Anda di halaman 1dari 15

Produksi Minyak Mentah Pirolisa Biomassa (MMPB) atau Bio-Crude Oil (BCO)

Yazid Bindar1, Pandit Hernowo1, CB. Rasrendra1, Anton Irawan2, Adiarso3, Samuel Patisenda3, dan
Joni Prasetyo3
1
Prodi Teknik Kimia dan Prodi Teknik Bioenergi dan Kemurgi
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung, Bandung
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Tirtayasa, Serang
3
PTSEIK BPPT, Jakarta

1 Pendahuluan

Bahan bakar fosil tidak dapat dihindari dalam jangka waktu ke depan berkurang terus dan akhirnya
habis. Dr. M. King Hubbert seorang ahli geologi terkemuka dunia dalam estimasi dan prediksi pola
penemuan dan penurunan cadangan minyak bumi tahun 1949 menulis perkiraannya bahwa era energi
fossil hanya berlangsung dalam waktu pendek, Hubbert (1949). Prediksi Hubbert (1956) terhadap
produksi puncak minyak Amerika dicapai tahun 1970 dan kemudian produksi itu menurun terus terbukti
akurat. Perkiraan Hubbert ini membuka pola pikir baru tentang keterbatasan energi fosil ini. Peneliti-
peneliti berikutnya yang meneruskan metoda perkiraan Hubbert tentang fenomena puncak produksi
energi fossil disarikan oleh Hughes dan Rudolph (2011). Mereka antara lain adalah Esso (1972), Erlich
dkk (1977), Shell (1979), World Bank (1981), Meadows (1992), Ivanhoe (1996), Laherrere (1997), Bartlett
(2000), Deffeyes (2003), Bakhtiari (2003), Deffeyes (2005) dan IEA:WEO (2007). Semua kecuali IEA:WEO
memperkirakan terjadi produksi puncak pada tahun-tahun yang berbeda dalam rentang tahun 1996 –
2060. Hughes dan Rudolph (2011) menyimpulkan bahwa masyarakat harus disiapkan untuk menerima
kondisi dunia dengan bahan bakar fossil yang sedikit dan habis.

Bahan bakar bakar fossil telah memberikan kenyamanan hidup manusia dengan tingkat yang tinggi
untuk setiap sekmen kehidupan. Pertanyaan yang harus dijawab adalah bagaimana model kehidupan ke
depan dengan kesedikitan dan bahkan ketidakadaan bahan bakar fosil ini? Hidup dari generasi ke
generasi harus tetap berjalan. Bahan bakar wujud minyak tidak tergantikan terutama untuk bahan bakar
transportasi. Jadi solusi apa yang harus diformulasikan oleh para ilmuwan?. Solusi yang tersedia adalah
minyak bakar nabati. Pertanyaan berikutnya adalah minyak bakar nabati dari sumber yang mana?.
Pertanyaan lain yang akan muncul adalah apakah jumlahnya cukup untuk mendukung kehidupan dunia
seperti sekarang?

Produk minyak bakar nabati mungkin dimengerti berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda.
Minyak adalah bahan bakar dalam wujud cair. Minyak nabati kemudian digunakan untuk
pengidentifikasian bahan bakar minyak yang berasal sumber daya nabati. Sumber daya nabati dalah hal
ini adalah biomassa. Biomassa difermentasi lanjut untuk menghasilkan etanol. Etanol ini digolongkan
pada bio-etanol. Bila bio-etanol yang berwujud cair ini digunakan sebagai bahan bakar, maka bio-etanol
digolongkan sebagai minyak bakar nabati.

1 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
Minyak sawit dihasilkan dari perasan buah sawit. Minyak ini diproses menjadi Metil Ester. Metil ester
memiliki karateristik minyak diesel. Ini disebut kemudian dengan nama bio-diesel. Bio-diesel
digolongkan sebagai minyak bakar nabati. Bio-diesel ini diproduksi tidak saja dari minyak sawit tetapi
juga dari minyak-minyak yang sudah tersedia dalam biomassa seperti minyak kelapa, minyak jarak dan
lainnya.

Biomassa padat dapat diolah secara termal tanpa keberadaan oksigen. Biomassa akan terdekomposisi
menjadi produk gas, produk cair dan produk padat. Produk cair yang terjadi juga merupakan bahan
bakar. Produk cair ini secara kimia tersusun oleh unsur-unsur utama karbon C, oksigen O dan hidrogen
H. Berdasarkan unsur-unsur pembentuknya ini, maka produk cair di atas diistilahkan sebagai senyawa-
senyawa hidro oksi karbon (HOC). Produk cair bahan bakar dari dekomposisi biomassa di atas
dikenalkan dengan nama minyak mentah pirolisa biomassa (MMPB) atau bio-crude oil (BCO). Minyak
bakar nabati lainnya diproduksi dari lipid yang terkandung dalam alga mikro.

Masing-masing minyak nabati mempunyai keunggulan dan kelemahan. Perhatian makalah ini adalah
minyak mentah nabati yang diproduksi dengan teknik dekomposisi termal biomassa tanpa keberadaan
oksigen. Proses konversi dikenal dengan nama proses pirolisa. Minyak inilah yang dinamakan sebagai
minyak mentah pirolisa biomassa (MMPB atau BCO).

Perhatian dunia terhadap minyak pirolisa biomassa ini makin meningkat. Kajian tinjuan ulang tentang
produksi MMPB dan pemrosesan lanjutnya disampaikan secara komprehensif oleh Bridgwater (2012).
Kajiannya mengacu kepada 196 makalah ilmiah. Hasil kajian ini menyimpulkan bahwa pirolisa cepat
dilaksanakan untuk memperoleh konversi tinggi akan MMPB dengan kualitas baik. Disamping ini,
potensi MMPB mendapat pengakuan yang terus meningkat dengan penelitian-penelitian tentang ini
dipublikasikan. Pengolahan lanjut melalui pengilangan MMPB juga sedang dikembangkan oleh para
peneliti. Berita gembira tentang minyak pirolisa biomassa diwujudkan dengan cara penelitian yang
terarah untuk menghasilkan produk bernilai ekonomis.

Kajian tinjauan ulang berikutnya tentang produksi MMPB dan proses lanjutnya diberikan oleh Shiu dan
Shahbazi (2012). Kajian ini melibatkan 87 makalah yang ditinjau. Beberapa kesimpulan dituliskan dalam
kajian tersebut sebagai tantangan penelitian ke depan. Pertama adalah dalam hal peningkatan laju
produksi dan efisiensi energi dalam produksi MMPB untuk diteliti terus yang terkait dengan efek
parameter operasi terhadap tingkat konversi dan kualitas MMPB. Kedua yaitu dalam hal model
mekanisme reaksi dan kinetikanya yang perlu diformulasikan secara tepat dan akurat. Tantangan lain
yaitu dalam hal pengembangan teknologi produksi MMPB dan proses lanjutnya. Beberapa
permasalahan tentang kualitas minyak pirolisa biomassa dalam hal kualitas yang belum baik dan biaya
yang masih tinggi untuk proses peningkatan kualitasnya.

Kajian yang mirip dengan dua kajian tinjauan ulang di atas dipublikasikan oleh Isahak dkk (2012). Kajian
ini meninjau 191 makalah terpublikasi. Kajian ini menegaskan bahwa minyak pirolisa biomassa
merupakan komoditas masa depan yang akan menggantikan bahan bakar berbasis minyak bumi. Satu
permasalahan yang dikemukakan adalah penelitian produksi MMPB skala besar masih sangat terbatas.
Kebanyakan peneliti melakukan penelitian produksi MMPB pada skala laboratorium. Permasalahan lain

2 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
dalam hal rendahnya perhatian terhadap karakterisasi produk MMPB. Rancangan dan konstruksi
reaktor pirolisa belum diinformasikan secara lengkap dan jelas. Pengaruh bahan baku dan perlakukan
awalnya belum banyak dipertimbangkan oleh para peneliti. Banyak hal-hal yang terbuka untuk
penelitian masa depan tentang produksi MMPB.

Indonesia memiliki kekayaan besar terhadap biomassa. Maka perhatian kepada produksi minyak pirolisa
biomassa perlu diwujudkan dalam bentuk langkah kongkrit. Biomassa ini dikonversi dengan proses
pirolisa untuk menghasilkan MMPB. Makalah ini ditulis untuk memberikan bekal dan informasi kepada
para peneliti untuk dapat meneliti produksi MMPB dan proses lanjut sebagai kekuatan Indonesia di
masa depan dalam hal penopangan terhadap energi minyak yang selalu dibutuhkan dengan kelangkaan
energi minyak fosil di masa depan.

2 Proses dan Teknologi Pirolisa Biomassa Produksi Minyak Mentah Pirolisa

2.1 Kinerja Proses dan Parameter Operasi


Biomassa terdiri dari komponen hemisellulosa, sellulosa dan lignin. Bila biomassa ini dipanaskan pada
temperatur di atas 250 0C tanpa keberadaan oksigen, biomassa akan mengalami proses dekomposisi
termal. Bila produk dekomposisi termal ini didinginkan sampai temperatur ruang, produk yang
terbentuk ada yang berwujud gas, cair dan padat. Produk wujud cair dikenalkan namanya sebagai
minyak mentah pirolisa biomassa (MMPB) atau bio-crude oil (BCO) dan produk padatnya diberi nama
sebagai arang nabati (bio-char). Diagram proses produksi MMPB ini digambarkan pada Gambar 1.

Proses produksi MMPB ditempuh secara proses partaian (batch), semi kontinu atau proses kontinu.
Kinerja proses produksi dikuantifikasi oleh laju produksinya 𝑚̇𝑀𝑀𝑁𝑃 (kg/h) , tingkat konversi massa ke
MMPB %𝜂𝑀𝑀𝑁𝑃 (kg/kg) , komposisi senyawa i dalam MMPB (%𝑦𝑖,𝑀𝑀𝑁𝑃 ) dan perbandingan laju
produksi MMPB dengan laju konsumsi bahan bakar RPE (kg/kg). Kinerja proses ini dipengaruhi oleh
parameter operasi. Parameter operasi itu antara lain tipe biomassa (NCT), kandungan hemisellulosa yHem ,
sellulosa ySel dan lignin yLig biomassa, ukuran dan geometri biomassa db, temperatur pirolisa TP, waktu
tinggal gas τPg , waktu tinggal padatan τPs dalam tungku pirolisa, ukuran dan geometri tungku pirolisa D,
kemampatan biomassa dalam tungku pirolisa εP dan laju pemanasan dalam tungku (𝛽 = 𝜕𝑇/𝜕𝑡).
Ketergantungan kinerja proses produksi MMPB dengan parameter operasi dinyatakan dalam hubungan
umum berikut

𝑚̇𝑀𝑀𝑁𝑃 = 𝑓1 (𝑁𝐶𝑇 , 𝑦𝐻𝑒𝑚 , 𝑦𝑆𝑒𝑙 , 𝑑𝑏 , 𝑇𝑃 , 𝜏𝑝𝑔 , 𝜏𝑝𝑠 , 𝐷, 𝜀𝑝 , 𝛽) (1)

%𝜂𝑀𝑀𝑁𝑃 = 𝑓2 (𝑁𝐶𝑇 , 𝑦𝐻𝑒𝑚 , 𝑦𝑆𝑒𝑙 , 𝑑𝑏 , 𝑇𝑃 , 𝜏𝑝𝑔 , 𝜏𝑝𝑠 , 𝐷, 𝜀𝑝 , 𝛽) (2)

%𝑦𝑖,𝑀𝑀𝑁𝑃 = 𝑓3 (𝑁𝐶𝑇 , 𝑦𝐻𝑒𝑚 , 𝑦𝑆𝑒𝑙 , 𝑑𝑏 , 𝑇𝑃 , 𝜏𝑝𝑔 , 𝜏𝑝𝑠 , 𝐷, 𝜀𝑝 , 𝛽) (3)

𝑅𝑃𝐸 = 𝑓4 (𝑁𝐶𝑇 , 𝑦𝐻𝑒𝑚 , 𝑦𝑆𝑒𝑙 , 𝑑𝑏 , 𝑇𝑃 , 𝜏𝑝𝑔 , 𝜏𝑝𝑠 , 𝐷, 𝜀𝑝 , 𝛽) (4)

3 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
Gambar 1 Diagram proses produksi MMPB

Berdasarkan tingkat temperatur pirolisa TP, laju pemanasan 𝛽, waktu tinggal gas τPg dalam tungku
pirolisa dan waktu tinggal padatan τPs dalam tungku pirolisa, proses pirolisa dikategorikan sebagai
pirolisa cepat (fast), pirolisa sedang (intermediate), pirolisa karbonisasi lambat (slow carbonization) dan
pirolisa torrefaksi lambat (slow torrefaction). Bridgwater (2009) mengkuantifikasi masing-masing
kategori pirolisa di atas berdasarkan nilai parameter ketiga parameter di atas seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Kategori proses pirolisa, Bridgwater (2009)

Kategori Kondisi 𝑇𝑃 , 𝜏𝑝 , 𝛽 %Konversi MMPB %Konversi %Konversi Arang


%𝜂𝑀𝑀𝑁𝑃 Gas %𝜂𝑔𝑎𝑠 Nabati, %𝜂𝑏𝑖𝑜𝑐ℎ𝑎𝑟
Pirolisa cepat 𝑇𝑃 = 500 𝑜𝐶 75 13 12
𝛽 > 1000 𝑜𝐶 /𝑠
𝜏𝑝𝑔 ~1 𝑠
Pirolisa sedang 𝑇𝑃 ≡ 400 − 500 𝑜𝐶 50 25 25
𝛽 ≡ 1 − 1000 𝑜𝐶 /𝑠
𝜏𝑝𝑔 ~10 − 30 𝑠
Pirolisa torrefaksi 𝑇𝑃 ~290 𝑜𝐶 0-5 77 23
lambat 𝛽~1 𝑜𝐶 /𝑠
𝜏𝑝𝑠 ~30 𝑚𝑖𝑛
Pirolisa karbonisasi 𝑇𝑃 ~290 𝑜𝐶 30 35 35
lambat 𝛽~1 𝑜𝐶 /𝑠
𝜏𝑝𝑠 ~ℎ𝑎𝑟𝑖

Temperatur pirolisa berpengatuh terhadap %konversi MMPB perolehan MMPB. Ada fenomena
temperatur optimum yang memberikan %konversi MMPB maksimum. Percobaan dalam laporan IEA
(2006) menunjukkan temperatur optimum pirolisa terjada pada 490 oC dengan %konversi MMPB
maksimum sebesar 70%.

4 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
Kinerja energi yang diperoleh dapat dirumuskan dari perbandingan jumlah energi yang diperoleh dari
produk MMPB dengan total energi yang di bawa oleh bahan baku biomassa dan biomassa yang dibakar.
Perbandingan ini disebut sebagai efisiensi energi perolehan. Kajian dari Stals dkk (2010) untuk pirolisa
cepat, efisiensi energi perolehan berada pada angka 35 – 39 %.

2.2 Teknologi Tungku Pirolisa


Ada beberapa prinsip perancangan tungku pirolisa biomassa yang harus dipenuhi. Tungku pirolisa harus
menggunakan energi biomassa itu sendiri untuk keperluan energi termal tanpa melibatkan energi dari
bahan bakar fosil. Proses pemanasan harus seefisien mungkin dengan penggunakann bahan bakar
biomassanya. Penggunaan air harus berhati-hati untuk tidak kontak langsung dengan produk MMPB.
Produk gas harus dibakar kembali dalam ruang bakar tungku pirolisa untuk tidak mencemari lingkungan.
Rancangan harus fleksibel untuk berbagai bahan baku biomassa. Produk arang nabati sebaiknya
dikembalikan ke tanah untuk menjaga rasio karbon dalam tanah untuk kesuburan tanah.

2.2.1 Tungku pirolisa unggun diam


Tungku pirolisa unggun diam terdiri dari unggun biomasa yang ditempatkan dalam tungku pada kondisi
diam. Biomassa dengan ukuran yang sudah dikecilkan dalam ruang pirolisa akan mendapatkan pasokan
panas dari luar. Panas ini digunakan untuk melangsungkan proses pirolisa biomassa menjadi produk gas
dan padatan sisa. Produk gas keluar dari ruang pirolisa didinginkan untuk mengkondensasi produk
pirolisa menjadi produk cair yang disebut sebagai MMPB di atas. Konsep teknologi tungku pirolisa
unggun diam ini diberikan pada Gambar 2.

Teknologi tungku pirolisa unggun adalah teknologi yang paling sederhana, handal dan terbukti mampu
menangani biomassa beragama biomassa. Padatan diumpankan dari atas dan menumpuk dalam ruang
pirolisa sampai ketinggian tertentu. Operasi tungku ini dapat berlangsung secara kontinu atau partaian
(batch). Pola penyampaian panas ke ruang pirolisa juga beragam. Untuk tujuan produksi MMPB, panas
dipasok dari ruang terpisah dengan teknik perpindahan panas tidak langsung.

a) Pemanasan kontak langsung b) Pemanasan kontak tidak langsung


Gambar 2 Konsep tungku pirolisa biomassa unggun diam
5 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
2.2.2 Tungku pirolisa unggun terfluidakan

Tungku pirolisa unggun terfluidakan memiliki ruang pirolisa dan ruang pemanasan fluida penggerak
unggun biomassa yang dipirolisa. Ruang pemanasan fluida penggerak bisa diwujudkan dengan gas bakar
hasil pembakaran biomassa pada kondisi bertekanan. Ruang pirolisa diisi juga dengan pasir untuk
penahan dan pendistribusian panas. Biomassa terfluidakan dalam ruang pirolisa akan mengalami proses
pirolisa menghasilkan gas panas dan arang biomassa. Tungku banyak digunakan untuk pirolisa cepat.
Sistem tungku pirolisa unggun terfluidakan digambarkan pada Gambar 3.

Tungku pirolisa unggun terfluidakan memiliki kelebihan dalam hal perpindahan panas yang cepat,
pengendalian reaksi kimia lebih mudah dan waktu tinggal uap cepat, luas permukaan kontak besar dan
kecepatan relatif yang tinggi.

Gambar 3 Sistem tungku pirolisa unggun terfluidakan.

2.2.3 Tungku selinder pirolisa putar


Tungku pirolisa putar pemanasan tidak langsung dikenal dengan nama selinder putar atau rotary drum.
Operasinya berlangsung kontinu. Tipe ini umumnya digunakan untuk produksi arang. Walaupun
demikian, rotary drum dapat digunakan untuk produksi minyak mentah nabati. Sistem selinder putar ini
digambar pada Gambar 4. Biomassa yang dipirolisa diumpankann ke dalam selinder yang berputar.
Biomassa sebagian digunakan sebagai bahan bakar dalam ruang bakar untuk pemanasan selinder secara
tidak langsung.

6 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
Gambar 4 Tungku pirolisa selinder putar

2.2.4 Tungku pirolisa PyRos


Tungku pirolisa cepat berupa reaktor siklon dikembangkan oleh Bramer dan Brem [10] dari Twente
University. Tungku ini dinamakan reaktor PyRos. Biomasa dimasukkan bersama-sama dengan dengan
padatan iner panas ke delam reaktor siklon. Pirolisa terjadi secara cepat dalam siklon ini. Produk gas
panas disaring dengan filter berputar dalam siklon. Sistem tungku pirolisa Pyro diberikan pada Gambar
2.

Reaktor PyRos memiliki kapasitas 1 kg/h. Temperatur pirolisa dilangsungkan pada 450 – 550 oC. Waktu
tinggal gas berkisar 0.5 sampai dengan 1 s. Konversi MMPB diperoleh di atas 50%.

Gambar 5 Tungku pirolisa siklon PyRos, Bramer dan Brem [10]

2.2.5 Tungku pirolisa lain-lain


Banyak teknologi tungku pirolisa yang dikembangkan oleh para peneliti. Tungku pirolisa itu antara lain
tungku pirolisa vortek, tungku pirolisa cakram putar, tungku pirolisa vakum, tungku pirolisa kerucut

7 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
putar, tungku pirolisa auger, tungku pirolisa plasma dan tungku pirolisa mikrowave. Prinsip kerja dan
geometri tunggku-tungka diulas secara ringkas oleh Jahirul dkk (2012). Kesemua tungku pirolisa ini lebih
banyak digunakan pada tingkat laboratorium. Untuk skala yang lebih besar, tungku-tungku yang
dimaksud belum digunakan.

3 Karakteristik Minyak Mentah Pirolisa Biomassa

3.1 Sifat fisik, kimia dan termal


MMPB terdiri dari sekitar 300 hingga 400 senyawa, Evan dan Milne (2007). Selama penyimpanan,
MMPB mengalami perubahan viskositas menjadi lebih kental karena perubahan kimia dan fisik yang
diiringi oleh volatil yang hilang akibat selama penyimpanan. Efek ini terjadi lebih cepat pada suhu lebih
tinggi suhu dan dikurangi jika MMPB disimpan di tempat yang dingin.

Produk MMPB yang diinginkan adalah produk yang memiliki kestabilan dalam sifat kimia dan sifat fisik
seperti viskositas. MMPB dengan sifat yang stabil ditandai oleh MMPB dengan senyawa-senyawa berat
molekul rendah. Senyawa-senyawa dalam MMPB dengan berat molekul tinggi berasal dari hasil pirolisa
lignin, Fahmi dkk (2007).

Sifat penting dari MMPB adalah sifat tidak melarut dengan minyak fosil. Bila MMPB dan minyak fosil
dicampurkan, maka ini akan menghasilkan dua fasa cair yang saling terpisah. Disamping ini, arang halus
yang ada dalam MMPB juga menimbulkan permasalahan dalam kestabilan dan penggunaannya. Langkah
yang harus ditempuh adalah perlakukan pemisahan padatan halus ini dalam MMPB.

Sifat fisik dan kimia MMPB yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh jenis biomassa yang digunakan.
Perbanding sifat fisik untuk beberapa MMPB yang berasal dari biomassa direkapitulasi oleh Jahirul dkk.
(2012) dari hasil beberapa peneliti. Perbandingan itu seperti ditunjukkan oleh Tabel 2.

Tabel 2 Perbandingan sifat fisik dan termal MMPB dengan minyak diesel fosil, Jahirul dkk (2012)

Minyak Kandungan Air, % pH Viskositas, mm2/s LHV, MJ/kg


Diesel fosil - 1 2,4 42,5
MMPB Kayu 15-30 2,5 40-100 19
MMPB Rumput 25 2,9 34 15
MMPB Sekam padi 27 2,8 128 16,4
MMPB Batang jagung 27 2,3 140 16,8
MMPB Serbuk gergaji 24 2,1 140 17,4
MMPB Cangkang sawit 10 2,7 15 20,6

Pirolisa lambat pada temperatur 450 oC dalam tungku pirolisa unggun diam skala laboratorium untuk
biomassa tongkol jagung dilaporkan oleh Ogunjobi dan Lajide (2013). Hasilnya memberikan %konversi
MMPB 42,6 % dan %konversi arang nabatinya sebesar 33,3 %. Sifat fisik dari produk MMPB ini memiliki
densiti 1.1 g/cm3 dan viskositas pada temperatur 50 oC pada tingkat 41,2 cSt. Kandungan abu MMPB
dinyatakan sebesar 0.12%. MMPB mereka bertahan stabil pada waktu 10 bulan dengan pH=5.
8 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
Komposisi produk MMPB di atas di atas yang dianalisa dengan GC-MS terdiri dari 25,5% 4-Etil fenol;
15,2% Fenol; 11,4 o-Guaiacol; 5.8 % 1-15 Pentadecanediol; 5,1% 3-Methyl-1, 2-cyclopentanedione; 4,7
% o-Cresol; 4% 2-Methoxy-4-ethenyl phenol; 3.6 % 2-Methyl-2-cyclopentenone; 3,2% 4-Ethyl
cyclohexanone; 3,1% 2, 6-Dimethoxy phenol (Syringol); 2,5% 2-Methoxy-4-methyl phenol; 2% 3, 5-Di-
tert-butyl phenol; 1% 2, 3-Dihydro benzofuran dan komponen lainnya di bawah 1% (Methoxy eugenol
dan 10-Octadecenoic acid methyl ester).

Hasil lain pirolisa jerami dalam tungku pirolisa unggun terfluidakan dengan ukuran diameter 15 cm dan
tinggi 61,6 cm dipublikasikan oleh Park dkk (2004). MMPB dihasilkan pada temperatur pirolisa 598 oC.
Sifat fisik MMPB ini memiliki densiti 1 gr/cm3, pH=4, temperatur flash pada 69 oC, temperatur tuang
pada -10 oC , viskositas 50 oC pada 71 cSt, kandungan abu pada 0,007% dan kandungan padatatan pada
0,03%.

Produk MMPB yang dihasilkan dari pirolisa tandan kosong sawit dan serat dilaporkan oleh Khor dkk
(2009). Metoda produksi MMPB ini menggunakan unggun diam berupa sebuah selinder dengan
kapasitas 100 kg yang dioperasikan secara partaian. Temperatur pirolisa dilangsungkan pada 600 oC. Laju
pemanasan adalah 5 oC/min. Konversi MMPB yang mereka peroleh adalah 62 % untuk serat dan 13 %
untuk tandan kosong sawit. Warna MMPB dari tandan kosong adalah hitam. Nilai pHnya adalah 3,6.
Kandungan airnya adalah 6,2%. Analisa ultimat MMPB menunjukkan kandungan 68,3% C, 8% H, 21,6%
O, 2% N, 0,03% S dan 0,1% Abu. Nilai kalor MMPB dilaporkan sebesarkan 31,44 MJ/kg.

Jadi, bila dibandingkan dengan bahan bakar cair fosil, MMPB memiliki beberapa sifat yang tidak
diinginkan seperti viskositas tinggi, keasaman tinggi, berat molekul tinggi, ketidakstabilan rendah, dan
adanya pemisahan fase molekul tinggi pada penuaan. Oleh karena itu, MMPB membutuhkan proses
lanjut untuk stabilisasi dan peningkatan kualitasnya sebelum dapat digunakan sebagai bahan bakar di
mesin. Pemisahan fase dianggap sebagai salah satu masalah utama karena merugikan dimana ini terjadi
pada penyimpanan, transportasi dan proses peningkatan kualitas.

3.2 Kinerja pembakaran MMPB


Kajian pembakaran MMPB dilaporkan oleh Gust (1997) dan Oasmaa (2001). Uji pembakaran ini
dilakukan pada boiler. Mereka menyimpulkan pembakaran MMPB di boiler sangat jelak dibandingkan
dengan pembakaran minyak diesel fosil. Ini dikarenakan oleh tingginya viskositas MMPB. Perilaku
pembakaran berbeda untuk MMPB yang berbeda. Panjang api pembakaran MMPB lebih panjang
dibanding minyak diesel fosil. Emisi gas-gas yang berbahaya pada pembakaran MMPB lebih rendah
dibanding pembakaran diesel fosil. Burner untuk pembakaran MMPB berbeda dengan burner
pembakaran minyak diesel fosil.

9 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
4 Analisa Kinetika Reaksi Pendekatan Reaksi Jamak Pirolisa Biomassa

Pirolisis biomassa adalah proses yang sangat kompleks. Ini melibatkan banyak reaksi dan produk yang
dihasilkan. Penelitian-penelitian sebelumnya tentang kinetika reaksi pirolisis biomassa telah banyak
dipublikasikan dari berbagai pendekatan. Hasil model-model ini telah memberikan gambaran yang
mendekati dengan proses nyata yang terjadi pada tungku pirolisis dengan turut memperhitungkan
reaksi sekunder menjadi gas–gas sekunder.

Mill (2000) membuktikan secara percobaan bahwa konversi menjadi bahan volatil YVY dapat melebihi
nilai volatil yang diukur pada analisa proksimat YVM. Perbandingan antara YVY dan YVM pada pirolisa
biomassa disebut sebagai volatile enhancement, VE. Pada kondisi tertentu, nilai VE dapat melebihi nilai
satu. Bindar (2013) mengembangkan model perkiraan nilai VE dari data-data percobaan dari literatur.
Persamaan model VE tersebut fungsi eksponensial dari persamaan polinomial ratio temperatur.
Persamaan ini model ini ditampilkan seperti berikut
𝑓 𝑇
𝑌𝑉𝑌 (𝑇) 5( )
=𝑒 𝑇𝑠 (5)
𝑌𝑉𝑀 (𝑇𝑠 )

𝑻 𝑻 𝟓 𝑻 𝟒 𝑻 𝟑 𝑻 𝟐 𝑻
𝒇𝟓 ( ) = 𝟑, 𝟖𝟕 ( ) − 𝟐𝟖, 𝟐𝟖 ( ) + 𝟖𝟎, 𝟖𝟕 ( ) − 𝟏𝟏𝟐, 𝟖 ( ) + 𝟕𝟕, 𝟎𝟕 ( ) − 𝟐𝟎, 𝟔 (6)
𝑻𝒔 𝑻𝒔 𝑻𝒔 𝑻𝒔 𝑻𝒔 𝑻𝒔

Pemodelan kinetika reaksi pirolisis biomassa dengan memperhitungkan nilai volatile enhancement dan
memberikan persamaan matematika untuk menghitung nilai fraksi masa masing-masing komponen
produk pirolisis biomassa, yi. Asumsi reaksi yang terjadi pada tungku pirolisis berlangsung secara
serentak dan kompetitif menjadi masing-masing komponen produk gas dan arang. Produk gas bisa
terdiri dari senyawa H2O, CO, CO2, CH4, C2H4, C2H6, bio-crude oil berunsur Hdan C, bio-crude oil berunsur
H, C, dan O, bio-crude oil berunsur H,C,O, dan N, dan bio-crude oil berunsur H, C,O dan S. Asumsi yang
digunakan serupa dengan kinetika reaksi bahan teruap dimana setiap reaksi-reaksi yang terjadi
merupakan reaksi orde satu.

Persamaan kinetika kinetika reaksi basis massa padatan dapat dituliskan sebagai
𝑑𝑚𝑝
− 𝑑𝑡
= 𝑘[𝑚𝑝 − (1 − 𝑌𝑉𝑀 )𝑚𝑝,𝑜 ] (7)

dimana mp adalah massa padatan pada waktu t, mp,0 adalah massa padatan awal, 1 - YVM adalah fraksi
padatan pada analisis proksimat dan k adalah koefisien laju reaksi. Persamaan di atas dimodifikasi
dengan mengalikan kedua ruas dengan 1/mp,0 dan menghasilkan

1 𝑑𝑚𝑝 𝑚𝑝
− = 𝑘[ − (1 − 𝑌𝑉𝑀 )] (8)
𝑚𝑝,𝑜 𝑑𝑡 𝑚𝑝,𝑜

Massa volatil yang terbentuk dinyatakan oleh persamaan matematika adalah

10 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
𝑚𝑉𝑌 = 𝑚𝑝 − (1 − 𝑌𝑉𝑀 )𝑚𝑝,𝑜 (9)

Bila persamaan di atas dibagi dengan 𝑚𝑝,𝑜 , maka persamaan yang dihasilkan menjadi
𝑚
𝑌𝑉𝑌 = 𝑚 𝑝 − (1 − 𝑌𝑉𝑀 ) (10)
𝑝,𝑜

Berhubung

𝑑𝑌𝑉𝑌 1 𝑑𝑚𝑝
𝑑𝑡
= −𝑚 𝑑𝑡
(11)
𝑝,𝑜

Maka persamaan kinetika dirumuskan sebagai berikut


𝑑𝑌𝑉𝑌
= 𝑘𝑌𝑉𝑌 (12)
𝑑𝑡

Jika persamaan di atas dijabarkan secara rinci maka laju reaksi pembentukan bahan teruap merupakan
jumlah total laju reaksi masing-masing komponen produk gas dan tar yang terbentuk. Persamaannya
dapat ditulis sebagai

𝑑𝑌𝑉𝑌 𝑑𝑌𝐻2𝑂 𝑑𝑌𝐶𝑂 𝑑𝑌𝐻2 𝑑𝑌𝐶𝑂2 𝑑𝑌𝐶𝐻4 𝑑𝑌𝐶2𝐻4 𝑑𝑌𝐶2𝐻6 𝑑𝑌𝐵𝑂1 𝑑𝑌𝐵𝑂2 𝑑𝑌𝐵𝑂3 𝑑𝑌𝐵𝑂4
𝑑𝑡
= 𝑑𝑡
+ 𝑑𝑡
+ 𝑑𝑡
+ 𝑑𝑡
+ 𝑑𝑡
+ 𝑑𝑡
+ 𝑑𝑡
+ 𝑑𝑡
+ 𝑑𝑡
+ 𝑑𝑡
+ 𝑑𝑡
(13)

dimana BO1 adalah Bio-crude oil HC, BO2 adalah Bio-crude oil HCO, BO3 adalah Bio-crude oil
HCON dan BO4 adalah Bio-crude oil HCOS.

Persamaan kinetika masing-masing komponen pada suku kanan Pers (13) dituliskan kembali dalam
bentuk :
𝑑𝑌𝑖
𝑑𝑡
= 𝑘𝑖 𝑌𝑉𝑌 (14)

dimana dYi / dt adalah laju pembentukan bahan teruap komponen I, ki adalah konstanta laju reaksi
pembentukan komponen I, YVY = fraksi massa total komponen volatile, dan i adalah komponen
bahan teruap, seperti : H2O, CO, H2, CO2, CH4, C2H4, C2H6, BO1, BO2, BO3, BO4

5 Potensi Indonesia Untuk Produksi Minyak Mentah Pirolisa Biomassa

Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memproduksi MMPB ini. Biomassa bukan pangan ditanam
secara sengaja sebagai bahan baku untuk produksi MMPB. Teknologi pirolisa yang digunakan adalah
teknologi pirolisa yang mampu memproses apapun biomassanya. Teknologi pirolisa yang dikembankan
adalah teknologi pirolisa yang sesuai dengan karakteristik pasokan bahan baku biomassa itu sendiri.

Produktivitas tanah per hektar per tahun dalam menghasilkan biomassa kering (15 % kandungan air)
dinyatakan sebagai variabel PBio ton/ha/tahun. Fraksi konversi pirolisa biomassa menjadi MMPB adalah

11 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
YMMPB ton MMPB/ton Biomassa. Luas tanah yang menghasilkan biomassa di atas di Indonesia adalah
ABio,I ha. Potensi produksi MMPB di Indonesia per tahunnya MMMPB,I dinyatakan oleh persamaan

𝑀𝑀𝑀𝑃𝐵,𝐼 = 𝑌𝑀𝑀𝑃𝐵 𝑃𝐵𝑖𝑜 𝐴𝐵𝑖𝑜,𝐼 , ton/tahun (15)

Bila 1 kg minyak mentah fosil memiliki nilai kalor 2,5 kali lebih besar dari nilai kalor 1 kg MMPB, maka
produksi MMPB ekivalen minyak mentah fosil per tahunnya MMF,ek diperoleh sebesar

𝑀𝑀𝐹,𝑒𝑘 = 0,4 𝑌𝑀𝑀𝑃𝐵 𝑃𝐵𝑖𝑜 𝐴𝐵𝑖𝑜,𝐼 , ton/tahun (16)

Densiti dari MMPB dapat ditetapkan sebesar 1 kg/l. Nilai 1 barrel adalah 159,6 liter. Potensi produksi
MMPB ekivalen barrel minyak fosil pertahun dinyatakan oleh VMF,ek adalah

𝑉𝑀𝐹,𝑒𝑘 = 0,002506 𝑌𝑀𝑀𝑃𝐵 𝑃𝐵𝑖𝑜 𝐴𝐵𝑖𝑜,𝐼 , barrel ekivalen minyak fosil/tahun (17)

Berdasarkan persamaan di atas, potensi produksi MMTB dalam barrel ekivalen minyak bumi ditunjukkan
oleh Gambar 6. Potensi Indonesia untuk produksi MMPB ini melebihi nilai energi minyak yang
diproduksi Indonesia sekarang. MMPB akan menempati kontribusi terbesar nantinya dalam menyangga
kebutuhan energi minyak dibanding minyak nabati lainya.

Gambar 6 Potensi Indonesia untuk produksi MMPB dalam ekivalen minyak bumi dalam ribu barrel per
tahun.

12 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
6 Kesimpulan

Minyak mentah pirolisa biomasa merupakan kandidat yang menarik untuk mampu menyangga
kebutuhan energi minyak di masa depan. Teknologi produksinya dapat dikembangkan dari skala
laboratorium, skala pilot, skala semi-komersial dan skala komersial. Pengembangan teknologi ini
disesuaikan dengan sifat pasokan biomassa. Potensi Indonesia untuk produksi MMPB ini sangat
menjanjikan. Prediksi potensi memperlihatkan bahwa angka potensinya jauh melebihi besarnya
produksi minyak bumi Indonesia sekarang. MMPB akan menempati kontribusi terbesar nantinya dalam
menyangga kebutuhan energi minyak dibanding minyak nabati lainya. Pengembangan pengolahan
hilirnya dalam hal pengilangan MMPB menjadi produk minyak siap pakai nanti sangat diperlukan.
Indonesia memiliki semua tentang potensi energi sumber hayati ini.

13 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
Referensi
[1] Hubbert, M.K., (1946), Energy fromm Fossil Fuels, Science, Vol. 109, No.2825, pp 103-109.
http://www.oilcrisis.com/hubbert/science1949/
[2] Hubbert, M.K., (1956), Nuclear Energy and Fossil Fuels, Spring Meeting of Southern District
Division Production American Petroleum Insitute, San Antonio Texas, March 7-9.
www.hubbertpeak.com/hubbert/1956/1956.pdf
[3] Hughes, L. dan Rudolph, J., (2011), Future world oil production: growth, plateau, or peak?,
Current Opinion in Environmental Sustainability 2011, 3:225–234.
www.soest.hawaii.edu/GG/FACULTY/ITO/GG410/Peak_Oil/Hughes_Future_Word_Oil_GrowthPl
ateauPeak_EnvSust11.pdf
[4] Bridgwater, A.V., (2012), Review of fast pyrolysis of biomass and product upgrading, Biomass
and Bioenergy, Vol.38, pp. 68-94. http://www.sciencedirect.com/science/journal/09619534/38
[5] Shuangning Xiu, S. dan Shahbazi, A., (2012), Bio-oil production and upgrading research: A
review, Renewable and Sustainable Energy Reviews, Vol. 16, pp. 4406–4414.
www.sciencedirect.com/science/journal/13640321/16/7
[6] Isahak, W.N.R.W, Hisham, M.W.M, Yarmo, M.A., dan Hin, T.Y., (2012), A review on bio-oil
production from biomass by using pyrolysis method, Renewable and Sustainable Energy Reviews
Vol. 16, pp. 5910–5923
[7] Bridgwater, A.V. , (2009), Biomass pyrolysis. In: Bridgwater AV, Hofbauer H, van Loo S. (Eds.).
Thermal biomass conversion. CPL Press, 37 – 78, pp. 423 – 429
[8] Ogunjobi, J.K, dan Lajide, L., (2013), Characterisation of Bio-Oil and Bio-Char from Slow-
Pyrolysed Nigerian Yellow and White Corn Cobs, Journal of Sustainable Energy & Environment,
Vol. 4, pp.77-84.
[9] Park, Y., Jeon J., Kim, S. dan Kim, J., (2004), Bio-Oil from Rice Straw by Pyrolysis Using Fluidized
Bed and Char Removal System, Prepr. Pap.-Am. Chem. Soc., Div. Fuel Chem, Vol. 49., No. 2.
https://web.anl.gov/PCS/acsfuel/preprint%20archive/Files/49_2_Philadelphia_10-04_1157.pdf
[10] Bramer, E.A., dan Brem, G., A novel technology for fast pyrolysis of biomass: PyRos reactor,
Twente University, P.O.Box 217, 7500 AE Enschede, The Netherlands.
http://infohouse.p2ric.org/ref/35/34254.pdf
[11] Khor, K.H., Lim, K.O., dan Zainal, Z.A., (2009), Characterization of Bio-Oil: A By-Product from
Slow Pyrolysis of Oil Palm Empty Fruit Bunches, American Journal of Applied Sciences Vol. 6, No.
9, pp. 1647-1652.
[12] Evans, R., dan Milne, T., (1987), Molecular characterisation of the pyrolysis of biomass Energy
Fuel, 1, pp. 123–137.
[13] Jahirul, M.I., Rasul, M.G., Chowdhury, A.A., dan Ashwath, N., (2012), Biofuels Production
through Biomass Pyrolysis—A Technological Review, Energies Vol. 5, pp. 4952-5001
[14] IEA, (2006), IEA Bioenergy: Task 34, Pyrolysis of Biomass, Annual Report, International Energy
Agency: Paris, France.
[15] Stals, M., Carleer, R., Reggers, G., Schreurs, S., dan Yperman, J., (2010), Flash pyrolysis of heavy
metal contaminated hardwoods from phytoremediation: Characterisation of biomass, pyrolysis
oil and char/ash fraction. J. Anal. Appl. Pyrolysis , Vol. 89, pp.22–29
[16] Fahmi, R., Bridgwater, A., Thain, V.S., Donnison, I., (2007) Prediction of Klason lignin and lignin
thermal degradation products by Py-GC/MS in a collection of Lolium. and Festuca. grasses. J.
Anal. Appl. Pyrolysis, Vol. 80, pp. 16–23.
[17] Gust, S., (1997), Combustion Experiences of Flash Pyrolysis Fuel in Intermediate Size Boilers. In
Developments in Thermochemical Biomass Conversion; Bridgwater, A.V., Boocock, D.G., Eds.;
Blackie Academic & Professional: London, UK, pp. 481–488.

14 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta
[18] Oasmaa, A., Kytö, M., Sipilä, K., (2001) Pyrolysis Oil Combustion Tests in an Industrial Boiler. In
Progress in Thermochemical Biomass Conversion; Blackwell Science, Oxford, UK, pp. 1468–1481
[19] Mill, C. J., (2000), Pyrolysis ofFine Coal Particles at High Heating Rate and Pressure. Sydney,
University of New South Wales.
[20] Bindar, Y., (2013), New Correlations for Coal and Biomass Pyrolysis Performance with Coal
Biomass Type Number and Temperature. J. Eng. Technol. Sci. , Vol. 45, pp. 275-293.

15 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Appropriate Technology for Biomass Derived Fuel Production, BPPT,
nd rd
Rabu 17 Februari 2016, Ruang Komisi Utama, BPPT 2 Building 3 Floor, Jl.Thamrin No.8, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai