Anda di halaman 1dari 11

PEDOMAN PENYELENGGARAAN UJI SERTIFIKASI KOMPETENSI SISWA

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MELALUI LEMBAGA SERTIFIKASI


PROFESI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

i
KATA PENGANTAR

Uji Kompetensi merupakan bagian dari penilaian yang khas dari SMK. Uji Kompetensi ini
merupakan penilaian terhadap pencapaian siswa terkait kualifikasi jenjang dua dan tiga pada
KKNI yang dilaksanakan oleh SMK. Salah satu mekanisme uji kompetensi pada SMK adalah
melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama (LSP SMK) yang telah terlisensi oleh
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

BNSP adalah lembaga independen yang dibentuk negara untuk melaksanakan sertifikasi
kompetensi kerja kepada masyarakat. Dalam pelaksanaannya, BNSP memberikan lisensi
kepada LSP untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi. Proses pelaksanaan uji sertifikasi
kompetensi yang dilaksanakan melalui LSP SMK merupakan hal yang perlu mendapatkan
perhatian bagi pemerintah, karena siswa-siswi yang lulus dari SMK perlu mendapatkan
sertifikat kompetensi sebagai bentuk pengakuan atas kompetensi yang dimiliki agar dapat
bersaing di dunia kerja.

Pedoman pelaksanaan sertifikasi kompetensi siswa SMK melalui LSP SMK ini merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari peraturan-peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi dan
melengkapi peraturan-peraturan di bidang pendidikan kejuruan sehingga pedoman ini
diharapkan menjadi acuan tambahan bagi para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan uji
sertifikasi siswa melalui Lembaga Sertifikasi Profesi di Sekolah Menengah Kejuruan.

Jakarta, Juli 2019


Direktur Pembinaan SMK,

Dr. Ir. M. Bakrun, M.M.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
I. Pengertian dan Petunjuk Umum ................................................................................ 1
II. Acuan Normatif ................................................................................................................ 3
III. Tujuan................................................................................................................................... 4
IV. Sasaran ................................................................................................................................. 4
V. Pelaksanaan Uji Sertifikasi Kompetensi ................................................................ 4
VI. Tahapan Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi ..................................................... 4
VII. Jadwal Pelaksanaan......................................................................................................... 6
VIII. Standar Kompetensi ........................................................................................................ 6
IX. Skema Sertifikasi ............................................................................................................. 6
X. Perangkat Asesmen ......................................................................................................... 7
XI. Tempat Uji Kompetensi ................................................................................................ 7
XII. Asesor dan Asesi .............................................................................................................. 7
XIII. Pemantauan Pelaksanaan .............................................................................................. 7
XIV. Biaya Penyelenggaraan ................................................................................................. 8

ii
I. Pengertian dan Petunjuk Umum
1. Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) adalah lembaga independen yang
dibentuk sebagai amanat Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2004,
yang mempunyai tugas melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja, dan dapat
memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi profesi yang memenuhi persyaratan
yang ditetapkan untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja.
2. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka penjenjangan
kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang menyandingkan, menyetarakan,
dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman
kerja dalam suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan
struktur di berbagi sektor pekerjaan.
3. Sertifikasi kompetensi kerja adalah proses pemberian sertifikat kompetensi yang
dilaksanakan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi yang mengacu
kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Standar Internasional
dan/atau Standar Khusus.
4. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah rumusan
kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau
keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
5. Standar kompetensi kerja internasional adalah standar kompetensi kerja yang
dikembangkan dan ditetapkan oleh suatu organisasi multinasional dan digunakan
secara internasional.
6. Standar kompetensi kerja khusus adalah standar kompetensi kerja yang
dikembangkan dan digunakan oleh organisasi untuk memenuhi tujuan organisasinya
sendiri dan/atau untuk memenuhi kebutuhan organisasi lain yang memiliki ikatan
kerja sama dengan organisasi yang bersangkutan atau organisasi lain yang
memerlukan.
7. Profesi adalah bidang pekerjaan yang memiliki kompetensi tertentu yang diakui oleh
masyarakat.
8. Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSP) adalah lembaga pelaksana kegiatan
sertifikasi kompetensi kerja yang mendapatkan lisensi dari BNSP.

1
9. Lisensi adalah bentuk pengakuan dan pemberian ijin dari BNSP kepada LSP untuk
dapat melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja atas nama BNSP.
10. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu jenjang pendidikan menengah
yang khusus mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja dibidang tertentu.
11. LSP SMK adalah Lembaga Sertifikasi Profesi yang didirikan oleh SMK dengan
tujuan utama melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja terhadap siswa SMK
berbasis kompetensi dan/atau siswa dari jejaring kerja lembaga induknya, sesuai
ruang lingkup yang diberikan oleh BNSP.
12. Jejaring kerja LSP SMK adalah Sekolah yang menjadi mitra kerja LSP SMK untuk
pelaksanaan uji kompetensi, penyediaan tempat uji kompetensi, dan asesor dengan
lingkup skema/kompetensi keahlian yang sama antara SMK jejaring dengan LSP
SMK.
13. Siswa SMK adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.
14. Direktorat Pembinaan SMK adalah satuan kerja di bawah naungan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang memiliki tugas menyiapkan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pembinaan sekolah menengah kejuruan.
15. Direktur Pembinaan SMK adalah seseorang yang diberi tugas untuk memimpin
satuan kerja Direktorat Pembinaan SMK.
16. Dinas pendidikan provinsi adalah perangkat daerah yang merupakan unsur
pelaksana pemerintah provinsi yang mempunyai tugas melaksanakan kewenangan
desentralisasi dan dapat ditugaskan untuk melaksanakan penyelenggaraan
wewenang untuk urusan pendidikan yang dilimpahkan oleh pemerintah kepada
gubernur selaku wakil pemerintah dalam rangka dekonsentrasi.
17. Kepala SMK adalah guru yang diberikan tugas tambahan memimpin dan mengelola
satuan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan.
18. Uji Kompetensi Keahlian adalah tatacara yang merupakan bagian dari asesmen
untuk mengukur kompetensi peserta sertifikasi menggunakan satu atau beberapa
cara seperti tertulis, lisan, praktek, dan pengamatan, sebagaimana ditetapkan dalam
skema sertifikasi.

2
19. Asesor kompetensi adalah sesorang yang memiliki kompetensi dan memenuhi
persyaratan untuk melakukan dan/atau menilai asesmen kompetensi pada jenis dan
kualifikasi tertentu.
20. Asesi adalah peserta yang telah memenuhi kriteria sebagai peserta uji kompetensi
oleh LSP SMK

II. Acuan Normatif


1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Undang-undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan
Nasional Sertifikasi Profesi
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2006 tentan Sistem
Pelatihan Kerja Nasional
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat
Daerah
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2012 tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Taun 2018 tentang
Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
10. Peraturan BNSP Nomor 03/BNSP.302/X/2013 tentang Pedoman Penerbitan
Sertifikat Kompetensi.
11. Peraturan BNSP Nomor 9/BNSP/.301/XI/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan
Asesmen Kompetensi
12. Peraturan BNSP Nomor 5/BNSP/VII/2014 tentang Pedoman Persyaratan Umum
Tempat Uji Kompetensi.
13. Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan.

3
III. Tujuan
Tujuan disusunnya pedoman ini adalah untuk memberikan acuan dalam pelaksanaan
sertifikasi kompetensi bagi siswa SMK melalui LSP SMK.

IV. Sasaran
Sasaran disusunnya pedoman ini adalah untuk menjamin pelaksanaan sertifikasi
kompetensi bagi siswa SMK melalui LSP SMK.

V. Pelaksanaan Uji Sertifikasi Kompetensi


Pelaksanaan sertifikasi kompetensi oleh LSP SMK hanya untuk siswa dari SMK yang
bersangkutan dan siswa SMK yang ditetapkan menjadi jejaring kerja LSP SMK oleh
Direktorat Pembinaan SMK dan/atau dinas pendidikan provinsi.
1. Sertifikasi Kompetensi melalui LSP SMK
a. LSP SMK mengajukan usulan pelaksanaan uji sertifikasi kompetensi kepada
kepala SMK.
b. Kepala SMK menugaskan pelaksanaan uji sertifikasi kompetensi kepada LSP
SMK
c. LSP SMK melaksanakan uji sertifikasi kompetensi.
2. Sertifikasi melalui jejaring kerja LSP SMK
a. Ketua LSP SMK mengajukan kepada Kepala SMK tentang usulan pelaksanaan
uji sertifikasi kompetensi bagi jejaring kerja.
b. Kepala SMK menugaskan pelaksanaan uji sertifikasi kompetensi kepada LSP
SMK.
c. LSP SMK melaksanakan uji sertifikasi kompetensi.

VI. Tahapan Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi


1. Pelaksanaan sertifikasi kompetensi menggunakan cicilan skema klaster.
2. LSP SMK menetapkan penjadwalan skema sertifikasi kemasan klaster yang akan
diujikan.
3. LSP SMK melakukan sosialisasi tentang gambaran umum sertifikasi kompetensi
sesuai dengan skema sertifikasi kepada calon asesi di lingkungan sekolah maupun
jejaring kerja dan meminta calon asesi untuk mengisi formulir asesmen mandiri
(APL 02).

4
4. LSP SMK menerima pendaftaran calon asesi secara online maupun offline
menggunakan formulir pendaftaran (APL 01).
5. LSP SMK melakukan verifikasi dan memberikan rekomendasi diterima/belum
diterima sebagai peserta uji berdasarkan formulir pendaftaran (APL 01) dalam
kurun waktu 3 hari kerja sejak dokumen diterima.
6. LSP SMK menetapkan jadwal pelaksanaan uji kompetensi, menetapkan asesor
kompetensi, dan menetapkan/menugaskan tim teknis hasil uji sertifikasi
kompetensi.
7. LSP SMK menugaskan asesor kompetensi untuk melakukan verifikasi terhadap
formulir asesmen mandiri (APL 02).
8. LSP SMK menugaskan tim untuk melakukan verifikasi dan menetapkan tempat uji
kompetensi sesuai dengan Peraturan BNSP Nomor 5/BNSP/VII/2014 tentang
Pedoman Persyaratan Umum Tempat Uji Kompetensi.
9. LSP SMK melaksanakan uji kompetensi sesuai dengan Peraturan BNSP Nomor
9/BNSP/.301/XI/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Asesmen Kompetensi.
10. Asesor melaporkan hasil uji kompetensi kepada LSP SMK untuk diplenokan oleh
tim teknis.
11. Ketua LSP SMK menerbitkan surat keputusan penetapan hasil pleno.
12. LSP SMK menerbitkan skill pasport atau sertifikat internal berlogo LSP SMK.
13. LSP SMK dapat menerbitkan surat keterangan pendamping sertifikat kompetensi
jika diperlukan.
14. LSP SMK menetapkan beberapa dokumen skill pasport dan/atau skema klaster
menjadi skema KKNI level II/III melalui rapat pleno.
15. LSP SMK mengajukan permohonan blangko sertifikat kompetensi KKNI level
II/III ke BNSP sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh BNSP.
16. LSP SMK melakukan pencetakan dan penandatanganan sertifikat sebagaimana
diatur dalam Pedoman BNSP Nomor: 03/BNSP.302/X/2013 tentang Pedoman
Penerbitan Sertifikat Kompetensi
17. LSP SMK menyerahkan sertifikat kompetensi kepada pemegang sertifikat
kompetensi.
18. Kepala SMK menyusun laporan hasil uji sertifikasi LSP SMK dan dikirimkan
kepada dinas pendidikan provinsi dan ditembuskan kepada Direktur Pembinaan
SMK.

5
VII. Jadwal Pelaksanaan
Uji sertifikasi kompetensi melalui LSP SMK dapat dilaksanakan
1. setiap akhir semester,
2. setiap akhir tahun, dan/atau
3. setiap waktu sesuai permintaan asesi.

VIII. Standar Kompetensi


Standar kompetensi sesuai dengan SKKNI, standar khusus, dan standar internasional
yang telah ditetapkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan.

IX. Skema Sertifikasi


1. Skema Sertifikasi KKNI merupakan pola sertifikasi kompetensi yang digunakan
sebagai acuan pelaksanaan sertifikasi kompetensi profesi, yang terdiri dari
sekumpulan unit kompetensi yang bersumber dari standar kompetensi kerja serta
persyaratan lain yang berkaitan dengan pengakuan kompetensi pada jenis
pekerjaan dan/atau kompetensi pada jenjang kualifikasi KKNI.
2. Skema Sertifikasi Okupasi Nasional merupakan pola sertifikasi kompetensi yang
digunakan sebagai acuan pelaksanaan sertifikasi kompetensi profesi yang terdiri
dari sekumpulan unit kompetensi yang bersumber dari standar kompetensi kerja
dan persyaratan lain yang berkaitan dengan pengakuan kompetensi pada okupasi
nasional
3. Skema Sertifikasi Klaster merupakan pola sertifikasi kompetensi yang digunakan
sebagai acuan pelaksanaan sertifikasi kompetensi profesi, yang terdiri dari
sekumpulan unit kompetensi yang bersumber dari standar kompetensi kerja dan
persyaratan lain yang berkaitan dengan pengakuan kompetensi untuk memenuhi
kebutuhan tertentu dari industri/pengguna. Skema klaster dapat berupa okupasi
atau jabatan khusus yang berlaku di suatu industri tertentu dan hanya digunakan di
industri yang mengusulkan.
4. Skema Sertifikasi KKNI, Skema Sertifikasi Okupasi Nasional, dan Skema
Sertifikasi Klaster ditetapkan oleh Ketua BNSP bersama dengan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

6
X. Perangkat Asesmen
1. Materi Uji Kompetensi disusun oleh LSP SMK bersama dengan asesor berdasarkan
SKKNI dan skema yang telah ditetapkan.
2. LSP SMK menentukan metodologi uji kompetensi sesuai dengan karakter asesi
(observasi, wawancara, tes lisan, tes tulis, praktik, studi kasus, dan portofolio).
3. LSP SMK dapat memberikan tugas kepada asesor untuk mengembangkan perangkat
asesmen.

XI. Tempat Uji Kompetensi


Tempat uji kompetensi merupakan tempat untuk menyelenggarakan uji kompetensi yang
telah diverifikasi oleh tim LSP SMK. Jenis tempat uji kompetensi adalah:
1. Tempat uji kompetensi sewaktu, yaitu memenuhi persyaratan minimal telah
diverifikasi satu hari sebelum pelaksanaan uji kompetensi dan memiliki
penanggungjawab tempat uji kompetensi.
2. Tempat uji kompetensi di tempat kerja, yaitu memenuhi persyaratan telah
diverifikasi minimal satu hari sebelum pelaksanaan uji kompetensi.

XII. Asesor dan Asesi


1. Asesor tidak menguji asesi pada klaster/unit yang diajarkan pada proses
pembelajaran.
2. Asesi merupakan siswa di SMK yang bersangkutan atau SMK jejaring kerja LSP
SMK.

XIII. Pemantauan Pelaksanaan


1. Direktorat Pembinaan SMK dan dinas pendidikan provinsi melaksanakan
pemantauan pelaksanaan sertifikasi siswa SMK di LSP SMK dan jejaring kerja LSP
SMK.
2. Pemantauan pelaksanaan sertifikasi siswa SMK di LSP SMK dan Jejaring Kerja
LSP SMK dapat melibatkan BNSP dan/atau lembaga terkait.
3. Direktorat Pembinaan SMK melakukan evaluasi dan menetapkan program tindak
lanjut untuk program sertifikasi siswa SMK di LSP SMK dan Jejaring kerja LSP
SMK.

7
XIV. Biaya Penyelenggaraan
Biaya penyelenggaraan sertifikasi kompetensi dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), dan anggaran sekolah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai