Anda di halaman 1dari 2

PERILAKU KAWIN Perilaku kawin terdiri dari semua kejadian yang terlibat alan pemindahan sperma dari

hewan jantan ke hewan betina. Secara garis besar terdapat 4 peristiwa penting dalam proses perkawinan
serangga, yaitu (1) penentuan lokasi dan pengenalan pasangan; (2) courtship; (3) kopulasi dan (4)
perilaku setelah kawin

Penentuan Lokasi dan Pengenalan Pasangan

Mencari pasangan adalah serangkaian proses yang kompleks yan melibatkan pemenuhan syarat-syarat
tertentu dalam hal visual, olfuctory auditory, tactile, dan kombinasi dari hal-hal tersebut. Akan tetapi
tidak selamanya dalam proses perkawinan pada serangga melibatkan pertemuan antara serangga jantan
dan betina terutama pada serangga-serangga ta bersayap (apterygota). Sebagai contoh, pada beberapa
jenis Collenbola serangga jantan menaruh paket sperma di dalam lokasi hidupnya walaupun pada saat
tersebut tidak terdapat betina di dekatnya. Serangga betina sendiri sepertinya menemukan paket
sperma tersebut secara tidak sengaja da memasukkannya ke dalam saluran reproduksinya. Thysanura
juga melakukan hal yang sama hanya perbedaannya paket sperma dijatuhkan pada saat terdapat betina
di dekatnya

Pada sernngga bersayap terdapat perbedaan sinyal yang digunakan dala proses pencarian pasangan.
Sinyal yang ditangkap dengan penglihatan menjadi acuan utama walaupun tidak hanya itu terutama
untuk serangg serangga malam. Pergerakan, warna, bentuk, dan ukuran dapat menarik perhatian dari
pasangan walaupun proses perkawinan ditentukan oleh respon dari stimulus kimia dan sentuhan.
Contoh paling terkenal dari serangg malam yang menggunakan indra perglihatan untuk menentukan
paranga adalah kunang-kunang (Gambar S.11). Pada serangga ini kedua jenis kelamin atau hanya
serangga betina nenghasilkan cahaya dari organ bioluminescert yang terdapat pada ujung perut. Pada
beberapa spesies, serangga betina terus menerus bercahaya untuk menarik perhatian serangga jantan.
Pada spesies yang lain serangga jantan menghasilkan cahaya secara berkala dan direspon s oleh serangga
betina dengan menghasilkan cahaya juga setelah bertemu pada jarak tertentu. Interval waktu antara
cahaya dari kedua pasangan sangat penting dalam menentukan apakah serangga jantan tertarik dengan
sinyal yang diberikan oleh serangga betina. Walaupun demikian keputusan akhir ditentukan oleh
sentuhan dan bau.

Dalam proses kawin, sebagian besar serangga yang lain menghasilkan zat penarik kimia yang sangat
spesifik dan dapat menarik perhatian lawan jenis yang berada pada jarak yang cukup jauh. Zat tersebut
disebut sex pheromon. Sex pheromon terhadap serangga jantan banyak sekali dijumpai, terutama pada
Colleptera dan, Lepidoptera. Pada banyak ngengat, hewan

betina mulai memanggil (mulai dari usaha melepaskan kelenjar sarn terlepasnya pheromon) kira-kira
satu sampai dua jam sebelum fajar. Hc wan jantan dapat mendetcksi berbagai konsentrasi dari
pheromon dan kemu dian cenderung untuk mengikuti ke arah konsentrasi yang semakin tinggi sa npai
akhirnya dapat menemukan lokasi hewan betina. Pada saat si jantan sen akin dckat dengan si betina, si
jantan akan melayang-layang di sekitar betina dan segera mendarat, kernudian ia akan bergerak sampai
bertabrakan dengan si betina (Gambar 5.12). Pada serangga lain misalnya Anthonomus grandis yang
terjadi adalah sebaliknya di mana hewan jantan menghasilkan pheromon dan hewan betina yang tertarik
bergerak mendekat menuju ke serangga jantan.

Sinyal suara juga digunakan untuk mencari pasangan. Umumnya sinyal suara digunakan oleh serangga-
serangga yang tinggal pada padang rumput karena gelornbang suara tidak diganggu secara serius oleh
vegetasi. Pada jenis belalang kedua jenis kelamin menghasilkan suara sementara pada beberapa spesies
tonggeret dan jangkrik menghasilkan suara yang berfungsi untuk menjaga jarak serangga jantan pesaing
pada jarak terjauh untuk mengurangi persaingan dalam mencari pasangan.

swarming adalah salah satu bentuk perilaku dalam proses kawin Perilaku ini diyakini merupakan perilaku
kawin dasar dari serangga karena ditemukan pada serangga-serangga yang dianggap memiliki garis
keturunan purba seperti capung dan serangga-serangga "modern" seperti lalat dan kupu- kupu. Lokasi
dari swarming diidentifikasikan oleh penanda visual (Gambar 5.13) dan biasanya spesifik untuk spesies
tertentu, walau lokasi swarming yang dimanfaatkan oleh berbagai swarming juga ditemukan terutama
pada daerah tropis dan subtropis. Umumnya swarm didominasi oleh serangga

jantan dan akan tampak jelas bila melibatkan banyak individu. Swarm juga dapat dilakukan oleh satu
individu bila individu tersebut menguasai suat daerah tertentu di mana dia menunggu kedatangan
serangga betina yan menanggapi positif penanda yang telah dia berikan. Keuntungan dari menggunakan
lokasi swarm adalah meningkatkan efektivitas penemuan pasangan terutama untuk spesies-spesies yang
langka dan tersebar dengan kerapatan yang rendah. Selain itu metode ini memungkinkan serangga
dengan genotip yang berbeda untuk kawin dan meningkatkan keanekaragaman genetik.
Keanekaragaman genetik yang tinggi sangat penting untuk serangga yang memiliki lokasi perkembangan
larva yang tidak seragam dan terpencar-pencar Walaupun umumnya swarming melibatkan penguasaan
wilayah idara beberapa serangga jantan dari beberapa spesies membentuk suatu pertahanan terhadap
daerah berdasarkan sumber daya yang terdapat pada daerah tersebut. Hal yang unik adalah terdapat
beberapa spesies serangga (umumnya pada lalat buah dari family Drosophilidae dan Tephritidae)
mempertahankan daerah yang tidak memiliki sumber daya (sebagai contoh lokasi untuk meletakkan
telur) yang penting bagi serangga betina dan memiliki ugres jantan-jantan ditambah courtship kepada
serangga betina. Perilaku in dikenal dengan istilah sistem perkawinan lek. Perilaku ini sendiri lebilh umun
pada lalat buah yang bersifat polifagus dibandingkan monofagu karena spesies-spesies monofagus
memiiki kesempatan lebih besar untuk menemukan pasangan pada buah tertentu yang berperan
sebagai lokasi peletakan telur.

Anda mungkin juga menyukai