Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

MASALAH KETENAGAKERJAAN
“Tenaga Kerja Asing Ilegal di PT. Conch South Kalimantan Cement,
Seradang – Tabalong”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan


Dosen : Drs. Zainul Akhyar, M.H

Disusun Oleh :
ARIANI
(A1A213071)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2015
TENAGA KERJA ASING ILEGAL
DI PT. CONCH SOUTH KALIMANTAN CEMENT,
SERADANG – TABALONG

I. PENDAHULUAN
Bangsa kita kini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang
sebagai salah satu upaya agar segera bangkit dari keterpurukan. Dalam menghentikan
pemerosokan ekonomi dan melaksanakan pembangunan ekonomi maka azas penting yang
harus dipegang teguh ialah bahwa segala usaha harus didasarkan kepada kemampuan serta
kesanggupan rakyat Indonesia sendiri. Namun begitu azas itu tidak boleh menimbulkan
keseganan untuk memanfaatkan potensi-potensi modal, teknologi dan skill yang tersedia dari
luar negeri, selama segala sesuatu itu benar-benar diabdikan kepada kepentingan ekonomi
rakyat tanpa mengakibatkan ketergantungan terhadap luar negeri. Untuk itulah, Indonesia
tidak menutup kehadiran pihak asing baik dalam bentuk modal maupun sebagai tenaga
profesional yang akan bekerja di Indonesia.
Migrasi tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia juga semakin meningkat setiap
tahunnya. Hal ini terutama berkaitan erat dengan pesatnya pembangunan di Indonesia,
terutama di sektor-sektor yang menggunakan modal asing. Berdasarkan data Kementerian
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa jumlah TKA atau ekspatriat yang masuk dan bekerja
di Indonesia selama tahun 2014 mencapai jumlah 68.762 orang. Jumlah ini didominasi TKA
asal Tiongkok. Sepanjang 2014-2015, Indonesia kedatangan banyak tenaga kerja asal Negeri
Tirai Bambu. Kementerian Ketenagakerjaan telah memberi izin kepada 41.365 tenaga kerja
Tiongkok untuk masuk ke Indonesia sejak Januari 2014 hingga Mei 2015. Total tenaga kerja
Tiongkok yang masih menetap di dalam negeri saat ini sebanyak 12.837 orang.
Banyaknya Tenaga Kerja Asing (TKA) itu menimbulkan berbagai masalah.
Permasalahan yang timbul sehubungan dengan penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia,
adalah pelanggaran izin tinggal, dan ijin kerja. Dalam paspor para tenaga kerja asing ini
tertulis bahwa izin yang diberikan pemerintah Indonesia oleh pihak imigrasi adalah untuk
bekerja sebagai tenaga kerja asing di Indonesia dengan jabatan dan waktu tertentu bahkan
hanya sebagai turis. Tidak jarang para perusahaan pengguna sering kali menyembunyikan
tenaga kerja asing ilegal ini.
PT Conch South Kalimantan Cement yang terletak di Kabupaten Tabalong ini sedang
santer diberitakan telah memperkerjakan tenaga kerja asing Ilegal asal Tiongkok. Hal ini

1
terbukti setelah diadakannya inspeksi mendadak pada Selasa dinihari, 20 Oktober 2015 oleh
Panitia Khusus Raperda Ketenagakerjaan DPRD Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam
inspeksi itu ditemukan banyak TKA ilegal yang tidak memiliki dokumen Izin
Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA). Mereka hanya memiliki dokumen visa
kunjungan atau hanya sebagai turis di Indonesia. Mereka pada mulanya masuk ke Indonesia
menggunakan visa turis, tetapi tujuan utamanya adalah untuk bekerja. Mereka bekerja secara
“gelap”, artinya tenaga kerja asing asal Tiongkok tersebut bekerja tanpa mempunyai izin
bekerja dari pemerintah Indonesia.

II. PERMASALAHAN
Masalah ketenagakerjaan yang penulis angkat berjudul “Tenaga Kerja Asing Ilegal
di PT. Conch South Kalimantan Cement” yang berada di Desa Seradang, Kec. Haruai Kab.
Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan. Penulis akan memaparkan kembali duduk perkara
kasus ini yang penulis ambil dari sumber berita online Prokal.com yang diposting pada
Senin, 26 Oktober 2015, sebagai berikut:
Semen Conch Pekerjakan WNA Ilegal
Lima Orang “Diusir” Pulang ke Tiongkok
BANJARMASIN – Sebanyak lima warga negara asing (WNA) yang merupakan
tenaga kerja asing (TKA) ilegal, Minggu (25/10) sekitar pukul 20.00 Wita, akhirnya
dideportasi ke negara asalnya, Tiongkok.
Keputusan deportasi ini setelah dilakukan pemeriksaan mendalam di Kantor Imigrasi
Banjarmasin di Kota Banjarbaru. Lima TKA ilegal yang bekerja di PT Conch, perusahaan
semen Tabalong ini tidak mempunyai izin mempekerjakan tenaga asing (IMTA). TKA
hanya hanya mengantongi visa berkunjung ke Indonesia.
Kepala Kantor Imigrasi Banjarmasin Tjutju Purnama membenarkan perihal tersebut.
Lima TKA ilegal itu dideportasi ke negara asalnya Tiongkok menggunakan pesawat Garuda
Indonesia pukul 20.00 Wita tadi malam. “Iya, pukul 20.00 Wita,” ucapnya kepada Radar
Banjarmasin, Minggu (25/10).
Segala macam penganggaran sendiri, ditegaskan Tjutju dari pihak sponsor, dalam
hal ini perusahaan tempat TKA ilegal tersebut bekerja. Baik itu Kantor Imigrasi Banjarmasin
maupun Panitia Khusus (Pansus) Ketenagakerjaan bentukan DPRD Kalsel yang melakukan
inspeksi mendadak (sidak) beberapa waktu lalu, hanya memproses sampai dilakukan
deportasi. “Anggaran deportasi itu dari sponsor (perusahaan TKA bekerja, Red),” ujarnya.

2
Seperti diberitakan sebelumnya, sidak yang dilakukan oleh Pansus
Ketenagakerjaan dan Imigrasi terbilang sangat rahasia, sehingga tidak ada satu pun dari
manajeman perusahaan yang mengetahui kegiatan dewan yang dilakukan pada Selasa, 20
Oktober 2015 pukul 02.00 Wita dini hari itu.
Menariknya, ketika Pansus Ketenagakerjaan yang diketuai oleh Yazidie Fauzi ini
membuat ratusan TKA yang sedang asyik tidur di mes karyawan lari tunggang langgang
berhamburan keluar mes seperti dikejar-kejar Satpol PP.
“Ketika kami masuk ke dalam lingkungan perusahaan, ratusan TKA yang bekerja di
perusahaan semen tersebut berhamburan keluar rumah dan menghilang ke hutan dekat lokasi
mes TKA,” ujar Yazidie Fauzi.
Ia memperkirakan masih banyak lagi TKA yang bekerja di perusahaan ini yang tidak
memiliki dokumen untuk bisa bekerja di Indonesia.
“Kami tidak bisa mengamankan mereka semua, karena TKA yang ada di perusahaan
tersebut sangat cepat bergerak dan menghilang di kegelapan,” ujarnya. (mat/KPNN)

Berita di atas adalah salah satu berita terbaru yang membahas tentang pelanggaran
yang dilakukan oleh PT Conch terkait dengan ulah perusahaan itu yang ketahuan
mempekerjakan TKA Ilegal. Banyak sekali media berita baik cetak maupun elektronik
(online) yang membahas tentang kasus TKA Ilegal di PT Conch tersebut. Berita-berita itulah
yang menjadi bahan bagi penulis untuk menganalisis masalah-masalah yang menyangkut
pelanggaran terhadap hukum ketenagakerjaan yang dalam hal ini adalah Tenaga Kerja Asing
(TKA) Ilegal.
Penulis tertarik untuk menganalisis permasalahan ini, karena kasus semacam ini
terus terjadi dan belum bisa teratasi sampai ke akarnya. Terlebih perusahaan tersebut terletak
di sekitar tempat tinggal penulis sendiri dan sebagai penduduk asli Tabalong sudah
sepatutnya penulis memiliki perhatian yang lebih terhadap kasus ini, karena sesungguhnya
adanya TKA ilegal telah merugikan pemerintah dan masyarakat itu sendiri yaitu mengenai
keberadaan tenaga kerja asing (TKA) yang bekerja di PT. Conch yang beroperasi diwilayah
Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan yang keberadaan tenaga kerja asing ini illegal
dalam artian mereka tidak memiliki dokumen yang resmi dan tidak memiliki izin untuk
bekerja sebagaimana yang telah diatur dalam berbagai regulasi mengenai keimigrasian dan
ketenagakerjaan.

3
III. ANALISIS
Setelah membaca dengan seksama tentang kasus TKA ilegal di atas, maka penulis
akan memaparkan hasil analisis terhadap kasus tersebut, diantaranya tentang profil PT.
Conch South Kalimatan Cement, faktor penyebab adanya TKA ilegal, kerugian adanya TKA
ilegal, aturan hukum yang dilanggar dan sanksinya serta penegakan hukum ketenagakerjaan
terkait dengan tenaga kerja asing ilegal.

A. Sekilas tentang PT Conch South Kalimantan Cement


PT. Conch South Kalimantan Cement merupakan salah satu anak perusahaan semen
asal Tiongkok PT. Conch Cement Indonesia / PT. Conch International Trade Indonesia yang
beroperasi di Desa Seradang RT. 02 Kecamatan Haruai. Kabupaten Tabalong. Kalimantan
Selatan. Dengan investasi awal USD 500.000 dan mengusung brand “ Semen No. 1 di Asia”
ini, produksi semen dari PT Conch mampu masuk ke pasar dan dijual di berbagai toko
bangunan di Kalimantan Selatan.
PT. Conch Indonesia merupakan perusahaan pertama yang didirikan oleh Conch
Cement Co., Ltd di Indonesia. Merupakan program expansi negara dan hubungan bilateral
antara Indonesia dan China, berupa kerjasama dalam proyek semen dan perdagangan,
sebagai pondasi investasi di Indonesia. Pada tanggal 30 Juni 2011, dihadiri kementrian
perindustrian republik Indonesia, Pemerintah Provinsi Anhui, Conch Group, dan Prosperity
Group melakukan penandatanganan 'Memorandum kerjasama Proyek Semen', sehingga
pada bulan november 2011 memulai perealisasian proyek tersebut, dengan mendirikan PT.
Conch Cement Indonesia yang beroperasi di bidang semen, batubara, besi bajal, nikel, dan
ekspor kayu dan bidang lainnya. PT. Conch Cement Indonesia dan PT. Conch Internasional
Trade Indonesia merukan importir, Perdagangan dan perwakilan tunggal merk “CONHC”
dari semen dan klinker di Indonesia.
Mengacu pada memorandum, Conch di Indonesia melakukan investasi lebih dalam
yaitu proyek kalimantan (PT. Conch South Kalimantan Cement), dengan kapasitas lini
produksi 1,55 juta ton semen klinker pertahun, yang pembangunannya dimulai pada akhir
tahun 2012, dan pabrik mulai berproduksi pada bulan Oktober 2012.
PT. Conch South Kalimantan Cement berjanji akan membuka lapangan pekerjaan
atau memperkerjakan pekerja lokal agar kesejahteraan penduduk di kabupaten Tabalong
semakin baik dan meningkat.

4
B. Faktor Penyebab Adanya Tenaga Kerja Asing (TKA) Ilegal
Modus visa turis atau kunjungan yang disalahgunakan oleh Warga Asing untuk
bekerja secara ilegal di Indonesia merupakan penyebab adanya TKA ilegal yang dapat
bekerja dengan ‘bebas’ di berbagai perusahaan di Indonesia, seperti di PT. Conch South
Kalimantan Cement. Oleh karena itu, perlunya koordinasi dan kerjasama antara instansi-
instansi terkait untuk mempermudah pengawasan dan penindakan hukum terhadap tenaga
kerja asing (TKA) ilegal. Pengawasan yang kurang menyebabkan TKA ilegal semakin sulit
untuk dideteksi keberadaannya apalagi untuk diadili secara hukum.
Lemahnya fungsi pengawasan dan penegakkan hukum ketenagakerjaan dari
Disnaker, kantor imigrasi dan aparatur hukum setempat menjadi faktor TKA ilegal terus
bermunculan, apalagi kalau pegawai pengawas tidak melaksanakan tugasnya dengan baik
dan justru bermain mata dengan perusahaan. Penahanan dan dideportasi ke negara asalnya
seakan tidak memberi efek jera terhadap TKA ilegal. Oleh karena itu, tindakan pencegahan
masuknya TKA ilegal merupakan salah satu solusi agar kasus semacam ini bisa diatasi.
Bantuan dari aparatur imigrasi sangat diperlukan untuk membantu deteksi awal dengan
memeriksa kelengkapan paspor, visa kerja dan dokumen lainnya. Penindakan hukum
terhadap TKA ilegal akan lebih mudah bila didukung adanya informasi dan data yang
lengkap.
Selain itu, adanya penghapusan persyaratan wajib dapat berkomunikasi dalam
bahasa Indonesia bagi para tenaga kerja asing juga menjadi penyebab banyaknya tenaga
kerja asing menyerbu Indonesia untuk bekerja di Nusantara ini. Ketentuan itu tertuang dalam
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 16 Tahun 2015 jo. Permenaker
Nomor 35 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan TKA yang menggantikan
Permenakertrans Nomor 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan TKA.
Dengan adanya peraturan baru tersebut, tenaga kerja asing kini dapat bekerja di
Indonesia tanpa harus memiliki kemampuan berbahasa Indonesia. Hal ini membuka peluang
yang besar bagi tenaga kerja asing, khususnya tenaga asing asal Tiongkok untuk memasuki
wilayah Indonesia yang memang kaya akan sumber daya alam, misalnya sumber daya alam
berupa material-material semen di Kabupaten Tabalong.
Dihapusnya persyaratan itu membuat serbuan tenaga kerja asing ke Indonesia
semakin besar terutama yang berasal dari negara Tiongkok. Para TKA Tiongkok yang
bekerja di PT. Conch South Kalimantan Cement sebagian besar tidak bisa berbahasa

5
Indonesia. Mereka biasanya didampingi oleh penerjemah dari Indonesia yang bisa berbahasa
Mandarin. Tenaga kerja ilegal ini dengan leluasa berada di sekitar area PT. Conch, karena
memang letak perusahaan itu berada di perkampungan jarang penduduk yang masih
dikelilingi oleh hutan atau perkebunan karet.

C. Kerugian Adanya TKA Ilegal


Tenaga Kerja Asing (TKA) adalah warga negara asing pemegang visa dengan
maksud bekerja di wilayah Indonesia. Pemberi kerja yang memperkerjakan TKA wajib
mempunyai IMTA. Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) adalah izin tertulis
yang diberikan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk kepada pemberi kerja TKA.
Pemberian izin pengunaan tenaga kerja asing dimaksudkan agar pengguna tenaga kerja asing
dilaksanakan secara selektif dalam rangka pemberdayaan tenaga kerja Indonesia secara
optimal.
Pada kasus adanya Tenaga kerja asing Ilegal di PT. Conch, menandakan tenaga kerja
asing itu tidak mempunyai visa untuk bekerja (izin tinggal terbatas) dan perusahan yang
mempekerjakan TKA tersebut tidak memiliki izin mempekerjakan tenaga kerja asing
(IMTA). Modus yang digunakan tenaga kerja asing biasanya adalah dengan
menyalahgunakan visa kunjungan yang dipakai untuk bekerja disamping itu mereka
memanfaatkan lemahnya pengawasan kantor Imigrasi dan dinas tenaga kerja, bahkan TKA
Ilegal sengaja berdomisili di lokasi PT. Conch yang terletak ditengah hutan agar mereka
tidak terdektesi oleh pemerintah.
Keberadaan TKA Ilegal jelas merugikan pemerintah karena mereka tidak membayar
Dana Kompensasi Penggunaan TKA (DKP-TKA) yang ditetapkan sebesar US $ 100 (seratus
dollar Amerika) per-jabatan/perbulan untuk setiap TKA yang dibayarkan dimuka. Besaran
biaya ini diatur pada PP No. 98 Tahun 2000 yang selanjutnya tercantum dalam pasal 40 ayat
1 Permenaker Nomor 16 Tahun 2015 jo. Permenaker Nomor 35 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Penggunaan TKA.
Adanya otonomi daerah memberi kewenangan kepada pemerintah daaerah
Kabupaten Tabalong untuk memungut retribusi TKA yaitu retribusi pemberian
Perpanjangan IMTA kepada Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing yang dijadikan salah satu
objek Retribusi Daerah Kabupaten Tabalong, hal ini diatur pada Perda Kabupaten Tabalong
Nomor 05 Tahun 2014 tentang Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja
Asing. Dalam perda disebutkan perusahaan yang akan memperpanjang IMTA akan

6
dikenakan retribusi sebesar 100 dolar per orang untuk satu bulan. Proses perpanjangan
IMTA memang berada di pusat, namun dengan adanya perda ini maka sebelum
memprosesnya, perusahaan harus mengantongi bukti pembayaran retribusi di Tabalong.
Jadi, keberadaan TKA ilegal di PT. Conch South Kalimantan Cement sangat merugikan
pemerintah daerah Kabupaten Tabalong. Penulis ilustrasikan sesuai dengan berita diatas,
jika nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika saat ini yaitu sebesar Rp. 13.700,- /dollar
maka nilai $ 100 = Rp. 1.370.000,- apabila ada 5 TKA tidak memiliki IMTA, maka kerugian
yang ditanggung pemerintah adalah sebesar Rp. 6.850.000,- /bulan.
Betapa meruginya pemerintah daerah dengan ditemukannya TKA ilegal di PT.
Conch South Kalimantan Cement yang semestinya TKA itu menjadi sumber pendapatan asli
daerah Kabupaten Tabalong malah menjadi permasalahan pelik yang harus ditangani dengan
serius.
Keberadaan TKA ilegal juga merugikan masyarakat. Penggunaan tenaga kerja asing
di bidang pertambangan misalnya untuk tenaga operator alat berat, tenaga adminstrasi dan
financial, tenaga marketing dan sebagainya sebenarnya telah merugikan masyarakat lokal
karena menghilangkan kesempatan masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan. Jenis
pekerjaan tersebut semestinya tidak perlu menggunakan tenaga kerja asing (TKA)
karena sumber daya lokal tentunya masih bisa untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.
Harapan masyarakat bahwa dengan beroperasinya PT. South Kalimantan Cement
akan mampu menyedot tenaga kerja sebanyak-banyaknya justru pada kenyataannya tidaklah
seperti itu. Banyak pekerja di perusahaan tersebut malah berasal dari negara Tiongkok.
Dengan alasan penduduk lokal tidak memiliki keahlian yang cukup untuk menjadi karyawan
di perusahaan tersebut, PT. Conch semakin banyak mendatangkan warga negara Tiongkok
untuk bekerja di perusahaan itu dan pemerintah sekali lagi tidak mampu untuk mengatasi
permasalahan ini.
Salah satu dampak masuknya tenaga kerja asing ilegal di Indonesia adalah karena
meningkatnya persaingan dalam memperebutkan kesempatan kerja, terutama di sektor-
sektor yang memerlukan pendidikan dan keterampilan yang tinggi. Seperti diketahui, banyak
di antara tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia selalu menduduki posisi yang penting
dalam birokrasi pekerjaan. Adanya ketimpangan dalam kualitas kerja tersebut menimbulkan
dampak negatif terhadap tenaga kerja Indonesia. Apabila masalah tersebut tidak ditangani
secara sungguh-sungguh oleh pemerintah niscaya pada suatu saat nanti banyak di antara

7
tenaga kerja Indonesia akan menjadi penonton pekerja asing di rumah sendiri dan bisa jadi
angka pengangguran semakin meningkat.
Dampak secara ekonomi dimana kehadiran tenaga kerja asing akan semakin
mempersempit atau menutup peluang untuk tenaga kerja Indonesia memperoleh pekerjaan
pada kedudukan dan jabatan-jabatan strategis di dalam suatu perusahaan. adanya tenaga
kerja asing akan menimbulkan diskriminasi antara tenaga kerja lokal dan tenaga kerja asing.
Sebenarnya, pada pasal 36 Permenaker tentang tata cara penggunaan tenaga kerja
asing sudah mengatur tentang persyaratan tenaga kerja asing yang dapat bekerja di wilayah
Indonesia, diantaranya yaitu warga negara asing harus memiliki pendidikan yang sesuai
dengan syarat jabatan yang akan diduduki oleh TKA. Ini berarti tidak sembarang jabatan
bisa diduduki oleh para TKA, karena TKA tersebut juga harus memiliki pengalaman kerja
minimal 5 tahun di posisi yang ingin dijabat. Perusahaan yang memperkerjakan TKA harus
membuat permohonan RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing) untuk jangka
tertentu dan disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Selain itu, TKA tersebut
wajib melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi TKI (Tenaga Kerja Indonesia)
sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA .
Berdasarkan aturan itu, maka keberadaan TKA diharapkan mampu meningkatkan
kualitas pekerja Indonesia dengan diadakannya pemberian pendidikan dan pelatihan kepada
TKI terutama TKI pendamping. Posisi seperti buruh kasar tidaklah boleh dijabat oleh para
TKA. Namun, ada kecurigaan bahwa PT. Conch mempekerjakan TKA asal Tiongkok
sebagai buruh kasar karena banyaknya TKA yang belum didaftakan secara resmi ke
pemerintah. Yajidi Fauzi, anggota Pansus Ketenagakerjaan DPRD Kalsel mengatakan
bahwa berdasarkan laporan ke imigrasi, perusahaan semen Cina itu hanya mempekerjakan
89 TKA. Faktanya sekitar 400 sampai 500 pekerja asing yang dipekerjakan di perusahaan
itu. Pihak perusahaan juga memberlakukan ketidakadilan dan diskriminasi, terkait upah.
Pekerja lokal hanya dibayar Rp 80 ribu per hari, sementara TKA asal Cina diupah sekitar Rp
200 ribu per hari.
Pada intinya pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten/kota mempunyai andil
besar dalam hal keberadaan TKA itu sendiri, baik dalam pengaturannya, penggunaanya,
penempatannya bahkan pengawasannya yang telah di atur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang diharapkan oleh pemerintah bahwa dengan keberadaan TKA
itu sendiri di masing-masing daerah di Indonesia dapat memberikan dampak yang positif
bagi suatu daerah selaku lokasi penempatannya maupun bagi TKI yang dalam hal ini sebagai

8
pendamping TKA, agar tidak ada diskriminasi atau pun kesenjangan perlakuan antar para
pekerja, walaupun pada dasarnya hal yang demikian tersebut tidak dapat di hindari dalam
dunia pekerja itu sendiri.

D. Aturan Hukum yang Dilanggar dan Sanksinya


Regulasi penggunaan tenaga kerja asing (TKA) dapat dilihat dari dua sisi yaitu
regulasi hukum keimigrasian dan regulasi hukum ketenagakerjaan. Dalam peraturan
perundang-undangan mengenai keimigrasian yaitu Undang-Undang No. 6 tahun 2011
tentang Keimigrasian dan Peraturan Pemerintah nomor 31 tahun 2013 tentang Peraturan
pelaksanaan Undang-Undang nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian telah diatur
mengenai syarat dan prosedur pemberian izin tinggal bagi warga negara asing yang ingin
bekerja dalam wilayah republik Indonesia. Pasal 39 UU nomor 6 tahun 2011 disebutkan
“Visa tinggal terbatas diberikan kepada Orang Asing: a. sebagai rohaniawan, tenaga ahli,
pekerja, peneliti, pelajar, investor, lanjut usia, dan keluarganya, serta Orang Asing yang
kawin secara sah dengan warga negara Indonesia, yang akan melakukan perjalanan ke
Wilayah Indonesia untuk bertempat tinggal dalam jangka waktu yang terbatas”, dan WNA
pemegang visa tinggal terbatas selanjutnya akan diberikan izin tinggal terbatas yang
diberikan oleh menteri atau pejabat imigrasi yang ditunjuk. Pemberian izin tinggal terbatas
diberikan setelah memenuhi berbagai persyaratan yang di tetapkan dalam PP nomor 31 tahun
2013 dan berlaku untuk waktu paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang.
Dilihat dari aspek hukum ketenagakerjaan, masalah tenaga kerja asing telah diatur
dalam BAB VIII Pasal 42 sampai dengan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan Dan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015
Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing Jo. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Nomor 35 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor
16 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing .
Dalam UU nomor 13 tahun 2003 pasal 42 ayat (1) disebutkan bahwa “setiap pemberi
kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau
pejabat yang ditunjuk” selanjutnya pasal 43 ayat (1) “Pemberi kerja yang menggunakan
tenaga kerja asing harus memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan
oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk”. Dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.
16 Tahun 2015 jo. Permenaker No. 35 Tahun 2015 tentang tata cara penggunaan tenaga kerja

9
asing telah diatur lebih detail mengenai syarat dan prosedur pemberian izin mempekerjakan
tenaga kerja Asing (IMTA).
Perusahaan yang mempekerjakan TKA tanpa memiliki IMTA dapat dikenakan
pidana ketenagakerjaan sebagaimana diatur UU. No. 13 Tahun 2003 pasal 185 ayat (1)
“Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) dan
ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat (1), Pasal 143,dan
Pasal 160 ayat (4) dan ayat (7), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1(satu)
tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp.100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). Ayat
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana”.
Selain itu dapat pula dikenakan Pidana Keimigrasian yang dapat dikenakan untuk
TKA illegal maupun untuk perusahaan yaitu Pasal 122 UU No. 6 tahun 2011 “Dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)”. Dimana setiap Orang Asing yang dengan
sengaja menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud dan
tujuan pemberian Izin Tinggal yang diberikan kepadanya. Bagi setiap orang yang menyuruh
atau memberikan kesempatan kepada Orang Asing menyalahgunakan atau melakukan
kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud atau tujuan pemberian Izin Tinggal yang
diberikan kepadanya” serta Pasal 124 UU No. 6 tahun 2011 “Setiap orang yang dengan
sengaja menyembunyikan atau melindungi atau memberi pemondokan atau memberikan
penghidupan atau memberikan pekerjaan kepada Orang Asing yang diketahui atau patut
diduga, berada di Wilayah Indonesia secara tidak sah dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah). Izin Tinggalnya habis berlaku dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta
rupiah).
Dengan adanya temuan bahwa PT. Conch South Kalimantan Cement
mempekerjakan TKA ilegal yang tidak memenuhi standar sesuai regulasi yang ada maka
sudah sepantasnya perusahaan itu diberi sanksi tegas sesuai aturan hukum yang berlaku.
Sebab, Jika hal ini dibiarkan maka kesempatan kerja bagi pekerja lokal akan semakin sempit
dan angka pengangguran akan semakin meningkat.

10
E. Penegakkan Hukum Ketenagakerjaan terkait TKA
Pemerintah mempunyai wewenang dalam penegakan hukum ketenagakerjaan serta
menyelesaikan segala sesuatu masalah mengenai keberadaan TKA, maka sesuai dengan UU
Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 pemerintah membentuk tim penyidik yang disebut
sebagai Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan (PPK) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS).
Sesuai Pasal 176 UUK PPK/PPNS mempunyai kompetensi dan independen guna
menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagkerjaan. Untuk menjaga
kompetensi dan independesi inilah maka UUK menetapkan bahwa pengangkatan PPK
ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuknya. Dengan demikian PPK dapat
independen dari pengaruhpengaruh kebijakan politik yang berkembang di daerah-daerah
(termasuk kabupaten/kota). Jadi PPK dapat ”menolak” kepentingan-kepentingan yang
dipesan oleh siapapun penguasa dan pengusaha di daerahnya.
Kewenangan PPK sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) secara khusus
adalah melakukan penyidikan di bidang ketenagakerjaan (sama dengan dengan kewenangan
dari Penyidik Pejabat POLRI) sebagaimana diatur pada pasal 182 (2) UUK. Pegawai
pengawas ketenagakerjaan dibekali dengan kewenangan sebagai Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS), pegawai pengawas ketenagakerjaan berhak memasuki kawasan tempat
dilaksanakannya pekerjaan dan bahkan bisa meminta keterangan secara langsung kepada
pengurus, tenaga kerja atau serikat pekerja tanpa harus ada pihak ketiga.
Beberapa kewenangan yang dimiliki oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan
tersebut sangat dinamis dan tidak kaku sehingga memungkinkan bagi pegawai pengawas
ketenagakerjaan untuk terjun langsung ke lapangan dalam mengawasi dan melakukan
penegakan hukum khususnya di bidang ketenagakerjaan tanpa harus menunggu adanya
laporan terlebih dahulu mengenai pelanggaran aturan ketenagakerjaan.
Dalam kasus ini dibentuk Pansus Ketenagakerjaan DPRD Kalsel yang mengadakan
sidak mendadak di PT. Conch South Kalimantan Cement. Inspeksi mendadak ini
menemukan banyak TKA yang melarikan diri ke hutan, TKA ini diduga bekerja ilegal. Dari
sekian banyak yang melarikan diri, ada 5 orang TKA yang berhasil ditangkap dan setelah
diproses terbukti bahwa mereka tidak dapat menunjukkan dokumen resmi IMTA. Kelima
TKA ilegal itu akhirnya dideportasi ke negara asalnya, Tiongkok.
Alasan banyaknya TKA yang kabur ke hutan saat diadakannya sidak mendadak
adalah karena Pansus Ketenagakerjaan DPRD Kalsel kurang personil, jadi menurut penulis

11
diperlukan juga koordinasi dengan aparatur Kepolisian setempat yang tentunya memiliki
personil yang cukup banyak guna mencegah adanyanya TKA ilegal dan membantu inspeksi
mendadak tersebut, mengingat bahwa salah satu tugas dan wewenang kepolisian
sebagaimana amanat UU nomor 2 tahun 2002 yaitu melakukan pengawasan fungsional
kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi
terkait.

IV. KESIMPULAN
1. PT. Conch South Kalimantan Cement adalah perusahaan yang memproduksi semen
yang berdomisili di Desa Seradang RT. 02 Kec. Haruai Kab. Tabalong – Kalimatan
Selatan.
2. PT. Conch South Kalimantan Cement terbukti mempekerjakan 5 orang TKA ilegal
dan diduga masih banyak TKA ilegal di perusahaan itu yang belum tertangkap.
3. Faktor penyebab adanya TKA ilegal adalah karena maraknya penyalahgunaan visa
berkunjung oleh warga negara asing, lemahnya pengawasan dan penegakkan hukum
terhadap TKA dan adanya kebijakan pemerintah menghapus aturan wajib memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia bagi TKA.
4. Kerugian yang pemerintah tanggung atas adanya TKA ilegal adalah pemerintah tidak
dapat memungut Dana Kompensasi Penggunaan TKA sebanyak US $100
perorang/bulan. Bagi masyarakat (pekerja lokal) keberadaan TKA ilegal asal
Tiongkok yang bekerja di PT. Conch mempersempit peluang dan kesempatan
bekerja bagi pekerja lokal di perusahaan semen tersebut.
5. Permasalahan Tenaga Kerja Asing (TKA) diatur dalam BAB VIII Pasal 42 sampai
dengan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
dan diatur pula pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 jo.
Permenaker No. 35 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
6. Sesuai dengan UU Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 pemerintah membentuk
tim penyidik yang disebut sebagai Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan (PPK) dan
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk mengawasi dan mengatasi
permasalahan dalam penggunaan TKA, seperti contoh dibentuknya Panitia Khusus
Ketenagakerjaan DPRD Kalsel untuk melakukan inspeksi mendadak ke PT. Conch
South Kalimantan Cement.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bambang, R.Joni. 2013. Hukum Ketenagakerjaan. Bandung: Pustaka Setia.


Yayasan Adikarya Ikapi. 1999. Globalisasi dan Migrasi Antarnegara. Jakarta: Alumni.
Darmawan, Andre. 2013. Menggugat Tenaga Kerja Asing Ilegal di Perusahaan Tambang.
(Online)tersedia di: https://andredarmawansh.wordpress.com/2013/11/04/menggugat-
tenaga-kerja-asing-illegal-di-perusahaan-tambang/ ,diakses 19 Nopember 2015 jam
09.44 WITA
Media Kalimantan. 2015. Tersandung TKA Ilegal, Conch ‘Diadili’. (online) tersedia di:
http://www.mediakalimantan.com/artikel-8625-tersandung-tka-Ilegal-conch-
diadili.html , diakses 19 Nopember jam 09.45 WITA.
Republika. 2015. Syarat Berbahasa Indonesia Dihapus, Sebuan Asing Kian tak Terbatas.
(online) http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/15/08/25/ntllae328-
syarat-berbahasa-indonesia-dihapus-serbuan-asing-kian-tak-terbatas , diakses 19
November 2015 jam 10.00 WITA.
Pro Kalimantan. 2015. Semen Conch Pekerjakan WNA Ilegal. (online) tersedia di:
http://balikpapan.prokal.co/read/news/175680-semen-conch-pekerjakan-wna-
ilegal.html , diakses 20 Nopember 2015 jam 14.00 WITA.

13

Anda mungkin juga menyukai