BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
telah menetapkan kebijakan kriteria minimal sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam bentuk standar nasional pendidikan
(SNP). Kebijakan SNP tersebut bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat. Sedangkan fungsinya sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu.
Standar Nasional Pendidikan dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan
satuan pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan
pendidikan yang bermutu. Selain itu, SNP juga dimaksudkan sebagai perangkat untuk
mendorong terwujudnya transparansi dan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan
sistem pendidikan nasional. Ruang lingkup SNP meliputi 8 (delapan) standar yaitu
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan.
Sejalan dengan pemberlakuan SNP, maka Pemerintah memetakan sekolah berdasarkan
tingkat pemenuhan SNP yaitu sekolah yang sudah atau hampir memenuhi SNP dan
sekolah yang belum memenuhi SNP. Terkait dengan pemetaan tersebut, Pemerintah
mengkategorikan sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi SNP ke dalam
kategori mandiri, dan sekolah yang belum memenuhi SNP kedalam kategori standar.
Berbagai upaya ditempuh agar alokasi sumberdaya Pemerintah dan Pemerintah Daerah
diprioritaskan untuk membantu sekolah yang masih dalam kategori standar untuk bisa
meningkatkan diri menuju kategori mandiri.
Masih berkaitan dengan kebijakan SNP, pada penjelasan pasal 91 ayat (1) PP No. 19
Tahun 2005 disebutkan bahwa dalam rangka lebih mendorong penjaminan mutu ke arah
pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, pemerintah dan pemerintah
daerah memberikan perhatian khusus pada penjaminan mutu satuan pendidikan tertentu
yang berbasis keunggulan lokal. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) adalah
pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa,
teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat
bagi pengembangan kompetensi peserta didik. Satuan pendidikan dapat memasukan
PBKL dalam kurikulum yang pelaksanaannya dapat merupakan bagian dari semua mata
pelajaran dan dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal. Disamping itu peserta didik
dapat memperoleh PBKL dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang
sudah memperoleh akreditasi.
Kebutuhan dan kecepatan penguasaan dan penerapan IPTEK dalam rangka menghadapi
tuntutan global semakin meningkatkan peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. TIK semakin
Pengalaman dalam pelaksanaan rintisan SKM, PBKL, dan PSB menunjukkan bahwa suatu
kebijakan pendidikan ternyata tidak langsung dapat diimplementasikan oleh institusi
pelaksana kebijakan seperti Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota dan sekolah. Substansi kebijakan pada umumnya dengan mudah dapat dimengerti
dan dipahami, namun pengetahuan dan pengalaman untuk melaksanakan kebijakan
tersebut masih terbatas karena berbagai alasan, seperti kesiapan pelaksana, acuan yang
belum operasional, pendanaan dan lain-lain. Akibat ketidaksiapan ini kebijakan tersebut
belum dapat dilaksanakan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Masih diperlukan contoh
bentuk nyata suatu kebijakan seperti halnya wujud SKM, PBKL dan PSB. Menjembatani
kondisi di atas dengan berdasar pengalaman rintisan 3 tahun program SKM, PBKL dan PSB
maka implementasi pencapaian SNP perlu dikoordinasikan secara bersama-sama antara
Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dan sekolah melalui
program rintisan dan bimbingan teknis.
Program rintisan SKM, PBKL dan PSB secara operasional telah mampu menggerakkan dan
menyadarkan semua pihak terkait untuk mulai melaksanakan upaya pemenuhan SNP
sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Oleh karena itu Dit. Pembinaan SMA memandang perlu untuk
mengkonsolidasikan program-program tersebut menjadi program komprehensif dalam
satu satuan pendidikan dalam bentuk SMA Model SKM-PBKL-PSB.
B. LANDASAN HUKUM
18. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/
Madrasah
19. Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah
20. Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah
21. Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Konselor Sekolah/
Madrasah
22. Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang Beban Kerja Guru
23. Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan
24. Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia
Tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB
25. Rencana Strategis Kemendiknas Tahun 2010-2014
C. LANDASAN OPERASIONAL
Landasan operasional pelaksanaan program SMA Model SKM-PBKL-PSB sebagai berikut :
3. Pelaksanaan PBKL (Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal) (UU No. 20 Tahun 2003,
PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 14, PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan) :
e. Pengembangan pusat sumber belajar berbasis TIK pada pendidikan dasar dan
menengah (Renstra Kemendiknas 2010-2014, 4.2.7 Penguatan dan perluasan
pemanfaatan TIK di bidang pendidikan, butir d)
6. Tugas dan fungsi Direktorat Pembinaan SMA (Permendiknas Nomor 14 Tahun 2005,
Pasal 65 dan 66) :
a. Tugas : Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi di bidang pembinaan sekolah
menengah atas
b. Fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pembinaan sekolah
menengah atas
2) Penyiapan perumusan standar, kriteria, pedoman, dan prosedur di bidang
pembinaan sekolah menengah atas
3) Pemberian bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi di bidang pembinaan
sekolah menengah atas
7. Peran pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengelolaan pendidikan (PP No.
19 Tahun 2005, Pasal 50, butir 2, 4 dan 5) :
a. Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan
untuk menjamin mutu pendidikan nasional
b. Pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan
pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas
penyelenggaraan pendidikan lintas daerah kabupaten/kota untuk tingkat
pendidikan dasar dan menengah
c. Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan
menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal.
D. LANDASAN EMPIRIS
1. Program RSKM/RSSN SMA telah dilakukan sejak tahun 2007, dimulai dengan
membina sebanyak 441 SMA yang tersebar di 32 provinsi di 286 kabupaten/kota,
dan Tahun 2008 diperluas menjadi 2.465 SMA yang tersebar di 317 Kabupaten/Kota
di 33 Provinsi. Selanjutnya pada tahun 2009 diperluas kembali menjadi 3.252 SMA
yang tersebar di 483 kabupaten/kota di 33 provinsi. Bentuk pembinaan yang telah
diberikan kepada SMA RSKM/RSSN meliputi (a) penyiapan dokumen/perangkat
pendukung, (b) asistensi dan sinkronisasi program sekolah, (c) bantuan dana block
grant, (d) peningkatan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan dalam
pengembangan bahan ajar dan bahan ujian berbasis TIK serta bimtek KTSP, (e)
supervisi dan evaluasi.
Bentuk bantuan dan pembinaan yang telah diberikan meliputi : (a) penyiapan
dokumen/perangkat pendukung, (b) asistensi dan sinkronisasi program pencapaian
SNP dan PBKL, (c) bantuan dana block grant, (d) peningkatan kompetensi guru
dalam pengembangan bahan ajar dan bahan ujian berbasis TIK, dan (e) supervisi
dan evaluasi. RPBKL telah dilaksanakan sejak Tahun 2007 di 100 SMA yang tersebar
di 33 provinsi dan 90 kabupaten/kota, dan tetap dalam jumlah yang sama sampai
Tahun 2009.
Program bimtek pelaksanaan KTSP di SMA telah dilaksanakan sejak tahun 2006.
Sampai dengan tahun 2009 pelaksanaan bimtek telah menjangkau 7.467 sekolah,
dengan melibatkan 58.812 orang guru, kepala sekolah dan pengawas, serta unsur
Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota. Bimtek KTSP dilaksanakan secara
berjenjang dan bertahap, mulai dari penyiapan rancangan program, bahan/materi
dan strategi pelaksanaannya, sampai dengan bimtek di tingkat sekolah, dan
supervisi keterlaksanaan KTSP di sejumlah sekolah.
SKM/SSN
Kebijakan
(Seluruh SMA)
Penenuhan 8 SNP
Rintisan
(SKM SMA) Model
(3 Thn)
Pemetaan
RSKM
RPSB
E. TUJUAN
G. SASARAN
Mempertimbangkan luas wilayah dan sebaran SMA maka program SMA Model SKM-PBKL-
PSB dimulai di 132 SMA yang tersebar di 33 provinsi dan akan dikembangkan secara
bertahap di sejumlah kabupaten/kota.
BAB II
PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK
MODEL SKM-PBKL-PSB
A. PENGERTIAN
Model merupakan SMA yang dinilai mempunyai potensi dan kemampuan sebagai
prototype Sekolah Kategori Mandiri yang menyelenggarakan PBKL dan memanfaatkan TIK
dalam pembelajaran dan manajemen sekolah. Pengintegrasian PBKL pada SMA Model
tersebut merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan dan menunjukkan model
penyelenggaraan PBKL. Sedangkan pemanfaatan TIK di sekolah dalam bentuk Pusat
Sumber Belajar (PSB) merupakan model TIK untuk pembelajaran dan manajemen
sekolah. Keterkaitan 8 SNP, PBKL dan PSB dalam pengertian SMA Model SKM-PBKL-PSB
dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini.
Standar
Penilaian
Standar
Standar
Kompetensi
Isi
Lulusan
Pusat
PBKL Sumber
Belajar
Standar
Proses
Standar
Standar Standar Standar
Pendidik dan
Pembiayaan Sarpras Pengelolaan
Tendik
Keberadaan SMA Model SKM-PBKL-PSB sangat diperlukan sebagai bagian dari upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan di SMA melalui pemenuhan standar minimal pendidikan.
Oleh karena itu dalam pelaksanaanya SMA Model SKM-PBKL-PSB harus mendapat
dukungan internal sekolah dan menggali dukungan dari pemangku kepentingan lainnya.
B. KARAKTERISTIK
Karakteristik adalah ciri atau tanda yang menjadi pembeda satu dengan lainnya. Pada
naskah ini yang dimaksud karakteristik adalah ciri atau tanda suatu SMA disebut sebagai
SMA Model SKM-PBKL-PSB untuk membedakan dengan istilah/model/program SMA
lainnya. Berdasarkan pengertian di atas, maka karakteristik dari SMA Model SKM-PBKL-
PSB adalah :
1. Memenuhi atau hampir memenuhi 8 (delapan) standar nasional pendidikan yaitu
Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan
2. Melaksanakan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)
Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah pendidikan yang memanfaatkan
keunggulan lokal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi peserta didik (panduan pengembangan KTSP, BSNP). Sedangkan Dit.
Pembinaan SMA mengoperasionalkan konsep PBKL adalah pendidikan yang
diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan daerah dengan memanfaatkan berbagai
sumber seperti sumberdaya alam, sumberdaya manusia, geografis, budaya, historis
dan potensi daerah lainnya yang bermanfaat dalam proses pengembangan
kompetensi sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik.
3. Memanfaatkan dan mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
proses pembelajaran dan manajemen administrasi sekolah.
Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran di SMA dikembangkan salah satunya melalui
konsep Pusat Sumber Belajar. sistem pengelolaan yang terorganisir di sekolah
untuk menyusun, mengembangkan, dan menyediakan sumber belajar untuk
mendukung proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
4. Menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) sesuai dengan panduan yang diterbitkan
oleh BSNP (sambil menunggu dikeluarkannya ketentuan pelaksanaannya, maka
belum dibahas secara khusus dalam naskah ini)
C. PROFIL
Kata profil berasal dari bahasa Italia profilo dan profilare, yang berarti gambaran garis
besar atau kerangka. Pada naskah ini yang dimaksud dengan profil SMA Model SKM-PBKL-
PSB adalah pernyataan secara garis besar dalam bentuk persyaratan/kondisi yang
menggambarkan wujud SMA Model SKM-PBKL-PSB yang dituangkan dalam bentuk
komponen, aspek dan indikator. Profil SMA Model SKM-PBKL-PSB disusun mengacu pada
Permendiknas yang mengatur 8 (delapan) SNP yang memuat 8 (delapan) SNP. Berikut
adalah profil SMA Model SKM-PBKL-PSB secara umum, sedangkan profil secara rinci pada
Lampiran 1.
1. Standar Isi
a. Memiliki dokumen KTSP yang didukung dengan dokumen hasil analisis kontek
dan dokumen hasil analisis keunggulan lokal.
b. Dokumen KTSP telah dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah dengan
pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh Dinas Pendidikan
Provinsi
3. Standar Proses
a. Melakukan dokumen perencanaan proses pembelajaran berupa silabus, RPP
dan bahan ajar yang disusun sesuai ketentuan dan telah mengintegrasikan
PBKL dan TIK
b. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan persyaratan rombongan
belajar (32 peserta didik), beban kerja minimal guru (24 jam tatap muka/
minggu), buku teks pelajaran, pengelolaan kelas,
c. Melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP dengan menerapkan
pendekatan tatap muka, kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur dengan memanfaatkan perpustakaan dan TIK
d. Melaksanakan pembelajaran PBKL yang terintegrasi dalam mata pelajaran
yang relevan/mulok/keterampilan
e. Melaksanakan dan melaporkan pengawasan proses pembelajaran dalam
bentuk pemantauan pembelajaran, supervisi pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran
6. Standar Pengelolaan
a. Memiliki dokumen perencanaan program berupa Rencana Kerja Jangka
Menengah (RKJM) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKA-S) yang
dikembangkan berdasarkan visi, misi dan tujuan sekolah
b. Memiliki pedoman-pedoman (KTSP; kalender pendidikan/akademik; struktur
organisasi sekolah; pembagian tugas di antara guru; pembagian tugas di
antara tenaga kependidikan; peraturan akademik; tata tertib sekolah; kode
etik sekolah; biaya operasional sekolah) yang berfungsi sebagai petunjuk
pelaksanaan operasional dan struktur organisasi sekolah yang diuraikan secara
jelas dan transparan
BAB III
STRATEGI IMPLEMENTASI
Pelaksanaan program SMA Model SKM-PBKL-PSB dilakukan secara terpadu, sitematis dan
berkelanjutan dengan melibatkan unsur Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi,
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Sekolah dan pemangku kepentingan lainnya sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. SKM, PBKL, dan PSB merupakan satu
kesatuan program yang akan dicapai secara bersamaan oleh SMA Model SKM-PBKL-PSB.
SKM merupakan kategori memenuhi/hampir memenuhi SNP yang harus dicapai oleh
semua SMA dan merupakan induk dari program ini, sedangkan PBKL merupakan upaya
pemerintah untuk memberikan pembekalan pengetahuan/keterampilan dan PSB
merupakan tuntutan global dalam rangka mendapatkan sumber belajar yang bervariasi
dan mewujudkan pembelajaran berbasis TIK. Agar seluruh program dan kegiatan dapat
terlaksana secara efektif perlu adanya upaya dan aktivitas di sekolah yang dilakukan
secara sistematis dan berkelanjutan. Berikut ini acuan umum dalam pemenuhan SNP,
PBKL dan PSB yang harus dilakukan SMA Model SKM-PBKL-PSB mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan supervisi dan evaluasi :
Mempelajari Penguasaan
Permendiknas dan Memahami Substansi Strateg.
8 SNP Dokumen SNP Implement. 8 SNP
1. Perencanaan
b. Analisis Konteks
SMA Model SKM-PBKL-PSB meruapakan SMA program rintisan SKM, PBKL dan
PSB Tahun sebelumnya sehingga data identifikasi kondisi awal sekolah dapat
menggunakan data dan informasi hasil supervisi dan evaluasi RSKM/RSSN
tahun 2009 yang dilakukan Dit. Pembinaan SMA. Sedangkan bagi SMA yang
belum dilakukan supervisi dan evaluasi maka data identifikasi kondisi awal
menggunakan hasil verifikasi calon SMA Model SKM-PBKL-PSB tahun 2010 yang
dilakukan oleh Dit. Pembinaan bersama-sama Dinas Pendidikan Provinsi dan
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Mengacu pada hasil analisis kondisi dan penetapan skala prioritas, sekolah
menyusun atau menyempurnakan rencana kerja sekolah berupa Rencana
Kerja Jangka Menengah (RKJM) empat Tahunan dan Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKA-S) satu Tahunan. RKJM dan RKA-S memuat kegiatan-
kegiatan pemenuhan 8 SNP termasuk didalamnya pemenuhan PBKL dan PSB
sebagaimana skala prioritas yang telah ditetapkan dengan
mempertimbangkan sasaran per standar sebagai berikut :
Standar Isi merupakan salah satu acuan utama bagi satuan pendidikan
dalam mengembangkan kurikulum yang selanjutnya disebut Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Terkait dengan fungsi kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran maka substansi kurikulum SMA Model SKM-PBKL-
PSB harus menggambarkan seluruh program yang diselenggarakan oleh
sekolah termasuk PBKL dan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dan
menajemen sekolah yang diprioritaslan pada pembelajaran. KTSP yang
sudah dimiliki sekolah perlu dikembangkan lagi dengan memasukkan
unsur PBKL dan TIK untuk pembelajaran dan manajemen sekolah.
SKL terdiri atas SKL satuan pendidikan, SKL kelompok mata pelajaran,
dan SKL mata pelajaran, selain merupakan salah satu acuan utama
2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 16-40
Konsep dan Strategi Implementasi Program SMA Model SKM-PBKL-PSB
3) Standar Proses
Dalam standar proses dijelaskan bahwa salah satu aspek yang perlu
diperhartikan dam merancang dan melaksanakan pembelajaran antara
lain adalah bakat, potensi, latar belakang budaya, norma, nilai, dan
atau lingkungan peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendekatan
pembelajaran pendidikan berbasis keunggulan lokal. Dengan demikian
program PBKL harus terintegrasi sebagai satu kesatuan dalam proses
pembelajaran pada SMA Model SKM-PBKL-PSB. Di samping itu untuk
membantu siswa dalam meningkatkan intelektual, kreatifitas dan
membangkitkan minat, motivasi belajar, dan sekaligus meningkatkan
efektifitas pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan TIK.
Konsekuensinya maka SMA Model SKM-PBKL-PSB harus melakukan
pengembangan terhadap silabus, RPP, bahan ajar dan pelaksanaan
pembelajaran dengan mengintegrasikan PBKL dan TIK untuk
pembelajaran.
e. Pelaksanaan kegiatan
1). Supervisi dan evaluasi dilaksanakan oleh internal dan eksternal sekolah
sebagai pengendalian proses dan penilaian hasil pelaksanaan kegiatan
sekolah
2). Supervisi internal dilakukan terhadap pengelolaan akademik secara
teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah sedangkan supervisi
eksternal dilakukan oleh pengawas.
3). Evaluasi internal dilakukan dalam bentuk :
a). Evaluasi diri terhadap kinerja sekolah untuk mengukur, menilai
kinerja, dan melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan SNP
dalam bentuk evaluasi proses pembelajaran sekurang-kurangnya 2
kali dalam seTahun dan program kerja tahunan sekurang-
kurangnya 1 kali dalam setahun.
b). Evaluasi dan pengembangan KTSP dilakukan secara berkala untuk
merespon perubahan kebutuhan peserta didik dan masyarakat,
serta perubahan sistem pendidikan, maupun perubahan sosial
c). Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan
meliputi kesesuaian penugasan dengan keahlian, keseimbangan
beban kerja, dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam
pelaksanaan tugas
4). Supervisi dan evaluasi eksternal dilakukan oleh Dit. Pembinaan SMA,
Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan baik secara bersama-
sama maupun sendiri-sendiri untuk memantau perkembangan proses dan
menilai kinerja sekolah untuk 8 SNP.
B. PENGORGANISASIAN
SMA Model SKM-PBKL-PSB secara nasional dibina bersama oleh Direktorat Pembinaan
SMA, Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan
melibatkan lembaga terkait dengan pengorganisasian sebagai berikut :
Koordinasi dan
Koordinasi dan sinkronisasi
sinkronisasi program
program 1. Kebijakan SMA Model SK-PBKL-PSB pembinaan
pembinaan 2. Pedoman-pedoman SMA Model SKM-PBKL-PSB SMA Model
SMA Model
3. Bimtek pengembangan program SMA Model
SKM-PBKL-PSB
4. Pemberi dan bantuan block grant
5. Supervisi dan evaluasi
1. Rekomendasi 1. Rekomendasi penetapan
penetapan SMA Model SMA Model SKM-PBKL-PSB
SKM-PBKL-PSB 2. Bantuan teknis,
Koordinasi dan sinkronisasi program pembinaan SMA Model
2. Bantuan teknis, manajerial, pendanaan
manajerial, pendanaan pemenuhan profil SMA
pemenuhan profil SMA Model SKM-PBKL-PSB
Model SKM-PBKL-PSB 3. Pemantauan, supervisi
3. Pemantauan, supervisi dan evaluasi proses
dan evaluasi proses dan hasil pelaksanaan
dan hasil pelaksanaan program SMA Model
program SMA Model SKM-PBKL-PSB
SKM-PBKL-PSB 4. Perluasan sasaran SMA
4. Perluasan sasaran SMA Koordinasi dan sinkronisasi program pembinaan SMA Model Model SKM-PBKL-PSB
Model SKM-PBKL-PSB secara mandiri
secara mandiri
Direktorat Pembinaan SMA sebagai pengelola dan pembina program SMA Model
SKM-PBKL-PSB secara nasional dengan tugas sebagai berikut :
a. Menetapkan kebijakan program SMA Model SKM-PBKL-PSB
b. Menetapkan jumlah, sebaran dan nama SMA Model SKM-PBKL-PSB dengan
mempertimbangkan rekomendasi Dinas Pendidikan Provinsi
c. Menyusun perangkat pendukung pelaksanaan program SMA Model SKM-PBKL-
PSB
d. Mensosialisasikan konsep dan strategi implementasi program SMA Model SKM-
PBKL-PSB kepada Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota dan SMA sasaran
e. Memberikan bimbingan teknis dalam perencanaan dan pelaksanaan program
kerja SMA Model SKM-PBKL-PSB
f. Memberikan dana bantuan block grant SMA Model SKM-PBKL-PSB sesuai
dengan kemampuan anggaran pemerintah
g. Melaksanakan supervisi dan evaluasi pencapaian profil SMA Model SKM-PBKL-
PSB
4. Sekolah
5. Dukungan Eksternal
C. PROGRAM PEMBINAAN
Program pembinaan SMA Model SKM-PBKL-PSB dirancang untuk 3 Tahun mulai 2010-2012
dengan alur kegiatan sebagai berikut :
Hasil verifikasi berupa nilai dan kategori digunakan oleh Dit. Pembinaan SMA
untuk menetapkan SMA Model SKM-PBKL-PSB berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan oleh Dit. Pembinaan SMA.
b. Penyusunan program kerja SMA Model SKM-PBKL-PSB dalam bentuk RKJM dan
RKA-S
Kegiatan verifikasi diorganisasikan oleh Dit. Pembinaan SMA mulai dari penyusunan
instrumen, pembekalan petugas, penetapan petugas, penjadwalan dan
pembiayaannya. Perangkat verifikasi berupa panduan, instrumen, pengolahan hasil
dan pelaporan akan dijelaskan dalam naskah yang terpisah.
Sekolah yang telah ditetapkan sebagai SMA Model SKM-PBKL-PSB diwajibkan untuk
menyusun draf RKJM dan RKA-S mengacu pada hasil verifikasi. Program kerja
dimaksud dirancang secara khusus dalam rangka untuk mencapai target program
SMA Model SKM-PBKL-PSB yaitu pemenuhan SNP, pelaksanaan PBKL, dan
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dan administrasi sekolah. RKJM disusun
dalam bentuk pokok-pokok program dan target pencapaian akhir. Seluruh sekolah
diharapkan pada akhir pembinaan tahun ketiga telah mencapai kategori Siap SKM
untuk pencapaian 8 SNP, dan berkategori Amat Baik untuk pelaksanaan
pembelajaran berbasis keunggulan lokal, dan pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran dan manajemen sekolah. Selanjutnya RKJM tersebut dijabarkan
menjadi RKA-S yang didalamnya sudah memuat informasi tentang jenis kegiatan,
sasaran, indikator hasil, jadwal, penanggung jawab dan biaya. RKA-S dimulai pada
bulan Juli sampai dengan Juni tahun berikutnya.
Berdasarkan program kerja yang telah disepakati pada kegiatan asistensi dan
sinkronisasi program, maka Dit. Pembinaan SMA memberikan dana bantuan block
grant terhadap kegiatan-kegiatan tertentu sesuai ketentuan dan kesepakatan
bersama antara Dit. Pembinaan SMA dan sekolah. Block grant direncanakan akan
dialokasikan untuk 3 tahun (2010 s.d 2012) dengan jumlah disesuaikan kemampuan
dan ketersediaan dana pemerintah pada tahun yang bersangkutan. Panduan
penggunaan dana block grant akan dijelaskan pada dokumen terpisah.
RKA-S dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan Juni tahun berikutnya.
Pelaksanaan program kerja termasuk didalamnya program yang dibiayai oleh dana
bantuan block grant. Proses dan hasil pelaksanaan program kerja dilaporkan
kepada Dit. Pembinaan SMA dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan Provinsi
dan Kabupaten/Kota, termasuk laporan penggunaan dana bantuan block grant.
Pada Tahun ke 3 yaitu Tahun 2012/2013 seluruh SMA Model SKM-PBKL-PSB telah
mencapai profil yang diharapkan dengan kategori Siap SKM untuk pencapaian SNP
dan kategori Sangat Baik untuk keterlaksanaan PBKL dan PSB.
D. TAHAPAN PEMBINAAN
E. PEMBIAYAAN
BAB V
PENUTUP
1. SMA Model SKM-PBKL-PSB merupakan program bersama Dit. Pembinaan SMA, Dinas
Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam rangka peningkatan mutu
SMA melalui pemenuhan SNP yang menerapkan PBKL dan memanfaatkan TIK untuk
pembelajaran dan manajemen
2. Sebagai program bersama, maka pola pembinaan sebagaimana diuraikan dalam dokumen
ini merupakan komitmen bersama sebagai acuan pembinaan dan ditaati oleh semua
pihak yang terlibat
5. Penyebaran jumlah SMA di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota tidak merata, sehingga
pemilihan SMA Model dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah sekolah di
wilayahnya
7. Pemberian dana bantuan block grant pada SMA Model terpilih merupakan dana stimulus
untuk membantu sekolah memenuhi sebagian kecil program pemenuhan SNP
8. SMA Model SKM-PBKL-PSB sebagai sekolah rujukan bagi sekolah lain di sekitarnya harus
siap melayani dan membantu memberikan konsultasi dan bimbingan teknis kepada
sekolah dalam pencapaian SNP, pelaksanaan PBKL dan PSB
RINCIAN PROFIL
SMA MODEL SKM-PBKL-PSB
Profil SMA Model SKM-PBKL-PSB pada dasarnya merupakan keterpaduan antara profil SKM,
PBKL dan PSB. Namun untuk kepentingan pembinaan dan mempermudah sekolah dalam
menyusun rencana pencapaian profil, maka profil SMA Model SKM-PBKL-PSB akan di bagi
menjadi 3 profil secara terpisah yaitu profil SKM, PBKL, dan PSB sebagai berikut :
1. Standar Isi
Sekolah memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan isi sesuai
ketentuan dalam Panduan Penyusunan KTSP. Dokumen KTSP telah dinyatakan berlaku dan
digunakan oleh sekolah.
1.1 Dokumen KTSP
1.1.1 Sekolah memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
penyusunannya dilakukan melalui proses analisis konteks, validasi dan
rekomendasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, verifikasi dan penanda
tanganan oleh Dinas Pendidikan Propinsi, serta pemberlakuannya disahkan
Kepala Sekolah dengan pertimbangan Komite Sekolah
1.1.2 Memiliki dokumen KTSP yang berisi visi, misi dan tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan; struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(mata pelajaran, mulok, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban
belajar, ketuntasan belajar, kenaikan kelas dan kelulusan, penjurusan,
pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global), kalender pendidikan, dan silabus
1.2 Dokumen silabus
1.2.1 Memiliki dokumen hasil pengkajian substansi SK/KD pada Standar Isi
1.2.2 Memilki dokumen hasil pemetaan Standar Isi untuk analisis SK/KD
1.2.3 Memiliki berbagai panduan dan contoh silabus yang dikembangkan oleh Pusat
sebagai referensi dalam penyusunan silabus yang dilakukan secara mandiri
1.2.4 Memiliki dokumen Silabus yang memuat pengalaman belajar yang luas
mencakup seluruh mata pelajaran, yang dikembangkan melalui proses
penjabaran SK/KD menjadi Indikator, materi pelajaran, kegiatan
pembelajaran dan jenis penilaian
3. Standar Proses
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai,
dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Perencanaan pembelajaran
dituangkan dalam bentuk silabus dan dijabarkan ke dalam RPP serta dilengkapi degan bahan
ajar. Proses pelaksanaan pembelajaran mengacu pada persyaratan dan diawasi secara
terprogram oleh kepala sekolah serta dilakukan evaluasi.
3.1 Perencanaan Proses Pembelajaran
3.1.1 Memiliki dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) semua mata
pelajaran yang memuat identitas mata pelajaran, SK, KD, indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,
metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan
sumber belajar
3.1.2 RPP merupakan penjabaran silabus dan disusun untuk setiap KD yang dapat
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih dengan memasukkan
keunggulan lokal pada mata pelajaran yang relevan
3.1.3 Tersedia bahan ajar dalam bentuk (termasuk bahan ajar PBKL) : Bahan cetak
(modul, hand out, LKS, dll); Audio, visual, audio visual; Bahan ajar berbasis
TIK/multi media (CD interaktif, computer based)
3.2 Pelaksanaan proses pembelajaran
3.2.1 Pelaksanaan proses pembelajaran memenuhi persyaratan rombongan belajar
(32 peserta didik), beban kerja minimal guru (24 jam tatap muka/minggu),
rasio minimal jumlah peserta didik terhadap guru 20:1, dan buku teks
pelajaran (rasio buku teks untuk peserta didik 1:1 per mapel dalam proses
pembelajaran)
3.2.2 Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP
3.2.3 Menyusun jadwal pemanfaatan laboratorium untuk kegiatan di luar jadwal
rutin
3.2.4 Memiliki penasehat akademik yang dapat mendeteksi potensi peserta didik
(bisa dengan tes bakat disertai data prestasi belajar), memberikan
bimbingan akademik, membantu memecahkan masalah peserta didik
3.2.5 Menyusun dan melaksanakan program remedi sepanjang semester
3.2.6 Menerapkan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
3.3 Pengawasan proses pembelajaran
3.3.1 Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan pemantauan proses pembelajaran
pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran
dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman,
wawancara, dan dokumentasi
3.3.2 Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan supervisi proses pembelajaran
pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran
dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi
3.3.3 Sekolah melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan cara membandingkan
proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, dan
mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan
kompetensi guru
3.3.4 Guru memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan proses
pembelajaran (remedial dan pengayaan)
3.3.5 Memiliki laporan hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses
pembelajaran dan dilaporkan kepada pemangku kepentingan
3.3.6 Memberikan penguatan dan penghargaan kepada guru yang telah memenuhi
standar dan teguran yang bersifat mendidik kepada guru yang belum
memenuhi standar
6. Standar Pengelolaan
Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja,
pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi manajemen.
Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai dari penetapan visi, misi, tujuan, dan
rencana kerja. Pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur organisasi dan
pedoman pengelolaan secara tertulis dibidang kesiswaan, kurikulum dan kegiatan
pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan dan
pembiayaan. Disamping itu pelaksanaannya juga mempertimbangkan budaya dan lingkungan
sekolah, serta melibatkan peran serta masyarakat.
6.1 Perencanaan program :
6.1.1 Visi, misi dan tujuan sekolah yang telah disosialisasikan kepada warga
sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan
6.1.2 Memiliki dokumen Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) empat Tahunan
yang telah disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan
pertimbangan dari komite sekolah dan disahkan berlakunya oleh dinas
pendidikan kabupaten/kota bagi sekolah negeri dan oleh penyelenggara
sekolah bagi sekolah swasta
6.1.3 Memiliki rencana kerja Tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan
dan Anggaran Sekolah (RKA-S) yang telah disetujui rapat dewan pendidik
setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah dan disahkan
berlakunya oleh dinas pendidikan kabupaten/kota bagi sekolah negeri dan
oleh penyelenggara sekolah bagi sekolah swasta
6.1.4 Rencana kerja Tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai kesiswaan,
kurikulum dan kegiatan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan
serta pengembangannya, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan,
budaya dan lingkungan sekolah, peranserta masyarakat dan kemitraan,
rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan
pengembangan mutu
6.2 Pelaksanaan rencana kerja
6.2.1 Memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis
berupa : KTSP, kalender pendidikan/akademik, struktur organisasi sekolah,
pembagian tugas diantara guru dan tenaga kependidikan, peraturan
akademik, tata tertib sekolah, kode etik sekolah, biaya operasional sekolah
6.2.2 Memiliki Struktur organisasi sekolah berisi tentang sistem penyelenggaraan
dan administrasi dilengkapi dengan uraian tugas pimpinan, pendidik, dan
tenaga kependidikan tentang wewenang dan tanggung jawab
6.2.3 Melaksanakan program kerja Tahunan sesuai dengan jenis kegiatan dan
jadwal yang telah ditetapkan
6.2.4 Menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional proses
penerimaan peserta didik, melakukan orientasi peserta didik baru,
memberikan layanan konseling kepada peserta didik, melaksanakan kegiatan
ekstra dan kokurikuler, melakukan pembinaan prestasi unggulan, melakukan
pelacakan terhadap alumni
6.2.5 Melaksanakan KTSP, kalender pendidikan, program pembelajaran, penilaian
hasil belajar peserta didik, peraturan akademik sesuai dengan pedoman yang
telah ditetapkan
6.2.6 Melaksanakan program pengelolaan pendayagunaan pendidik dan tenaga
kependidikan meliputi pembagian tugas, sistem penghargaan,
pengembangan profesi, promosi, mutasi
6.2.7 Melaksanakan program pengelolaan sarana prasarana sekolah meliputi
pemenuhan dan pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan,
melengkapi sarana pembelajaran pada setiap kelas, pemeliharaan fasilitas
fisik dan peralatan; pengelolaan perpustakaan, pengelolaan laboratorium
dan pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstra-kurikuler
7. Standar Pembiayaan
Pembiayaan Sekolah didasarkan pada rancangan biaya operasional program kerja Tahunan
meliputi investasi, operasi, bahan atau peralatan dan biaya personal. Sumber pembiayaan
sekolah dapat berasal orang tua peserta didik, masyarakat, pemerintah dan donatur
lainnya. Penggunaan dana harus dipertanggungjawabkan dan dikelola secara transparan dan
akuntabel.
7.1 Jenis pembiayaan
7.1.1 Sekolah mengalokasikan biaya pendidikan untuk biaya investasi : penyediaan
sarana prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, modal kerja tetap
7.1.2 Sekolah mengalokasikan biaya operasi meliputi : gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji; bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai; biaya operasi pendidikan tak langsung
berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana,
uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya
7.1.3 Sekolah mengalokasikan biaya personal yang meliputi biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan
7.2 Sumber pembiayaan
7.2.1 Memiliki program dan upaya sekolah menggali dan mengelola serta
memanfaatkan dana dari berbagai sumber (orang tua peserta didik,
masyarakat, pemerintah dan donatur lainnya) melalui program yang rasional
7.2.2 Penghitungan standar biaya disesuaikan dengan biaya daerah dengan
mengacu kepada Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 tentang standar biaya
operasi nonpersonalia Tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK,
SDLB, SMPLB, dan SMALB, pasal 2 ayat 3
7.3 Pelaporan
7.3.1 Membuat laporan pertanggung-jawaban secara akuntabel dan transparan
Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan PBKL yaitu pendidikan yang
memanfaatkan keunggulan lokal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi
peserta didik. Pelaksanaan PBKL dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan juga
dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai
menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata
pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas
pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan
pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis
muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata
pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satua Tahun satuan pendidikan
dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
PBKL dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang
sudah memperoleh akreditasi. Mengacu pada penjelasan di atas maka profil PBKL SMA sebagai
berikut :
1. Standar Isi
1.1 Pendukung Dokumen KTSP
1.1.2 Memiliki dokumen hasil analisis keunggulan lokal pemetaan kompetensi
dan ruang lingkup materi keunggulan lokal
3. Standar Proses
3.1 Perencanaan Proses Pembelajaran
3.1.1 Mengintegrasikan PBKL pada silabus dan RPP mata pelajaran tertentu
sesuai tema yang dikembangkan
3.1.2 Tersedia bahan ajar pendukung pelaksanaan PBKL sesuai tema yang
dikembangkan
3.2 Pelaksanaan proses pembelajaran
3.2.1 Melaksanakan pembelajaran PBKL yang terintegrasi dalam mata pelajaran
yang relevan, atau muatan lokal, atau keterampilan
Pusat Sumber Belajar SMA (PSB-SMA) merupakan sistem pengelolaan yang terorganisasi untuk
menyusun, mengembangkan, dan menyediakan sumber belajar dalam mendukung proses
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media informasi
dan komunikasi, wahana belajar, dan media unjuk kinerja. PSB berfungsi sebagai media
komunikasi dan interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk memberikan kemudahan dalam
proses pembelajaran dan penyedia aneka sumber belajar seperti materi ajar, soal-soal latihan,
alat peraga, media ajar, dan lain-lain. Mengacu pada penjelasan di atas maka profil PSB SMA
sebagai berikut :
1. Sumberdaya Manusia
1.1 Kompetensi pengoperasian komputer, jaringan dan internet
1.1.1 Lebih dari 90% pendidik dan tenaga kependidikan mampu mengoperasikan
komputer minimal program office (pengolah kata, pengolah angka,
pengolah presentasi)
1.1.2 Memiliki tenaga pendidik dan/atau tenaga kependidikan yang mampu
membuat jaringan komputer sederhana
1.1.3 Lebih dari 90% pendidik dan tenaga kependidikan mengunakan internet
sebagai sarana komunikasi dan pembelajaran
1.1.4 Memiliki teknisi TIK (boleh guru maupun tenaga khusus)
1.2 Kompetensi pembelajaran berbasis TIK
1.2.1 Lebih dari 90% pendidik mampu mengoperasikan komputer minimal
program office (pengolah kata, pengolah angka, pengolah presentasi)
untuk proses pembelajaran
1.2.2 Lebih dari 75% pendidik mampu membuat bahan ajar berbasis TIK
1.3 Kompetensi pengelolaan administrasi sekolah berbasis TIK
1.3.1 Lebih dari 75% tenaga administrasi mampu menggunakan dan
mengoperasikan perangkat lunak administrasi sekolah.
1.3.2 Memiliki tenaga layanan khusus dalam bidang Sistem Informasi Manajemen
(SIM) Sekolah
3. Pengelolaan
3.1 Organisasi
3.1.1 Memiliki tim pengelola PSB yang terdiri atas penanggung jawab, admin,
pengembang konten bahan ajar, dan pengembang konten non bahan ajar
4. Proses Pembelajaran
4.1 Konten Pembelajaran
4.1.1 Lebih dari 75% mata pelajaran memiliki bahan ajar berbasis TIK
4.2 Pelaksanaan pembelajaran
4.2.1 Lebih dari 75% mata pelajaran menerapkan pembelajaran berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)