Anda di halaman 1dari 30

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah

1. Pengertian Tanah

Tanah dari pandangan ilmu Teknik Sipil merupakan himpunan

mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang relative lepas (loose)

yang terletak di atas batu dasar (bedrock) (Hardiyatmo, 1992).

Tanah didefinisikan secara umum adalah kumpulan dari bagian-bagian

yang padat dan tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya

mungkin material organik) rongga-rongga diantara material tersebut berisi

udara dan air (Verhoef,1994).

Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat,

zat organik, atau oksida-oksida yang mengendap-ngendap diantara

partikel-partikel.Ruang diantara partikel-partikel dapat berisi air, udara,

ataupun yang lainnya (Hardiyatmo, 1992).

Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi

secara fisis atau kimiawi. Proses fisis antara lain berupa erosi akibat

tiupan angin, pengikisan oleh air dan gletsyer, atau perpecahan akibat

pembekuan dan pencairan es dalam batuan sedangkan proses kimiawi


7

menghasilkan perubahan pada susunan mineral batuan asalnya. Salah

satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam alkali, oksigen dan

karbondioksida (Wesley, 1977).

Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah adalah

campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis

berikut:

a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya

lebih besar dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm

sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).

b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai

150 mm.

c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai

5 mm, yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm

sampai bahan halus yang berukuran < 1 mm.

d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm

sampai 0,0074 mm.

e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil

dari 0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah

yang kohesif.

f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran

lebih kecil dari 0,001 mm.


8

2. Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis

tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa kedalam

kelompok dan subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sebagian besar

sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa

didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi

ukuran dan plastisitas.

Ada beberapa macam sistem klasifikasi tanah yang umumnya digunakan

sebagai hasil pengembangan dari sistem klasifikasi yang sudah ada.

Beberapa sistem tersebut memperhitungkan distribusi ukuran butiran dan

batas-batas Atterberg, sistem-sistem tersebut adalah sistem klasifikasi

AASHTO (American Association of State Highway and Transportation

Official) dan sistem klasifikasi tanah unified (USCS).

a. Sistem Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO

Sistem klasifikasi AASHTO awalnya membagi tanah kedalam 8

kelompok, A-1 sampai A-8 termasuk subkelompok. Sistem yang

direvisi (Proc. 25 th Annual Meeting of Highway Research Board,

1945) mempertahankan delapan kelompok dasar tanah tadi tapi

menambahkan dua subkelompok dalam A-1, empat kelompok dalam

A-2, dan dua subkelompok dalam A-7. Kelompok A-8 tidak

diperlihatkan tetapi merupakan gambut atau rawang yang ditentukan

berdasarkan klasifikasi visual. Tanah-tanah dalam tiap kelompoknya

dievaluasi terhadap indeks kelompok, yang dihitung dengan rumus-


9

rumus empiris. Pengujian yang dilakukan hanya analisis saringan dan

batas-batas Atterberg (Bowles, 1984).

Tabel 1. Sistem Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO


Klasifikasi Tanah berbutir
umum (35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200
Klasifikasi A-1 A-2
A-3
kelompok A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
Analisis ayakan
(% lolos)
No.10 Maks 50
Min 51
No.40 Maks 30 Maks 50
Maks 10 Maks 35
Maks 15 Maks 25
No.200 Maks 35 Maks 35 Maks 35
Sifat fraksi yang
lolos ayakan
No.40 Maks 6 NP Maks 40 Min 41 Maks 40 Min 41
Batas Cair (LL) Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 41
Indeks
Plastisitas (PI)
Tipe material
Batu pecah, Pasir Kerikil dan pasir yang berlanau atau
yang paling
kerikil dan pasir halus berlempung
dominan
Penilaian
sebagai bahan Baik sekali sampai baik
tanah dasar
Klasifikasi Tanah berbutir
umum (Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200)
Klasifikasi
A-4 A-5 A-6 A-7
kelompok
Analisis ayakan NNNNNN
(% lolos)
No.10
No.40
No.200 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36
Sifat fraksi yang
lolos ayakan
No.40
Batas Cair (LL)
Indeks Maks 40 Min 41 Maks 40 Min 41
Plastisitas (PI) Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11
Tipe material
yang paling Tanah berlanau Tanah Berlempung
dominan
Penilaian
sebagai bahan Biasa sampai jelek
tanah dasar
Sumber : Das, 1995.
10

Tabel 1 merupakan sistem klasifikasi tanah berdasarkan AASHTO.

Tanah A-1 sampai A-3 adalah tanah berbutir (granular) dengan tidak

lebih dari 35 persen bahan lolos saringan No.200. Bahan khas dalam

kelompok A-1 adalah campuran bergradasi baik dari kerikil, pasir

kasar, pasir halus, dan suatu bahan pengikat (binder) yang mempunyai

plastisitas sangat kecil atau tidak sama sekali (Ip ≤ 6). Kelompok A-3

terdiri dari campuran pasir halus, bergradasi buruk, dengan sebagian

kecil pasir kasar dan kerikil, fraksi lanau yang merupakan bahan tidak

plastis lolos saringan No.200. Kelompok A-2 juga merupakan bahan

berbutir tetapi dengan jumlah bahan yang lolos saringan No.200 yang

cukup banyak (tidak lebih dari 35 persen). Bahan ini terletak di

anatara bahan dalam kelompok A-1 dan A-3 dan bahan lanau –

lempung dari kelompok A-4 sampai A-7. Kelompok A-4 sampai A-7

adalah tanah berbutir halus dengan lebih dari 35 persen bahan lolos

saringan No.200.

b. Sistem Klasifikasi Tanah Sistem Unified (USCS)

Dalam sistem ini, Cassagrande membagi tanah atas 3 (tiga) kelompok

(Sukirman, 1992) yaitu :

1. Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan No. 200.

2. Tanah berbutir halus, > 50% lolos saringan No. 200.

3. Tanah organik yang dapat dikenal dari warna, bau dan sisa-sisa

tumbuh- tumbuhan yang terkandung di dalamnya.

Sistem klasifikasi tanah ini yang paling banyak dipakai untuk

pekerjaan teknik fondasi seperti bendungan, bangunan dan konstruksi


11

yang sejenis. Sistem ini biasa digunakan untuk desain lapangan udara

dan untuk spesifikasi pekerjaan tanah untuk jalan. Klasifikasi

berdasarkan Unified System (Das, 1995), tanah dikelompokkan

menjadi:

a. Tanah berbutir kasar adalah tanah yang lebih dan 50% bahanya

tertahan pada ayakan No. 200. Tanah butir kasar terbagi atas

kerikil dengan simbol G (gravel), dan pasir dengan simbol S

(sand).

b. Tanah butir halus adalah tanah yang lebih dan 50% bahannya

lewat pada saringan No. 200. Tanah butir halus terbagi atas lanau

dengan simbol M (silt), lempung dengan simbol C (clay), serta

lanau dan lempung organik dengan symbol O, bergantung pada

tanah itu terletak pada grafik plastisitas. Tanda L untuk plastisitas

rendah dan tanda H untuk plastisitas tinggi.

Adapun simbol simbol lain yang digunakan dalam klasifikasi tanah ini

adalah : W = well graded (tanah dengan gradasi baik)

P = poorly graded (tanah dengan gradasi buruk)

L = low plasticity (plastisitas rendah) (LL < 50)

H = high plasticity (plastisitas tinggi) ( LL > 50)

Gambar 1. Grafik Plastisitas USCS


12

Lanau adalah tanah berbutir halus yang mempunyai batas cair dan

indeks plastisitas terletak dibawah garis A dan lempung berada diatas

garis A. Lempung organis adalah pengecualian dari peraturan diatas

karena batas cair dan indeks plastisitasnnya berada dibawah garis A.

Lanau, lempung dan tanah organis dibagi lagimenjadi batas cair yang

rendah (L) dan tinggi (H). Garis pembagi antara batas cair yang

rendah dan tinggi ditentukan pada angka 50 seperti:

1. Kelompok ML dan MH adalah tanah yang diklasifikasikan sebagai

lanau pasir, lanau lempung atau lanau organis dengan plastisitas

relatif rendah. Juga termasuk tanah jenis butiran lepas, tanah yang

mengandung mika juga beberapa jenis lempung kaolinite dan

illite.

2. Kelompok CH dan CL terutama adalah lempung organik.

Kelompok CH adalah lempung dengan plastisitas sedang sampai

tinggi mencakup lempung gemuk. Lempung dengan plastisitas

rendah yang dikalsifikasikan CL biasanya adalah lempung kurus,

lempung kepasiran atau lempung lanau.

3. Kelompok OL dan OH adalah tanah yang ditunjukkan sifat-

sifatnya dengan adanya bahan organik. Lempung dan lanau

organik termasuk dalam kelompok ini dan mereka mempunyai

plastisitas pada kelompok ML dan MH.


13

Tabel 2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified

DivisiUtama Simbol NamaUmum KriteriaKlasifikasi


Cu = D60> 4

GP, SW, SP. Lebihdari 12% lolos saringanNo.200 : GM, GC, SM, SC. 5% - 12% lolos
Klasifikasi berdasarkan prosentase butiran halus ; Kuran gdari 5% lolos saringan No.200: GM,
Kerikil bergradasi-baik dan
D10
campuran kerikil-pasir, sedikit
GW
atau sama sekali tidak
Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3

(hanyakerikil)
mengandung butiran halus

Kerikilbersih
D10 x D60
Kerikil bergradasi-buruk dan
campuran kerikil-pasir, sedikit Tidak memenuhi kedua kriteria untuk
GP
atau sama sekali tidak GW
Kerikil 50%≥ fraksi kasar

mengandung butiran halus


tertahan saringan No. 4

Batas-batas
Bila batas

saringan No.200 : Batasan klasifikasi yang mempunyai simbol dobel


Kerikil berlanau, campuran Atterberg di
GM Atterberg berada
kerikil-pasir-lanau bawah garis A
Kerikildengan

didaerah arsir
Butiranhalus

atau PI < 4
dari diagram
Batas-batas
plastisitas, maka
Kerikil berlempung, campuran Atterberg di
GC dipakai dobel
kerikil-pasir-lempung bawah garis A
simbol
atau PI > 7
Cu = D60> 6
Pasir bergradasi-baik , pasir
D10
berkerikil, sedikit atau sama
SW
sekali tidak mengandung butiran
Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3
halus
(hanyapasir)

D10 x D60
Pasirbersih
Tanah berbutirkasar≥ 50% butiran

Pasir bergradasi-buruk, pasir


berkerikil, sedikit atau sama
SP Tidakmemenuhikeduakriteriauntuk SW
sekali tidak mengandung butiran
tertahansaringan No. 200

halus
Pasir≥ 50% fraksikasar

Batas-batas
Bila batas
lolos saringan No. 4

Pasir berlanau, campuran pasir- Atterberg di


SM Atterberg berada
lanau bawah garis A
denganbutiran

didaerah arsir
atau PI < 4
dari diagram
Batas-batas
plastisitas, maka
Pasir berlempung, campuran Atterberg di
halus
Pasir

SC dipakai dobel
pasir-lempung bawah garis A
simbol
atau PI > 7
Lanau anorganik, pasir halus DiagramPlastisitas:
Lanau dan lempung batas cair ≥ 50% Lanau dan lempung batas cair ≤ 50%

ML sekali, serbuk batuan, pasir halus Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang
berlanau atau berlempung terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar.
Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang
Lempung anorganik dengan di arsir berarti batasan klasifikasinya
plastisitas rendah sampai dengan menggunakandua simbol.
sedang lempung berkerikil, 60
CL
lempung berpasir, lempung
berlanau, lempung “kurus” (lean 50 CH
clays)
40 CL
Lanau-organik dan lempung
OL berlanau organik dengan
30 Garis A
plastisitas rendah
CL-ML
50% atau lebih lolos ayakan No. 200

Lanau anorganik atau pasir halus 20


MH diatomae, atau lanau diatomae,
lanau yang elastis 4 ML MLatau OH

Lempung anorganik dengan 0 10 20 30 40 50 60 70 80


Tanah berbutir halus

CH plastisitas tinggi, lempung


“gemuk” (fat clays)
Batas Cair LL (%)

Lempung organik dengan Garis A : PI = 0.73 (LL-20)


OH plastisitas sedang sampai dengan
tinggi

Tanah-tanah dengan Peat (gambut), muck, dan tanah-


Manual untuk identifikasi secara visual
kandungan organik sangat PT tanah lain dengan kandungan
dapatdilihat di ASTM Designation D-2488
tinggi organik tinggi
Sumber :HaryChristady, 1992.
14

B. Tanah Lanau

1. Definisi Tanah Lanau

Tanah lanau biasanya terbentuk dari pecahnya kristal kuarsa berukuran

pasir. Beberapa pustaka berbahas indonesia menyebut objek ini sebagai

debu. Lanau dapat membentuk endapan yangg mengapung di permukaan

air maupun yang tenggelam. Pemecahan secara alami melibatkan

pelapukan batuan dan regolit secara kimiawi maupun pelapukan secara

fisik melalui embun beku (frost) haloclasty. Proses utama melibatkan

abrasi, baik padat (oleh glester), cair (pengendapan sungai), maupun oleh

angin. Di wilayah wilayah setengah kering produksi lanau biasanya cukup

tinggi. Lanau yang terbentuk secara glasial (oleh glester) dalam bahas

inggris kadang-kadang disebut rock flour atau stone dust. Secara

komposisi mineral, lanau tersusun dari kuarsa felspar. Sifat fisika tanah

lanau umumnya terletak diantara sifat tanah lempung dan pasir.

Tanah lanau didefinisikan sebagai golongan partikel yang berukuran

antara 0,002 mm sampai dengan 0,005 mm. Disini tanah di klasifikasikan

sebagai lanau hanya berdasarkan pada ukurannya saja. Belum tentu tanah

dengan ukuran partikel lanau tersebut juga mengandung mineral-mineral

lanau (clay mineral). Pada kenyataannya, ukuran lempung dan lanau

sering kali saling tumpang tindih, karena keduanya memiliki bangunan

kimiawi yang berbeda. Lempung terbentuk dari partikel-partikel

berbentuk datar / lempengan yang terikat secara elektrostatik lanau


15

merupakan material yang butiran-butirannya lolos saringan no 200.

Membagi tanah ini menjadi dua kategori yaitu :

a. Lanau tepung batu yang mempunyai karakteristik tidak berkohesi dan

tidak plastis, sifat teknis lanau lepung batu cendrung mempunyai sifat

pasir halus

b. Lanau yang bersifat plastis

Secara umm tanah lanau mempunyai sifat yang kurang baik yaitu

mempunyai kuat geser rendah setelah dikenai beban, kapasitas tinggi,

permeabilitas rendah dan kerapatan relatif rendah dan sulit dipadatkan.

Peck, dkk. (1953)

2. Jenis-Jenis Lanau antara lain :

a. Lanau anorganik (Inorganic Slit) merupakan tanah berbutir halus

dengan plastisitas kecil atau sama sekali tidak ada. Jenis yang

plastisitasnya paling kecil biasanya mengandung butiran kuarsa

sedimensi, yang kadang-kadang disebut tepung batuan (Rockflour),

sedangkan yang sangat plastis mengandung partikel berwujud

serpihan dan dikenal sebagai lanau plastis

b. Lanau organik merupakan tanah agak plastis , berbutir halus dengan

campuran partikel-partikel bahan organik terpisah secara halus. Warna

tanah bervariasi dari abu-abu terang ke abu-abu sangat gelap,

disamping itu mungkin mengandung H2S, CO2 , serta berbagai gas

lain hasil peluruhan tumbuhan yang akan memberikan bau khas pada

tanah. Permeabilitas lanau organik sangat rendah sedangkan

kompresibilitasnya sangat tinggi.


16

3. Klasifikasi tanah lanau

Suatu tanah dapat digolongkan sebagai tanah lanau jika memenuhi syarat

sebagai berikut :

a. Mengandung 30% pasir, 40% butiran-butiran ukuran lanau, dan 30%

butiran-butiran ukuran lempung.

b. Butiran yang lolos saringan No. 200 (0,075 mm) berdasarkan ASTM

standar dan berukuran 0,002 mm.

c. Suatu bahan yang hampir seluruhnya terdiri dari pasir, tetapi ada yang

mengandung sejumlah lempung

C. Plastik

Plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Plastik-

plastik ini terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan

bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa dan nilai

ekonomi. Ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapat

dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa

banyak dari mereka "malleable" (lunak), memiliki properti keplastikan.

Plastik didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat

menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan

kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan

memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri. Plastik

dapat juga mengacu ke setiap barang yang memiliki karakter deformasi atau

gagal karena shear stress-keplastikan (fisika) dan ductile (Sheftel, 2000).

Plastik dapat dikategorisasikan dengan banyak cara tapi paling umum dengan
17

melihat tulang-belakang polimernya (vinyl{chloride}, polyethylene, acrylic,

silicone, urethane, dll.). Karena polimer-polimer sintetik makin dipakai

dalam transportasi dan konstruksi, banyak usaha telah dilakukan untuk

mengembangkan polimer-polimer tak dapat nyala. Usaha-usaha ini bertujuan

untuk pengurangan gas-gas berasap dan beracun yang terbentuk selama

pembakaran dan pengembangan serat-serat yang tidak dapat nyala. Serat-serat

polimer merupakan serat yang kuat dan elastik. Kekuatan merupakan salah

satu sifat yang sangat mekanik dari senyawa polimer (Alkhaliyani, 2013).

1. Jenis Jenis Plastik

Plastik dapat dibagi kedalam dua kategori utama:

a) Plastik thermoseting atau thermoset

Plastik tipe ini memiliki karakteristik keras, durable, mempertahankan

bentuknya dan tidak dapat berubah/diubah kembali kedalam bentuk

aslinya. Thermoset dapat digunakan sebagai suku cadang dari

kendaraan bermotor, suku cadang dari pesawat udara dan ban. Contoh

thermoset ialah : Polyurethanes, Polyester ,epoxy resins dan phenolic

resin.

b) Thermoplastik

Plastik tipe ini memiliki karakteristik yang dapat kembali ke bentuk

aslinya melalui pemanasan, mudah diolah dan dibentuk seperti fiber

,kemasan (packaging). Contoh material thermoplastik ialah :

Polyethylene (PE) Polyprophylene (PP) dan polyvinyl chloride (PVC).


18

Beberapa plastik yang sudah dikenal secara luas diantaranya ialah :

a) Polyethylene terephthalate (PET atau PETE)

Material ini dihasilkan dari kondensasi antara ethylene glycol dengan

asam terepthalic dan termasuk pada tipe thermoplastik. PET ini dapat

dibentuk menjadi fiber seperti dacron dan film seperti mylar. Material

PET ini merupakan plastik utama untuk pembuatan kantong kemasan

makanan.

b) Polystyrene (Styrofoam)

Polystyrene dibentuk dari molekul-molekul styrene. Ikatan rangkap

antara bagian CH2 dan CH dari molekul disusun kembali hingga

membentuk ikatan dengan molekul molekul styrene berikutnya dan

pada akhirnya membentuk polystyrene. Material ini diaplikasikan

untuk pembuatan furniture (pelapis kayu), selubung monitor komputer

,selubung TV, utensil, lensa (optik dari plastik ). Bilamana polystyrene

dipanaskan dan udara ditiupkan maka melalui pencampuran tersebut

akan terbentuk Styrofoam. Styrofoam memiliki sifat sangat ringan,

moldable dan merupakan insulator yang baik.

c) Polyvinyl Chloride (PVC)

PVC merupakan tipe thermoplastik ,dibentuk melalui polimerisasi

vinyl clhoride (CH2 =CH-Cl). Ketika dibuat sifatnya mudah pecah

(brittle/fragile), maka para manufaktur menambahkan suatu cairan

plasticizer supaya hasilnya memiliki sifat lunak dan mudah dibentuk

(moldable). PVC umumnya digunakan untuk pipa dan plumbing

(pemasangan pipa saluran air) karena tahan lama ,tidak berkarat ,dan
19

lebih murah dari pipa besi. Namun demikian ada batas waktu kerja

plasticizer pada PVC tersebut dan bila batas waktu itu telah dilewati

maka PVC kembali menjadi mudah pecah dan mudah patah.

d) Polytetrafluoroethylene (Teflon)

Polytetrafluoriethylene dibuat melalui polimerisasi molekul molekul

tetrafluoroethylene (CF2=CF2). Polimer ini bersifat stabil .tahan

panas,kuat ,tahan terhadap berbagai bahan kimia dan permukaannya

sangat licin (hampir tidak ada gesekan). Teflon ini digunakan

diantaranya untuk peralatan masak, pelapis tahan air, bearing

(bantalan poros) dan tabung/pipa.

e) Polyvynilidine Chloride

Material ini hasil polimerisasi dari molekul molekul vinylidine

chloride (CH2=CCl2). Polimer ini dapat dibentuk kedalam bentuk

film dan lembaran panjang . Plastik ini sangat populer digunakan

untuk pembungkus makanan.

f) Polyethylene, LDPE dan HDPE

Polimer yang paling umum dalam plastik ialah polyethylene yang

dihasilkan (dibuat) dari monomer-monomer ethylene (CH2=CH2).

Pertama kali dibuat ialah LDPE (low density polyethylene), material

ini mengambang pada larutan campuran air dan alkohol. Karakteristik

LDPE ialah lunak dan fleksibel sehingga pertama kali diaplikasikan

sebagai isolator kawat listrik, namun saat ini aplikasinya telah

berkembang diantaranya untuk pembuatan film, wraps (pembungkus

makanan), botol, kantong sampah, dan sarung tangan yang sekali


20

pakai langsung dibuang. HDPE (high density polyethylene) dibuat

melalui polimerisasi ethylene dengan penambahan berbagai metal, dan

menghasilkan polimer polyethylene yang tersusun hampir sebagian

besarnya adalah polimer-polimer linier. Bentuknya yang linier

menghasilkan sifat bahan yang bersifat kuat, rapat dan strukturnya

mudah diatur. Plastik HDPE ini keras dan memiliki titik lebur tinggi

dibandingkan LDPE, selain itu tenggelam dalam larutan campuran air

dengan alkohol. Material ini diaplikasikan untuk pembuatan mainan

anak-anak dan kontainer.

g) Polypropylene (PP)

Polypropylene dibuat dari monomer-monomer propylene

(CH2=CHCH3). Variasi bentuk polypropylene memiliki kekerasan dan

titik leleh yang berbeda beda. Material PP ini diaplikasikan untuk

pembuatan hiasan mobil, selubung aki, botol, tabung, dan tas.

h) Polymethylmethacrylate (PMMA)

Polymethylmethacrylate (PMMA) atau dikenal dengan nama Acrylic.

Meskipun acrylic diketahui untuk digunakan dalam cat dan fiber

sintetik seperti fake fure, dalam bentuk padatan bahan ini memiliki

sifat keras dan lebih transparan daripada gelas. Bahan ini sering dijual

sebagai bahan pengganti gelas dengan merk dagang plexiglas atau

lucite. Bahan ini diaplikasikan untuk pembuatan kanopi pesawat

terbang .
21

h) Polyurethane

Polyurethane diaplikasikan untuk pembuatan mattress, pelapisan dan

bahan pengisi furniture, isolasi panas dan untuk bahan pakaian olah

raga (lycra).

2. Sifat Plastik

Plastik juga mempunyai deformasi yang baik. Ada beberapa macam

kekuatan dalam polimer, diantaranya yaitu sebagai berikut:

a) Kekuatan Tarik (Tensile Strength)

Kekuatan tarik adalah tegangan yang dibutuhkan untuk mematahkan

suatu sampel. Kekuatan tarik penting untuk polymer yang akan ditarik,

contohnya fiber, harus mempunyai kekuatan tarik yang baik.

b) Compressive strength

Sifat ini adalah ketahanan terhadap tekanan. Plastik merupakan

material yang lentur dan elastis dan mem punyai kekuatan tekan yang

bagus. Segala sesuatu yang harus menahan berat dari bawah harus

mempunyai kekuatan tekan yang bagus.

c) Flexural strength

Adalah ketahanan pada bending (flexing). Polimer mempunyai flexural

strength jika dia kuat saat dibengkokkan.

d) Impact strength

Adalah ketahanan terhadap tegangan yang datang secara tiba-tiba.

Polimer mempunyai kekuatan impact jika dipukul dengan keras secara

tiba-tiba seperti dengan palu.


22

D. Stabilisasi Tanah

Stabilisasi tanah adalah suatu proses untuk memperbaiki sifat-sifat tanah

dengan menambahkan sesuatu pada tanah tersebut, agar dapat menaikkan

kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan geser. Adapun tujuan

stabilisasi tanah adalah untuk mengikat dan menyatukan agregat material yang

ada. Sifat-sifat tanah yang dapat diperbaiki dengan cara stabilisasi dapat

meliputi : kestabilan volume, kekuatan atau daya dukung, permeabilitas, dan

kekekalan atau keawetan.

Menurut Bowles, 1991 beberapa tindakan yang dilakukan untuk

menstabilisasikan tanah adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kerapatan tanah.

2. Menambah material yang tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi

dan/atau tahanan gesek yang timbul.

3. Menambah bahan untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi

dan/atau fisis pada tanah.

4. Menurunkan muka air tanah (drainase tanah).

5. Mengganti tanah yang buruk.

Pada umumnya cara yang digunakan untuk menstabilisasi tanah terdiri dari

salah satu atau kombinasi dari pekerjaan-pekerjaan berikut (Bowles, 1991) :

a) Mekanis, yaitu pemadatan dengan berbagai jenis peralatan mekanis

seperti mesin gilas (roller), benda berat yang dijatuhkan, ledakan,

tekanan statis, tekstur, pembekuan, pemanasan dan sebagainya.


23

b) Bahan Pencampur (Additiver), yaitu penambahan kerikil untuk tanah

kohesif, lempung untuk tanah berbutir, dan pencampur kimiawi

seperti semen, gamping, abu batubara, abu vulkanik, batuan kapur,

gamping dan/atau semen, semen aspal, sodium dan kalsium klorida,

limbah pabrik kertas dan lain-lainnya.

Metode atau cara memperbaiki sifat-sifat tanah ini juga sangat bergantung

pada lama waktu pemeraman, hal ini disebabkan karena didalam proses

perbaikan sifat-sifat tanah terjadi proses kimia yang dimana memerlukan

waktu untuk zat kimia yang ada didalam additive untuk bereaksi.

E. California Bearing Ratio (CBR)

Metode perencanaan perkerasan jalan yang umum dipakai adalah cara-cara

empiris dan yang biasa dikenal adalah cara CBR (California Bearing Ratio).

Metode ini dikembangkan oleh California State Highway Departement

sebagai cara untuk menilai kekuatan tanah dasar jalan (subgrade). Istilah CBR

menunjukkan suatu perbandingan (ratio) antara beban yang diperlukan untuk

menekan piston logam (luas penampang 3 sqinch) ke dalam tanah untuk

mencapai penurunan (penetrasi) tertentu dengan beban yang diperlukan pada

penekanan piston terhadap material batu pecah di California pada penetrasi

yang sama (Canonica, 1991).

Harga CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan

dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar

100 % dalam memikul beban. Sedangkan, nilai CBR yang didapat akan
24

digunakan untuk menentukan tebal lapisan perkerasan yang diperlukan di atas

lapisan yang mempunyai nilai CBR tertentu. Untuk menentukan tebal lapis

perkerasan dari nilai CBR digunakan grafik-grafik yang dikembangkan untuk

berbagai muatan roda kendaraan dengan intensitas lalu lintas.

1. Jenis-Jenis CBR

Berdasarkan cara mendapatkan contoh tanahnya, CBR dapat dibagi atas :

a. CBR Lapangan

CBR lapangan disebut juga CBR inplace atau field inplace dengan

kegunaan sebagai berikut :

1. Mendapatkan nilai CBR asli di lapangan sesuai dengan kondisi

tanah pada saat itu. Umumnya digunakan untuk perencanaan tebal

lapis perkerasan yang lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan

dipadatkan lagi.

2. Untuk mengontrol apakah kepadatan yang diperoleh sudah sesuai

dengan yang diinginkan. Pemeriksaan ini tidak umum digunakan.

Metode pemeriksaannya dengai meletakkan piston pada kedalaman

dimana nilai CBR akan ditentukan lalu dipenetrasi dengan

menggunakan beban yang dilimpahkan melalui gardan truk.

b. CBR Lapangan Rendaman (undisturbed soaked CBR)

CBR lapangan rendaman ini berfungsi untuk mendapatkan besarnya

nilai CBR asli di lapangan pada keadaan jenuh air dan tanah

mengalami pengembangan (swelling) yang maksimum. Hal ini sering

digunakan untuk menentukan daya dukung tanah di daerah yang


25

lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi, terletak pada

daerah yang badan jalannya sering terendam air pada musim

penghujan dan kering pada musim kemarau. Sedangkan pemeriksaan

dilakukan di musim kemarau. Pemeriksaan dilakukan dengan

mengambil contoh tanah dalam tabung (mold) yang ditekan masuk

kedalam tanah mencapai kedalaman yang diinginkan. Tabung berisi

contoh tanah dikeluarkan dan direndam dalam air selama beberapa

hari sambil diukur pengembangannya. Setelah pengembangan tidak

terjadi lagi, barulah dilakukan pemeriksaan besarnya CBR.

c. CBR Laboratorium

Tanah dasar pada konstruksi jalan baru dapat berupa tanah asli, tanah

timbunan atau tanah galian yang dipadatkan sampai mencapai 95%

kepadatan maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar

merupakan kemampuan lapisan tanah yang memikul beban setelah

tanah itu dipadatkan. CBR ini disebut CBR Laboratorium, karena

disiapkan di Laboratorium. CBR Laboratorium dibedakan atas 2

macam, yaitu CBR Laboratorium rendaman dan CBR Laboratorium

tanpa rendaman.
26

Gambar 2. Pengujian CBR

2. Pengujian Kekuatan dengan CBR

Alat yang digunakan untuk menentukan besarnya CBR berupa alat yang

mempunyai piston dengan luas 3 inch dengan kecepatan gerak vertikal ke

bawah 0,05 inch/menit, Proving Ring digunakan untuk mengukur beban

yang dibutuhkan pada penetrasi tertentu yang diukur dengan arloji

pengukur (dial). Penentuan nilai CBR yang biasa digunakan untuk

menghitung kekuatan pondasi jalan adalah penetrasi 0,1” dan penetrasi

0,2”, yaitu dengan rumus sebagai berikut :

A
x 100%
Nilai CBR pada penetrsai 0,1” = 3000

B
Nilai CBR pada penetrsai 0,2” = x 100%
4500

Dimana :

A = pembacaan dial pada saat penetrasi 0,1”

B = pembacaan dial pada saat penetrasi 0,2”


27

Nilai CBR yang didapat adalah nilai yang terkecil diantara hasil

perhitungan kedua nilai CBR.

Berikut ini adalah tabel beban yang digunakan untuk melakukan penetrasi

bahan standar.

Tabel 3. Beban penetrasi bahan standar

Penetrasi Beban Standar Beban Standar


(inch) (lbs) (lbs/inch)
0,1 3000 1000
0,2 4500 1500
0,3 5700 1900
0,4 6900 2300
0,5 7800 6000

F. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)

Cara pengujian geser langsung ini terdapat dua cara yaitu, tegangan geser

terkendali (stress controlled) dan regangan terkendali (strain controlled).

Pada pengujian tegangan terkendali, tegangan geser diberikan dengan

menambahkan beban mati secara bertahap dan dengan penambahan yang sama

besarnya setiap kali sampai runtuh. Keruntuhan akan terjadi sepanjang bidang

bagi kotak besi tersebut. Pada uji regangan terkendali, suatu kecepatan gerak

mendatar tertentu dilakukan pada bagian belahan atas dari pergerakan geser

horisontal tersebut dapat diukur dengan bantuan sebuah arloji ukur horizontal.
28

Gambar 3. Alat uji geser langsung

Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh tahanan geser tanah pada

tegangan normal tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kuat geser

tanah. , adapun analisis perhitungan kuat geser langsung sebagai berikut :

Nilai kuat Geser Langsung di peroleh dari nilai tegangan geser maksimu.

1. Hitung gaya geser Ph

Ph = bacaan arloji x kalibrasu proving ring

2. Hitung kekuatan geser (  )

Ph
 
Ac

3. Hitung tegangan normal (  n )

Pv
n 
Ac

4. Gambarkan grafik hubungan B versus  , kemudian dari masing-


B

masing benda uji dapatkan  max

5. Gambarkan garis lurus melalui titik titik hubungan  versus  n

dapatkan pula parameter c dan  .


29

6. Untuk mendapat parameter c dan dapat diselesaikan dengan cara

matematis (pesamaan regresi linear). Rumus kekuatan geser :

   n tan   c

G. Pemadatan Tanah

Pemadatan merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan

pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan pemampatan partikel (Bowles,

1991). Usaha pemadatan tersebut akan menyebabkan volume tanah akan

berkurang, volume pori berkurang namun volume butir tidak berubah. Hal ini

bisa dilakukan dengan cara menggilas atau menumbuk.

Manfaat dari pemadatan tanah adalah memperbaiki beberapa sifat teknik

tanah, antara lain :

1. Memperbaiki kuat geser tanah yaitu menaikkan nilai θ dan C (memperkuat

tanah).

2. Mengurangi kompresibilitas yaitu mengurangi penurunan oleh beban,

3. Mengurangi permeabilitas yaitu mengurangi nilai k,

4. Mengurangi sifat kembang susut tanah (lempung).

Adapun prosedur dinamik laboratorium yang standar digunakan untuk

pemadatan tanah biasanya disebut uji ”Proctor”. Berdasarkan tenaga

pemadatan yang diberikan, pengujian proctor dibedakan menjadi 2 macam :


30

1. Proctor Standar

Percobaan ini menggunakan standar ASTM D-698. Pada percobaan ini

tanah dipadatkan dalam mold standar dengan alat pemukul seberat 2,5 kg

yang dijatuhkan dengan ketinggian 30,5 cm. pemadatan dibagi tiap lapisan

dan setiap lapis mendapat pukulan 25 kali , uji ini menggunakan jenis

tanah yang lolos saringan no 4. Test ini dimaksudkan untuk menentukan

hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah dengan memadatkan

didalam cetakan slinder berukuran tertentu.

2. Proctor Modifikasi

Perbedaan pada percobaan ini yaitu pada alat pemukul, jumlah lapisan dan

tinggi jatuh alat pemukul. Berat pemukul yang dipakai yaitu 4,5 kg,

sedangkan jumlah lapisan pemadatannya sebanyak 5 lapis. Untuk tinggi

jatuh alat pemukul yaitu 45,7 cm. Pekerjaan ini biasanya digunakan untuk

pekerjaan berat seperti jalan raya , lapangan terbang. Pemadatan proctor

modifikasi hampir sama dengan proctor standard, hanya saja tinggi dan

jatuh palu dan jumlah lapis tanah yang berbeda pada uji modifikasi ini ,

hal ini dimaksudkan untuk menambah variasi dalam sebuah penelitian.

Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-155

Rincian mengenai persamaan ataupun perbedaan dari kedua proctor tersebut,

diperlihatkan dalam Tabel 4 berikut ini:


31

Tabel 4. Elemen-elemen uji pemadatan di laboratorium64

Proctor Standar Proctor Modifikasi


(ASTM D-698) (ASTM D-1557)

Berat palu 24,5 N (5,5 lb) 44,5 N (10 lb)

Tinggi jatuh palu 305 mm (12 in) 457 mm (18 in)

Jumlah lapisan 3 5

Jumlah tumbukan/lapisan 25 25

Volume cetakan 1/30 ft3

Tanah saringan (-) No. 4

Energi pemadatan 595 kJ/m3 2698 kJ/m3

Sumber : Bowles, 1991

H. Stabilisasi Tanah Menggunakan Plastik

Perkuatan tanah dengan menggunakan serpihan plastik didasarkan pada

kekuatan geser antara plastik dan partikel-partikel tanah. Serat sintetis tersebut

merupakan bahan yang mempunyai regangan putus lebih tinggi dibandingkan

dengan regangan runtuh tanah. Dengan demikian perkuatan bekerja dari

regangan rendah sampai regangan runtuh tanah dan setelah regangan runtuh

tanah dilampaui, perkuatan masih mampu memberikan tegangan tarik,

sehingga bisa mencegah keruntuhan yang mendadak (Anita, 2002).


32

Gambar 4. Pencampuran tanah dengan plastik

Plastik yang tersusun dari bahan-bahan berupa polyprophylene (PP),

polyethylene (PE) dan high-density polyethylene (HDPE) mempunyai

kekuatan yang cukup sebagai bahan campuran untuk perkuatan tanah. Plastik

memiliki sifat tahan akan bahan kimia, sangat ringan, dan tahan terhadap

abrasi. Selain untuk memperbaiki daya dukung tanah, meningkatkan

pemanfaatan sampah plastik untuk bahan campur tanah dasar jalan raya juga

merupakan upaya melestarikan lingkungan, karena dampak bahan buangan

sampah plastik dapat dimanfaatkan secara tepat untuk keperluan di bidang

teknik sipil.
33

Gambar 5. Limbah plastik yang digunakan untuk stabilisasi tanah

I. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian laboratorium yang menjadi bahan pertimbangan dan

acuan penelitian ini dikarenakan adanya kesamaan bahan dan sampel tanah

yang digunakan, akan tetapi metode dan variasi campuran berbeda, antara

lain:

1. Penggunaan Serat Plastik Terhadap Daya Dukung Tanah Lempung

Penelitian yang dilakukan oleh Sheva Handy Kurniawan pada tahun 2011

adalah mengenai studi daya dukung tanah lempung dengan campuran serat

plastik yang dipotong-potong. Penelitian tersebut menggunakan kadar

campuran serat plastik 0,1%, 0,2%, 0,3 %, 0,4% dan 0,5% dari berat

sampel tanah, serat plastik dipotong potong dengan ukuran 50 mm x 10

mm serta dijemur selama 5x24 jam. Pada penelitian ini sampel tanah yang

digunakan merupakan sampel tanah yang diambil dari Kecamatan Sentolo,

Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. nilai CBR untuk

tanah yang tidak diberi tambahan serat plastik adalah 3.8, sedang untuk

penambahan serat plastik 0.1% - 0.5% nilai CBR’nya berturut- turut

adalah (4), (5.4), (6), (4.8), (4). Nilai CBR tertinggi didapat pada
34

penambahan serat plastik 0.3% dengan nilai CBR 6 atau naik sebesar 63%

dari nilai CBR awal tanpa penambahan serat. Pada pengujian CBR soaked,

nilai CBR untuk tanah yang tidak diberitambahan serat plastik adalah 2.3,

sedang untuk penambahan serat plastik 0.1% - 0.5% nilai CBR’nya

berturut- turut adalah (3), (4), (3.6), (3), (2.8). Nilai CBR tertinggi didapat

pada penambahan serat plastik 0.2% dengan nilai CBR 4 atau naik sebesar

70% dari nilai CBR awal tanpa penambahan serat.

2. Perkuatan Tanah Lempung Menggunakan Serat Karung Plastik

Penelitian yang dilakukan oleh Adinda pada tahun 2000, mengambil

sampel tanah di daerah Kasihan Bantul. Untuk mengetahui pengaruh

terhadap kekuatannya, dilakukan uji triaxial pada tanah lempung tersebut.

Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pada penambahan serat

yang berupa lembaran 25mm², dengan penambahan 0% - 0,2%

mengakibatkan terjadinya kenaikan kohesi tanah dari 222,251 kN/m²

menjadi 269,03 kN/m² atau naik sebesar 20,9%. Pada penambahan 0,2% -

0,5% terjadi penurunan dari 269,03 kN/m² menjadi 199,73 kN/m², atau

turun sebesar 10,24% dari awalnya. Pengujian yang sama dilakukan

dengan cara menambahkan serat yang dibentuk lingkaran dengan diameter

25 mm mengakibatkan kenaikan daya dukung tanah. Kenaikan optimal

terjadi pada penambahan serat 0,2%, masingmasing dari 3431,4 KN/m²

menjadi 6255,9 KN/m² (naik sebesar 82,31%),serta naik dari 3431,4

KN/m² menjadi 8508,7 KN/m² untuk serat berupa lembaran (naik sebesar

147,96%)
35

3. Studi Perbandingan CBR Tanah Dengan Perkuatan Limbah Plastik

Penelitian yang dilakukan oleh Rajkumar Nagle, Prof. R.Jain, dan Prof.

A.K. Shinghi pada tahun 2013 yang dilakukan di Dept of Civil

Engineering, Jabalpur Engineering College, Jabalpur, India adalah

mengenai perbandingan nilai CBR tanah lempung berlanau, tanah pasir

dan tanah ekspansif. Kadar limbah plastik yang digunakan adalah 0,25%,

0,5%, 0,75%, dan 1%. Tanah yang digunakan pada penelitian ini untuk

pengujian laboratorium diambil dari lingkungan kampus Jabalpur

Engineering College. Kepadatan kering maksimum dan kadar air

maksimum tanah ditentukan melalui pengujian pada tanah asli. limbah

plastik yang digunakan bersumber dari pasar lokal. Hasil percobaan

disajikan dalam tabel berikut

Tabel 5. Hasil Pengujian (Rajkumar Nagle,R.Jain, dan A.K. Shinghi,


2013)
Jenis WPM WPM WPM WPM
Tanah Pengujian Keadaan Asli 0,25% 0,5% 0,75% 1%

MDD 1.5 1.65 1.8 1.9 1.95


Tanah
OMC 14% 14% 14% 12% 12%
Ekspansif
CBR 2.28 2.98 3.77 4.27 5.06

MDD 1.85 1.9 1.92 1.95 1.98


Tanah
Lempung OMC 12.60% 12.60% 12.60% 10% 10%
Berlanau
CBR 5.76 5.86 5.96 6.75 7.25

MDD 1.885 1.921 2.054 2.138 2.141


Tanah
OMC 10.6% 10.5% 12.5% 10% 10%
Pasir
CBR 10.6 10.5 12.5 10 10

Anda mungkin juga menyukai