Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi limbah dan hasil samping perikanan


Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baikindustri
maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dantempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.Upaya pemerintah
untuk mengatasi limbah masih sulit dicapai. Penerapan programzero waste memberikan
harapan cerah, namun hingga kini masih perlu kerja kerasuntuk mencapai kondisi
tersebut. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan perikananmasih cukup tinggi, yaitu
sekitar 20-30%. Produksi ikan telah mencapai 6.5 juta ton pertahun. Hal ini berarti sekitar
2 juta ton terbuang sebagai limbah (Gintings, 1992).
Sumber limbah perikanan dapat berasal dari kegiatan perikanan hulu (budidaya),
maupun kegiatan perikanan hilir (pengolahan, transportasi, pemasaran). Limbah
perikanan hulu biasanya berupa ikan yang mati selama proses budidaya., sedangkan
limbah kegiatan hilir umumnya berupa kepala, jeroan, kulit, tulang, sirip, darah dan air
bekas produksi.
Menurut Bhaskar dan Mahendrakar (2008), jeroan ikan mengandung protein dan
lemak tak jenuh yang tinggi. Fakta yang ditemukan menunjukkan bahwa produk buangan
yang kaya akan protein dan lemak meningkatkan peluang untuk mengalami kebusukan.
Limbah tersebut dapat menimbulkan masalah lingkungan bila tidak dilakukan
penanganan. Menurut Dao dan Kim (2011), telah banyak penelitian yang berkembang
untuk memanfaatkan limbah jeroan ikan, seperti pembuatan pakan ikan, pupuk serta
media pertumbuhan bakteri, dengan menggunakan media pepton.

B. Karakteristik limbah dan hasil samping perikanan


Berdasarkan karakternya limbah dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
limbah yang masih dapat dimanfaatkan dan sudah tidak dapat dimanfaatkan. Limbah
perikanan berbentuk padatan, cairan dan gas. Limbah tersebut ada yang berbahaya dan
sebagian lagi beracun. Limbah padatan memiliki ukuran bervariasi, mulai beberapa
mikron hingga beberapa gram atau kilogram (Annonymousa, 2010).
Limbah hasil perikanan dapat berbentuk padatan, cairan atau gas. Limbah
berbentuk padat berupa potongan daging ikan, sisik, insang atau saluran
pencernaan. Limbah ikan yang berbentuk cairan antara lain darah, lendir dan air cucian
ikan. Sedangkan limbah ikan yang berbentuk gas adalah bau yang ditimbulkan karena
adanya senyawa amonia, hidrogen sulfida atau keton. Berbagai teknik penanganan dan
pengolahan limbah telah dikembangkan. Masing-masing jenis limbah membutuhkan cara
penanganan khusus, berbeda antara jenis limbah yang satu dengan limbah
lainnya. Namun secara garis besarnya, teknik penanganan dan pengolahan limbah dapat
dibagi menjadi penanganan dan pengolahan limbah secara fisik, kimiawi, dan biologis
(Annonymousa, 2010).

C. Jenis-jenis limbah hasil perikanan


Usaha perikanan selain menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi, tetapi juga ikut
berperan dalam menghasilkan limbah. Limbah yang dominan dari usaha perikanan adalah
limbah dan cemaran yang berupa limbah cair yang membusuk sehingga menghasilkan
bau amis/busuk yang sangat menganggu estetika lingkungan (Ditjen Perikanan, 2007),
sedangkan menurut Dewantoro (2003) limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan
hasil perikanan umumnya dapat di golongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Limbah padat: limbah padat basah dan limbah padat kering
b. Limbah cair
c. Limbah hasil samping

Limbah Padat. Limbah padat bersifat basah dan dihasilkan oleh usaha perikanan
berupa potongan-potongan ikan yang tidak dimanfaatkan. Limbah ini berasal dari proses
pembersihan ikan sekaligus mengeluarkan isi perutnya yang berupa jerohan dan
gumpalan-gumpalan darah. Selain itu, limbah ini juga berasal dari proses cleaning, yaitu
membuang kepala, ekor, kulit, dan bagian tubuh ikan yang lain, seperti sisik dan insang
(Setiyawan, 2010).
Karena proses ini melibatkan banyak aktifitas yang lain, maka juga dihasilkan
limbah padat yang kering berupa sisa/potongan karton kemasan, plastik, kertas, kaleng,
tali pengemas, label kemasan dan potongan sterofoam, dan sebagainya. Kondisi limbah
padat kering ini dapat dalam keadaan bersih (belum terkontaminasi oleh bahan lain)
maupun sudah dalam keadaan terkontaminasi oleh bahan lain seperti ikan/udang, bahan
pencuci produk, darah, dan lendir ikan (Dwicaksono et al. 2013).
Menurut Dewantoro(2003) komposisi limbah padat usaha perikanan terdiri dari:
(1) Daging merah sebanyak 25%, (2) Bone (kepala, duri, ekor) sebanyak 55%, (3) Isi
perut (jerohan dan darah) sebanyak 15% dan (4) Karton, plastik, dan lain-lain sebanyak
5%.
Limbah berupa daging merah, bone (kepala, duri, ekor), isi perut, dan karton atau
plastik tersebut akan menimbulkan masalah yang serius terhadap lingkungan apabila
tidak dikelola dengan baik. Permasalahan yang mungkin timbul adalah adanya bau amis
dari potongan ikan yang disertai bau busuk karena proses pembusukan sehingga
mengundang datangnya berbagai vector penyakit diantaranya lalat dan tikus (Fitria,
2008).
Limbah Cair. Limbah cair dari hasil perikanan dapat berupa sisa cucian
ikan/udang, darah dan lendir ikan, yang banyak mengandung minyak ikan sehingga
menimbulkan bau amis yang menyengat. Limbah cair ini merupakan limbah yang
dominan dari usaha perikanan karena selama proses, membutuhkan air dalam jumlah
yang cukup banyak. Limbah cair juga berasal dari sanitasi dan toilet pada lokasi usaha
tersebut (Gintings, 1992).

D. Perbedaan limbah dan hasil samping perikanan

Hasil samping olahan dari produk perikanan cukup beragam, tetapi secara garis
besar dapat dibedakan menjadi hasil samping dalam bentuk cair dan hasil samping dalam
bentuk padat (Irianto dan Soesilo, 2007). Limbah perikanan mengandung nutrisi yang
tidak berbeda dari bahan utamanya dan juga telah banyak diteliti pemanfaatannya,
termasuk dipelajari sebagai media pertumbuhan mikroorganisme (Poernomo dan
Purwaningsih, 1997).
Ditinjau dari segi bahasa Limbah yaitu sisa proses produksi, pengertian
sisadiartikan sebagai bahan sampingan yang tersisa setelah proses produksi utama
selesaidalam bidang perikanan. Arti luas Limbah yaitu hasil sampingan (By product)
danhasil yang tidak bisa terpakai (Waste).Hasil samping atau biasa disebut dengan
sebutan Limbah merupakan hasil buangan manusia.

Pengertian hasil samping atau limbah dibedakan menjadi dua yaitu :

1. By Product merupakan hasil ikutan yang memiliki nilai gizi cukuptinggi. By


Product lebih banyak dimanfaatkan untuk pakan ternakdikarenakan status gizinya
masih tinggi.
2. Waste merupakan ampas yang memiliki nilai gizi rendah sehinggawaste lebih
tepat digunakan untuk bahan baku kompos dikarenakannilai gizinya rendah.

E. Pemanfaatan dan pengolahan limbah dan hasil samping perikanan


Pemanfaatan limbah perikanan berupa kepala ikan, sirip, tulang, kulit dan daging
merah telah digunakan dalam beberapa hal, yaitu berupa daging lumat (minced fish)
untuk bahan pembuatan produk-produk gel ikan seperti bakso, sosis, nugget dan lain-lain.
Selain itu dapat dibuat tepung, konsentrat, hidrolisat dan isolat protein ikan. Sebagai
pakan ternak, ikan dapat diolah menjadi tepung, bubur dan larutan-larutan komponen
ikan.
Pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah atau hasil samping ikan di Indonesia
masih sangat terbatas dan penerapan teknologi dalam pengelolaan limbah ikan masih
tergolong belum optimal. Hal ini yang menyebabkan limbah atau hasil samping ikan
hanya dibuang atau dijual ke pengepul dengan harga yang sangat murah. Limbah atau
hasil samping ikan dapat diolah menjadi beberapa produk pangan dan non pangan yang
cukup potensial, diantaranya adalah produk krupuk kulit ikan, tepung ikan, minyak ikan,
khitosan, es krim cangkang kepiting dan pupuk organik yang dapat meningkatkan nilai
ekonomis yang cukup tinggi.
Penanganan limbah atau hasil samping industri perikanan yang masih sangat
minim perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar dari masyarakat. Perhatian tersebut
sangat diperlukan agar potensi limbah perikanan yang besar ini dapat dimanfaatkan
secara maksimal untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, terutama pelaku
industri pengolahan hasil perikanan. Bahan baku yang awalnya tidak memiliki nilai ek
onomi, dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual, contohnya kerupuk kulit
ikan, es krim cangkang kepiting, dan lainnya.
Choi dan Regenstein (2000) mengemukakan bahwa kulit, tulang, dan gelembung
renang ikan merupakan limbah yang secara komersial dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku industri gelatin karena bahan-bahan tersebut dihasilkan dalam jumlah banyak
sehingga dapat memberikan keuntungan dan menambah penghasilan secara ekonomi bagi
pengelola limbah industri perikanan.Tulang dan kulit ikan sangat potensial sebagai bahan
pembuatan gelatin karena mencakup 10-20% dari berat tubuh ikan (Surono et al., 1994).
Limbah Pengolahan Ikan biasanya berbau, untuk menghilangkan bau busuk
limbah pengolahan tepung ikan dapat digunakan bakteri asam laktat dan untuk produk
pupuk yang dibuat dari limbah pengolahan ikan yang telah dihilangkan bau busuknya
juga dapat ditingkatkan kandungan haranya. Keunggulan pupuk ini adalah
(Annonymousb, 2010).

Anda mungkin juga menyukai