Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TAFSIR, TA’WIL, DAN TARJAMAH


Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester pada mata kuliah
studi Al-Qur’an

Dosen pembimbing:

Khoiriyah, M. Pd. I

Disusun oleh:

Ahmad Solehudin

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

(STAIM) PROBOLINGGO
JANUARI 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisi firman Allah SWT sebagai
petunjuk dan pedoman manusia, untuk itu dalam menafsirkan Al-Qur’an, seorang
mufasir dituntut menguasai beberapa cabang ilmu untuk dapat menafsirkan Al-
Qur’an sesuai kaidah tafsir islam, sesuai tuntunan Rasulullah Saw, para Sahabat,
Tabi’in serta para ulama yang mumpuni.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah
Pengertian secara etimologi kata tafsir dalam habasa Arab berarti al-idlah
(penjelasan) atau al-tabyin (keterangan).1 Ta’wil berasal dari kata “aul”. Kata
tersebut dapat berarti: (1) al-ruju’ (kembali), (2) al-sharf (memalingkan), (3)
al-siyasah (mensiasati).2 Tarjamah berarti menjelaskan suatu kalam dengan
menggunakan bahasa kalam itu sendiri (menterjemahkan).3
Sedangkan tafsir, ta’wil dan tarjamah secara terminologi, menurut beberapa
pendapat pakar ahli Al-Qur’an:
1. Pengertian Tafsir
a) Menurut Al-Shabuniy yang dikutip oleh Acep Hermawan, bahwa tafsir
ialah ilmu yang membahas tentang Al-Qur’an dari segi pengertiannya
terhadap maksud Allah sesuai dengan kemampuan manusia.4
b) Menurut Az-Zarkasyi yang dikutip oleh Hasbi Ash-Shiddieqy,
menjelaskan bahwa tafsir ialah menerangkan makna Al-Qur’an dan
mengeluarkan hukum-hukumnya serta hikmah-hikmahnya.5
Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa tafsir adalah ilmu yang
menerangkan makna Al-Qur’an dan mengeluarkan hukum-hukumnya serta
hikmah-hikmahnya dengan kemampuan manusia.
2. Pengertian Ta’wil
a) Menurut Al-Suyuthi yang dikutip oleh Acep Hermawan, bahwa ta’wil
ialah mengalihkan makna sebuah lafadz ayat ke makna lain yang lebih
sesuai karena alasan yang dapat diterima oleh akal.6

1
Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Penerbit Tepas, 2009), hlm. 311.
2
Ibid., hlm. 317.
3
Ibid., hlm. 320.
4
Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 113.
5
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1980), hlm. 192.
6
Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, hlm. 113.

2
b) Menurut Said Al Jurjany yang dikutip oleh Hasbi Ash-Shiddieqy, bahwa
ta’wil ialah memalingkan ayat dari makna yang dhahir kepada sesuatu
makna yang dapat diterima olehnya.7
Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa ta’wil adalah mengalihkan
makna sebuah ayat dari makna dhahirnya yang dapat diterima oleh akal.
3. Kata tarjamah berasal dari bahasa Arab, “tarjama” yang berarti menafsirkan
dengan bahasa lain, kemudian kemasukan ta’ marbutah menjadi al-
tarjamatun yang artinya pemindahan atau penyalinan dari suatu bahasa ke
bahasa lain.8 Jadi tarjamah adalah memindahkan lafal dari suatu bahasa ke
bahasa lain, tanpa dikaitkan dengan susunan kata-kata yag asli.9 Dalam hal
ini, memindahkan lafadz ayat-ayat Al-Qur’an yang berbahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia.
Adapun tarjamah terbagi dua macam, yaitu:
a) Tarjamah harfiyyah adalah menerjemahkan Al-Qur’an dengan lafal,
mufradat (kosa kata), jumlah maupun tarkibnya, sebagai dasar
penerjemahannya ke dalam bahasa Inggris, Spanyol, Perancis dan lain-
lain.
b) Tarjamah tafsiriyyah adalah menerjemahkan makna ayat-ayat Al-
Karimah, dimana seseorang tidak terikat oleh lafalnya. Penerjemahan
berpegang pada bahasa asli, lalu dituangkan ke dalam bahasa lain
dengan tetap mempunyai makna yang sama, tanpa membebani diri
bertele-tele dalam pembahasan setiap suku kata atau setiap lafalnya.10
B. Persamaan dan perbedaan tafsir, ta’wil dan tarjamah.
1. Persamaan tafsir, ta’wil dan tarjamah
a) Sebagai sarana untuk memahami Al-Qur’an.
b) Menerangkan makna dalam ayat-ayat Al-Qur’an.11

7
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, hlm. 195.
8
Rosihin Anwar, Ulumul Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 130.
9
Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), hlm.
153.
10
M. Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, (Jakarta: Pustaka Amani, 2001),
hlm. 333-334.
11
Hasil Diskusi Kelompok, Buku: ‘Ulumul Qur’an dan Hermeneutika & Tafsir Al-Qur’an.

3
2. Perbedaan tafsir, ta’wil dan tarjamah
a) Tafsir menerangkan maksud yang ada pada suatu lafadz yang
menghilangkan kesamaran arti pada lafadz tersebut.
b) Ta’wil menerangkan maksud yang ada pada makna yang tidak
ditunjukkannya secara zhohir, tetapi dikandung oleh lafadz tersebut
berdasarkan dalil yang mendukungnya.12
c) Tarjamah berarti memindahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa selain
bahasa Arab.13
C. Klasifikasi Tafsir Bil Ma’tsur dan Bil Ro’yi
Berdasarkan sumber penafsirannya, tafsir terbagi dalam dua bagian: Tafsir
bi Al-Ma’tsur dan Tafsir bi Ra’yi.
1. Tafsir bi Al-Ma’tsur adalah penafsiran yang menggunakan ayat dengan ayat
Al-Qur’an yang lain, ayat dengan keterangan Rasul Saw, dan ayat dengan
keterangan sahabat-sahabat Nabi Saw.14 Contoh kitabnya yaitu: Jami’ al-
Bayan karya Ibnu Jarir al-Thabariy (w.3 10H.).15 Adapun Tafsir bi al-
Ma’tsur terdiri dari:
a) Penafsiran ayat dengan ayat Al-Qur’an yang lain, seperti penafsiran kata
ِ ‫ )والسماء ِو ال ّط ِار‬pada ayat pertama dari surah ath-Thariq
ath-Thariq (ِ‫ق‬
dengan an-Najm ats-Tsaqib (‫ )النّجْ ُم ِالثّاقب‬atau bintang yang cahayanya
menembus (kegelapan).
b) Penafsiran ayat dengan keterangan Rasul Saw. Misalnya, Qs. al-An’am
[6]: 82.
َ ُ‫ظ ْل ٍمِأُولَئِكَ ِلَ ُه ُِمِاْأل َ ْمن‬
َِ‫ِوهُمِ ُّم ْهتَدُون‬ ُِ ِ‫سواِْإِيْمنَ ُه ْمِب‬
ُ ِ‫واِوِلَ ْمِيَ ْلب‬
َ ُ‫الّذينَ ِ َءا َمن‬
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan
iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.”

12
Adian Husaini, Hermeneutika dan Tafsir Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2007), hlm.
47.
13
M. Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, hlm. 333.
14
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), hlm. 349-351.
15
Usman, Ulumul Qur’an, hlm. 350.

4
Rasul Saw menafsirkan bahwa kata zulum ialah penganiayaan di sini
adalah kemusyrikan, sejalan dengan firman Allah:
ِ‫ظ ْل ٌمِعظي ُم‬
ُ َ‫إنّ ِالشّركِل‬
Artinya: “Sesungguhnya syirik terhadap Allah adalah kezaliman yang
besar.” Qs. Luqman [31]: 13
c) Penafsiran ayat dengan keterangan sahabat-sahabat Nabi Saw.
Misalnya, pemahaman sahabat Nabi, Sayyidina Umar atau Ibn Abbas
ra. tentang makna surah an-Nashr, bahwa surat itu adalah isyarat tentang
telah mendekatnya ajal Nabi Saw.
d) Penafsiran ayat dengan keterangan para Tabi’in. Menurut Ali al-
Shabuniy sebagaimana yang dikutip oleh Usman, sebagian dari para
ulama menganggap bahwa aqwal al-tabi’in dalam menafsirkan al-
Qur’an termasuk kepada tafsir bi al-ma’tsur karena mereka bertemu
dengan para ahabat Nabi Saw. Namun sebagian dari mereka
menyatakan, bahwa penafsiran para tabi’in termasuk kategori tafsir bi
al-ra’yi, sama halnya dengan hasil penafsiran mufassir lainnya, di mana
mereka lebih banyak menafsirkan Al-Qur’an dengan menitik beratkan
sesuai dengan kaidah bahasa Arab.16
2. Tafsir bi Ra’yi adalah penafsiran yang menggunakan rasio atau akal sebagai
sumber penafsirannya. Contoh kitabnya yaitu: Mafatih Al-Ghaib, karangan
Fakhr Al-Din Al-Razi (w. 606 H) dan Al-Bahr Al-Muhith, karangan Abu
Hayan Al-Andalusi Al-Gharnathi (w. 754 H).17
Adapun tafsir bi Ra’yi terbagi dalam dua bagian,18 yaitu:
a) Tafsir Mahmud (Terpuji) adalah tafsir yang sesuai dengan tujuan syara’,
sejalan dengan kaidah-kaidah bahasa Arab serta berpegang pada uslub-
uslub-nya dalam memahami teks Al-Qur’an.
b) Tafsir Mazmum (Tercela) adalah tafsir yang dilakukan menurut
sekehendak hatinya tanpa mengetahui dasar-dasar bahasa dan syariat.

16
Ibid., hlm. 349.
17
Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, hlm. 115.
18
Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Ilmu Al-Qur’an, (Bandung: CV Pustaka Setia,
1991), hlm. 260-261.

5
D. Metode Penafsiran Al-Qur’an
Menurut Al-Farmawi sebagaimana yang dikutip oleh Budihardjo
berpendapat bahwa metode penafsiran ada empat macam,19 yaitu:
A. Metode Tahlili (metode analisis) adalah metode tafsir yang menjelaskan
ayat-ayat Al-Qur’an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksud-
maksud secara terperinci sesuai urutan ayat dan surat Al-Qur’an mushaf
‘Utsmani. Contoh kitabnya: Tafsir Al-Qur’an Al-‘adzim karya Ibnu Katsir
dan Tafsir Al-Munir karya Syaikh Nawawiy Al-Bantaniy.
Kelebihanya, yaitu: Mengemukakan arti kosa kata yang diikuti
dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Sedangkan kekurangannya
yaitu: terkesan adanya penafsiran yang berulang-ulang.20
B. Metode Ijmali (metode global) adalah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an,
ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutannya dengan
ringkas, singkat dan global, mudah dimengerti, tanpa uraian panjang lebar.
Contoh kitabnya, yaitu: Tafsir Al-Jalalain, karya Jalaluddiin Al-Suyuthiy
dan Jalaluddin Al-Mahalli, At-Tafsir Al-Muyassar, karya Syeikh Abdul Jalil
Isa.
Kelebihannya, yaitu: Uraian tafsirnya tidak jauh dari konteks Al-
Qur’an dan cara penyajiannya indah. Sedangkan kekurangannya, yaitu:
tidak mampu mengantarkan pembaca untuk mendialogkan al-Quran dengan
permasalahan sosial maupun keilmuan yang aktual dan problematis.21
C. Metode Muqaran (metode perbandingan) adalah suatu metode tafsir Al-
Qur’an dengan cara membandingkan ayat dengan ayat yang lain, atau
membandingkan ayat dengan hadits yang tampak bertentangan serta
membandingkan pendapat-pendapat mufassir dengan mufassir lainya
terhadap ayat yang sama. Contoh kitabnya, yaitu: Durrah at-Tanzil wa
Ghurrah at-Tanwil, karya al-Iskafi

19
Budihardjo, Pembahasan Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Yogyakarta: Lokus, 2012), hlm.131.
20
Ibid., hlm. 132.
21
Ibid., hlm. 145-146.

6
Kelebihannya yaitu: kita dapat mengetahui berbagai pendapat tentang
suatu ayat. Sedangkan kekurangannya yaitu: penafsiran yang menggunakan
metode ini, tidak dapat diberikan kepada para pemula. 22
D. Metode Maudhu’i (metode tematik) adalah menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an dengan cara menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai
maksud yang sama dalam arti sama-sama membicarakan satu topik dan
menyusun berdasar kronologi dan sebab turunya ayat-ayat tersebut.23
Contoh kitabnya, yaitu: Al-Insan fi Al-Qur’an dan Al-Mar’ah fi Al-Qur’an,
karya Abbas Mahmud Al-‘Aqqad, Ar-Riba fi Al-Qur’an, karya Abu Al-A’la
Al-Maududi.24
Kelebihannya, yaitu: Dapat menjawab anggapan adanya ayat-ayat
yang bertentangan dalam Al-Qur’an. Sedangkan kekurangannya, yaitu:
Hanya terbatas pada satu masalah yang ditetapkan sehingga masalah yang
lain dalam ayat yang sama tidak di singgung.25

BAB III
PENUTUP

22
Ibid., hlm. 146.
23
Ibid., hlm. 146-147.
24
Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, hlm. 119.
25
Budihardjo, Pembahasan Ilmu-ilmu Al-Qur’an, hlm. 152-154.

7
A. Kesimpulan
Tafsir berarti ilmu untuk mengetahui kitab Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Saw. Ta’wil berarti mengembalikan makna kata atau kalimat
ke arah yang bukan arah makna harfiahnya yang dikenal secara umum
sedangkan Tarjamah berarti memindahkan lafal dari suatu bahasa ke bahasa
lain, tanpa dikaitkan dengan susunan kata-kata yang asli. Bahwa ketiga
pengertian tersebut menerangkan isi kandungan dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
Berdasarkan sumber penafsiran tafsir terbagi dalam dua bagian yaitu tafsir
bil ma’tsur dan tafsir bil ro’yi. Dan dalam metode penafsiran terdapat empat
metode yaitu: (1) Tahlili; (2) Ijmali; (3) Muqaran; dan (4) Mauhu’i.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihin. Ulumul Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia. 2008.

8
Ash-Shaabuuniy, Muhammad Ali. Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis. Jakarta:
Pustaka Amani. 2001.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir. Jakarta:
Bulan Bintang. 1980.
Budihardjo. Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Yogyakarta: Lokus. 2012.
Hermawan, Acep. ‘Ulumul Qur’an. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2013.
Husaini, Adian & Abdurrahman. Hermaneutiak & Tafsir Al-Qur’an. Depok: Gema
Insani. 2007.
Quthan, Mana’ul. Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an. Terjemahan Halimuddin. Jakarta:
PT Rineka Cipta. 1995.
Shihab, Quraish. Kaidah Tafsir. Tangerang: Lentera Hati. 2013.
Usman, Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Penerbit Tepas. 2009.

Anda mungkin juga menyukai