Anda di halaman 1dari 18

TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIDANG KESEHATAN DAN

KEPERAWATAN

Disusun oleh:

kelompok 3

1. Adelia ( PO7120118001)

2. Della ananda putri (PO7120118024)

3. Dewi febriani (PO7120118029)

4. Dewinda (PO7120118030)

PRODI DIII KEPERAWATAN PALEMBANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “ konsep teknologi informasi dalam bidang kesehatan dan keperawatan” ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
hikmah shalat dan puasa bagi kesehatan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yangmembangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Penyusun

Kelompok 3
TUJUAN PEMBELAJARAN

Umum :

1. mahasiswa dapat mengetahui perkembangan teknologi informasi dalam bidang


kesehatan secara luas
2. mahasiswa dapat megetahui perkembangan teknologi informasi dalam bidang
keperawatan

Khusus :

1. mahasiswa mampu menganalisis perkembangan teknologi keperawatan atau


teknologi kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh keperawatan. Serta
mempermudah bagi tenaga medis dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
efisien dan efektif dan dapat memepermudah bagi perawat dalam memonitor
klien.
PENDAHULUAN

1. Sistem Informasi Kesehatan

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di


seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka
penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-
undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes
Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi
bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung
kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan
dari sudut padang manejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the
art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi
nasional. (Sanjoyo). Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang
berbasis computer (Computer Based Hospital Information System) di
Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an. Rumah sakit di Indonesia
sudah ada yang memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya.
Namun, tampaknya komputerisasi dalam di instansi rumah sakit, kurang
mendapatkan hasil yang cukup memuaskansemua pihak.

2. Sistem informasi keperawatan

Sistem informasi keperawatan merupakan kombinasi dari ilmu komputer,


informasi dan keperawatan yang disusun untuk mempermudah manajemen
,proses pengambilan keputusan, dan pelaksanaan asuhan keperawatan. Salah
satu penggunaan sistem informasi keperawatan di kembangkan pada tahun
1960-1970 -an adalah dengan pendokumentasian keperawatan
terkomputerisasi. Pendokumentasian terkomputerisasi memfasilitasi
pembakuan klasifikasi asuhan keperawatan sehingga menghilangkan
ambiguitas dalam pendokumentasian keperawatan. Sedangkan menurut
ANA (Vestal, Khaterine, 1995) sistem informasi keperawatan berkaitan
dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, informasi dan
pengetahuan tentang standar dokumentasi, komunikasi, mendukung proses
pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan
pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan
keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih asuhan kesehatan
yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu organisasi
terletak pada keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat
dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna, akurat,
terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.

3. Sejarah Sistem Informasi Keperawatan

Komputer telah dikenal berpuluh – puluh tahun lalu, tetapi rumah sakit
lambat dalam menangkap revolusi komputer. Perawat terlambat
mendapatkan manfaat dari komputer, usaha pertama dalam menggunakan
komputer oleh perawat terjadi pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun
1970-an, penggunaannya mencakup automatisasi catatan perawat untuk
menjelaskan status dan perawatan pasien dan penyimpanan hasil sensus dan
gambaran staf keperawatan untuk analisa kecenderungan masa depan staf.

Pada pertengahan tahun 1970-an ide dari sistem informasi rumah sakit
diterapkan dan perawat mulai menerapkan sistem informasi manajemen
keperawatan. Pada akhir tahun 1980-an munculah sistem mikro komputer
yang semakin mendukung pengembangan sistem informasi keperawatan. Di
Indonesia sistem informasi manajemen keperawatan masih minim
penerapannya, pendokumentasian keperawatan umumnya masih
menggunakan pendokumentasian tertulis. Pemerintah Indonesia sudah
memiliki visi tentang sistem informasi kesehatan nasional, yaitu Reliable
Health Information 2010 (Depkes,2001). Pada perencanaannya sistem
informasi kesehatan akan di bangun di Rumah Sakit kemudian di
masyarakat, tetapi pelaksanaanya belum optimal.
4. Fungsi Sistem Informasi Keperawatan

Konseptual model dalam sistem informasi keperawatan berdasarkan 4 fungsi


utama dalam praktik keperawatan klinik dan administratif:

a) Proses perawatan pasien

Proses perawatan pasien adalah apa yang telah dilakukan oleh perawat kepada
pasien yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, jadwal perawatan dan
pengobatan, catatan keperawatan, pola makan, prospektif, beban kerja ,
administrasi pasien.

b) Proses managemen bangsal

Aktivitas yang berhubungan dengan fungsi bangsal untuk secara efektif


menggunakan sumber dalam merencanakan objek secara spesifik.
Mentransformasikan informasi pada manajemen yang berorientasi informasi
dalam pengambilan keputusan: jaminan kualitas, sudut pandang aktivitas di
bangsal keperawatan, jadwal dinas karyawan, manajemen perseorangan,
perencanaan keperawatan, manajemen inventarisasi dan penyediaan sarana dan
prasarana, manajemen finansial, kontroling terhadap infeksi.

c) Proses Komunikasi

Seluruh aktivitas dikonsentrasikan pada komunikasi pada pasien dan subjek lain
yang memiliki hubungan dengan subjek pengobatan, perjanjian dan
penjadwalan, review data, transformasi data, dan segala bentuk pesan.

d) Proses Pendidikan dan Penelitian

Pendokumentasian fungsi dan prosedural.


5. Keuntungan Menggunakan Sistem Informasi Keperawatan
 Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan
 Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam
penyimpanan arsip.
 Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama.
 Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang
dengan baik akan mendukung otonomi yang dapat dipertanggung
jawabkan.
 Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat
membantu pengambilan keputusan secara cepat
 Meningkatkan produktivitas kerja.
 Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan (Gurley
L, Advantages and Disadvantages of Electronic Medical Record, diakses
dari http://www.aameda.org/member )

Sedangkan menurut Holmes (2003,dalam Sitorus 2006), terdapat keuntungan


utama dari dokumentasi berbasis komputer yaitu:

Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan cepat
diketahui.

Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan


waktu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

Accessebility, legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik dari


pasien dalam satu lokasi.

6. Penerapan Sistem Informasi Dalam Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi perawatan merupakan bagian penting dari dokumentasi


klinis. Namun, dokumentasi proses keperawatan sering kurang berkualitas.
Untuk meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat maka perlu diterapkan sistem infomasi keperawatan dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan. Ada harapan tinggi bahwa komputer
dapat mendukung dalam dokumentasi keperawatan akan membantu
meningkatkan kualitas dokumentasi. Namun dengan diterapkannya
komputerisasi di rumah sakit juga perlu diimbangi oleh kemampuan perawat
dalam mengoperasionalkan komputer.

Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam penggunaan komputer


maka perawat telah menyoroti kebutuhan untuk pelatihan dalam penggunaan
teknologi informasi, dan penilaian kritis penting untuk profesional perawat.
(Docker, et all.,2003)

Dokumentasi keperawatan yang ada sekarang ini adalah dokumentasi


keperawtan yang berbasis kertas. Namun pada kenyataannya sering
ditemukan bahwa proses tersebut tidak terintegrasi ke dalam dokumentasi
keperawatan.Sering kita menemukan dokumentasi yang kurang lengkap,
alasannya antara lain perlu waktu yang banyak, kualitas catatan berbasis
kertas masih rendah dan pemanfaatan dokumentasi masih terbatas dari
proses keperawatan. Masalah-masalah ini menyebabkan upaya untuk
mendukung proses keperawatan dengan sistem berbasis komputer untuk
mengurangi beban perawat dalam dokumentasi.Penerapan sistem informasi
keperawatan dalam dokumentasi asuhan keperawatan bertujuan untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan.
Dokumentasi yang berbasis komputer selain meningkatkan kualitas juga
memungkinkan penggunaan kembali data keperawatan untuk manajemen
keperawatan dan penelitian keperawatan. Hal ini seperti yang terdapat dalam
hasil penelitian dari Mueller, et all.2006 yang menyatakan bahwa kualitas
dokumentasi keperawatan semakin meningkat dengan diterapkannya Quality
of Nursing Diagnoses, Interventions, and Outcomes (Q-DIO).Penelitian ini
mendukung penggunaan Q-DIO dalam mengevaluasi dokumentasi
keperawatan diagnosis, intervensi, dan hasil asuhan keperawatan.
Berdasarkan hal tersebut maka untuk meningkatkan kualitas dokumentasi,
perawat membutuhkan dukungan melalui pendidikan agar mengetahui
langkah-langkah untuk menghubungkan diagnosa dengan intervensi, spesifik
ke etiologi diidentifikasi,dan untuk mengidentifikasi hasil asuhan
keperawatan. Adanya peningkatan dokumentasi tersebut membuktikan
bahwa dengan diterapkannya Q-DIO dapat berguna sebagai alat audit
dokumentasi keperawatan dan harus dikembangkan sebagai fitur terintegrasi
secara elektronik. (Mueller, et all.2006).

1) Definisi Telenursing

Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam


memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana
ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa
perawat. Sebagai bagian dari telehealth dan beberapa bagian terkait dengan
aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis,telekonsultasi dan
telemonitoring (http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing, diperoleh tanggal 1
september 2019).

Telenursing menunjukkan penggunaan tehnologi komunikasi oleh


perawat untuk meningkatkan perawatan pasien. Telenursing menggunakan
channel elektromagnetik (wire, radio, optical) untuk mengirim suara, data dan
sinyal video komunikasi. Dapat juga didefinisikan sebagai komunikasi jarak
jauh menggunakan transmisi elektrik atau optic antara manusia dan atau
computer (http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm, diperoleh tanggal 1
September 2019).

Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk


memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat
ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-
fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video conference.
Telenursing bagian integral dari telemedicine atau telehealth (http://www.inna-
ppni.or.id/ index.php?name =News &file=article&sid=71, diperoleh tanggal 1
September 2019)

A. Manfaat telenursing

Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :

Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat
mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat
darurat, rumah sakit dan nursing home). Dengan sumber daya yang minimal
dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas
geografis. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu
tinggal di rumah sakit

Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian dan


monitoring yang sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing
dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan
meningkatkan pemanfaatan teknologi berhasil dalam menurunkan total biaya
perawatan kesehatan dan meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan tanpa
banyak memerlukan sumber.

Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan


keperawatan ( model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan
berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat juga digunakan dikampus
dengan video conference, pembelajaran on line dan Multimedia Distance
Learning.

B. Faktor dalam Menjalankan Telenursing Untuk dapat diaplikasikan maka ada


beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1. Faktor legalitas
Dapat didefinisikan sebagai otonomi profesi keperawatan atau institusi
keperawatan yang mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing.
2. Faktor financial
Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana
dan prasaranya sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi
profesi dalam penyediaan aspek financial dalam pelaksanaan telenursing
3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang
telenursing. Perawat dan pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi
telenursing. Terlaksananya telenursing sangat tergantung dari aspek pengetahuan
dan skill antara pasien dan perawat. Pengetahuan tentang telenursing harus
didasari oleh pengetahuan tehnologi informasi.
4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan
telenursing. Tanpa ada motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan
bisa berjalan dengan baik.
Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik
disebabkan oleh karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana
dan prasarana serta kurangnya dukungan pelaksanaan telenursing dari
pemerintah. Untuk mensiasati keterbatasan pelaksanaan telenursing bisa dimulai
dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat telepon yang sudah banyak
dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan atau pelayanan
keperawatan. Telenursingmenggunakan telepon ini dapat diaplikasikan di unit
gawat darurat dan home care.

C. Aplikasi Telenursing

Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat


telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang
sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat
menggunakan system memonitor parameter fisiologi seperti tekanan darah,
glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui system
interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun
video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana
mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas.
Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit
kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit kardiopulmoner. Telenursing
membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan,
khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat
menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online.
Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak
antara pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu
pasien dan keluarganya.

D. Kelebihan dan kekurangan Telenursing

1) Kelebihan Telenursing
Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang
pelayanan keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan
keperawatan jarak jauh. Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara
lain :
1. Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,
2. Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,
3. Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan,
4. Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,
5. Berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di
rumah dengan jarah yang jauh dari pelayanan kesehatan, dan
6. Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk
mengakses penyedia layanan melalui mekanisme seperti : konferensi video dan
internet (American Nurse Assosiation, 1999).
7. Peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih
luas dan merata,
8. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance
learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan
dan meningkatkan kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan
keperawatan yang diberikan serta meningkatkan mutu pelayanan perawatan di
rumah (home care).
9. Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien, karena dengan
diterapkannya telenursing semakin meningkatkan kepuasan pasien dan
keluarga dan meningkatkan kepatuhan.Telenursing telah menyediakan sarana
bagi konsumen untuk memanggil perawat agar mendapatkan saran kesehatan.
seorang perawat dengan pelatihan khusus dapat menawarkan pendidikan dan
dukungan, sehingga ini bermanfaat karena klien membutuhkan dukungan
yang tidak mungkin didapatkan dengan kontak langsung.

2) Kekurangan dan hambatan dalam telenursing


Menurut Amy Peck (2005) ada tiga ketegori dasar hambatan
dalam telenursing, meliputi: perilaku, legislatif, dan teknologi. Hambatan
perilaku, ada ketakutan bahwa perawat akan mendelegasikan tugas ke mesin.
Pada awalnya perawat akan resisten terhadap telenursingakibat kurangnya
penguasaan terhadap teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Namun
dengan adanya pelatihan dan adanya support system, perawat bisa merasakan
manfaat telenursing untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursing muncul
sebagai issue kebijakan public secara mayor, belum adanya kepastian lisensi
tentang telenursing. Secara teknologi, Elektronik Health Record (EHR) dan
standar data mendukung perkembangan telenursing.
Tanpa EHR telehealth tidak bisa bekerja. Ketersediaan system penyimpanan
data pasien kapanpun dan dimanapun provider membutuhkannya.

Sumber lain menyebutkan, antara lain :


1. Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi
kualitas pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan bahwa
kontak langsung dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan
emosional dan sentuhan terapeutik.
2. Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan kegagalan
teknologi seperti gangguan koneksi internet atau terputusnya hubungan
komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya sehingga menggangu
aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain itu juga meningkatkan risiko
terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.
KESIMPULAN

Teknologi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat penting,terutama dalam


memberikan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.Seiring dengan
perkembangan teknologi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang harus
di penuhi.Hal tersebut membuat keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk
terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi
informasi.

SARAN

Pemerintah atau lembaga kesehatan hendaknya segera meningkatkan standar dan mutu
sistem kesehtan di Indonesia, terutama yang berhubungan dengan teknologi karena bila
di bandingkan dengan negara lain ini masih sangat tertinggal.Untuk membenahi hal
tersebut maka harus di butuhkan solusi cerdas.
DAFTAR PUSTAKA

1. (http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing, diperoleh tanggal 1 september 2019).


2. (http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm, diperoleh tanggal 1 september 2019).
3. (Gurley L, Advantages and Disadvantages of Electronic Medical Record, diakses
dari http://www.aameda.org/member ) di akses 1 September 2019
4. Eka Sri Wardani.(http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm. diakses 1 September
2019
5. Habibjaya.(http://www.inna-ppni.or.id/ index.php?name =News
&file=article&sid=71). di akses 1 Sepetember 2019
6. Jasun, (2006), Aplikasi Proses Keperawatan Dengan Pendekatan Nanda NOC dan
NIC Dalam Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Di Banyumas
7. Haryanto, Edy. (2008). Teknologi Informasi dan Komunikasi: Konsep dan
Perkembanganteknologidalamkeperawatan.
Soal

1. Kombinasi dari ilmu komputer, informasi dan keperawatan yang disusun untuk
mempermudah manajemen ,proses pengambilan keputusan, dan pelaksanaan
asuhan keperawatan merupakan pengertian dari ....
A. Sistem informasi kesehatan
B. Sejarah sistem informasi kesehatan
C. Sistem informasi keperawatan
D. Sejarah sistem informasi keperawatan
E. Fungsi sistem informasi keperawatan

2. Dapat didefinisikan sebagai otonomi profesi kepeerawatan atau instusi


keperawatan yang mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing
disebut faktor ....
A. Faktor legalitas
B. Faktor finansial
C. Faktor skil
D. Faktor motivasi
E. Faktor profesi

3. Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana


dan prasananya sangat banyak disebut faktor ...
A. Faktor legalitas
B. Faktor finansial
C. Faktor skil
D. Faktor motivasi
E. Faktor profesi

4. Salah satu kekurangan telenursing adalah ...


A. Mengurangi waktu tunggu
B. Mengurangi kunjungan yang tidak perlu
C. Mempersingkat hari rawat
D. Mengurangi biaya perawatan
E. Tidak adanya interaksi langsung antara perawat dan klien

5. Suatu pengelolahan informasi diseluruh tingkat pemerintah secara sistematis


dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat disebut ...
A. Sistem informasi kesehatan
B. Sejarah sistem informasi kesehatan
C. Sistem informasi keperawatan
D. Sejarah sistem informasi keperawatan
E. Fungsi sistem informasi keperawatan

Anda mungkin juga menyukai