhi tata tertib laboratorium,
 tidak bersikap baik dalam melaksanakan kegiatan laboratorium,
 kurangnya pemahaman dan pengetahuan terhadap alat, bahan, serta cara
penggunaannya,
 kurangnya penjelasan dari guru atau tenaga laboratorium, dan tidak
menggunakan alat pelindung.
Adapun bahaya-bahaya yang mungkin perlu diantisipasi di lingkungan
laboratorium adalah sebagai berikut:
 luka bakar akibat panas,
 bahaya listrik,
 bahaya radioaktif, dan
 bahaya kebakaran.

3 MATEMATIKA PENDAHULUAN

FUNGSI

Jika terdapat suatu hubungan matematis y=f(x), maka dapat disimpulkan


beberapa hal:

- f adalah suatu fungsi yang memetahkan x ke y.


- y adalah suatu perubah tidak bebas karena tidak bergantung pada y.
- x adalah suatu perubah bebas karena tidak bergantung pada y.
- y adalah fungsi dari x.
DIFERENSIAL

“Differensial” atau sering diterjemahkan sebagai “turunan” suatu fungsi


didefinisikan sebagai “laju perubahan suatu peubah/variabel terhadap peubah
lain” atau “laju perubahan fungsi terhadap perubah bebasnya”. Diferensial adalah
salah satu cabang kalkulus dalam matematika yang mempelajari bagaimana nilai
suatu fungsi berubah menurut perubahan input nilainya. Topik utama dalam
pembelajaran kalkulus diferensial adalah turunan.

Proses pencarian turunan disebut pendiferensialan (differentiation). Teorema


dasar kalkulus menyatakan bahwa pendiferensialan adalah proses keterbalikan
dari pengintegralan.
Misalkan pada suatu fungsi y = f(x), maka defenisi turunan adalah

persamaan garis singgung pada gambar 1.1 (garis lurus) diberikan oleh :

Contoh 6 :

carilah turunan dari : a. sin23x + cos 2x b. e3x-2x2 + (1/2)x – 2


Jawab :

𝑑𝑦 𝑑 𝑑
a. = (sin23x + cos 2x) = 𝑑𝑥(sin23x)+𝑑𝑥 (cos 2x)
𝑑𝑥
𝑑 𝑑
= 𝑑𝑥 (sin 3x )2 + 𝑑𝑥 (cos 2x)= 2(sin 3x).3(cos 3x)- 2(sin 2x)

= 6sin 3x cos3x – 2 sin 2x = 6sin 3x cos 3x – 2 sin 2x


𝑑 1
b. = (e3x- 2x2 + 2x-2) = 3e2x – 4x + ½
𝑑𝑥

Contoh 7 :

Carilah kecepatan dan percepatan benda pada saat t = 1 detik jika posisi benda
dinyatakan oleh x = 10 t – 3t2

Jawab : v(kecepatan) = dx/dt = 10-6t = 10-6 (1) = 4 m/s.

a (percepatan) = dv/dt = -6 m/s2

Contoh 8 :

Carilah turunan fungsi y = 4 sin 3x

Jawab : dengan menggunakan dalil -7 untuk f(x) = 3x

𝑑𝑦
= 4 (3) cos 3x = 12 cos 3x
𝑑𝑥
Contoh 9 :

Carilah turunan dari fungsi y = (e3x+ 5)2.

Jawab : soal diselesaikan dengan dalil-4 atau dalil-6. Dengan dalil-4 terlebih
dahulu suku dalam kurung dikuadratkan.

y = ( e3x + 5 )2= e6x + 10 e3x +25.

Dengan f(x) = e6x , g(x) = 10 e3x , dan h (x) =25

dy/dx = 6 e6x + 30 e3x (e3x + 5)

INTEGRASI

Secara fisis, differensiasi memiliki arti memperkecil atau menurunkan


dimensi atau orde kebergantungan beserta turunan (perubah tidak bebas) terhadap
besaran dasar (perubah bebas). Sebaliknya, integrasi memperbesar atau
menaikkan orde kebergantungan besaran turunan terhadap besaran dasar. Secara
operasi matematis, integrasi bias berarti penjumlahan, mencari luas di bawah
kurva, atau mencari fungsi turunan yang diberikan.
Jika kita mempunyai fungsi turunan df(x)dx = f(x) maka untuk mencari
fungsi asal f(x) dilakukan integrasi, yaitu :

ꭍ f(x)dx = F (x)+C

Integral semacam ini disebut “integral tidak tentu”, dimana C mempunyai harga
sembarang dan bisa disebut konstanta integrasi. Jika harga F(x) diketahui untuk
harga x tertentu, harga konstanta C dapat ditentukan. Jika pada integral diberi
batas atas (misalnya x = b) dan batas bawah (misalnya x = a ), maka

𝒃
∫𝒂 𝒇(x)dx =[F (x)]𝑥𝑥 belum selesai

Integral berbentuk rumus disebut “integral tentu”

Contoh :

Sebuah benda bergerak dengan percepatan rata rata 20 m/𝑠 2 . Pada saat t =1 detik.
Kecepatan benda 50m/s dan jarak yang ditempuh 10 meter. Hitung kecepatan dan
jarak pada saat t = 10 detik.

Jawab :

V(kecepatan) = ꭍ a dt = ꭍ 20 dt = 20 t + C1, t = 1, v = 50 m/s

50 = 20 + C1 → C1 = 30

Maka

v = 20t + 30 → t= 100 detik → v = 20 (100) + 30 = 2030 m/s

x(jarak) = ꭍ v dt= ꭍ (20t + 30) dt = 10 t2 = 30 t + C2

t = 1, x = 10 meter
10 =10 + 30 + C2 = -30

Maka : x = 10 t2 + 30 t – 30 → t = 100 detik

= 10 (100)2 + 30 (100)-30 = 102.970 meter

Tabel 1.5 Beberapa integral tidak tentu (a,b,C = konstanta)


VEKTOR

Secara sederhana pengertian vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan
arah. Contoh dari besaran ini misalnya perpindahan, kecepatan , percepatan, gaya
, dan sebagainya. Untuk menggambarkan vektor digunakan garis berarah yang
bertitik pangkal. Panjang garis sebagai nilai vektor dah anak panah menunjukkan
arahnya. Simbol vektor menggunakan huruf kapital yang dicetak tebal (bold) atau
miring dengan tanda panah di atasnya seperti gambar berikut:

2. Menggambar sebuah Vektor


Vektor pada bidang datar mempunyai 2 komponen yaitu pada sumbu x dan
sumbu y. Khusus untuk vektor yang segaris dengan sumbu x atau y berarti
hanya mempunyai 1 komponen. Komponen vektor adalah vektor yang
bekerja menuyusun suatu vektor hasil (resultan vektor). Oleh karenanya
vektor bisa dipindahkan titik pangkalnya asalkan tidak berubah besar dan
arahnya.

Secara matematis vektor dapat dituliskan A = Ax+Ay dimana A adalah


resultan dari komponen-komponenya berupa Ax dan Ay.
3. Penjumlahan Vekor
Inti dari operasi penjumlahan vektor ialah mencari sebuah vektor yang
komponen-komponennya adalah jumlah dari kedua komponen-komponen
vektor pembentuknya atau secara sederhana berarti mencari resultan dari 2
vektor. Aga susah memang dipahami dari definisi tertulis. Kita coba
memahaminya dengan contoh

Untuk vektor segaris, resultannya

R = A + B + C + n dst…

untuk penjumlahan vektor yang tidak segaris misalnya seperti gambar di


bawah ini :

rumus penjumlahan vektor bisa didapat dari persamaan berikut :

Menurut aturan cosinus dalam segitiga,

(OR)2 = (OP)2 + (PR)2 – 2(OP)(PR) cos (180o – α)


(OR)2 = (OP)2 + (PR)2 – 2(OP)(PR) -(cos α)
(OR)2 = (OP)2 + (PR)2 + 2(OP)(PR) cos α
Jika OP = A, PR = B, dan Resultan ‘R’ = OR
maka didapat persamaan
R2 = A2 + B2 + 2AB cos α
Rumus menghitung resultan vektornya :

Dalam penjumlahan vektor sobat hitung bisa menggunakan 2 cara

1. Penjumlahan Vektor dengan cara Jajar Genjang (Pararelogram)

yaitu seprti yang dijelaskan di atas. Metode yang digunakan adalah dengan
mencari diagonal jajar genjang yang terbentuk dari 2 vektor dan tidak ada
pemindahan titik tangkap vektor.

2. Penjumlahan Vektor dengan Cara Segitiga

pada metode ini dilakukan pemindahan titik tangka vektor 1 ke ujung


vektor yang lain kemudian menghubungkan titi tangkap atau titik pangkal
vektor pertama dengn titik ujung vektor ke dua. Lihat ilustrasi gambar di
bawah ini.
Untuk vektor yang lebih dari 2, sama saja. Lakukan satu demi satu hingga ketemu
resultan akhirnya. Dari gambar di atas, V = A + B dan R = V + C atau R = A + B
+C

4. Pengurangan Vektor

Pengurangan Vektor pada prinsipnya sama dengan penjumlahan, cuma


yang membedakan adalah ada salah satu vektor yang mempunyai arah
yang berlawanan. Misalnya vektor A bergerak ke arah timur dan B
bergerak ke arah barat maka resultannya

R = A + (-B) = A – B

5. Rumus Cepat Vektor

berikut rumus cepat panduan mengerjakan soal vektor fisika

Jika α = 0o maka R = V1 + V2

Jika α = 90o maka R = √(V1 + V22)


2

Jika α = 180o maka R = | V1 + V2 | –> nilai mutlak

Jika α = 120o dan V1 = V2 = V maka R = V

Jika α = 0o maka R = V1 + V2

Jika α = 90o maka R = √(V1 + V22)


2

Jika α = 180o maka R = | V1 + V2 | –> nilai mutlak

Jika α = 120o dan V1 = V2 = V maka R = V


Contoh Soal

1. Dua buah vektor sebidang erturut-turut besarnya 8 satuan dan 6 satuan, bertitik
tangkap sama dan mengapit sudut 30oTentukan besar dan arah resultan vektor
tersebut tersebut!

R = 82 + 62 + 2.6.8.cos 30
R = 64 + 36 + 96 0,5 √3
R = 100 + 48√3

2. Diberikan dua buah vektor gaya yang sama besar masing-masing vektor besarnya
adalah 10 Newton seperti gambar berikut.

Jika sudut yang terbentuk antara kedua vektor adalah 60°, tentukan besar (nilai)
resultan kedua vektor!

jawab :

Resultan untuk dua buah vektor yang telah diketahui sudutnya.

Dengan F1 = 10 N, F2 = 10 N, α adalah sudut antara kedua vektor (α = 60°).


dan R adalah besar resultan kedua vektor.

Sehingga:
3. Dua buah vektor masing-masing F1 = 15 satuan dan F2 = 10 satuan mengapit
sudut 60°.

Tentukan arah resultan kedua vektor!

jawaban :
Langkah pertama tentukan dulu besar resultan vektornya:

Yang dimaksud arah resultan adalah sudut β pada gambar di bawah:

Dengan rumus sinus:


diperoleh arah resultan:

DAFTAR PUSTAKA

1.https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.fkip-
unswagati.ac.id/ejournal/index.php/snmpm/article/download/362/314&ved=2ahU
KEwiv8KyO-
5rkAhXZWisKHfvSCrAQFjAKegQIBBAB&usg=AOvVaw3aSdtZxLYGZn4eZ
QP9WXiI
2.https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.acade
mia.edu/7216872/Penerapan_Turunan_pada_Bidang_Fisika&ved=2ahUKEwiv8K
yO-
5rkAhXZWisKHfvSCrAQFjACegQIBxAC&usg=AOvVaw2x9LVhJOUzFwU6nf
vex0mg

3.http://ismail_muchsin.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/43876/Besaran+da
n+satuan.pdf

4. http://ilhamadipanuntun.blogs.uny.ac.id/pengertian-besaran-dan-satuan-dalam-
fisika-kelas-x/

5. https://www.softilmu.com/2015/12/Pengertian-Rumus-Fungsi-Dimensi-Fisika-
Adalah.html?m=1http://fisikastudycenter.com/fisika-x-sma/1-mencari-dimensi

6. https://www.coursehero.com/file/17495394/Makalah-Gaya/

7. https://unitedscience.fisikabc.com/ipa-1/bab-i-pengukuran/

Anda mungkin juga menyukai