Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Pengantar Umum Tentang Ekonomi Islam

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Makro Islam

Dosen Pembimbing : Dr. Abdul Wadud, Lc ., M.E.I

Disusun Oleh :

Mohammad Kusairi (E20172102)


Rovita Septiana (E20172110)
Putri Yulinda A (E20172130)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER (IAIN)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FEBRUARI 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pengantar
Umum Ekonomi Islam ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterimakasih pada Bapak Abdul Wadud selaku Dosen Matakuliah Ekonomi Makro
Islam yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Pengantar Umum Ekonomi Islam. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Jember, 11 Februari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ................................................................................................ i

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Pengertian Ekonomi Islam ...................................................................... 3
B. Metodologi Ekonomi Islam...................................................................7
C. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam............................................................... 9
D. Karakteristik dan Keistimewaan Ekonomi Islam.................................12
E. Sumber hukum Ekonomi Islam............................................................15
F. Madzhab dalam Ekonomi Islam...........................................................17
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 19
A. Kesimpulan ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam pelaksanaan perekonomian sering kali kita dihadapkan pada suatu
permasalahan lama yang meski kita terapkan suatu kebijakan namun apalah daya para
pemodal lah yang akan menguasai perekonomian, ini adalah suatu kelemahan teori
konvensional yang hanya membangun perekonomian kaum pemodal. sehingga sistem
yang dijalankan untuk pemerataan sumber daya tidak berjalan dengan apa yang
diharapkan kau proletar. Untuk itu ekonomi islam hadir sebagai suatu bentuk
peringatan karena memang ekonomi islam itu hadir terlebih dahulu sebelum
konvensional sebelum ahirnya menggeser posisi ekonommi islam pada era
selanjutnya.
Ekonomi islam bukan suatu hal yang baru dan segala bentuk teorinya
mengenak terhadap suatu permasalahan ekonomi khususnya pada era masa kini
karena teori yang diberikan bukan hasil suatu indivu melainkan hasil ijma yang
bersandarkan pada al-quran dan hadis. Tidak mengedepankan kepentingan pripadi
namun untuk kemaslahatan umat agar kehidupan falah yang mereka inginkan
tercapai.
Dalam akalah ini akan dipaparkan bagaimana kita memahami ekonommi
islam itu sendiri, karena masih banyak dari kita yang beragama islam namun sikap
dan bentuk prilaku ekonomi kita tidak tercermin islam dan menyebab kalahnya
persaingan perekonomian kita terhadap konvensional.

B. Rumusan masalah
Adapun permasalahan yang penyusun rumuskan adalah:
1. Apa pengertian dari ekonomi Islam?
2. Bagaimana metodologi dalam ekonomi Islam?
3. Apa saja prinsip-prinsip dalam ekonomi Islam?
4. Apa saja karakteristik serta keistimewaan dalam ekonomi Islam?
5. Apa saja Sumber hukum ekonomi Islam?
6. Sebutkan madzhab dalam ekonomi Islam!

4
C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian serta hakikat dari Ekonomi Islam
2. Memahami metodologi yang digunakan dalam Ekonomi Islam
3. Mengetahui apa saja yang menjadi prinsip dalam Ekonomi Islam
4. Mengetahui karakteristik dan keistimewaan dalam Ekonomi Islam
5. Mengetahui sumber-sumber hukum Ekonomi Islam
6. Mengetahui madzhab dalam Ekonomi Islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EKONOMI ISLAM


Sebagai salah satu cabang pohon ilmu pengetahuan yang amat besar dan luas
ilmu ekonomi diberi gelar sebagai the oldest art, the newest science, atau kalau
diterjemahkan, ekonomi merupakan seni paling tua dan ilmu pengetahuan termuda.1
Oleh karena itu, tidak heran jika dalam perjalanannya hingga saat ini banyak ahli yang
menyumbangkan gagasannya unuk mendefinisikan apa itu ekonomi.
Peristiwa pertama yang menandakan lahirnya ilmu ekonomi adalah ekonomi
itu sendiri.Itu terjadi ribuan tahun lalu, beribu-ribu tahun sebelum dilahirkannya Nabi
Isa Al-Masih. Entah pada zaman apa, masa pemerintahan siapa, raja siapa dan oleh
siapakah istiah ekonomi iu pertama kali dilontarkan, tidak ada seorang yang dengan
pasti mengetahuinya. Hal yang jelas hanyalah bahwa istilah ekonomi lahir di Yunani
(Greek), dan dengan sendirinya istillah ekonomi itupun berasal dari kata-kata bahasa
Yunani pula.2
Kata ekonomi beasal dari bahasa Yunani oikos dan nomos. Oikos berarti
rumah tangga (house-hold), sedang nomos berarti aturan, kaidah atau pengelolaan.
Dengan demiian, secarra sederhana ekonomi dapat diartikan sebagai kaidah-kaidah,
aturran-aturan atau pengelolaan suatu rumah tangga.3

Ilmu yang mempelajari bagaimana tiap rumah tangga atau masyarakat


mengelola sumber daya yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan mereka
disebut ilmu ekonomi. Definisi yang lebih populer yang sering digunakan untuk
menerangkan ilmu ekonomi tersebut adalah:

“Salah satu cabang ilmu sosial yang khusus mempelajari tingkah laku manusia atau
segolongan masyarakat dalam usahanya memenuhi kebutuhan yang relatif tak terbatas
dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas adanya”

Namun, seperti juga setiap definisi lainyya atau batasan untuk apa pun juga
yang ternyata tidak ada yang dapat yang mencakup seluruh bidang yang
didefinisikannya, demikian pula dengan batasan ilmu ekonomi yang luas itu.

1
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi,( Jakarta: Rajawali Pers,2009), hal.3
2
Ibid hal. 4
3
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hal. 2

6
Dalam hal ini, Profesor Paul Anthony Samuelson, seorang ahli ekonomi dari
Massachusetts Intitutes of Technology (MIT), telah mengumpulkan sekurang-
kurangnya enam buah definisi dari berbagai ahli lain. Keenam definisi tersebut adalah
masing-masing sebagai berikut:

1. Ilmu ekonomi, atau ekonomi politik (political economy), adalah studi tentang
kegiatan-kegiatan yang dengan atau tanpa menggunakan uang, mencakup atau
melibatkan transaksi-transaksi pertukaran antar manusia.
2. Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana menjatuhkan pilihan
yang tepat untuk memanfaatkan sumber-sumber produktifitas (tanah, tenaga
kerja, barang-barang modal semisal mesin, dan pengetahuan teknik) yang
langka dan terbatas jumlahya, untuk menghasilkan bebagai barang-barang
(misalnya gandum, daging, mantel, perahu layar, konser musik, jalan raya,
pesawat, pembom) serta mendistribusikan (membagikan)nya kepada pelbagai
anggota masyarakat untuk mereka pakai/kosumsi.
3. Ilmu ekonomi adalah studi tentang manusia dalam kegiatan hidup mereka
sehari-hari, (untuk) mendapat dan menikmati kehidupan.
4. Ilmu ekonomi adalah tentang bagaimana manusia bertingkah pekerti untuk
mengorganisasi kegiatan-kegiatan konsumsi dan produksinya.
5. Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang kekayaan.
6. Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang cara-cara memperbaiki masyarakat.

Samuelson sendiri menyatakan bahwa setiap sarjana ekonomi bisa saja


memperluasnya menjadi berkali-kali lipat lebih banyak. Namun dimikian Samuelson
akhirnya memberikan pernyataan sebagai kesimpulan. Tulisnya: Para ahli ekonomi
sekarang telah bersepakat untuk menerima kebenaran sebuah definisi umum sebagai
berikut:

‘Economics is a study of how societies use scarce resources to produce


valuable comodities and distribute them among different poeple.’

‘Ilmu ekonomi adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh


masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi
komoditas atau barang-barang yang bermanfaat serta mendistribusikannya kepada
semua orang.

7
Dalam bahasa Arab, ekonomi sering diterjemahkan dengan Al-Iqtishad, yang
berarti hemat, dengan perhitungan implisit. Jadi ekonomi adalah mengatur urusan
rumah tangga, dimana anggota keluarga yang mampu, ikut terlibat dalam
menghasilkan barang-barang berharga dan memberikan jasa, lalu seluruh anggota
keluarga yang ada, menikmati apa yang mereka peroleh. Kemudian populasinya
semakin banyak dan dalam rumah-rumah, lalu menjadi satu kelompok (community)
yang diperintah oleh suatu negara.4

Adapun istilah Ekonomi Islam berasal dari dua kata; Ekonomi (terjemahan
dari economics, economic, dan economy) dan Islam (terjemahan dari islamic).5 Islam
adalah kata bahasa Arab yang terambil dara kata salima yang berarti selamat, damai,
tunduk, pasrah dan berserah diri. Objek penyerahan diri ini adalah Pencipta seluruh
alam semesta, yakni Allah SWT. Dengan demikian, islam berarti penyerahan diri
kepada Allah SWT., sebagaimana tercantum dalam Q.S Ali Imran, yang artinya
kurang lebih sebagai berikut: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah
adalah Islam....”

Jadi, islam adalah suatu ajaran yang bersifat penyerahan; tunduk dan patuh,
terhadap perintah-perintah (hukum-hukun Tuhan) untuk dilaksanakan oleh setiap
manusia. Michael Mayer dalam bukunya, Intructions Morales et Religiusus, lere
Leson, mendefisinikan Islam sebagai “Seperangkat kepercayaan dan aturan yang
pasti untuk membimbing kita dalam tindakan kita kepada Tuhan, orang lain dan
terhadap diri kita sendiri”. Dari dua kata tersebut terbentuk satu istilah baru yaitu
Ekonomi Islam.

Akan tetapi dalam mendefinisikan Ekonomi Islam, sebagaimana definis-


definisi lainnya, para ahli atau para Ekonom Muslim pun beraneka ragam dalam
mengartikannya.

Halide berpendapat bahwa Ekonomi Islam adalah sekumpulan dasar-dasar


umum ekonomi yang disimpulkan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang ada
hubungannya dengan urusan ekonomi. Pengertian ini terlalu umum sehingga tidak
memberikan pengertian secara spesifik.

4
Hidayat Nataatmadja, Pemikiran Ke Arah Ekonomi Humanistik. ( Yogyakarta:PLP2M, 1987), hal.16
5
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hal.145

8
M. Akram Khan yang dikutip dari Dawam Rahardjo, mendefinisikan ekonomi
islam sebagai ekonomi yang bertujuan untuk menyelidiki keberhasilan manusia yang
dicapai dengan mengorganisasikan sumber-sumber di bumi atas dasar kerja sama dan
partisipasi. Berbeda dengan pengertian di atas, pengertian ini lebih difokuskan pada
tujuan dari ekonomi itu sendiri.

Hampir sama dengan dua pengertian di atas, Prof. M. Abdul Mannan,


memberikan definisi (ilmu) ekonomi islam masih didasarkan pada induknya, yaitu
ilmu sosial. Sehingga, dalam mengartikan ekonomi Islam pun didasarkan pada ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami
oleh nilai-nilai islam.

Lain lagi dengan definisi yang didefinisikan yang diberikan oleh seorang
bankir Pakistan, SM. Hasanul Zaman. Ia lebih luas dalam mendefinisikan apa itu
ekonomi islam. Menurutnya, ekonomi islam yaitu pengetahuan dan penerapan
perintah-perintah dan tata cara yang ditetapkan oleh syari’ah, dengan tujuan
mencegah ketidakadilan dalam penggalian dan penggunaan sumber daya material,
guna memenuhi kebutuhan manusia yang memungkinkan mereka untuk
melaksanakan kewajiban kepada Allah dan masyarakat.

Beraneka ragam definisi ekonomi islam oleh para ahli atau ekonom tersebut,
didasarkan atas perbedaannya dalam memandang suatu permasalahan, baik dari segi
tujuan, cakupan dan sudut pandang mengenai aspek-aspek tersebut. Namun demikian
secara garis besar, definisi ekonomi isam adaah sebagai berikut:

1. Ekonomi Islam adaah pengetahuan bagaimana menggali dan


mengimplementasikan sumber daya material untuk memenuhi kebutuhan dan
kesejahteraan manusia, dimana penggalian dan penggunaan itu harus sesuai
dengan syari’at Islam.
2. Ekonomi Islam merupakan bagian dari usaha duniawi yang berniai ibadah, juga
merupakan suatu amanah amanah dalah maksanakan kewajiban kepada Allah
(Hablunminallah) dan kewajiban kepada sesama manusia(Hablun minannas).
3. Ekonomi Islam adalah tata aturan yang berkaitan dengan cara berproduksi,
konsumsi dan distribusi serta kegiatan lain dalam kerangka mencari ma’isyah
(penghidupan individu maupun kelompok/negara).

9
Sedang Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia
merupakan bagian tak terpisahkan (integral) dari agama Islam. Sebagai derivasi dari
agama Islam, ekonomi islam akan mengikuti agama islam dalam berbagai aspeknya.
Islam adalah sistem kehidupan (way of life), dimana islam menyediakan beberapa
perangkat aturan yang lengkap bagi kehidupan manusia, termasuk dalam bidang
ekonomi. Beberapa peraturan ini bersifat pasti atau berlaku permanen, sementara
beberapa bersifat kontekstual sesuai dengan situasi dan kondisi.6

Ekonomi islam adalah kumpulan dari dasar-dasar umum ekonomi yang


diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rosulullah serta dari tatanan ekonomi yang
dibangun di atas dasar-dasar tersebut, sesuai dengan berbagai macam bi’ah
(lingkungan) dan setiap zaman.

Pada definisi tersebut terdapat dua hal pokok yang menjadi landasan hukum
sistem ekonomi islam, yaitu; Al-Qur’an dan Sunnah Rosulullah. Hukum-hukum yang
diambil dari kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip adalah tetap
(tidak dapat berubah kapanpun dan dimana saja), namun pada praktiknya untuk hal-
hal dan situasi serta kondisi tertentu bisa saja berlaku luwes atau murunah dan ada
pula yang bisa mengalami perubahan.7

B. METODOLOGI EKONOMI ISLAM

Setiap sistem ekonomi pasti didasarkan atas ideologi yang memberikan


landasan dan tujuannya, di satu pihak, dan aksioma-aksioma serta prinsip-prinsipnya
di pihak lain. Proses yang diikuti dengan seperangkat aksioma dan prinsip yang
dimaksudkan untuk lebih mendekatkan tujuan sistem tersebu merupakan andasan
sistem tersebut yang bisa diuji. Setiap sistem ekonomi membuat kerangka dimana
suatu komunitas sosio-ekonomik dapat memanfaatkan sumber-sumber alam dan
manusiawi untuk kepentingan prooduksi dan mendistribusikan hasil-hasil produksi ini
untuk kepentingan konsumsi. Validitas sistem ekonomi dapat diuji dengan konsistensi
internalnya, kesesuaiannya dengan bebagai sistem yang mengatur aspek-aspek
kehidupan lainnya, dan kemungkinannya untuk berkembang dan tumbuh.

6
P3EI, Ekonomi Islam. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 13
7
Drs. Ahmad Izzan dan Syahri Tanjung, Refrensi Ekonomi Syariah. (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2006),
hal.32

10
Suatu sistem untuk mendukung ekonomi islam seharusnya diformulasikan
berdasarkan pandangan islam tentang kehidupan. Berbagai aksioma dan prinsip dalam
sistem seperti itu seharusnya ditentukan secara pasti dan proses fungsioonalisasinya
seharusnya dijelaskan agar dapat menunjukkan kemurnian dan aplikabiliasnya.
Namun demikian, perbedaan yang nyata seharusnya ditarik antara sistem ekonomi
islam dan setiap tatanan yang bersumber padanya. Dalam literatur Islam mengenai
ekonomi, sedikit perhatian sudah diberikan pada masalah ini, namun pembahasan
yang ada mengenai ekonomi islam masih terbatas pada latar belakang hukumnya saja
atau kadang-kadaang disertai dengan beberapa prinsip ekonomi islam. Kajian tentang
prinsip-prinsip ekonomi islam hanya sedikit menyinggung tentang sistem ekonomi.

Selain itu, suatu pembedaan harus ditarik antara bagian dari fiqh Islam yang
membahas hukum dagang (fiqh muamalah) dan ekonomi Islam. Bagian yang disebut
pertama menetapkan kerangka di bidang hukum untuk kepentingan bagian yang
disebut belakangan, sedangkan yang disebut kemudian mengkaji proses dan
penanggulangan kegiatan manusia yang berkaitan dengan produksi, distribusi dan
konsumsi dalam masyarakat muslim. Tidak adanya perbedaan antara fiqh muamalah
dan ekonomi Islam merupakan salah satu kesalahan konsep dalam literatur mengenai
ekonomi Islam, sehingga sering kali suatu teori ekonomi berubah menjadi pernyataan
kembali mengenai hukum Islam. Hal lain yang tidak menguntungkan dalam
pembahasan ekonomi Islam dengan fiqh muamalah dapat menyebabkan terpecah-
pecahnya dan kehilangan ketertarikan menyeluruhnya dengan teori ekonomi.

Kajian tentang sejarah sangat penting bagi ekonomi, karena sejarah


merupakan laboratorium umat manusia. Ekonomi sebagai salah satu ilmu sosial perlu
kembali pada sejarah agar dapat melaksanakan eksperimen-eksperimennya dan
menurunkan kecenderungan jangka jauh dalam berbagai ubahan ekonomiknya.
Sejarah memberikan dua aspek utama kepada ekonomi, yaitu sejarah pemikiran
ekonomi dan sejarah unit-unit ekonomi seperti individu-individu, badan-badan usaha
dan ilmu ekonomi.8

Berbicara tentang metodologi, artinya membahas konsep teoritis berbagai


metode yang terkait dalam suatu sistem pengetahuan. Dengan demikian, jika ekonomi
islam dipandang sebagai suatu sistem pengetahuan ekonomi, maka yang dimaksud

8
Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi. ( Jakarta: Prenamedia Group, 2010), hal. 37

11
dengan metodologi ekonomi islam adalah pembahasan konsep-konsep dasar aturann
ekonomi islam, yakni bagaimana tata aturan main ekonomi islam dikaji dan
diformulasikan.

Dari sisi metodologis, ekonomi Islam dapat dipahami sebagai hukum


muamalah yang bersumber dari wahyu (Al-Qur’an dan Al-Hadits) dan dikembangkan
melalui proses penalaran akal budi (ijtihad). Oleh karenanya, progresivitas dan
dinamisnya pengembangan ekonomi islam, sudah barang tentu sangat bergantung
pada intelektualisme para penganutnya, karena kemajuan Islam identik dengan
pembaharuan intelektualisme dan kemundurannya pun identik dengan “kekeringan”
intelektualisme mereka.

Bila dalam ekonomi Kapitalis terdapat afnemende abstractie, yaitu dari


keberagaman gejala-gejala maka satu persatu ditinggalkan hingga dicapai suatu yang
utuh. Beda dengan metodologi tersebut, ekonomi Islam memiliki metodologis yang
hanya bersandar pada nilai universal dan absolut yaitu; Al-Qur’an dan Al-Hadits,
meskipun dalam bentuk operasionalnya berupa ijtihad. Justru dengan ijtihad,
metodologi ekonomi islam memiliki kerangka hukum yang lentur (elastis) sehingga
sangat responsive terhadap gejala masyarakat yang berubah-ubah.

Sebagaimana ijtihad yang dilakukan oleh Monzer Kahf, mengenai teori


ekonominya, ia menggunakan dua macam pendekatan, yaitu; pendekatan deduksi dan
pendekatan retrospektif. Pertama, ijtihad dengan pendekatan deduksi. Pendekatan ini
dikembangkan oleh para ahli hukum islam (fuqaha) dan sangat dikenal di kalangan
mereka. Ia diaplikasikan terhadap ekonomi Islam modern untuk menampilkan prinsip-
prinsip sistem Islam dan kerangka hukumnya dengan berkonsultasi dengan sumber-
sumber Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Kedua, ijtihad dengan retrospktif yang
digunakan oleh banyak penulis muslim kontenporer yang merasakan tekanan
kemiskinan dan keterbelakangan di dunia islam dan berusaha mencari berbagai
pemecahan terhadap persoalan ekonomi umat islam dengan kembali pada Al-Qur’an
dan Sunnah untuk mencari dukungan atas pemecahan terhadap gejala-gejala tersebut
dan mengujinya dengan memperhatikan petunjuk Tuhan.9

C. PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM

9
Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Makro dan Mikro. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hal. 10

12
Prinsip ekonomi dalam Islam merupakan kaidah-kaidah pokok yang membangun
struktur atau kelangkaan ekonomi islam yang digali dari Al-Qur’an dan atau Sunnah.
Prinsip ekonomi ini berfungsi sebgai pedoman dasar bagi setiap individu dalam
memperilakukan ekonomi. Namun agar manusia bisa menuju falah, perilaku manusia
perlu diwarnai dengan spirit dan norma ekonomi Islam, yang tercermin dalam nilai-nilai
ekonomi Islam sebagaimana dijelaskan di depan. Keberadaan prinsip dan nilai ekonomi
Islam merupakan dua hal yang tidak dapat di pisahkan. Sebagai ilustrasi implementasi
nilai ekonomi Islam misalnya adanya penjaminan kehidupan yang layak terhadap
masyarakat fakir dan miskin. Namun, jika nilai ini diwujudkan melalui cara perampasan
harta dari orang kaya, maka tujuan ekonomi Islam justru tidak akan tercapai salah satu
contohnya adalah penerapan sistem penggajian dengan sama rata, tanpa
mempertimbangkan kebutuhan keluarga, tanggung jawab kerja, atau produktivitas yang
di hasilkan. Sistem seperti ini adalah suatu bentuk penerapan prinsip (kompensasi) tanpa
di warnai oleh nilai keadilan, sebab (kompensasi) tahap di warnai oleh nilai keadilan,
sebab kompensasi dilakukan dengan cara yang zalim.

Berikut prinsip-prinsip yang menjadi kaidah-kaidah pokok yang membangun struktur


atau kerangka ekonomi islam ada 11 yaitu :

a) Kerja (resource utilization)


Islam memerintahkan setiap manusia untuk bekerja sepanjang hidupnya. Islam
membagi waktu menjadi dua, yaitu beribadah dan bekerja mencari rizki.10
Dalam arti sempit, kerja adalah pemanfaatan atas pemilihan sumber daya
manusia. Secara umum kerja berarti pemanfaatan sumber daya bukan hanya
pemilikan semata.
b) Kompensasi (compensation)
Prinsip kompensasi merupakan konsekuensi dari implementasi prinsip kerja.
Setiap kerja berhak mendapatkan kompensasi atau imbalan.11 Islam
mengajarkan bahwa setiap pengelolaan atau pemanfaatan sumber daya berhak
untuk mendapatkan imbalan. Sebaliknya setiap bentuk pengrusakan sumber
daya atau tindakan yang merugikan orang lain harus mendapatkan sangsi atau
memberikan “tebusan”.
c) Efisiensi (efficiency)

10
Al-qur’an 9: 105, QS 62:10
11
Al-qur’an 46: 19

13
Efisiensi adalah prbandingan terbalik antars suatu kegiatan (pengelolaan
sumber daya) dengan hasilnya. Suatu kegiatan pengelolaan sumber daya
melibatkan lima unsur pokok, yaitu keahlian, tenaga, bahan, ruang, dan waktu,
sedangkan hasil terdiri dari aspek jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas).
d) Profesionalisme (professionalism)
Profesionalisme merupakan implikasi dari efisiensi profesional artinya
menyerahkan suatu urusan kepada ahlinya. Dengan kata lain, professional
berarti menyerahkan pengelolaan sumber daya kepada ahlinya sehingga
diperoleh output secara efisien.
e) Kecukupan (sufficiency)
Jaminan terhadap taraf hidup yang layak dapat memenuhi kebutuhan material
dan spiritual setiap individu, baik muslim atau non muslim merupakan salah
satu prinsip ekonomi islam. Kebnyakan ini tidak hanya diartikan kepada
tingkatan darurat dimana manusia tidak dapat hidup kecuali dengannya
ataupun bertahan hidup saja,12 tetapi juga kenyamanan hidup.
f) Pemerataan Kesempatan (equal opportunity)
Setiap individu baik laki-laki atau wanita muslim atau non muslim memiliki
kesempatan yang sma untuk memiliki meneglola sumber daya dan
menikmatinya sesuai dengan kemempuannya.13 Semua orang diperlakukan
sama dalam memperoleh kesempatan, tidak ada pembedaan antar individu
atau kelompok atau kelas dalam masyarakat.
g) Kebebasan (freedom)
Dalam pandangan Islam manusia memiliki kebebasan untuk mengambil
semua tindakan yang diperlukan untuk memperoleh ke mashlahan yang
tertinggi dari sumber daya yang ada pada kekuasaannya. Manusia diberi
kebebasan untuk memilih antara yang benar dan yang salah yang baik dan
yang buruk yang bermanfaat dan yang merusak.
h) Kerja sama (cooperation)
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial ia tidak bisa hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Meski beragam, manusia juga memiliki
beberapa tujuan yang sama dalam hidupnya, misalnya dalam mencapai

12
Al-qur’an 2: 173
13
Al-qur’an 11: 61

14
kesejahteraan manusia tidak dapat mencapai tujuannya secara sendirian atau
bahkan saling menjatuhkan satu sama lainnya.
i) Persaingan (competition)
Islam mendorong manusia untuk berlomba-lomba dalam hal ketaqwaan dan
kebaikan.14 Demikian pula dalam hal muamalah atau ekonomi, manusia di
dorong untuk saling berlomba dan bersaing, namun tidak saling merugikan.
j) Keseimbangan (equilibrium)
Keseimbangan hidup dalam ekonomi Islam dimaknai sebagai tidak adanya
kesenjangan dalam pemenuhan kebutuhan sebagai aspek kehidupan antara
aspek fisik dan mental, material dan spiritual, individu dan sosial, masa kini
dan masa depan serta dunia akhirat.15
k) Solidaritas (solidarity)
Solidaritas mengandung arti persaudaraan dan tolong menolong. Persaudaraan
merupakan dasar untuk menumpuk hubungan yang baik sesama anggota
masyarakat dalam segala aspek kehidupan termasuk ekonomi. Dengan
persaudaraan, hak-hak setiap masyarakat lebih terjamin dan terjaga.

D. KEISTIMEWAAN EKONOMI ISLAM

1) Ekonomi Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari konsep Islam
yang utuh dan menyeluruh.
2) Aktivitas ekonomi Islam maerupakan suatu bentuk ibadah.
3) Tatanan ekonomi Islam memiliki tujuan yang sangat mulia.
4) Ekonomi Islam merupakan sistem yang memiliki pengawasan melekat yang
berakar dari keimanan dan tanggung jawab kepada Allah (Muraqabatullah).
5) Ekonomi Islam merupakan sistem yang menyelaraskan antara maslahat
individu dan maslahat umum.

E. KARAKTERISTIK EKONOMI ISLAM

Ada beberapa karakteristik dalam ekonomi Islam, yang menjadi core ajaran
ekonomi Islam itu sendiri. Karakteristik tersebut sesuai dengan beberapa aspek dalam

14
Al-qur’an 5: 2, dilihat pula Hadis Bukhori Muslim riwayat Abu Daud dan Tirmidzi
15
Al-qur’an 67: 3-4, 36: 40

15
ekonomi Islam yang mencakup aspek normative-idealis-deduktif dan juga historis-
empiris-induktif. Adapun karakteristik ekonomi Islam antar lain :
1. Rabbaniyah Mashdar (bersumber dari Tuhan)
Ekonomi Islam (al-iqtishad al-Islami) merupakan ajaran yang bersumber dari
Allah. Pernyataan tersebut bisa di lacak di beberapa teks Al-Qur’an dan Hadis
yang muncul pada abad ke-6 Masehi. Walaupun dalam catatan sejarah
ekonomi Islam pernah ‘mati suri’, namun perlahan-lahan kajian tentang
ekonomi Islam mulai banyak diterima oleh masyarakat. Dan di Indonesia,
kajian tentang ekonomi Islam muncul pada sekitar 1990-an. Tujuan Allah
dalam memberikan “pengajaran” yang berkaitan dengan kegiatan berekonomi
umat-Nya adalah untuk memperkecil kesenjangan di antara masyarakat.
Sehingga umat-Nya bisa hidup dalam kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
2. Rabbaniyah al-Hadf (bertujuan untuk Tuhan)
Selain bersumber dari Allah, ekonomi Islam juga bertujuan kepada Allah.
Artinya, segala aktivitas ekonomi Islam merupakan suatu ibadah yang
diwujudkan dalam hubungan antarmanusia untuk membina hubungan dengan
Allah. Ibadah bukan hanya di wilayah masjid, musalla, langgar, dan surau.
Beribadah juga disyariatkan lewat kegiatan ekonomi , meliputi area pasar,
perkantoran, pasar modal, dan perbankan. Lebih dari itu, Islam mensyariatkan
umatnya agar selalu beraktivitas ekonomi sesuai dengan ketentuan Allah di
segala penjuru di muka Bumi ini, tidak menzalimi orang lain, dan bertujuan
memberikan kemaslahatan bagi semua manusia. Ketika seseorang beribadah
dengan baik tanpa mengimbangi perilaku ekonominya dengan berperilaku
baik pula, maka ibadahnya menjadi sesuatu yang cacat. Hal ini sesuai dengan
apa tertulis dalam surat al-Ankabut, ayat 45.
3. Al-Raqabah al-Mazdujah (mixing control/ control di dalam dan di luar)
Ekonomi Islam menyertakan pengawasan yang melekat bagi semua manusia
yang terlibat di dalamnya. Pengawasan dimulai dari masing-masing manusia,
karena manusia adalah leader (khalifah) bagi dirinya sendiri. Manusia
mempunyai jarring pengaman bagi dorongan-dorongan buruk yang keluar
dari jiwanya, ketika ia ingin berbuat ketidakadilan kepada orang lain.
Pengawasan selanjutnya yaitu dari luar, yang melibatkan institusi, lembaga,
atauoun seorang pengawas. Kaitannya dengan pengawasan dari luar, Islam

16
mengenalkan lembaga pengawasan pasar (hisbah) yang bertugas untuk
membenahi kerusakan dan kecurangan di dalam pasar.
4. Al-Jam’u bayna al-Tsabat wa al-Murunah (penggabungan antara yang tetap
dan yang lunak)
Ini terkait dengan hukum dalam ekonomi Islam. Islam mempersilahkan
umatnya untuk beraktivitas ekonomi sebebas-bebasnya, selama tidak
bertentangan dengan larangan yang sebagian besar berakibat pada adanya
kerugian orang lain. Berbagai macam keharaman dalam aktivitas
perekonomian secara Islam merupakan suatu kepastian, dan tidak bisa ditawar
lagi. Akan tetapi, banyak sekali hal-hal yang ‘lunak’ dan boleh dilakukan,
terlebih lagi boleh dieksplorasi dengan sebebas-bebasnya karena bertujuan
untuk merealisasikan kemaslahatan manusia.
5. Al-Tawazun bayna al-Mashlahah al-Fard wa al-Jama’ah (keseimbangan
antara kemaslahatan individu dan masyarakat)
Ekonomi Islam merupakan ekonomi yang menjunjung tinggi keseimbanagn di
antra kemaslahatan individu dan masyarakat. Segala aktivitas yang
diusahakan dalam ekonomi Islam bertujuan untuk membangun harmonisasi
kehidupan. Sehingga kesejahteraan masyarakat bisa tercapai. Akan tetapi
kesejahteraan masyarakat tidak akan bisa terealisasikan, sebelum tercapai
kesejahteraan masing-masing individu di dalam suatu golongan masyarakat.
Karena Allah tidak akan mengubah suatu masyarakat, sebelum individu dari
masyarakat tersebut mengubah keadaanya sendiri.
6. Al-Tawazun bayna al-Madiyah wa al-Rukhiyah (keseimbangan antara materi
dan spiritual)
Islam memotivasi manusia untuk bekerja dan mencari rezeki yang ada, dan
Islam tidak melarang umatnya dalam memanfaatkan rezzeki yang ada.
Rasulullah SAW pernah ditanya oleh sahabatnya, “Apakah bentuk
kesombongan itu seseorang yang berbaju bagus dan memakai sandal bagus?
Rasul membantahnya. Kemudian Rasul menandaskan, bahwa kesombongan
adalah penolakan terhadap kebenaran.” Makna dari Hadis ini adalah Islam
tidak melarang umatnya memakai pakaian bagus, sandal bagus, memiliki
rumah yang luas, dan kendaraan yang baik. Karena dalam Hadis lainnya
disebutkan, bahwa ada empat faktor kebahagiaan manusia di dunia, yaitu:
 Pasangan yang sholeh/sholehah
17
 Rumah yang luas
 Kendaraan yang baik
 Tetangga yang baik
Akan tetapi pemenuhan terhadap aspek materi haruslah selalu disesuaikan
dengan kebutuhan, dan dalam rangka untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ketika seseorang memenuhi kebutuhan materinya secara berlebih-lebihan,
maka hal itu sudah menyalahi ketentuan Allah. Seseorang yang berlebih-
lebihan akan kehilangan 'sensitivitasnya', dan akan memperlebar jurang
kesenjangannya dengan si miskin. Dan Allah menyandingkan seseorang yang
berperilaku mubazir dengan setan sebagai saudaranya.
7. Al-Waqi’iyah (realistis)
Ekonomi islam bersifat realistis, karena sistem yang ada sesuai dengan
kondisi real masyarakat. Ekonomi Islam mendorong tumbuhnya usaha kecil
dalam masyarakat yang pada akhirnya bisa mendongkrak pendapatan mereka.
Ekonomi Islam juga merupakan ekonomi yang sangat realistis, karena bisa
mengadopsi segala sistem yang ada, dengan catatan membuang aspek
keharaman di dalamnya. Salah satu alasan kenapa diharamkannya suatu
praktik dalam suatu sistem yang ada adalah untuk menghindari kerusakan di
antara manusia. Karena ajaran-ajaran tentang keharaman dalam ekonomi
Islam merupakan sebab yang berakibat pada kerugian orang lain.
8. Al-Alamiyyah (universal)
Ekonomi Islam mempunyai sistem yang sangat universal. Maka dari itu,
ajaran-ajarannya bisa dipraktikkan oleh siapa pun dan di mana pun ia berada.
Karena tujuan dari ekonomi Islam hanyalah satu, yaitu win-win solution yang
bisa dideteksi dengan tersebarnya kemaslahatan di antara manusia dan
meniadakan kerusakan di muka Bumi ini.

F. SUMBER HUKUM EKONOMI ISLAM


1. Hakikat hukum ekonomi
Pada hakikatnya hukum ekonomi menurut menurut Saligman dalam
karyanya pripciples of economics bersifat hipotetik”, semua hukum ekonomi
memuat isi anak kalimat bersyarat sebagai berikut “ semua hal yang
diasumsikan sama keadaannya ceteris paribus” artinya anggapan bahwa dari

18
seperangkat fakta-fakta tertentu akan menyusul kesimpukan tertentu jika tidak
terjadi perubahan pada faktor lain pada waktu yang bersamaan. Hal ini
berbeda dengan ilmu pengetahuan alam (eksak) yang bisa dilakukan
eksperimen tanpa perlu membuat suatu asumsi.
2. Sumber hukum ekonomi islam
Dalam islam metode dalam pengambilan hukum atas suatu
permasalahan ialah bermacam-macam. Dalam ekonomi islam sumber hukum
diambil dari al-quran, hadist, ijma’ dan qiyas.
a. Al-quran
Allah swt memerintahkan kita untuk berpegang teguh pada al-quran
yang mempunya kebenaran mutlak dan bersifat universal sebagai pedoman
hidup agar tidak tersesat. Pedoman ini bukan hanya masalah ibadah ritual
semata, namun berbagai aspek kehidupan kita sehari-hari.
Dalam perekonomian itu alangkah bahagia dan beruntungnya umat
islam jika setiap bentuk transaksi perkonomian mereka dengan petunjuk al-
quran. Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam perekonomian bisa
kita kaji dan temukan dalam al-quran dan bisa mnejelaskan apakah tindakan
tersebut diperbolehkan atau dilarang oleh syariat islam.
b. Hadis dan sunah
Hadis dan sunah hadir sebagai pelengkap terhadap diamana dalam
sunah mengkaji suatu permaslahan ekonomi yang bersifat umum dan tidak
terdapat dalam al-quran, hubungan as-sunah dengan al-quran adalah:1) tafsir
al-bayan dimana sunah menerang keterangan yang bersifat umum dala al-
quran. 2)bayan taqriri memperkuat pernyataan-pernyataan yaang ada dalam
al-quran. 3) bayan taudih menerangkan maksud dan tujuan suatu ayat dalam
al-quran.
c. Ijma’
Ijma’ sebagai sumber hukum ketiga memiliki perbedaan dengan sunah
dimana dalam sunah hanya terbatas pada ajaran nabi dan diperluas terhadap
sahabat-sahabatnya, adapun ijma’ adalah suatu pripsip hukum yang baru yang
timbul sebagai akibat perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Ijma
merupakan hasil konsensus dari para ulama dan yang ahli dalam bidangnya
sehingga ijma memiliki kesahihan dan diakui sebagai sumber hukum.
d. Qiyas dan ijtihad

19
Ijtihad menerangkan setiap usaha sidikit banyak kemungkinan suatu
permasalah syariat, pengaruh hukumnya bahwa pendapat yang diberikannya
mungkin benar dan bisa juga keliru. Maka ijtihad di sini mepercayai
penafsiran kembali. Pada masa kini pendapat pribadi adalah alat pokok ijtihad,
namun ketika asas hukum telah ditetapkan secara sistematik akan digantika
oleh qiyas. Peranan qiyas adalah memperluas hukum ayat terhadap
permasalahan yang tidak termasuk dalam bidang dan syarat-syaratnya.

G. BEBERAPA MAZHAB DALAM EKONOMI ISLAM


Beberapa mashab yang ada sepakat bahwa tujuan ekonomi islam bukan hanya
pemenuhan kebahagiaan duniawi saja, akan tetapi juga mengajarkan bagi kita tentang
bagaimana cara pememanfatan sumber daya alam yangbaik sehingga membawa kita
pada kebahagiaan di ahirat nanti. Namun dalam menjelaskan hakikat ekonomi islam
itu sendiri memiliki sudut pandang yang berbeda dari beberapa mazhab. Berikut
ulasan beberapa mazhab mengenai hakikat ekonoi islam.
1. Mazhab iqtishaduna
Dalam bukunya yang berjudul iqtishaduna, Mohammad Bhaqir al-Shadr
berpendapat bahwa ilmu ekonomi dan isla tidak dapat disatukan, karena dua hal
tersebut berangkat dari filosofi yang berbeda sehingga memiliki perbedaan pandangan
dalam maalah ekonomi. Ilmu ekonomi berpedapat bahwa munculnya permaslahan
ekonomi diakibatkan karena keinginan manusia yang tak terbatas sedangkan sumber
daya yang ada terbatas, hal ini bertentangan dengan islam bahwa seluruh alam dan
seisinya sudah disediakan oleh Allah swt untuk kebutuhan manusia dan sebagaimana
ukuran yang mereka membutuhkan. Permasalahan ekonomi muncul buakn karena alat
pemuasnya yang terbatas, melainkan sifat manusia yang serakah. Menurut mazhab ini
penamaan ekonomi harus dihapus karena bersifat menyesatkan dan sebagai
penawaran baru mereka menamakan dengan iqtishad (keadaan yang sama). Mereka
berusaha menggali teori-teori yang baru dan mengkilangkan ilmu ekonoi
konfensional.
2. Mazhab mainstream IDB
Mazhab ini tidak sependapat dengan apa yang dijabarkan oleh mazhab Baqir
Shadr. Mereka setuju dengan paham bahwa kebutuhan manusia yang tak terbatas
sedangkan alat pemuas kebutuhan terbatas. Teori yang dijabarkan mazhab Baqir
Shadr tentang equelibrium tidak selamanya tepat, ada kalanya tempat dan waktu akan

20
mungkin bisa menyebabkan kelangkaan bahkan seringkali terjadi. Keterbatasan
sumberdaya memang ada dan mungkin diakui oleh islam, hal tersebut dikuatkan
dalam QS al-Baqarah ayt 155.
Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan bahwa mazhab ini hampir tidak
beda dengan pandangan konvensional. Akan tetapi perbedaannya terletak pada cara
penyelesaiannya dimana untuk mengatasi kelangkaan yang diakibatkan kebutuhan
manusia yang tidak terbatas ialah dengan membuat skala peoritas dimana pemenuhan
keinginan yang paling mendesak diperhitungkan lebih utama. Dalam pandang
konvensional pilihan skala pioritas pemenuhan keinginan berdasarkan kehendak
pribadi masing-masing tampa mempertimbangkan tuntunan agama. Namun dalam
pandangan mazhab mainstream yang bertumpu pada syariat islam dalam mengambil
keputusan tersebut tidak serta berdasarkan kemauan saja. Prilaku manusia dalam
setiap aspek kehidupannya termasuk persoalan ekonoi selalu dipandu oleh Allah swt
lewat al-Quran dan as-Sunnah.
3. Mazhab alternatif kritis
Para pelopor mazhab ini mengkritik dari dua mazhab terdahulu mengenai
pandanga mereka terhadap ekonoi islam. pada azhab Baqir Shadr dikritik sebagai
yang berusaha mengangkat teori baru yang sebenarnya sudah ditemukan oleh orang
lain sebelumnya, dan juga berusaha meghancurkn teori lama dan mengantikan dengan
teori yang baru. Sedangkan pada mazhab ainstream mengkritik sebagai jiblakan dari
teori neoklasik dengan menghilangkan variable riba dan memasukan variable zakat
dan niat.
Sebagai suatu mazhab yang kritis mereka berpendapat bahwa dalam yang hal
kritik bukan hanya dilakukan pada kaum kapitalis dan sosialis, tetapi dalam ekonomi
islam itu sendiri harus dikritik karena belum tentu apa yang kemukakan pelopor islam
itu benar dikarenakan ekonomi islam adalah hasil penafsiran dari al-quran dan as-
sunah sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak dan harus diuji kembali.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekonomi islam adalah kumpulan dari dasar-dasar umum ekonomi yang diambil dari
Al-Qur’an dan Sunnah Rosulullah serta dari tatanan ekonomi yang dibangun di atas dasar-
dasar tersebut, sesuai dengan berbagai macam bi’ah (lingkungan) dan setiap zaman.

Pada definisi tersebut terdapat dua hal pokok yang menjadi landasan hukum sistem
ekonomi islam, yaitu; Al-Qur’an dan Sunnah Rosulullah. Hukum-hukum yang diambil dari
kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip adalah tetap (tidak dapat berubah
kapanpun dan dimana saja), namun pada praktiknya untuk hal-hal dan situasi serta kondisi
tertentu bisa saja berlaku luwes atau murunah dan ada pula yang bisa mengalami perubahan

Dari sisi metodologis, ekonomi Islam dapat dipahami sebagai hukum muamalah yang
bersumber dari wahyu (Al-Qur’an dan Al-Hadits) dan dikembangkan melalui proses
penalaran akal budi (ijtihad)

Prinsip ekonomi dalam Islam merupakan kaidah-kaidah pokok yang membangun


struktur atau kelangkaan ekonomi islam yang digali dari Al-Qur’an dan atau Sunnah. Prinsip
ekonomi ini berfungsi sebgai pedoman dasar bagi setiap individu dalam memperilakukan
ekonomi.

Ada beberapa karakteristik dalam ekonomi Islam, yang menjadi core ajaran ekonomi
Islam itu sendiri. Karakteristik tersebut sesuai dengan beberapa aspek dalam ekonomi Islam
yang mencakup aspek normative-idealis-deduktif dan juga historis-empiris-induktif

Hukum ekonomi Islam meliputi :

1. Hakikat hukum ekonomi

22
2. Sumber hukum ekonomi islam

Dan beberapa mazhab ekonomi islam meliputi :


1. Mazhab iqtishaduna
2. Mazhab mainstream IDB
3. Mazhab alternatif kritis

DAFTAR PUSTAKA

Rosyidi, Suuherman, 2009. Pengantar Teori Ekonomi, Rajawali Pers:Jakarta.

Aziz, Abdul. 2008. Ekonomi Islam Analisis Makro dan Mikro, Graha Ilmu: Yogyakarta.

P3EI.2014. Ekonomi Islam, Rajawali Pers:Jakarta.

Rokhim, Abdul.2013. Ekonomi Islam Perspektif Muhammad SAW. STAIN Pers: Jember.

Karim, Adiwarman Aswar. 2001. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontenporer. Gema Insani:
Jakarta.

Ahmad Izzan dan Syahri Tanjung. 2006. Refrensi Ekonomi Syari’ah. Remaja Rosdakarya:
Bandung.

Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia. 2010. Teori Mikroekonomi. Kencana: Jakarta..

Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi. 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Perspektif
Maqashid Syari’ah. Kencana: Jakarta.

Kahf, Monzer, 2000. Ekonomi Islam “telaah analitik terhadap fungsi sistem ekonomi
isalam”. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Apridar, 2010. Teori Ekonomi Sejarah dan Perkembangannya. Graha Ilmu: Yogyakarta

23

Anda mungkin juga menyukai