(KAJIAN SINTAKSIS)
Diajukan sebagai salah satu syarat tugas mandiri untuk mata kuliah
Oleh:
Bandung
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Linguistik
Kontrastif Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mandiri mata kuliah Linguistik Kontrastif, dan menyampaikan kepada
pembaca mengenai persamaan dan perbedaan objek dalam bahasa Indonesia didalam
bahasa Arab, serta bagaimana tingkat kesulitannya dalam pembelajaran bahasa Arab.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan,
baik dalam penulisan, pemilihan kata, maupun penggunaan tanda baca yang kurang
tepat. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Analisis kontrastif dalam kajian linguistik adalah suatu cabang ilmu bahasa
yang tugasnya membandingkan secara sinkronis dua bahasa sedemikian rupa sehingga
kemiripan dan perbedaan kedua bahasa itu dapat terlihat. Pada proses perbandingan
sendiri adalah suatu hal yang memungkinkan untuk menemukan persamaan atau
perbedaan.
Sedangkan menurut Tarigan menjelaskan di dalam bukunya bahwa kontrastif
yang merupakan kata serapan dalam bahasa inggris yakni kata contrastive yang
merupakan kata keadaan yang diturunkan dari kata kerja to contrast1. Di samping itu,
selanjutnya to contrast dijelaskan dalam The American College Dictionary, that
“contrast : to set in opposition in order to show unlikeness, compare by observing
differences” ialah menempatkan dalam oposisi atau pertentangan dengan tujuan
memperlihatkan ketidaksamaan, mempertimbangkan, dengan jalan memperhatikan
perbedaan-perbedaan.
Analisis kontrastif, berupa prosedur kerja, yaitu aktivitas atau kegiatan yang
mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi
perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa. Perbedaan-perbedaan antara dua bahasa
yang diperoleh dan dihasilkan melalui anakon, dapat digunakan sebagai landasan dalam
meramalkan atau memprediksi kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala belajar
berbahasa yang akan dihadapi para siswa di sekolah, terlebih-lebih dalam belajar B2.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa linguistik kontrastif ialah berusaha untuk
membandingkan suatu bahasa yang tidak serumpun, sehingga diketahui persamaan dan
ketidaksamaan bahasa satu dan bahasa kedua yang dibandingkan yang melahirkan
prediksi seberapa tingkat kesulitan bagi seorang pembelajar dalam mempelajari bahasa
Arab.
1
Henri Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif, (Bandung : Angkasa), 2009, hlm. 6.
B. Pengertian analisis kontrastif
C. Sintaksis
2. Satuan sintaksis
Secara hierarkial dibedakan adanya lima macam satuan sintaksis, yaitu kata,
frase, klausa, kalimat, dan wacana (Chaer 2009: 37).
Wacana
Kalimat
Klausa
Frase
Kata
a) Kata
Secara gramatikal kata mempunyai dua status. Sebagai satuan terbesar dalam
morfologi, dan sebagai satuan terkecil dalam sintaksis (Chaer 2009: 37).
Sebagai satuan terbesar dalam satuan morfologi, kata dibentuk dari bentuk dasar
(yang dapat berupa morfem dasar terikat maupun bebas, atau gabungan morfem)
melalui proses morfologi afiksasi, reduplikasi, atau komposisi (Chaer 2009: 37-38)
b) Frase
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat non-predikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah
satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Menurut Chaer (2009: 39) frase dibentuk dari
dua buah kata atau lebih, dan mengisi salah satu fungsi sintaksis.
S P O Ket
Adik saya Suka makan Kacang goreng Dikamar
Semua fungsi klausa di atas diisi oleh sebuah frase: fungsi S diisi oleh frase Adik
saya, fungsi P diisi oleh frase suka makan, fungsi O diisi oleh frase kacang goreng, dan
fungsi keterangan diisi oleh frase di kamar.
Sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis frase-frase juga mempunyai kategori
(Chaer 2009: 39). Kategori-kategori tersebut meliputi frase nominal yang mengisi
fungsi S atau fungsi O, frase verbal yang mengisi fungsi P, frase adjektifal yang mengisi
fungsi P, dan frase preposisional yang mengisi fungsi keterangan.
c) Klausa
Klausa merupakan satuan sintaksis yang berada di atas satuan frase dan di
bawah satuan kalimat, berupa runtutan kata-kata berkontruksi predikatif (Chaer 2009:
41).
Klausa berupa satuan kebahasan dan minimal dibentuk oleh S dan P atau tema
dan rema, atau dalam bahasa Arab disebut musnad ilaih dan musnad. Dari dua unsur
yang membentuk klausa tersebut, dapat diketahui bahwa klausa merupakan tataran
yang lebih besar dari pada frase. Hubungan antar unsur dalam frase tidak melebihi batas
fungsi atau tidak predikatif.Sedangakan hubungan antar unsur dalam klausa harus
bersifat predikatif dan tentunya juga melebihi batas fungsi (Asrori 2004: 69).
d) Kalimat
Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang
biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai
dengan intonasi final (Chaer 2009:44).
e) Wacana
Sebagai satuan tertinggi dalam hierarki sintaksis, wacana mempunyai
pengertian yang lengkap atau utuh, dibangun oleh kalimat atau kalimat-kalimat. Dalam
pembentukan sebuah wacana yang utuh, kalimat-kalimat itu dipadukan oleh alat-alat
pemaduan, yang dapat berupa unsur leksikal, unsur gramatikal, ataupun unsur semantik
(Chaer 2009: 47)
Sintaksis dalam bahasa Arab disebut sebagai ilmu nahwu.Adapun struktur
sintaksis dalam bahasa Arab yaitu:
Struktur kalimat yang terdiri atas mubtada‟ (subjek) dan khabar (predikat).
Struktur kalimat yang terdiri atas fi‟il (verba), fa‟il (pelaku) dan maf‟ul-bih (objek)
(Irawati 2009: 107-108).
3. Ilmu Nahwu
Nahwu secara bahasa berarti jalan, jihah (arah), sisi, ukuran, contoh dan tujuan.
Sedangkan nahwu secara istilah yaitu ilmu perubahan kalimah Arab terhadap pola
susunannya yang berupa.
D. Munada
Munada adalah isIm manshub yang jatuh setelah huruf nida‟(Anwar, 2010).
Munada adalah kata benda (isim) yang disebut sesudah huruf dari salah satu huruf-
huruf nida(seruan). Atau isim yang dipanggil dengan mempergunakan huruf-huruf
panggilan (huruf nida) agar yang dipanggil mendatangi atau menoleh kepada orang
yang memanggil Munada termasuk sintaksis yang berupa kata dan frase, karena
munada terkadang berupa gabungan kata yang bersifat non-predikatif, atau gabungan
kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat. Misalnya, يازيدyang
merupakan fungsi frase S (subjek) yaitu Zaid.
Nida secara bahasa yaitu masdar dari نادىyang berarti menyeru dengannya.
Sedangkan nida menurut istilah yaitu permintaan untuk menghadap dengan huruf “ya”
dan sejenisnya.Maksudnya, seruan terhadap orang yang diajak bicara dan
mengingatkannya untuk diperhatikan serta mendengarkan sesuatu yang diharapkan
oleh si pembicara. Susunan nida paling sedikit ada dua, yaitu huruf nida‟dan sesuatu
yang diserU (Babati 2009: 1098).
Macam-macam Munada
Menurut Moh. Anwar (2010: 151-152) Munada ada lima macam, yaitu:
1) Munada Mufrad Alam (bukan mudhaf dan bukan syibhul mudhaf ).
Yaitu lafaz yang berbentuk mudhaf dan tidak diserupakan dengan mudhaf. Menurut
Ibnu Aqil (2009:684) apabila berupa mufrad.
2) Munada Nakirah Maqsudah (isim nakirah yang tentu).
Yaitu menyeru seseorang yang tidak diketahui namanya. يا رجل: Hai laki-laki!
Bimbinglah tanganku ini.
رجل: munada mabni rafa‟ dengan tanda rafa‟-nya berupa dhummah karena ism mufrad
3) Munada Nakirah Ghairu Maqsudah
Yaitu nakirah yang tidak ditentukan
4) Munada Mudhof.
Yaitu munada dengan lafaz yang di-idhafah-kan.
5) Munada Syibhul-Mudhaf.
Yaitu munada yang diserupakan dengan mudhaf
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa munada isim yang dipanggil dengan
mempergunakan huruf-huruf panggilan (huruf nida).
Huruf munada ada 7 : وا, آ, أي, هيأ, أيا, أ,يا
Huruf Nida ( ) أdigunakan untuk menyeru sesuatu yang dekat.هيا,يا, أياdan ()آ
untuk menyeru sesuatu yang jauh. ( )ياuntuk semua munada, baik dekat, jauh atau
sedang.
Sedangkan jika ( )ياditentukan dalam menyeru nama Allah ta’ala, sehingga
nama Allah tidak boleh diseru dengan yang lainnya, dan dalam istighatsah (permintaan
tolong), sehingga tidak diperbolehkan meminta tolong dengan selain ()يا
Huruf . ( )ياdan ( )واditentukan untuk nudbah, sehingga selain keduanya tidak
bisa digunakan untuk nudbah, namun ( )واdalam nudbah lebih banyak digunakan
Munada Al-MuKhalla Bi Al
Menghimpun huruf nida dengan al selain nama Allah dan jumlah yang
dijadikan sebagai nama seseorang hukumnya tidak boleh, dan diperbolehkan apabila
beserta asma Allah dan makhiyul juma.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan