Anda di halaman 1dari 12

E-ISSN - 2477-6521

Vol 4(1) Februari 2019 (150-161)

Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan


Avalilable Online http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance

Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas Pada Kelompok Lanjut Usia


Loriza Sativa Yan*,Dian Octavia, Wide Suweno
STIKES Harapan Ibu Jambi
*
Email korespondensi: mnsloriza@yahoo.com

Submitted :17-07-2018, Reviewed:12-08-2018, Accepted:05-09-2018


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v4i1.3542

ABSTRAK
Indonesia termasuk negara yang berstruktur piramida penduduk tua. Tingginya peningkatan usia tua
menambah beban pembangunan kesehatan nasional. Salah satu masalah kesehatan ini dikenal sebagai
imobilitas dan jatuh yang berulang. Pengalaman jatuh yang dialami membuat lansia membatasi
aktifitasnya secara optimal. Di Indonesia hampir 80% kelompok usia lanjut terutama usia 65 tahun
keatas menjadikan imobilitas sebagai masalah yang mudah ditemukan tetapi sering tidak disadari
efeknya oleh lansia dalam kesehariannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jatuh menjadi faktor
resiko yang sangat erat kaitannya dengan kejadian imobilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan pengalaman jatuh dengan kejadian imobilitas pada kelompok lanjut usia.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 95 orang
dipilih secara accidental sampling. Data penelitian dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman
Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 88,4% responden tidak mempunyai pengalaman
jatuh dan sebnayak 48,4% responden dalam kategori kejadian imobilitas yang tinggi. Penelitian ini
mengidentifikasi bahwa terdapat hubungan yang signifikan pengalaman jatuh sebagai faktor internal
terhadap kejadian imobilitas yang dialami lansia. Hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil
penelitian adalah perlunya penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor resiko imobilitas dan
intervensi keperawatan dalam pencegahan kejadian jatuh yang dialami lansia.

Kata kunci: Jatuh; Imobiitas; Lanjut Usia

ABSTRACT
Indonesia have been structurezed by old pyramid people.Its was a slighthy number thats effect to a
nationality burden. One of case called as immobility and recurent of falls. Falls experienced among
older people to limit their activities optimally. Amount of 80% of elders Indonesian who aged more
than 65 years old forced it, they were more likely to be patient but they were not to be aware during
their daily activities in this case.The previous studies showed that falling into risk factors that are closely
related to the incidence of immobilization.This study aimed to identify the relationship between falls’
experience and immobility incidence among older people. The research approach used a cross-sectional
design and the number of samples of 95 people selected by accidental sampling. Data were analyzed by
Spearman Rank correlation test.The results showed that 88.4% of respondents had no experience of fall
and 48.4% of respondents in the category of high immobility events.This study was identified that a
significantly relathionship between falls’ experience among older people as an internal factor against
immobility events. Based on the results of study,it is suggested that further research needs to investigate
the risk factors of immobility and the fall prevention program for elderly.

Keywords: Falls’ Experience; Imobility; Older People

LLDIKTI Wilayah X 150


Loriza Sativa Yan et all | Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas Pada Kelompok Lanjut
Usia

(150-161)
PENDAHULUAN 2016). Masalah imobilitas muncul karena
Terpenuhinya derajat kesehatan adanya penurunan fungsi persistem akibat
menjadi bagian hak yang bisa dirasakan proses penuaan, diantaranya terjadi
setiap manusia. Sedangkan kesejahteraan penuaan sistem sensori, muskuloskletal,
dalam bidang kesehatan juga harus neurologis adapun efek yang di timbulkan
diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa dari penuaan yang terjadi (Edelman &
Indonesia (Kemenkes RI, 2016). Adapun Ficorelli, 2012).
kelompok masyarakat yang paling Keadaan imobilitas di usia tua
membutuhkan pelayanan kesehatan yaitu dapat menyebabkan kekakuan pada otot-
yang memiliki gangguan penyakit kronis otot, timbulnya rasa nyeri dan adanya
baik menular maupun tidak menular, status ketidakseimbangan saat bergerak bagi
ekonomi lemah, penyandang disabilitas, pasien lanjut usia. Imobilisasi dapat
dan juga lansia. Lansia dipandang sebagai mengakibatkan komplikasi seperti
masa kemunduran, dimana seseorang terjadinya penurunan ventilasi, atelektasis,
mengalami penurunan fungsi baik secra gangguan ginjal serta hiperkalsemia dan
fisik maupun psikologis (BPS, 2014). intoleransi glukosa (Miller, 2012). Hal ini
Proses menua dan usia lanjut merupakan menjadi penting untuk dipahami oleh
proses alami yang dialami oleh setiap orang anggota keluarga tentang efek lanjut akibat
(Miller, 2012). imobilisasi yang ditimbulkannya pada
Lanjut usia (lansia) adalah lansia (Hoffman, 2010).
seseorang yang telah mencapai usia 60 Imobilitas sangat berkatan dnegan
tahun ke atas (Infodatin, 2016). Populasi jatuh khususnya kelompok lanjut usia.
lansia di Asia Tenggara sebesar 8 % atau Imobilitas tersebut timbul dikarenakan oleh
sekitar 142 juta jiwa. Estimasi tahun 2050, faktor fisik, psikologis bahkan dari
populasi lansia meningkat tiga kali lingkungan Frekuensi jatuh dapat
lipatnya, dimana jumlah penduduk lansia menimbulkan efek fobia pada lansia yang
sekitar 5 juta jiwa atau 7.4 % dari total akhirnya lansia tersebut membatasi
seluruh penduduk. Populasi lansia di aktifitasnya sehingga menyebabkan
Indonesia diperkiraan dari tahun 2010- kejadian imobilitas (Touhy & Jett, 2016).
2035 memasuki periode lansia (ageing) Jatuh merupakan sebuah kondisi yang tidak
sebnayak 10 % penduduk akan berusia 60 dapat diperkirakan kapan, dimana dan
tahun ke atas (Kemenkes RI, 2016), dan penyebab terjadinya. Seringkali jatuh
memasuki peringkat lima besar di dunia dianggap sebagai hal yang biasa saja oleh
mencapai 7,6 persen dari totoal penduduk lansia apalagi jatuh tersebut tidak
(BPS, 2014). Angka secara nasional menimbulkan efek-efek yang lebih
jumlah populasi lansia Indonesia adalah memberatkan.
24.24% provinsi tersebut memiliki lansia Studi terdahulu menyebutkan
lebih dari 7%, termasuk Provinsi Jambi bahwa jatuh terutama kalangan usia lanjut
(BPS, 2014). Pada tahun 2015, data di beberapa negara berkembang termasuk
cakupan tertinggi ada di Kota Jambi sebesar Indonesia sangat merugikan kesehatan
35.276 lansia. lansia baik pengalaman jatuh dengan atau
Pesatnya pertumbuhan populasi tidak terjadinya penurunan kesadaran
lansia sebanding dengan peningkatan (Poudal, Neupane & Lopchan, 2014).
berbagai macam masalah kesehatan yang Prevalensi frekuensi pernah jatuh berulang
diderita di usia lanjut (Infodatin, 2016). terjadi peningkatan diantara populasi usia
Imobilisasi tercatat menjadi salah satu lanjut Indonesia setiap periodenya. Data
masalah kesehatan umum yang paling menunjukkan lebih dari 30% orang berusia
sering dijumpai pada kelompok lebih dari 65 tahun setiap tahunnya
pasien usia lanjut tersebut (Sunaryo, dkk, mempunyai pengalaman jatuh sedangkan

LLDIKTI Wilayah X 151


Loriza Sativa Yan et all | Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas Pada Kelompok Lanjut
Usia

(150-161)
pengalaman jatuh berulang cenderung melakukan aktivitas sehari-harinya, bahkan
berisiko tiga kali lebih besar dialami oleh terkadang tidak mampu sama sekali untuk
lansia yang berusia di atas 85 tahun. beraktivitas kembali karena disebabkan
Kejadian jatuh ini sering terjadi kondisi cidera, fraktur bahkan trauma yang
pada lansia yang tinggal di rumah sendiri diderta (Nugroho, 2010). Sedangkan efek
atau bersama keluarganya dan kelompok psikologis yang di timbulkan adalah
lansia yang tinggal di institusi seperti panti sindrom setelah jatuh dalam kondisi
werdha atau nursing home (Anderson, imobilitas seperti kecemasan, perasaan
2014). Insiden di rumah perawatan tercatat malu dan penurunan harga diri, serta dapat
bahwa 3 kali lebih banyak 5% kasus menimbulkan kematian apabila tidak
penderita yang jatuh ini memerlukan ditangani sedini mungkin setelah jatuh
perawatan khusus di rumah sakit (Centers dialami oleh lansia (Yan & Rismawati,
for Disease Control and Prevention, 2014). 2015). Hal tersebut menjadi hal penting
Adapun tempat yang paling sering lansia dalam imobilitas.
jatuh adalah diluar rumah dan di dalam Imobilitas yang dirasakan dapat
rumah (Kemenkes RI, 2016). Oleh karena menurunkan kualitas hidup dan status
itu dampak lanjut yang ditimbulkan akibat kesehatan lansia (Ramic, et al, 2017).
pengalaman jatuh tidak boleh dibiarkan Banyak penelitian yang telah
begitu saja. mendokumentasikan adanya hubungan
Kejadian jatuh tergolong masalah yang signifikan antara pengalaman jatuh
yang sangat mudah ditemukan diantara dengan kejadian imobilitas. Salah satunya
populasi usia lanjut di Indonesia. Jatuh penelitian yang dilakukan oleh (Rantanen,
dapat terjadi dimana dan kapan saja yang 2012) dengan metode penelitian kuantitatif
tidak ditentukan kapan waktu terjadinya. terhadap lansia yang tinggal di komunitas,
Menurut hasil (Riset Kesehatan Dasar, penelitian ini menunjukkan terdapat
2015) bahwa terjadi peningkatan untuk hubungan yang positf antara pengalaman
masalah jatuh baik yang menimbulkan jatuh dengan kejadian imobilitas artinya
cidera maupun jatuh yang tidak semakin sering frekuensi jatuh yang
menyebabkan cidera atau trauma yakni dialami lansia semakin rendah derajat
mencapai persentase 40,9. Sedangkan di imobilitasnya. Penelitian serupa lainnya
Jambi kejadian jatuh pada usia lanjut adalah yang pernah dilakukan oleh (Badriah, dkk,
sebanyak 36,2% kasus tercatat setiap 2014) telah menegaskan tentang tingkat
tahunnya jika dibanding pada kelompok kemandirian aktifitas sehari-hari dengan
usia dewasa. Data menunjukkan hampir metode kuantitatif menunjukkan hasil
70,9% lansia yang pernah jatuh mengalami bahwa terdapat hubungan yang signifikan
luka lecet dan memar, diantaranya 27,5% antara tingkat kemandirian aktifias sehari-
lansia jatuh dengan terkilir, dan 23,3% hari dengan resiko jatuh pada lansia.
kelompok lansia lainnya yang pernah jatuh Selain itu, lansia sering tidak
menyebabkan luka robek. Kondisi ini melaporkan pengalaman jatuhnya terutama
berkaitan dengan proses pergerakan dalam bila jatuh yang tidak menimbulkan efek
aktifitas sehari-harinya. fisik seperti cidera kepada anggota keluarga
Menurut (Meiner, 2011) padahal kondisi inilah yang berhubungan
menyebutkan bahwa terjadi penurunan dengan tingginya kejadian imobilitas
fungsi dari sistem muskuloskletal dapat diantara populasi usia lanjut. Selanjutnya
mempengaruhi kejadian imobilitas dan penelitian oleh (Ramic, et al, 2017) yang
merupakan salah satu faktor internal yang mendukung hasil penelitian ini adalah
turut berperan terhadap kejadian imobilitas. ditemukannya pada kelompok usia lanjut
Individu yang pernah jatuh mengalami yang jatuh terkadang sulit untuk terdeteksi
sebuah kondisi keterbatasan fisik dalam dengan cepat dan kadangkala sering

LLDIKTI Wilayah X 152


Loriza Sativa Yan et all | Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas Pada Kelompok Lanjut
Usia

(150-161)
menyulitkan untuk dilakukan penanganan Data yang akan dikaji dalam
lebih lanjut. Dalam kondisi tersebut proses penelitian disusun berdasarkan
diperlukannya intervensi keperawatan yang pertanyaan pada instrumen penelitian.
sesuai untuk mengurangi masalah yang ada Adapun jenis instrumen pertama
pada lansia. menggambarkan karakteristik responden
Berdasarkan paparan penjelasan meliputi insial, umur, jenis kelamin,
diatas menjadi landasan dalam menetapkan pekerjaan, pendidikan terakhir, dan anggota
tujuan dan hipotesis penelitian ini adalah keluarga yang tinggal bersama lansia.
untuk mengetahui hubungan antara Lembar kuesioner kedua yang disiapkan
pengalaman jatuh dan kejadian imobilitas digunakan untuk mengidentifikasi kejadian
pada kelompok lanjut usia. imobilitas yang terjadi pada lansia dan
diukur dengan melakukan penilaian
METODE fungsional status terhadap kemampuan
Jenis penelitian ini adalah keseimbangan dan gaya berjalan klien
deskriptif-korelatif (Sugiyono, 2009), (Stanley, 2011). Kuesioner imobilitas pada
dengan metode penelitian cross-sectional lansia meliputi 11 item pertanyaan, jika
dimana penelitian yang dilakukan dalam lansia mengalami gangguan imobilitas
satu waktu dan bersamaan (Marston, 2010). rendah (> 23 skor), sedang (19-23 skor) dan
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas tinggi (< 19 skor). Nilai uji validitas dari
Simpang IV Sipin Jambi. Populasi adalah kuesioner adalah 0,715 dan nilai reliabilitas
seluruh lanjut usia yang mendapat 0,979. Sedangkan instrumen kedua untuk
pelayanan kesehatan di Puskesmas mengetahui ada tidaknya pengalaman jatuh,
Simpang IV Sipin Jambi. hal ini digambarkan sebagai data subjektif
Sampel penelitian ditentukan melalui keterangan yang disampaikan oleh
dengan teknik accidental sampling (Polit & lansia secara langsung terkait dengan
Beck, 2012). Sampel penelitian merupakan peristiwa jatuh berulang selama 6 (enam)
sebagian dari populasi yang dipilih untuk bulan terakhir yang dialami oleh lansia
mengikuti proses penelitian. Adapun tersebut. Jika lansia mempunyai
jumlah sampel dihitung menggunakan pengalaman jatuh diberi skor 1, dan jika
rumus Lemeshow (1999), maka diketahui tidak diberi skor 0.
jumlah penelitian ini adalah sebanyak 95 Adapun prosedur dalam penelitian
orang sampel sebagai responden penelitian ini dimulai dari tahap persiapan. Persiapan
ini (Sugiyono, 2009). Kriteria sampel penelitian terdiri-dari pengurusan
penelitian terdiri dari inklusi dan ekslusi kelengkapan administrasi, survei dan
mempermudah peneliti memilih responden perizinan ke tempat penelitian. Selanjutnya
berdasarkan rumus tersebut. ke tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan
Adapun kriteria inklusi meliputi ini memiliki tujuan untuk menentukan
laki-laki atau perempuan yang telah berusia responden sesuai dengan kriteria inklusi
≥ 60 tahun, yang tidak mengalami dan ekslusi penelitian. Bagi responden
gangguan psikologis dan gangguan yang ditemui di lapangan dan memenuhi
kejiwaan, yang kooperatif serta bersedia kriteria inklusi penelitian maka akan
menjadi responden. Sedangkan lansia yang diikutkan kedalam proses penelitian. Disni
sedang mengalami kelumpuhan total dan peneliti berhak menginformasikan data
memiliki skor MMSE lebih dari 25 ditandai umum penelitian tentang topik, tujuan,
sebagai kriteria ekslusi. Pengumpulan data manfaat, proses dan tahap penelitian
penelitian telah dilakukan di Puskesmas kepada responden sesuai dengan lembar
Simpang IV Sipin Kota Jambi pada bulan informasi penelitian.
Februari hingga Maret tahun 2017. Selanjutnya, responden penelitian
tersebut diminta kesediannya untuk

LLDIKTI Wilayah X 153


Loriza Sativa Yan et all | Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas Pada Kelompok Lanjut
Usia

(150-161)
menandatangani lembar informed consent. Analisa data disajikan secara
Hal ini dilakukan sebagai bukti univariat dan bivariat (Sugiyono, 2009).
permohonan pernyataan oleh responden Variabel penelitian akan dianalisa secara
atas partisipasinya secara sukarela dan univariat dibuatkan kedalam tabel-tabel
tanpa keterpaksaan sebagai subjek distribusi frekuensi dan tabel persentase
penelitian. Pada tahap ini bagi responden pada masing-masing variabel penelitian.
yang bersedia berpartisipasi dalam proses Sedangkan hasil analisa bivariat dilakukan
penelitian juga berhak mengundurkan diri uji statistik korelasi yaitu uji Spearman
jika proses penelitian tersebut berdampak Rank (Polit & Beck, 2012). Dalam
buruk bagi kesehatannya. Kemudian, penelitian ini uji korelasi antara variabel
peneliti akan mewawancarai responden bivariat untuk mengidentifikasi hubungan
selama waktu 30-45 menit. Setelah itu, antara pengalaman jatuh dan kejadian
responden penelitian juga dapat diberikan imobilitas pada kelompok lanjut usia.
kesempatan untuk tahap beristirahat apabila Derajat kemaknaan yang digunakan adalah
responden merasakan kelelahan selama 5%. Jika diketahui nilai p-value < 0,05
proses wawancara ini berlangsung. dinyatakan adanya hubungan bermakna
Wawancara akan diselesaikan hingga antar variabel sebaliknya apabila nilai p-
mendapatkan data-data sesuai dengan value > 0,05 menunjukkan tidak adanya
kebutuhan instrumen penelitian. Setiap hubungan yang bermakna antar variabel
intrumen yang telah terisi oleh jawaban penelitian.
responden diteliti kembali kelengkapannya
sebelum dilanjutkan ke tahap analisa data. HASIL
Hal-hal lainnya yang diperhatikan Hasil penelitian ditampilkan
pada penelitian ini adalah penerapan berdasarkan analiasa data univariat dan
prinsip-prinsip etik penelitian. Etik bivariat untuk masing-masing variabel
penelitian selalu dikontrol oleh peneliti yang diteliti sebagai berikut :
(Marston, 2010). Etika penelitian yang a. Analisa univariat
diterapkan dalam penelitian ini meliputi Hasil penelitian menunjukkan
anomcity dengan tidak mencantumkan bahwa terdapat 95 orang lansia yang telah
nama jelas, informed consent disediakan berpartisipasi secara sukarela sebagai
lembar pernyataan persetujuan, responden penelitian dari awal hingga akhir
confidentiality data dijamin kegiatan penelitian ini. Sebaran analisa data
kerahasiaannya, privacy dimana hak untuk secara univariat dijelaskan pada tabel 1.
menjaga kerahasiaan data. Sedangkan Adapun gambaran terkait karakteristik
beneficience diterapkan sebagai langkah responden penelitian didapatkan bahwa
memaksimalkan hal yang baik serta prinsip sebagian besar responden penelitian adalah
etik self determinitation dilaksanakan kelompok lanjut usia yang berjenis kelamin
sampai proses akhir penelitian (Sugiyono, laki-laki (69,2%) dengan rentang umur 63-
2009). Data-data yang diperoleh dalam 83 tahun dan lansia yang masih tinggal
kegiatan penelitian ini akan digunakan bersama keluarga (76,8%).
sepenuhnya untuk kepentingan Data lainnya yang ditemukan
perkembangan penelitian semata (Polit & adalah seluruh lansia dalam penelitian ini
Beck, 2012). Adapun tahap terakhir dalam masih aktif bekerja, mayoritas bekerja
penelitian ini adalah setelah data lansia memiliki pekerjaan sebagai petani
terkumpul, selanjutnya data dianalisa, (51,3%) dan berpendidikan terakhir tingkat
dilaporkan dan akan dimusnahkan setelah SMU (69,6%). Sedangkan data lainnya
tahap publikasi penelitian diselesaikan menunjukkan bahwa sebagian besar
dengan baik. responden (88,4%) mengatakan tidak
pernah mengalami pengalamn jatuh dalam

LLDIKTI Wilayah X 154


Loriza Sativa Yan et all | Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas Pada Kelompok Lanjut
Usia

(150-161)
waktu enam bulan terakhir dan hanya imobilitas tercatat dalam intensitas yang
sebagian kecil (48,4%) dari responden tinggi.
lansia mempunyai kategori kejadian

Tabel 1. Karakteristik lansia (n=95)


Karakteristik Jumlah %
Pengalaman Jatuh
Ya 11 11,6
Tidak 84 88,4
Kejadian Imobilitas
Tinggi 46 48,4
Sedang 42 44,2
Rendah 7 7,4

b. Analisa bivariat

Tabel 2. Uji Spearman Rank


Variabel Kejadian jatuh
r 0,867
Pengalaman jatuh P 0,00
n 95

Data yang dijelaskan pada tabel 1. Analisa univariat


diatas menunjukkan hasil analisis bivariat Hasil dalam penelitian ini
penelitian dengan uji statistik korelasi menggambarkan bahwa lansia mempunyai
Spearman Rank (r) didapatkan bahwa pengalaman pernah jatuh lebih sedikit
angka koefisien korelasi (r)= 0,867 dengan dibandingkan dengan lansia yang tidak
nilai signifikansi 0,000, sehingga Ha pernah jatuh. Jatuh merupakan kejadian
diterima dan hubungan kedua variabel yang tidak dapat diperkiraan kapan dan
sangat signifikan (Marston, 2010). Hasil dimana akan terjadi oleh siapapun termasuk
analisa data bivariat ini menunjukan bahwa pada lansia (Touhy & Jett, 2016). Jatuh
ada hubungan yang sangat bermakna antara memang lebih rentang pada usia lanjut bila
pengalaman jatuh dengan kejadian dibandingkan dengan usia dewasa bahkan
imobilitas yang dialami pada lansia. usia anak-anak (Infodatin, 2016). Jatuh
Koefisien korelasi menunjukkan tanda yang dialami lansia berkaitan dengan
positif (+), hal ini telah mengidentifikasi perubahan fisiologis akibat dari proses
terdapatnya hubungan searah antar variabel penuaan di beberapa sistem tubuh termasuk
penelitian, dengan kata lain tingginya diantaranya adalah bagian muskuloskletal.
kejadian imobilitas cenderung beresiko Penurunan kemampuan lansia dari
pada lansia yang tidak mempunyai muskuloskletal ini sangat berkaitan dengan
pengalaman jatuh. adanya perubahan keseimbangan dan gaya
berjalan (Edelman & Ficorelli, 2012).
PEMBAHASAN Banyak lansia di masa tuanya mengalami
Data yang diperoleh dalam penelitian gangguan-gangguan terutama gangguan
dibahas berdasarkan hasil analisa univariat pada sistem muskuloskletal tersebut
dan bivariat sebagai berikut : (Hoffman, 2010). Selain itu, juga di masa
tuanya lansia cenderung menunjukkan
gelaja multiple risk factors yang tidak dapat

LLDIKTI Wilayah X 155


Loriza Sativa Yan et all | Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas Pada Kelompok Lanjut
Usia

(150-161)
dihindarkan baik dari penyakit-penyakit Faktor lainnya mencakup stabilitas
akibat lanjut dari gangguan muskuloskletal dalam mobilisasi dapat meningkatkan
maupun penyakit yang lainnya (Poudal, faktor-faktor resiko jatuh (Kneafsey &
Neupane & Lopchan, 2014). Kondisi ini Greenfield, 2013). Stabilitas seseorang
muncul akibat dari masa penuaan sehingga untuk berdiri dan beraktifitas itu ditentukan
memicu imobilitas yang tinggi dan kejadian oleh sistem sensorik, sistem syaraf pusat,
jatuh berulang pada lansia. kognitif, dan sistem muskuloskeletal
Data penelitian terdahulu (Stall, (Touhy & Jett, 2016). Pada pertambahan
2015) menunjukkan bahwa frekuensi jatuh usia seseorang yang memasuki proses
berulang lebih cenderung terjadi pada laki- menua cenderung terjadi gangguan
laki yang berusia 85 tahun keatas daripada keseimbangan dalam beraktifitas termasuk
lansia perempuan. Sedangkan tempat yang cara berjalan (Benigni, et al, 2018). Pada
paling banyak membuat lansia terjatuh kondisi ini lansia yang masih aktif
adalah di luar rumah. Hal ini sejalan dengan pergerkannya pada sistem muskuloskletal
data dalam penelitian ini dimana responden dan mempunyai tingkat mobilitas yang
lansia laki-laki menunjukkan aktifitas yang tinggi dalam aktifitas sehari-hari dapat
tinggi daripada lansia perempuan, yakni memicu bertambahnya resiko jatuh yang
dengan gambaran mobilisasi yang lebih berulang walaupun lansia tersebut tidak
aktif terutama masih banyak yang aktif disertai penyakit akut maupun kronis (Shyu
bekerja menjadi petani pada kegiatan et al, 2017).
sehari-harinya. Walupun lansia tersebut Konsekuensi lain dari akibat
masih tinggal bersama keluarga perlu adanya ketidakstabilan pergerakan yang
diperhatikan setiap langkah yang pendek menyebabkan lansia cenderung untuk jatuh
dan gangguan gaya berjalan terutama saat termasuk kerusakan jaringan lunak dan
melakukan pekerjaannya yang cenderung akibat berbaring lama, yaitu terbaring di
berisiko terhadap kejadian terjatuh secara permukaan tanah selama 5 menit setelah
berulang-ulang (Infodatin, 2016). Hal inlah jatuh ketidakmampuan bangun tanpa
yang perlu diketahui dan dipahami oleh pertolongan setelah jatuh tanpa cedera
lansia. (Yan, et al, 2015). Hal yang selanjutnya
Konsekuensi fisiologis dan yang dapat menyertai adalah penyegaran
psikologis menjadi masalah yang sangat kesadaran pada kelompok lansia yang tidak
rentan terhadap dari proses penuaan mengalami jatuh tetapi terjadi keterbatasan
diantara populasi lansia dibeberapa negara dalam aktifitasnya untuk tetap aktif
berkembang, termasuk Indonesia menceritakannya dengan siapa saja anggota
(Keperawatan, S., Nim, N., & Nugroho, S. keluarga yang ada dan tinggal serumah
A, 2010). Perubahan akibat dari penyakit bahkan hal tersebut dapat lansia laporkan
kronis erat kaitannya dengan pertambahan kepada petugas kesehatan yang terdekat
usia dan menjadi pemicu bagi yang telah (Poudal, Neupane & Lopchan, 2014).
lansia untuk mengalami komplikasi-
komplikasi penyakit yang sedang 2. Analisa Bivariat
dideritanya (Arriaga & Edward, 2017). Hasil analisa data bivariat dalam
Walaupun tubuh berespon terhadap penelitian didapatkan bahwa adanya
kejadian imobilitas dengan perubahan- hubungan yang bermakna antara variabel
perubahan yang hampir sama dengan pengalaman jatuh dengan kejadian
proses penuaan. Oleh karena itu, imobilitas pada lansia. Hal ini berarti bahwa
pengalaman jatuh yang berualng-ulang kecenderungan imobilitas dengan kategori
dapat memperberat efek imobilisasi yang tinggi lebih beresiko terjadi pada lansia
dialami lansia tersebut (Sunaryo, dkk. terutama yang tidak mempunyai
2016). pengalaman jatuh.

LLDIKTI Wilayah X 156


Loriza Sativa Yan et all | Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas Pada Kelompok Lanjut
Usia

(150-161)
Berdasarkan teori Miller (2012) memperhatikan kondisi lingkungan rumah
menjelaskan bahwa lansia yang memiliki terkait faktor resiko terhadap kesadaran
keterbatasan aktifitas fisik secara optimal untuk mencegah jatuh (Benigni, et al,
yang tinggi lebih berisiko menjadi salah 2018).
satu faktor internal ada tidaknya Hasil penelitian ini juga telah
pengalaman jatuh yang dialami oleh menunjukan bahwa sebanyak separuh dari
sebagian besar lanjut usia. Hal ini didukung lansia dapat beresiko yang tinggi untuk
oleh penelitian oleh (Edelman & Ficorelli, mengalami berbagai bentuk dan frekuensi
2012) dimana didapatkan hasil bahwa kejadian imobilitas dalam kehidupannya.
populasi usia lanjut beresiko lebih besar Hal ini disebabkan karena perubahan
menjadi sasaran dalam pembatasan aktifitas kondisi kesehatan lansia yang sudah mulai
fisiknya. Hal ini berkaitan dengan kondisi menua seperti ditemukannya responden
tubuhnya yang menua sehingga tubuh penelitian ini bahwa lansia yang
lansia menjadi lebih rentan sakit dan mempunyai kategori imobilitas tinggi
cenderung lemah terhadap kesehatan jika ditandai dengan hasil penilaian kemampuan
dibandingkan dengan kelompok usia yang keseimbangan dan gaya berjalan diman
lebih rendah lainnya (Hoffman, 2010). klien lansia sebagian besarnya mengalami
Hasil penelitian ini sejalan dengan penurunan (Gorman, 2016).. Berdasarkan
penelitian (Yulinda, 2015) mengatakan hasil penelitian oleh (Tucker et al, 2014)
bahwa ada hubungan yang bermakna antara diketahui bahwa pada pasien yang
tingkat kemandirian aktivitas sehari-hari cenderung mengalami imobilitas harus
dengan resiko jatuh pada lansia. Dalam tetap dipertahankan latihan berjalan.
penelitian lainnya (King & Bower, 2011) Tindakan tersebut sangat dianjurkan ketika
ditemukan lansia yang sedang dalam masa lansia beraktifitas.
perawatan di rumah memiliki tingkat Menurut (Dewi, 2014)
kemandirian yang kurang dan mengalami menjelaskan bahwa kejadian imobilitas
keterbatasan dalam aktifitas secara optimal pada umumnya disebabkan beberapa faktor
serta dapat menyebabkan frekuensi jatuh internal seperti adanya faktor penurunan
berulang pada lansia. Kondisi tersebut tidak fungsi muskuloskletal yang diakibatkan
dapat dibiarkan begitu saja oleh petugas oleh cidera pada otot-otot, fraktur pada
kesehatan (Tucker, Molsberge & Clark, tulang, penyakit radang sendi bahkan
2017). kombinasi perubahan stuktur yang
Dalam hasil penelitian lainnya disebakan adanya kanker atau tumor. Jatuh
yang mendukung oleh (Yan, et al, 2015) turut berperan yang dapat menimbulkan
mengemukakan hasil penelitian dimana efek fisik cedera atau fraktur dan efek
sindrom rasa takut dan cemas mengalami psikologis sindrom setelah jatuh juga turut
jatuh berimpilikasi secara bermakna berperan (Yan, et al, 2015). Kondisi ini
terhadap ketergantungan pada anggota mempunyai konsekuensi dari lansia yang
keluarga maupun orang lain dan mengalami jatuh berulang dimana salah
mengurangi kepercayaan diri melakukan satunya melambatnya aktivitas
aktivitas sehari-hari di rumah maupun di psikomotorik dan kehilangan minat untuk
luar rumah. Studi penunjang lainnya dari melakukan kegiatan yang dapat
(Sabatini, 2016) menunjukkan bahwa menyebabkan imobilitas pada lansia
subyek kelompok lanjut uisa dengan (Touhy & Jett, 2016).
riwayat jatuh akan mengalami ketakutan Hasil dalam penelitian ini juga
akan jatuh lagi dan untuk itu mereka ditemukan bahwa lansia masih aktif
membatasi aktivitasnya. Oleh karenanya bergerak terutama bekerja sebagai petani
bagi anggota keluarga yang tinggal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
serumah dengan lansia selayaknya tetap Berdasarkan (The Centers for Medicare &

LLDIKTI Wilayah X 157


Loriza Sativa Yan et all | Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas Pada Kelompok Lanjut
Usia

(150-161)
Medicaid Services, 2017) bahwa peristiwa fokus intervensi keperawatan dalam hal
mobilitas teridentifikasi sebagai suatu yang berkaitan dengan penanganan dan
pergerakan yang memberikan kebebasan pembinaan kesehatan usia lanjut di
dan kemandirian bagi seseorang. Eperti berbagai dunia di masa mendatang
yang diketahui bahwa terdapat berbagai (Benigni, et al, 2018). Dalam hal ini juga
kemungkinan jenis aktivitas yang berbeda bisa diterapkan bagi kelompok lansia yang
dilakukan seseorang sampai ke tahap masa tinggal di Indonesia.
tuanya termasuk untuk mempertahankan
mobilitas optimal adalah sangat penting SIMPULAN
untuk kesehatan mental dan fisik semua Hasil penelitian ini menyimpulkan
lansia (Ramic, et al, 2017). Sedangkan bagi bahwa terdapat hubungan yang signifikan
lanjut usia, imobilitas sering dipandang antara variabel penelitian pengalaman jatuh
sebagai kondisi dimana terjadinya dan kejadian imobilitas pada lansia. Hal
penurunan tingkat aktifitas daripada lainnya yang disimpulkan adalah walaupun
kondisi aktifitas yang seharusnya (Dewi, dalam enam bulan terakhir lebih banyak
2014). Hal tersebut butuh penanganan yang lansia yang tidak mengalami jatuh yang
tepat. berulang tetap saja lansia mempunyai
Dampak masalah imobilitas pada kategori kejadian imobilitas pada lansia
kesehatan lansia adalah sangat rentan yang tinggi terutama pada lansia laki-laki
terhadap konsekuensi fisiologis dan dan lansia yang aktif. .
psikologis dari kejadian imobilitas (Touhy
& Jett, 2016). Semakin bertambahanya usia SARAN
maka semakin banyak pula perubahan yang Hal-hal yang dapat disarankan dari
dialami oleh lansia termasuk komplikasi hasil penelitian dimana bagi puskesmas
dari penyakit akut maupun penyakit kronis adalah melakukan skrining awal terhadap
yang dideritanya (Miller, 2012). Pada kejadian imobilitas dan resiko jatuh secara
dasarnya perubahan yang terjadi di tubuh dini baik pada lansia yang tinggal sendiri
lansia akan berbanding lurus dengan dan tinggal bersama keluarga. Bagi
sebagai faktor resiko imobilitas yang penelitian selanjutnya dapat disarankan
hampir sama dengan efek lanjut proses agar melakukan penelitian lebih lanjut
penuaan, oleh karena itu memperberat efek dengan variabel berbeda yang terkait
(Meiner, 2011). faktor-faktor resiko kejadian imobilitas dan
Hasil penelitian (Reis & Jesus, intervensi keperawatan terkait pencegahan
2015) telah menunjukan bahwa ada jatuh pada kelompok lansia tersebut.
hubungan antara pengalaman jatuh dengan
kejadian imobilitas. Sedangkan penelitian UCAPAN TERIMAKASIH
dari (Arriaga & Edward, 2017) menyatakan Ucapan terimakasih ditujukan
immobilitas menjadi hal yang menakutkan kepada seluruh reponden penelitian yang
bagi lansia dan membuat lansia tidak mau telah bekerjasama dengan baik dari awal
melakukan aktifitasnya secara optimal. hingga akhir proses penelitian ini.
Hasil penelitian lainnya (Nigam et al, 2012) Kemudian, rasa terimakasih yang sebesar-
ini menunjukan bahwa eratnya hubungan besarnya disampaikan untuk pihak
insiden imobilitas pada lansia bahkan puskesmas terutama Kepala Puskesmas
cenderung meningkat dan berdampak pada Simpang IV Sipin Kota Jambi beserta staff
frekuensi jatuh yang terjadi pada kehidupan yang telah membantu kelancaran selama
lansia. Imobilitas yang tinggi pada lansia kegiatan penelitian.
penelitian terkait dengan proses menua
(Kneafsey & Greenfield, 2013). Kedua hal DAFTAR PUSTAKA
tersebut sudah selayaknya menjadi titik Anderson, E.T. (2014). Community as

LLDIKTI Wilayah X 158


Loriza Sativa Yan et all | Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas Pada Kelompok Lanjut
Usia

(150-161)
partner. Philadelphia: J.B. Lippincott Williams & Wilkins : Philadelphia
Company.
Nugroho,W. (2010). Keperawatan
Badriah. S., Wiwin. W &Henny, P. (2014). Gerontik, Edisi 4, EGC
PENGALAMAN KELUARGA
DALAM MERAWAT LANJUT Polit, D.F and C.T Beck. (2012). Nursing
USIA. Jurnal Keperawatan Indonesia, Research; Generating and Assessing
Volume 17, No.2, Juli 2014, hal 57- Evidences for Nursing Practices. 9th
64 pISSN 1410-4490, eISSN 2354- Ed. Lippincott Williams and Wilkin,
9203 China.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2014). Rantanen, Taina (2013). Promoting


Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014 Mobility in Older People. Journale
(Hasil Survei Sosial Ekonomi Of preventive Medicine & Public
Nasional). Jakarta Health. Finland. Vol. 46 (supp1):
S50-S5446(Suppl 1): S50–S54.
Centers for Disease Control and https//:10.3961/jpmph.2013.46.S.S50
Prevention. (2014). Falls among older
adults Report , 2014 Estimates of Stanley. M, dkk. (2011). Buku Ajar
falss risk factors and Its Burden in the Keperawatan Gerontik Edisi 3,
Epidemiologic estimation methods. Jakarta: EGC.
US Department of Health and Human Sabatini. SN. (2016). Risiko Jatuh di Teras
Services, 1199–1238. dan Kamar Mandi Rumah Lansia,
Dewi, S.R. (2014). Buku ajar Keperawatan Studi Kasus: Yogyakarta. D 142 |
Gerontik Ed.1. Yogyakarta: Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016.
Deepublish Sabatini, S.N., Hanson. E., Lily. T. (2015).
Riset Kesehatan Dasar. (2015). infodatin- Faktor Eksternal Risiko Jatuh Lansia:
Jatuh pada kelompok usia lanjut.pdf. Studi Empiris. Prosiding Temu Ilmiah
(n.d.). IPLBI 2015 | D 007

Infodatin. (2016). Pusat Data dan Sunaryo, dkk. (2016). Asuhan


Informasi Kementrian Kesehatan RI Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
tentang Situasi Lanjut Usia (Lansia) CV Andi Offset
di Indonesia. Kemneker RI: Jakarta Sugiyono. (2009). Besar Sampel dan Cara
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Pengambilan Sampel dalam
Pembinaan kesehatan pada kelompok Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
usia lanjut.pdf. (n.d.). (Edisi 3). Jakarta: Salemba Medika.

Keperawatan, S., Nim, N., & Nugroho, S. Sugiyono. (2009). Statistika Kedokteran
A. (2010). Asuhan Keperawatan dan Kesehatan (Edisi 3). Jakarta:
gerontik. Jakarta: EGC Salemba Medika.

Marston, L. (2010). Introductory Statistics Touhy, T., Jett, K. (2016). Toward Healthy
for Health and Nursing Using SPSS. Aging, 10th Ed. Mosby: Elsivier Inc

Meiner, S.E. (2011). Gerontologic Nursing Yan LS, Amatayakul A, Thongtanunam Y.


4th ed. United of State : America, (2015). Factors Relating To Falls
Mosby. Risk Among Community-Dwelling
Eldelry People In Jambi, Indonesia.
Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness International Proceedings of Social
in older adults 6th ed. Lippincott and Behavioral Sciences, 2014 Vol.

LLDIKTI Wilayah X 159


Loriza Sativa Yan et all | Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas Pada Kelompok Lanjut
Usia

(150-161)
2, No.1, 23-30 URL: 66.doi:
http://www.pakinsight.com/?ic=projo 10.1097/01.NURSE.0000408481.209
urnal&journal=IPSBS 51.e8
Yan LS & Rismawati. (2015). Analisis Poudyal. S., Neupane. M.,
Perilaku Keluarga dalam Pencegahan Lopchan.M.(2014). Knowledge on
Jatuh Pada Lansia di wilayah Kerja prevention of complications related to
Puskesmas Simpang Kawat Kota immobility among caregivers of
Jambi. Jurnal Caring. 1(1): 23-32 orthopedic patients at selected
hospitals of Chitwan district. Journal
Yan LS, Amatayakul A, Thongtanunam Y. of Chitwan Medical Collage. Vol
(2015). The relationship between (4).9:9-12 DOI:
physical function, perceived falls risk http://dx.doi.org/10.3126/jcmc.v4i3.1
factors, and environment and falls 1932
risk among elderly people in Kota
Jambi district, Jambi, Indonesia. J Stall, N. (2012). Tackling immobility in
Health Res. 2015; 29(Suppl.1): S37- hospitalized seniors. Canadian
43. DOI: 10.14456/jhr.2015.47 Medical Association Journal, Vol.
184(15). 1666-1667
Yulinda, P. S (2015). Hubungan tingkat
kemandirian aktivitas sehari hari Nigam. Y., John . K., Sharmila. B.,
dengan resiko jatuh pada lansia di Antony. B. (2012). Physiological
PSTW unit Budhi Luhur Kasongan Changes Associated with Aging and
Bantul Yogyakarta. Di unduh dari Immobility. Journal of Aging
http://opac.unisayogya.ac.id Research Vol. 2012, Article
ID468469,2 pages
Hoffman, M. (2010). The Safety Walker doi:10.1155/2012/468469
Program: Reducing Immobility
Complications in Hospitalized Arriaga. M & Edward. B.H. (2017).
Elderly. Vol (11)3.B25 Dedicated hippocampal inhibitory
networks for locomotion and
Benigni. J.P., Uhl. J.F., Balet. F., Filori. P., immobility. Journal of Neuroscience.
Chanim. M. (2018). Evaluation of Vol(2).17:1076-17. DOI:
three different devices to reduce stasis https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.
edema in poorly mobile nursing home 1076-17.2017
patients. Internaional Angiology Vol
1(1). DOI: King. B. & Bowers, B. (2011). How
https://doi.org/10.23736/S0392- nurses decide to ambulate
9590.18.03928-7 hospitalized older adults:
Development of a conceptual model.
Ramic. E., Selmanovic. S., Alibasic., The Gerontologist. 51(6), 786-792.
Dzananovic. D., Dzac. F., Ramic. I.
(2017). The Frequency of Tucker, D., Molsberger, S.C., and Clark,
Multifactorial Syndromes in A. (2014). Walking for wellness: A
Geriatrics of Tuzla Canton collaborative program to maintain
Population. Mater Sociomed. mobility in hospitalized older adults.
Vol.29(4): 268-271. DOI: Geriatric Nursing. 25(4), 242-245.
10.5455/msm.2017.29.268-271
Reis. K.M.C.D & Jesus. C.A.C.D. (2015).
Edelman. M. A & Ficorelli. C.T. (2012). Cohort study of institutionalized
Keeping older adults safe at home. elderly people: fall risk factors from
NURSING2018. Volume 42(1):65– the nursing diagnosis. Rev. Latino-

LLDIKTI Wilayah X 160


Loriza Sativa Yan et all | Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas Pada Kelompok Lanjut
Usia

(150-161)
Am.
Enfermagem vol.23 no.6 Ribeirão
Preto Nov./Dec. 2015.
http://dx.doi.org/10.1590/0104-
1169.0285.2658
Shyu. M.L., Huang. H.C., Wu. M.J.,
Chang.H.J. (2017). Development and
Validation of the Self-Awareness of
Falls in Elderly Scale Among Elderly
Inpatients. SAGE Journal. Vol.(21),
Issue 1: 105-120.
https://doi.org/10.1177/10547738177
14663
The Centers for Medicare & Medicaid
Services. (2017). Injuries and falls
from immobility. (online).
https://partnershipforpatients.cms.gov
Gorman, Anna. (2016). Elderly Patients In
The Hospital Need To Keep Moving.
(online). https://khn.org
Kneafsey. R & Greenfield. S. (2013).
What is the nursing team involvement
in maintaining and promoting the
mobility of older adults in hospital? A
grounded theory study, International
Jurnal of Nursing Studies. Vol
(50).12: 1617-1629 DOI:
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2013
.04.007

LLDIKTI Wilayah X 161

Anda mungkin juga menyukai