Pada Pasien Usia Minimal 45 tahun di Puskesmas Kelurahan Joglo 1 Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat periode 17 Juni 2010 – 2 Juli 2010
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar belakang
Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif,
osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling
sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang–orang usia lanjut maupun setengah baya.
Osteoartritis dapat terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan
merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65
tahun. Osteoartritis adalah penyakit nomor dua setelah penyakit jantung yang mengganggu
aktivitas penderitanya.1, 2
Pada survey radiografis, didapatkan angka kejadian osteoartritis 30% pada wanita usia
45–60 tahun, dan lebih dari 65% pada orang–orang usia di atas 61 tahun.2 Pada laki–laki nilai ini
sedikit lebih rendah, dan jarang sekali dijumpai pada anak-anak. Di dunia prevalensi osteoartritis
mencapai 9,6% pada pria dan 18% pada wanita berusia lebih dari atau sama dengan 60 tahun.2
Di dalam masyarakat, angka kejadian osteoartritis bervariasi antara satu negara dengan
negara lainnya, demikian juga antara daerah di dalam satu negara. Literatur menunjukkan 1 dari
6 populasi menderita penyakit osteoartritis ini.3 Data yang dilansir oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO), menyebutkan 40% penduduk dunia yang berusia lebih dari 70 tahun akan menderita
osteoartritis lutut. Dari jumlah tersebut, 80% diantaranya berdampak pada keterbatasan gerak.3
Osteoartritis menyerang sekitar 27 juta orang di Amerika Serikat. Diperkirakan 80% dari
populasi tersebut yang berumur lebih dari 65 tahun mempunyai bukti radiografik sebagai
Masalah osteoartritis di Indonesia tampak lebih besar dibandingkan negara barat kalau
mencapai 360–380 dari 100.000 penduduk, dan diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia
menderita cacat karena osteoartritis. Di Indonesia terdapat dua penelitian berbasis masyarakat
yang dilakukan tahun 1992 di Bandungan (Darmawan J) dan 1994 di Malang (Kalim H).
Osteoartritis di Malang dijumpai sekitar 10% (daerah perkotaan), dan 13,5% di pedesaan.
Namun survey masyarakat di Bandungan untuk daerah pedesaan ternyata jauh lebih rendah yaitu
sekitar 5,4%.5,6
Dari data Departemen Kesehatan, terdapat peningkatan yang signifikan terhadap jumlah
pasien rawat jalan untuk penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat dari tahun 2007 ke
tahun 2008. Pada tahun 2007, penderita berjumlah 500.640 orang atau 1,79% dari keseluruhan
jumlah pasien rawat jalan, sedangkan di tahun 2008 berjumlah 175.132 orang atau 2,98%.7
Data dari Puskesmas Joglo I, Kecamatan Kembangan dari bulan Februari 2009 sampai
Februari 2010 tercatat sebanyak 1500 penderita rawat jalan penyakit sistem muskuloskeletal dan
jaringan ikat (peringkat 3 dari sepuluh penyakit terbanyak), dan sekitar 30% dari jumlah tersebut
menderita osteoartritis.
Karena masih tingginya angka kejadian osteoartritis di wilayah Puskesmas Joglo I, dan
sebagian besar dari mereka mempunyai berat badan berlebih, sehingga penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui perbedaan antara berat badan berlebih dengan berat badan normal dan
osteoartritis.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 14 Juni 2010 – 9 Juli 2010 2
Perbedan Antara Berat Badan Berlebih dengan Berat Badan Normal terhadap Osteoartritis
Pada Pasien Usia Minimal 45 tahun di Puskesmas Kelurahan Joglo 1 Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat periode 17 Juni 2010 – 2 Juli 2010
I. 2. Perumusan masalah
Tingginya angka kejadian osteoartritis pada pasien pria dan wanita usia minimal 45
tahun di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Joglo I, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.
1. Berapa banyak pasien pria dan wanita usia minimal 45 tahun yang datang ke balai
(overweight)?
2. Berapa banyak pasien pria dan wanita usia minimal 45 tahun yang datang ke balai
I.3. Tujuan
Diturunkannya angka kejadian osteoartritis pada pasien pria dan wanita usia minimal 45
1. Diketahui jumlah pasien pria dan wanita usia minimal 45 tahun yang datang ke balai
(overweight).
2. Diketahui jumlah pasien pria dan wanita usia minimal 45 tahun yang datang ke balai
Sebagai kumpulan data dan bahan bagi Puskesmas untuk program pembinaan atau
masyarakat.
- Hasil penelitian dapat dijadikan bahan atau acuan dalam penelitian selanjutnya.
- Dapat lebih mengerti dan menguasai tentang masalah osteoartritis dengan faktor resiko
pada penderita overweight dan berguna untuk mengaplikasikannya untuk diri sendiri dan
masyarakat luas.
BAB II
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 14 Juni 2010 – 9 Juli 2010 5
Perbedan Antara Berat Badan Berlebih dengan Berat Badan Normal terhadap Osteoartritis
Pada Pasien Usia Minimal 45 tahun di Puskesmas Kelurahan Joglo 1 Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat periode 17 Juni 2010 – 2 Juli 2010
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Osteoartritis
II. 1. 1. Definisi
mengakibatkan kerusakan yang tidak hanya mengenai tulang rawan sendi namun juga mengenai
seluruh sendi, termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial serta
jaringan ikat periartikular, yang berkembangnya secara lambat, menahun yang ditandai dengan
adanya kemunduran pada tulang rawan sendi yang dapat menyebabkan nyeri sendi.7,8
II. 1. 2. Patogenesis
dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis primer disebut juga osteoartritis idiopatik yaitu
osteoartritis yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi. Osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang
didasari oleh adanya penyakit endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas
mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. Osteoartritis primer lebih sering ditemukan
Osteoartritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodelling
tulang dan inflamasi cairan sendi. Osteoartritis merupakan penyakit gangguan homeostasis dari
belum jelas diketahui. Kondrosit gagal untuk mempertahankan keseimbangan normal antara
sintesis dan degradasi matriks sehingga terjadi edema di subkondral dan timbul hipertrofi tulang
rawan atau osteofit dan akhirnya reaksi radang sinovial. Telah diketahui bahwa kondrosit
artikular yang avaskular merupakan satu-satunya sel yang ada di sendi dan mempunyai kapasitas
untuk mensintesis, mengorganisasi dan mengatur komposisi matrik sekitarnya secara baik dan
efisien.7,8
Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung berakumulasi di sendi dan
menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu respon imun yang menyebabkan
inflamasi sendi. Rata-rata perbandingan antara sintesis dan pemecahan matriks rawan sendi pada
pasien osteoartritis kenyataannya lebih rendah dibanding normal yaitu 0,29 dibanding 1.8
Pada rawan sendi juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan
aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan kompleks
lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis
prostaglandin dan interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkondral yang
diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit.7,8
Penyebab rasa sakit dapat juga akibat dari dilepaskannya mediator kimiawi seperti kinin
dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan tendo atau ligamentum serta
Dalam keadaan normal matrix tulang rawan berisi lebih kurang 80% air, 3,6%
proteoglikan, 15% kolagen dan sisanya mineral dan zat-zat organik lain serta
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 14 Juni 2010 – 9 Juli 2010 7
Perbedan Antara Berat Badan Berlebih dengan Berat Badan Normal terhadap Osteoartritis
Pada Pasien Usia Minimal 45 tahun di Puskesmas Kelurahan Joglo 1 Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat periode 17 Juni 2010 – 2 Juli 2010
kondrosit yang berfungsi membentuk kolagen dan proteoglikan. Kadar kolagen dan
proteoglikan ini yang menentukan agar matrix tulang rawan berfungsi baik yaitu
proteoglikan sedangkan kadar kolagen masih normal. Hal ini terjadi karena
rawan menjadi lunak secara lokal. Juga kadar air menurun sehingga warna
matrix menjadi kekuningan dan timbul retakan dan mulai terbentuk celah.
• Tahap kedua, celah semakin dalam tetapi belum sampai ke perbatasan daerah
subkondral. Jumlah sel rawan mulai menurun, begitu juga kadar kolagen.
• Tahap ketiga, celah semakin dalam sampai ke daerah subkondral. Kista dapat
menjadi sangat besar dan pecah sehingga permukaannya menjadi tidak teratur.
• Tahap keempat, serpihan rawan sendi yang terapung dalam cairan sendi akan
difagosit oleh sel-sel membran sinovia dan terjadilah reaksi radang. Sementara
b. Pembentukan osteofit
2) Akibat kongesti vena yang disebabkan perubahan sinusoid sumsum yang tertekan
3) Akibat rangsangan serpihan rawan sendi, maka akan timbul sinovitis sehingga
tumbuh osteofit pada tepi sendi, pada perlekatan ligamen atau tendon dengan
tulang. Tulang rawan tumbuh terlalu banyak, tapi pada akhirnya akan menipis dan
dilihat dan dirasakan. Benjolan itu akan mempengaruhi fungsi sendi yang normal
• Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter
(meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan
yang lain. Nyeri pada osteoartritis juga dapat berupa penjalaran atau akibat radikulopati,
misalnya pada osteoartritis servikal dan lumbal. Osteoartritis yang menimbulkan stenosis
spinal mungkin menimbulkan keluhan di betis, yang biasa disebut dengan claudicatio
intermitten.
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
• Kaku pagi
Pada beberapa pasien nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk
di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur pagi
hari (<1 jam). Fenomena gelling (kekakuan setelah sendi diistirahatkan beberapa waktu)
• Krepitasi
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di lutut atau
Gejala ini juga merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien
osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang.
Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar
• Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada osteoartritis yang masih dini (secara
radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi
hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris
(seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja).
• Krepitasi
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis osteoartritis lutut. Pada awalnya hanya
berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak
tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada
• Pembengkakan sendi
Pembengkakan sendi pada osteoartritis dapat timbul karena efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak (<100cc). sebab lain karena adanya osteofit, yang dapat mengubah
permukaan sendi.
• Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada osteoartritis karena adanya
sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul belakangan, seringkali
dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki.
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan
sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan
sendi.
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan. Terutama dijumpai pada osteoartritis lutut, sendi paha dan osteoartritis tulang
belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku dan
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban)
Kista tulang
• Pemeriksaan laboratorium
a. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas normal, kecuali
• Petanda (marker)
Petanda-petanda biokimiawi tersebut termasuk kadar keratin sulfat dalam darah, fragmen
kolagen II, fibronektin, antibodi untuk kolagen tipe I dan II, cairan sinovial, interleukin 1
Berat badan berlebih, faktor genetik dan jenis kelamin adalah faktor resiko utama yang
paling penting.8
Pada penelitian Framingham didapatkan hubungan yang kuat antara berat badan berlebih
dan osteoartritis sendi lutut, terutama pada wanita. Pada penelitian Cushnagan ternyata sebagian
besar pasien osteoartritis mempunyai berat rata-rata di atas normal.9 Pada penelitian di
Skotlandia ditemukan prevalensi terjadinya osteoartritis adalah dua kali pada orang dengan berat
badan berlebih, dan dikatakan juga bahwa waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya osteoartritis
pada orang dengan berat badan berlebih adalah 10-11 tahun.10 Pada penelitian HANES I, ternyata
didapatkan pula hubungan yang erat antara berat badan dengan osteoartritis sendi lutut. Maquet
berusaha menjelaskan secara biomekanika beban yang diterima lutut pada berat badan berlebih.
Pada keadaan normal, gaya berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh
otot-otot paha bagian lateral sehingga resultannya akan jatuh pada bagian sentral sendi lutut.
Pada keadaan berat badan berlebih, resultan gaya tersebut akan bergeser ke medial sehingga
beban yang diterima sendi lutut tidak seimbang. Pada keadaan yang berat dapat timbul
perubahan bentuk sendi menjadi varus yang akan makin menggeser resultan gaya tersebut ke
medial.9
Berat badan yang berlebih dapat meningkatkan tekanan mekanik pada sendi penahan
beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut. Berat badan berlebih ternyata
tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga
dengan osteoartritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada
Efek beban berat pada kartilago sendi menjelaskan terjadinya peningkatan resiko
osteoartritis, terutama osteoartritis pada lutut, pada orang dengan berat badan berlebih. Terdapat
penemuan terbaru mengenai adanya mekanoreseptor pada permukaan kondrosit, yang mana
intraselular. Selain penelitian yang telah dibicarakan di atas, terdapat pula suatu penelitian
eksperimental yang diketahui bahwa pada kondisi berat badan berlebih dapat menimbulkan
inhibisi pembentukan matrix serta degradasi kartilago, sehingga dapat dispekulasikan bahwa
berat badan berlebih dapat menyebabkan kerusakan kartilago melalui aktivasi dari
mekanoreseptor.7
Untuk mengetahui apakah berat badan seseorang berlebih atau tidak dapat dilihat berapa
nilai BMI (Body Mass Index) orang tersebut menurut WHO dan yang digunakan juga pada
negara Jepang. Nilai BMI dihitung dengan rumus berat badan dalam satuan kilogram dibagi
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 14 Juni 2010 – 9 Juli 2010 14
Perbedan Antara Berat Badan Berlebih dengan Berat Badan Normal terhadap Osteoartritis
Pada Pasien Usia Minimal 45 tahun di Puskesmas Kelurahan Joglo 1 Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat periode 17 Juni 2010 – 2 Juli 2010
dengan tinggi badan dalam satuan meter dan sudah dikuadratkan. Berat badan dikatakan normal
jika nilainya 18,5-22,9 dan berat badan berlebih jika nilainya 23-24,9 serta obesitas jika nilainya
>25.12
Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara umur dengan penurunan kekuatan kolagen
dan proteoglikan pada kartilago sendi. Selain perubahan pada rantai proteoglikan dan kandungan
air pada rawan sendi, ternyata perubahan pada pembuluh darah sendi akan mengurangi aliran
darah ke sendi yang bersangkutan sehingga akan mempengaruhi proses perbaikan sendi bila
terjadi kerusakan. Insiden osteoartritis meningkat pada wanita berumur lebih dari 45 tahun.
Sebelum umur 50 tahun, osteoartritis lebih banyak pada laki–laki daripada wanita, namun setelah
umur 50 tahun, wanita lebih banyak terkena, terutama pada lengan, kaki dan lutut.9,11
II. 2. 3. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis misalnya pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi interfalang distal terdapat dua kali lebih
mempunyai tiga kali lebih sering daripada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa
osteoartritis tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau
Trauma berat pada sendi merupakan penyebab osteoartritis. Pekerjaan berat maupun
dengan pemakaian satu sendi yang membutuhkan gerakan yang terus menerus dapat
yang mengharuskan untuk jongkok atau mengangkat beban berat juga berhubungan dengan
tingginya angka osteoarthritis pada ekstremitas bawah. Demikian juga cedera sendi dan olahraga
yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.7
II. 2. 5. Menopause
pascamenopause mengalami disfungsi. Sementara penyakit nyeri sendi, atau sering disebut
dengan osteoartritis, terjadi karena berkurangnya kekuatan tulang rawan sendi. Akibatnya,
kemampuannya sebagai penyangga atau penopang ikut melemah. Punggung, leher, lutut,
Metabolisme estrogen secara spesifik konfersi dari estrone menjadi estradiol telah
diobservasi dalam jaringan kartilago pasien osteoartritis. Dari hasil tersebut, peneliti sudah
Osteoartriti
s
BAB III
Dari beberapa faktor resiko yang menyebabkan osteoartritis, penulis memilih untuk
meneliti perbedaan antara berat badan berlebih dan berat badan normal dengan osteoartritis
karena sebagian besar dari pasien osteoartritis di wilayah Puskesmas Joglo I mempunyai postur
Berat badan
Osteoartritis
berlebih
III.2. Hipotesis alternatif
Ada perbedaan yang bermakna antara berat badan berlebih dan berat badan normal
terhadap osteoartritis.
III.3. 1. Osteoartritis
pada persendian, kaku pagi hari, perubahan gaya berjalan, krepitasi, tanda–tanda
peradangan.
• Hasil ukur : 0 Responden yang tidak mengeluh nyeri pada persendian (tidak
osteoartritis).
• Definisi variabel : Batasan yang dipakai untuk membedakan berat badan berlebih dan
tidak adalah dari indeks massa tubuh pasien (IMT), yaitu IMT ≥ 23
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat analitik cross- sectional dimana sebagai variabel
terikat (dependent) adalah osteoartritis dan sebagai variabel bebas (independent) adalah berat
Barat selama 8 hari, yaitu pada tanggal 17 Juni 2010 sampai dengan 5 Juli 2010.
Pasien yang berusia 45 tahun keatas yang datang berobat ke balai pengobatan umum
Pasien pria dan wanita yang berusia minimal 45 tahun yang berkunjung ke balai
pengobatan umum Puskesmas Kelurahan Joglo 1 selama masa penelitian dan bersedia di
wawancarai dengan kuesioner yang telah dibuat dengan IMT ≥ 18,5 kg/m2.
IV. 4. Sampel
Yang digunakan sebagai sampel adalah semua pasien pria dan wanita yang berusia
Joglo 1 pada selama masa penelitian, bersedia di wawancarai dengan kuesioner yang
Proporsi efek standar P1 : Berat badan berlebih dan menderita osteoartritis = 0,5
Proporsi efek yang diteliti P2 : Berat badan normal dan menderita osteoartritis =
P1+P2
P =
2
Q = 1–P
Peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara berat badan berlebih
dengan osteoartritis. Proporsi efek standar P1 (berat badan berlebih dan menderita
osteoartritis = 0,50) serta proporsi efek yang diteliti P2 (berat badan normal dan menderita
osteoartritis = 0,60).
P1 + P2
P =
2
0,50 + 0,60
P =
2
P = 0,55
Q=1–P Q1 = 1 – P1 Q2 = 1 – P2
( 1,38 + 0,59 )2
n1 = n2 =
0,01
3,88
n1 = n2 =
0,01
n1 = n2 = 388
Seluruh pasien pria dan wanita usia 45 tahun ke atas yang datang berobat ke Puskesmas
dari tanggal 17 Juni 2010 sampai dengan 5 Juli 2010, diambil dengan metode consecutive non-
random sampling.
Penelitian dilakukan setelah mendapat ijin dari responden dan Kepala Puskesmas
Kelurahan Joglo 1.
Penelitian dilakukan oleh 3 orang peneliti. Peneliti A bertanya kepada semua pasien pria
dan wanita yang datang ke balai pengobatan Puskesmas Kelurahan Joglo 1 selama masa
penelitian, berapa usianya. Jika pasien berusia minimal 45 tahun, ditanyakan juga ketersediaanya
Jika pasien bersedia, peneliti B juga menanyakan keluhan nyeri pada sendi-sendi terutama
pada pagi hari dan melakukan pemeriksaan fisik apakah ada nyeri tekan pada lutut dan kaki.
Kemudian setiap pasien tersebut dilakukan pengukuran terhadap tinggi dan berat badan.
Selanjutnya ditanyakan faktor-faktor resiko lain seperti olahraga, riwayat cedera dan status
Gamb
Pasien datang ke balai pengobatan Usia < 45 tahun
umum.
Tidak
Diikut-
sertaka
Usia minimal 45 tahun n
sebagai
sampel
Ditanyakan kesediaannya
Tidak bersedia
mengikuti penelitian oleh
peneliti A
Bersedia
1. Kuesioner
Data yang diperoleh diolah kemudian disajikan secara tekstular dan tabular.
Analisis asosiasi statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan cara logistic
regression model dengan menggunakan software SPSS versi 18. Kemaknaan hubungan antara
• p < 0,05 : Ho ditolak artinya terdapat korelasi yang bermakna antara 2 variabel yang diuji.
• p ≥ 0,05: Ho diterima artinya tidak terdapat korelasi yang bermakna antara 2 variabel
yang diuji.
Ratio).
OR (Odds Ratio) dapat dihitung dengan cara sederhana yakni dengan menggunakan tabel
2 x 2. Dari skema tersebut maka rasio odds dapat dihitung dengan rumus dibawah ini :
axd
OR =
bxc
Jika OR < 1, maka resiko yang terpapar < tidak terpapar (asosiasi negatif/
kemungkinan protektif)
Jika OR > 1, maka resiko yang terpapar > tidak terpapar (asosiasi positif/
kemungkinan penyebab)
BAB V
HASIL
Dari analisis yang dilakukan berdasarkan hasil pengumpulan data yang didapat dari
pasien yang berobat ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kelurahan Joglo 1 periode 17 Juni
V.1. Univariat
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 292 responden didapatkan 120
responden (41,1%) tidak menderita osteoartritis dan 172 orang (58,9%) menderita osteoartritis.
Nilai rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) didapatkan sebesar 24,07 kg/m 2, sedangkan rata-rata
umur pasien dengan osteoartritis adalah 56,63 tahun. 35 responden (12%) pernah mengalami
cedera lutut, 27 responden (9,2%) berolahraga berat, dan 49 responden (16,8%) menjalani
pekerjaan berat.
Dari 292 responden didapatkan 95 responden (32,5%) laki-laki dan 197 responden
(67,5%) perempuan, diantara responden perempuan, terdapat 107 responden (54,3%) yang sudah
menopause.
Tabel V.1. Distribusi karakteristik 292 pasien berusia minimal 45 tahun di Puskesmas
Jenis kelamin
Laki-laki 95 (32,5%)
Perempuan 197 (67,5%)
V.2. Bivariat
Jumlah responden yang tidak menderita osteoartritis dan memiliki berat badan normal
sebanyak 81 orang (27,7%). Jumlah responden yang menderita osteoartritis dan memiliki berat
badan berlebih sebanyak 104 orang (35,6%). Dari analisis yang dilakukan didapatkan nilai OR
sebesar 5,8, dimana risiko menderita osteoartritis pada mereka dengan berat badan berlebih
sebesar 5,8 kali lebih besar daripada mereka dengan berat badan normal (p value < 0,05).
V.3. Multivariat
Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah logistic regression.
Didapatkan hubungan antara berat badan berlebih dengan osteoartritis tetap bermakna setelah
faktor perancu potensial, yaitu umur, jenis kelamin dan menopause dikendalikan. (OR = 5,9,
sebagai faktor confounding, tetap didapatkan hubungan yang bermakna antara berat badan
Tabel V.2. Hubungan antara osteoartritis dengan faktor resiko atau confounding pada
pasien berusia minimal 45 tahun yang berobat di balai pengobatan umum Puskesmas
Kelurahan Joglo 1 pada tanggal 17 Juni 2010 sampai dengan 2 Juli 2010.
Model I 0.000
IMT 5.9
- Umur
- Jenis Kelamin
IMT 5.02
- Umur
- Menopause
BAB VI
PEMBAHASAN
Dari hasil analisis multivariate, dengan mengendalikan faktor usia dan jenis kelamin
ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara berat badan berlebih dengan terjadinya
Hal ini sesuai dengan teori dimana pada orang dengan berat badan berlebih terjadi
peningkatan tekanan mekanik pada sendi penahan beban tubuh. Resultan gaya berat badan yang
seharusnya jatuh pada bagian sentral sendi – sendi ini bergeser ke medial sehingga beban yang
diterima sendi lutut tidak seimbang dan menimbulkan perubahan bentuk sendi sehingga lebih
Bias seleksi tidak bisa disingkirkan karena pengambilan sampel dengan cara consecutive
non random sampling, dimana tiap subyek dalam populasi terjangkau tidak mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel penelitian.
Tidak ada bias observasi karena semua responden mendapat perlakuan yang sama dan
Terdapat bias confounding dari faktor genetik yang tidak diteliti pada penelitian ini.
VI.3.4. Chance
BAB VII
VII.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 17 Juni sampai dengan 2 Juli
1. Penelitian dilakukan pada 292 responden, yang mempunyai berat badan berlebih
sebanyak 195 responden (66,8%) dan yang tidak mempunyai berat badan berlebih
2. Jumlah pasien yang mempunyai berat badan berlebih yang menderita osteoartritis di
3. Terbukti bahwa ada perbedaan yang bermakna antara berat badan berlebih dengan berat
yang mempunyai berat badan berlebih memiliki resiko 5.8 kali lebih besar mengalami
osteoartritis dibandingkan yang berat badannya tidak berlebih (OR = 5,8 dan p- value <
0,05).
VII.2. Saran
Setelah mengetahui hasil penelitian ini, terdapat beberapa hal yang perlu
a. Kepada responden :
b. Kepada puskesmas :
osteoartritis.
berikut :
dengan osteoartritis.
DAFTAR PUSTAKA
1. NN. Osteoartritis. (Last update : 2010; accesed : 20 June 2010). Available from :
http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/osteoartritis/
2. Croft P. The epidemiology of osteoarthritis. (Last update : 2005; accesed : 20 June 2010).
3. Irwanashari. Osteoartritis. (Last update : 2009; accesed : 20 June 2010). Available from :
http://www.irwanashari.com/2009/03/penatalaksanaan-osteoartritis.html
4. NN. Osteoarthritis. (Last update : 2010; accesed : 22 June 2010). Available from :
http://en.wikipedia.org/wiki/Osteoarthritis
5. NN. Sepuluh penyakit terbanyak di Indonesia. (Last update : 2007; accesed : 23 June 2010).
S (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen
Jameson J. L. Harrison’s principles of internal medicine, edisi 16. New York : McGraw-Hill,
2005 : 2036.
B, Alwi I, K MS, Setiati S (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006 : 1195-
1202.
9. Setiyohadi B, Isbagio H. Masalah dan penanganan osteoartritis sendi lutut. Dalam : Cermin dunia
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06MasalahdanPenganan104.pdf/
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 14 Juni 2010 – 9 Juli 2010 36
Perbedan Antara Berat Badan Berlebih dengan Berat Badan Normal terhadap Osteoartritis
Pada Pasien Usia Minimal 45 tahun di Puskesmas Kelurahan Joglo 1 Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat periode 17 Juni 2010 – 2 Juli 2010
10. Dinnos, Matthew. Korelasi antara obesitas dan osteoartritis. (Last update : 2010; accesed : 20
11. Rubbin B. Osteoarthritis. (Last update : 2001; accesed : 23 June 2010). Available from :
http://www.jaoa.org/cgi/reprint/101/4_suppl_2/25
12. NN. Body mass index. (Last update : 2010; accesed : 20 June 2010). Available from :
http://en.wikipedia.org/wiki/Body_mass_index
13. NN. Susu kedelai dengan osteoartritis. (Last update : 2009; accesed : 20 June 2010). Available
from : http:/keluargasehat.worldpress.com/2000/10/06/
14. Mahajan A, Sharma S, Tandon V, Verma S. Osteoarthritis and menopause. (Last update : 2005;
15. Sastroasmoro S, Ismael S. Perkiraan besar sampel. In : Dasar-dasar metodologi penelitian klinis,
2. Apakah kaku-kaku yang anda rasakan (termasuk nyeri dan ngilu) pada…
a. Pagi hari
b. Setelah bangkit dari berbaring
c. Selama berjalan
3. Jika terdapat kaku-kaku di sendi pada pagi hari, apakah berlangsung selama…
a. < 1 jam
b. > 1 jam
4. Apakah anda pernah merasakan sendi anda yang sakit seperti berbunyi gemeretak saat
berjalan/bergerak?
a. Ya
b. Tidak
8. Saat anda dari posisi duduk ke berdiri tanpa bantuan, apakah sendi terasa sakit?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah anda merasa sakit atau kaku saat menaiki atau menuruni tangga?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah anda pernah jatuh sebelum sendi anda terasa kaku-kaku atau nyeri?
a. Ya
b. Tidak
Tabel Chi-Square
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 36.315 1 .000
b
Continuity Correction 34.809 1 .000
Likelihood Ratio 39.158 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 36.190 1 .000
N of Valid Cases 292
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39.86.
b. Computed only for a 2x2 table
Tabel nilai rata-rata dan nilai tengah untuk IMT dan umur
Descriptives
Statistic Std. Error
IMT (kg/m2) Mean 24.0716 .14485
95% Confidence Interval for Lower Bound 23.7865
Mean Upper Bound 24.3567
5% Trimmed Mean 23.9828
Median 24.0346
Variance 6.126
Std. Deviation 2.47511
Minimum 19.05
Maximum 34.22
Range 15.17
Interquartile Range 3.25
Skewness .493 .143
Kurtosis .664 .284
UMUR PASIEN (tahun) Mean 56.63 .563
95% Confidence Interval for Lower Bound 55.52
Mean Upper Bound 57.74
5% Trimmed Mean 55.94
Median 54.50
Variance 92.681
Std. Deviation 9.627
Minimum 45
Maximum 88
Range 43
Interquartile Range 13
Skewness .922 .143
Kurtosis .197 .284
Crosstab
OA/TIDAK
OA Tidak OA Total
RIWAYAT CEDERA Ya Count 21 14 35
% of Total 7.2% 4.8% 12.0%
Tidak Count 99 158 257
% of Total 33.9% 54.1% 88.0%
Total Count 120 172 292
% of Total 41.1% 58.9% 100.0%
Crosstab
OA/TIDAK
OA Tidak OA Total
RIWAYAT OLAHRAGA Ringan Count 109 156 265
% of Total 37.3% 53.4% 90.8%
Berat Count 11 16 27
% of Total 3.8% 5.5% 9.2%
Total Count 120 172 292
% of Total 41.1% 58.9% 100.0%
Crosstab
OA/TIDAK
OA Tidak OA Total
PEKERJAAN Ringan Count 96 147 243
% of Total 32.9% 50.3% 83.2%
Berat Count 24 25 49
% of Total 8.2% 8.6% 16.8%
Total Count 120 172 292
% of Total 41.1% 58.9% 100.0%
Tabel Odds Ratio dan p-value : status IMT terhadap osteoartritis dengan faktor
confounding umur dan jenis kelamin
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a imt_status1 1.774 .498 12.673 1 .000 5.894
umur_ps -.282 .035 66.190 1 .000 .754
jenis_kel .250 .408 .376 1 .539 1.284
Constant 13.826 1.977 48.918 1 .000 1010121.159
a. Variable(s) entered on step 1: imt_status1, umur_ps, jenis_kel.
Tabel Odds Ratio dan p-value : status IMT terhadap osteoartritis dengan faktor
confounding umur dan menopause (khusus pasien perempuan)
o Perhitungan Zα dan α
n1 = n2 = ----------------------------------------------
(P1 – P2 )2
146 = -------------------------------------------------------------------------------
(0,356 – 0,054)2
146 = --------------------------
0,091
3,206 = zα (0,569)
Zα = 5,63
α =2%
o Perhitungan Zβ dan β
n1 = n2 = ----------------------------------------------
(P1 – P2 )2
146 = -------------------------------------------------------------------------------
(0,356 – 0,054)2
(1,117 + zβ (0,520))2
146 = --------------------------
0,091
2.527 = zβ (0,520)
Zβ = 4,859
β = 1%