Anda di halaman 1dari 5

(Tulisan 5 dari 101 Permasalahan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

Ucapan pada judul tulisan ini sering diungkapkan saat penulis menyampaikan kalimat “waktu
nyusun HPS apa memang tidak dilakukan survai?” atau “untuk menyusun spek yang bagus,
harusnya dibahas dengan tim ahli.”

Semua menjadi kesalahan anggaran, semua disebabkan karena kegiatan yang tidak
dianggarkan, semua karena belum dipikirkan.

Ini artinya apa?

Ini artinya perencanaannya abal-abal.

Penulis teringat satu ungkapan bahwa “Failing to plan is planning to fail” yang berarti
“kegagalan dalam merencanakan berarti merencanakan kegagalan.”

Perlu diperhatikan bahwa pengadaan barang/jasa itu bukan pengadaan yang mengada-ada.
Segala sesuatunya sudah harus direncanakan secara detail sejak awal. Dengan pemahaman
inilah muncul istilah Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

Biaya dalam pengadaan barang/jasa sebenarnya terdiri atas 3 jenis biaya, yaitu biaya
barang/jasa itu sendiri, biaya administrasi dan biaya pendukung.

Read the rest of this entry »

6 Comments | Pengadaan Barang/Jasa | Permalink


Posted by Khalid Mustafa

Swakelola atau Penyedia?


January 24th, 2014

(Tulisan 4 dari 101 Permasalahan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

Salah satu pertanyaan yang sering diajukan kepada penulis adalah “pak, sekarang anggaran
sudah ada, ini pelaksanaannya pakai swakelola atau pihak ketiga pak?”
Terus terang, menghadapi pertanyaan seperti ini, penulis jadi bingung sendiri dan bertanya
kembali “memangnya waktu nyusun rencana umum pengadaan tidak ditetapkan cara
pengadaannya terlebih dahulu?”

Dan biasanya jawabannya adalah “tidak.”

Inilah potret kemampuan Pengguna Anggaran dalam menyusun rencana umum pengadaan
barang/jasa pemerintah. Semua dilakukan tanpa pemahaman yang mendalam sehingga
akhirnya bingung sendiri pada saat pelaksanaan pekerjaan.

Sebelum terlalu dalam, penulis juga mengkritisi istilah “pihak ketiga” yang sering digunakan
untuk menggambarkan penyedia barang/jasa. Hal ini karena dalam pelaksanaan pekerjaan,
yang mengikat perjanjian hanyalah 2 pihak, yaitu pihak K/L/D/I dan pihak penyedia
barang/jasa. Jadi siapa yang dimaksud pihak ketiga? Jangan-jangan kena istilah, “apabila ada
2 orang yang bukan muhrimnya berdua-duaan, maka pihak ketiga adalah…. (isi sendiri titik-
titiknya)”

Berdasarkan Pasal 22 dan Penjelasan Pasal 22 Ayat 3 Huruf c angka 3, salah satu tugas
Pengguna Anggaran (PA) adalah menetapkan cara pengadaan barang/jasa, apakah akan
menggunakan swakelola atau melalui penyedia barang/jasa. Penetapan ini merupakan bagian
dari rencana umum pengadaan yang disusun sebelum penyusunan dokumen anggaran. Hal ini
karena Pengguna Anggaran berdasarkan identifikasi kebutuhan yang telah dilakukan
seharusnya juga memahami kekuatan sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan
pengadaan barang/jasa.

Read the rest of this entry »

49 Comments | Pengadaan Barang/Jasa | Permalink


Posted by Khalid Mustafa

Layak tidak layak, butuh tidak butuh, yang penting beli


January 23rd, 2014

(Tulisan 3 dari 101 Permasalahan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

2 kata utama dalam perencanaan pengadaan, yaitu “identifikasi kebutuhan” sebenarnya


merupakan kata yang amat jelas menggambarkan perencanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kebutuhan berakar dari kata butuh yang
berarti “sangat perlu menggunakan” atau “memerlukan.”

Berdasarkan Peraturan Kepala (Perka) LKPP Nomor 14 Tahun 2012 tentang Juknis Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa pemerintah, dalam
mengidentifikasi kebutuhan barang/jasa, Pengguna Anggaran (PA) terlebih dahulu menelaah
kelayakan barang/jasa yang telah ada/dimiliki/dikuasai, atau riwayat kebutuhan barang/jasa
dari kegiatan yang sama, untuk memperoleh kebutuhan riil.

Dari hal ini dapat disimpulkan ada 3 hal yang harus diperhatikan pada saat menyusun
kebutuhan barang/jasa dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu:

1. Identifikasi barang yang sudah ada


2. Kondisi barang
3. Kebutuhan sejenis

Read the rest of this entry »

3 Comments | Pengadaan Barang/Jasa | Permalink


Posted by Khalid Mustafa

Masihkah Kerangka Acuan Kerja menjadi Acuan?


January 22nd, 2014

(Tulisan 2 dari 101 Permasalahan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)


Identifikasi kebutuhan adalah salah satu kegiatan dalam penyusunan rencana umum
pengadaan. Kegiatan lain yang juga menjadi bagian dalam penyusunan rencana umum
pengadaan adalah penyusunan dan penetapan Kerangka Acuan Kerja (KAK).

Sesuai dengan namanya, KAK adalah acuan dalam setiap pengadaan barang/jasa yang terdiri
atas:

1. uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar belakang, maksud, dan tujuan,
lokasi kegiatan, sumber pendanaan, serta jumlah tenaga yang diperlukan;
2. waktu yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan/pekerjaan tersebut mulai dari
pengumuman, rencana pengadaan sampai dengan penyerahan barang/jasa;
3. spesifikasi teknis barang/jasa yang akan diadakan; dan
4. besarnya total perkiraan biaya pekerjaan termasuk kewajiban pajak yang harus
dibebankan pada kegiatan tersebut.

Istilah lain yang sering digunakan untuk menggambarkan KAK adalah Term Of Reference
(TOR). KAK dan RAB merupakan dokumen awal yang disusun untuk penganggaran tahunan
dan termasuk dalam dokumen anggaran K/L/D/I.

Permasalahan yang terjadi di lapangan, karena proses pengadaan yang dilakukan dimulai dari
identifikasi kebutuhan yang mengada-ada, maka penyusunan KAK juga hanya dilakukan
setengah hati dan sekedar untuk menggugurkan kewajiban dokumen dalam penyusunan
anggaran belaka.

Read the rest of this entry »

3 Comments | Pengadaan Barang/Jasa | Permalink


Posted by Khalid Mustafa
Pengadaan Yang Mengada-Ada
January 21st, 2014

(Tulisan 1 dari 101 Permasalahan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 dan Perubahannya
menekankan bahwa Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa yang prosesnya dimulai dari identifikasi kebutuhan hingga diselesaikannya
seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa pemerintah.

Dari pasal ini amat jelas bahwa tahapan pengadaan barang/jasa pemerintah diawali dengan
identifikasi kebutuhan, yang berarti harus dimulai dengan proses mengidentifikasi apa saja
yang dibutuhkan oleh Kementerian/Lembaga/Daerah/Institusi dalam menjalankan tugas
untuk mensejahterakan kehidupan rakyat dan untuk membangun bangsa dan negara.

Namun kalau kita melihat realitas di lapangan, amat banyak pelaksanaan pengadaan yang
tumbuh subur bagaikan ilalang di tengah ladang padi. Tidak pernah direncanakan, tidak
pernah dibicarakan, tidak pernah didiskusikan malah muncul mendadak bagaikan siluman.
Tiba-tiba anggarannya ada, tiba-tiba lelangnya dilaksanakan, malah ada yang tiba-tiba sudah
dikerjakan tanpa tahu prosesnya ada atau tidak ada.

Inilah yang disebut dengan pengadaan yang mengada-ada.

Anda mungkin juga menyukai