Anda di halaman 1dari 12

Faktor-Faktor Yang Berhubungan ...

(Heri W, Antono S, Zahroh S)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Jarum Suntik


Bergantian Diantara Pengguna Napza Suntik Di Kota Semarang

Heri Winarno*), Antono Suryoputro **), Zahroh Shaluhiyah **)


*)
Dinas Kesehatan Kabupaten Demak Jawa Tengah
**)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRACT

Background : The cumulative case of Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) in


Indonesia by the year 2007 was reported transmitted mostly through drug injection. We
understand that injecting drug users facing a high risk to be infected by HIV / acquired
immunodeficiency syndrome from two different source of transmission. First, through needle
sharing and second through unsafe sexual intercourse this usually came along the drug use.
This study is aimed to analyze factors related to needle sharing practise among injecting drug
users in Semarang City.
Method : This was an explanatory study, employed a survey method and cross sectional as
the research design. Target population in this research was all injecting drug users in Semarang
City. There were 75 respondents from 56 minimum sample size required involved in this research,
selected by applying snowball sampling technique. Chi – Square analysis and biserial correlation
were applied to measure bivariate correlation and logistic regression was used for multivariate
analysis.
Results : Out of the 75 injecting drug users, 34,7% IDUs experience needle sharing during
the last six month. It was found that needle sharing associated with knowledge of HIV/AIDS,
perceived barrier of using sterile needle, low self-efficacy, needle exchange program use,
availability of sterile needles, voluntary counseling and testing, and peer norms. Needle sharing
was also associated with frequency of IDUs met outreach worker, but not associated with
perceived susceptibility of HIV, perceived severity of AIDS, and perceived benefit of using
sterile needle. Logistic regression found needle sharing to be more likely among injecting
drug users have less knowledge of HIV/AIDS and low self-efficacy.

Key words : needle sharing practise, injecting drug users, HIV/AIDS

74
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008

PENDAHULUAN bertambahnya masyarakat yang mengkonsumsi


Penyalahgunaan narkotika di beberapa narkotika melalui jarum suntik. Menurut estimasi
negara telah menjadi penggerak utama dalam Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
penyebaran Human Immunodeficiency Virus pada tahun 2006 jumlah estimasi pengguna napza
(HIV). Penyuntikan heroin menjadi masalah lebih suntik di Indoensia berkisar antara 190.000-
dari 100 negara di seluruh dunia, dan diperkirakan 247.000 orang (Depkes RI & KPAN, 2006).
terdapat sekitar 10 juta orang yang menyuntik Pengguna napza suntik menghadapi dua
heroin secara rutin di seluruh dunia. Dari 100 risiko untuk terkena HIV/AIDS. Pertama,
negara tersebut, lebih dari 80 negara diantaranya melalui jarum dan alat suntik yang tercemar yang
telah melaporkan infeksi HIV dikalangan digunakan secara bersama-sama. Kedua, melalui
pengguna narkoba suntik (Costigan, 2001). hubungan seksual terutama bagi mereka yang
United Nations Joint Programme on HIV/ melakukannya dengan lebih dari satu pasangan,
AIDS (UNAIDS) memperkirakan bahwa di atau tanpa menggunakan kondom (Turner CF.,
seluruh dunia terdapat sekitar 10% infeksi HIV 1989).
yang berasal dari jarum dan alat suntik lainnya Penggunaan jarum suntik secara bersama
yang tercemar. Di Amerika Utara, sudah umum pada pengguna napza suntik (Turner
penyalahgunaan narkoba suntik menyebabkan CF., 1989). Hasil Survey Nasional
sedikitnya 25% kasus AIDS (Acquired Immune Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
Deficiency Syndrome) sampai tahun 1994, dan pada Kelompok Rumah Tangga tahun 2005,
merupakan faktor risiko kedua untuk tertular menunjukkan bahwa dari responden penyalah
HIV. Di Eropa Timur, penggunaan jarum suntik guna, 12% pernah memakai napza suntik dan
merupakan faktor penyebab utama penularan 7% sampai sekarang masih aktif. Sebagian besar
HIV. Pada tahun 1997 di Rusia, sebanyak 62% pengguna napza suntik ini pernah menyuntik
penderita AIDS tertular melalui penggunaan bersama dalam kelompok, dan hampir separuh
narkotika secara bergantian (Sucahya, 2001). dari mereka masih menyuntik bersama dalam
Sampai dengan Desember 2007 secara setahun terakhir. Pada sampel di rumah kos,
kumulatif jumlah orang yang mengidap infeksi 36% penyalah guna pernah memakai napza
HIV dan jumlah kasus AIDS di Indonesia suntik dan 11 % sampai sekarang masih aktif
sebanyak 17.207 dengan perincian 6.066 HIV menyuntik. Hampir separuh pengguna napza
dan sebanyak 11.141 kasus AIDS. Berdasarkan suntik pernah menyuntik bersama dalam
cara penularannya, kasus AIDS kumulatif yang kelompok atau menggunakan jarum suntik bekas.
dilaporkan tertinggi melalui penggunaan narkotika Jenis narkoba yang paling banyak disuntikkan
suntik 49,9%, dan heteroseksual 41,9%, adalah heroin (Utomo, Budi., 2005).
sedangkan yang melalui homoseksual adalah Berdasarkan hasil Survei Surveilens Perilaku
3,9% (Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2007). (SSP) di tiga kota di Indonesia tahun 2002 - 2003
Selama sepuluh tahun terakhir terjadi perubahan menunjukkan bahwa 84,5% pengguna napza
yang sangat menyolok pada penularan HIV dan suntik menggunakan jarum yang telah digunakan
AIDS di Indonesia. Pada awal perkembangan orang lain untuk menyuntik selama seminggu
AIDS di Indonesia, pola penularan didominasi terakhir (Pisani E, 2003). Hasil Survei Surveilens
heteroseksual dan homoseksual, namun sejak Perilaku (SSP) tahun 2004 – 2005 di Medan,
tahun 2005 didominasi oleh pengguna napza Jakarta, Bandung, Surabaya dan Denpasar,
suntik (penasun). diketahui bahwa hanya 17,5% penasun yang
Saat ini, semakin banyak orang yang berisiko menyuntik aman, yaitu selalu membawa jarum
terkena HIV dan AIDS dengan terus suntik sendiri, dengan persentase tertinggi adalah

75
Faktor-Faktor Yang Berhubungan ... (Heri W, Antono S, Zahroh S)

kalangan penasun di Jakarta (25%) dan paling benar-benar steril.


rendah adalah kalangan penasun di Denpasar Dari uraian diatas dirumuskan masalah :
sebesar 12% (Depkes RI, 2006). “faktor-faktor apa yang berhubungan dengan
Di Jawa Tengah, jumlah kumulatif kasus praktik penggunaan jarum suntik bergantian
HIV dan AIDS sampai dengan 31 Desember diantara pengguna napza suntik di Kota
2007 mencapai 1.447, yang terdiri dari 1.122 Semarang?”
pengidap HIV dan 335 kasus AIDS.
Berdasarkan faktor risiko penularan AIDS METODE PENELITIAN
terbanyak adalah dari heteroseksual 208 kasus Penelitian ini adalah penelitian explanatory,
(62,28%), Injecting Drug User 99 kasus dan merupakan penelitian survei dengan
(29,64%), homoseksual 12 kasus (3.56%), peri- pendekatan belah lintang (cross sectional).
natal 12 kasus (2,59%) dan transfusi 3 kasus Sampel penelitian sebanyak 75 pengguna
(0,90%). napza suntik di Kota Semarang, yang diperoleh
Kota Semarang menduduki peringkat dengan teknik pencuplikan bola salju (snowball
pertama berdasarkan jumlah penderita HIV dan sampling) pada bulan Agustus – September
AIDS di Jawa Tengah. Di Kota Semarang 2008. Pengambilan sampel dimulai dari
sampai dengan Desember 2007 jumlah kasus beberapa orang yang memenuhi kriteria,
HIV dan AIDS mencapai 505, yang terdiri dari kemudian subyek tersebut diminta memberikan
475 kasus HIV dan 33 kasus AIDS (KPA Kota keterangan tentang subyek-subyek lainnya yang
Semarang, 2008). Berdasarkan faktor risiko masih menggunakan napza melalui penyuntikan
penularan AIDS terbanyak adalah dari dalam enam bulan terakhir, tinggal di semarang
heteroseksual 18 kasus (54,55%), Injecting dan bersedia diwawancarai.
Drug User 7 kasus (21,21%), homoseksual 3 Variabel terikat dalam penelitian meliputi
kasus (9,09%), dan biseksual 2 kasus (6,06%). penggunaan jarum suntik bergantian, sedangkan
Penanganan kasus Narkoba di Jawa Tengah variabel bebas meliputi pengetahuan tentang
sejak tahun 2001 – 2006 cenderung mengalami HIV/AIDS, persepsi kerentanan terhadap HIV/
peningkatan apabila dilihat dari jumlah AIDS, persepsi keparahan HIV/AIDS, persepsi
penangkapan. Dari 2003 sampai dengan 2006 manfaat penggunaan jarum suntik steril, persepsi
sebagian besar tersangka adalah konsumen rintangan penggunaan jarum suntik steril, self-ef-
(71,91%), 27,44% distributor, dan sisanya ficacy, ketersediaan jarum suntik, keikutsertaan
adalah kultivasi dan produsen. Kasus narkoba dalam program pertukaran jarum suntik, frekuensi
paling banyak ditemukan di Kota Semarang dan pertemuan penasun dengan petugas outreach,
sekitarnya dengan rata-rata 72,5 kasus setiap konseling dan tes HIV sukarela (VCT), dan
tahun (Bidang Litbang & Info BNP Jateng, 2006). norma teman sebaya.
Berdasarkan estimasi Departemen Kesehatan, Data yang telah terkumpul dianalisis secara
pada tahun 2006 dari 7.910 jumlah pengguna univariat dengan tabulasi silang dan distribusi
napza suntik di Jawa Tengah sebanyak 1.860 frekuensi untuk mendapatkan nilai rata-rata, mini-
(23,51%) terdapat di Kota Semarang. mum dan maksimum, kemudian dianalisis bivariat
Penelitian yang pernah dilakukan oleh menggunakan uji Chi-Square dan korelasi
Sutriswanto (2003) terkait dengan perilaku IDU biserial, sedangkan untuk analisis multivariat
dalam menghadapi bahaya HIV/AIDS di Kota menggunakan multiple logistic regression.
Semarang (study kualitatif), diketahui bahwa pada
umumnya subyek penelitian jarang
mempraktekkan penggunaan jarum suntik yang

76
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008

HASIL PENELITIAN DAN = 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada


PEMBAHASAN hubungan yang signifikan antara pengetahuan
1. Penggunaan jarum suntik bergantian tentang HIV/AIDS dengan penggunaan jarum
diantara pengguna napza suntik suntik bergantian.
Dari 75 pengguna napza suntik yang Setelah dilakukan analisis statistik multivariat
menjadi responden, lebih dari sepertiganya dengan regresi logistik multiple menggunakan
(34,7%) pernah menggunakan jarum suntik metode enter (tabel 3) diperoleh variabel
bergantian dalam enam bulan terakhir. pengetahuan secara signifikan berpengaruh
Rendahnya penggunaan jarum suntik terhadap penggunaan jarum bergantian diantara
bergantian di Kota Semarang kemungkinan penasun dengan odds ratio 6,342 (95% CI :
disebabkan sudah dilaksanakannya beberapa 1,299 – 30,953). Artinya bahwa pengguna napza
komponen layanan yang termasuk dalam pro- suntik yang mempunyai pengetahuan yang kurang
gram pengurangan dampak buruk Napza (harm tentang HIV/AIDS mempunyai kemungkinan
reduction) di Kota Semarang. 6,342 kali menggunakan jarum suntik bergantian
2. Pengetahuan tentang HIV/AIDS dibandingkan dengan mereka yang mempunyai
Sebagian besar responden (66,7%) pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS.
mempunyai pengetahuan yang baik tentang HIV/ Pengetahuan merupakan anteseden dari
AIDS. Walaupun sebagian besar (66,7%) perilaku yang menyediakan alasan utama atau
responden mempunyai pengetahuan yang baik motivasi untuk berperilaku tersebut (Green,L.W.,
tentang HIV/AIDS, namun hampir separuh 2000). Sehingga apabila pengguna napza suntik
responden (45,3%) tidak mengetahui bahwa mempunyai pengetahuan tentang HIV yang
HIV bisa menular melalui tranfusi darah dan lebih rendah maka mempunyai kemungkinan untuk
dari separuh responden (52,0%) tidak melakukan penggunaan jarum suntik bergantian,
mengetahui bahwa HIV bisa menular melalui karena mereka tidak mempunyai motivasi untuk
hubungan perinatal. Berkaitan dengan cara apa menghindari penggunaan jarum suntik
pencegahan HIV, hanya sepertiga (33,3%) yang bergantian.
menyebutkan bahwa HIV dapat dihindari 3. Persepsi kerentanan terhadap HIV/
dengan tidak melakukan hubungan seks bagi AIDS
yang belum menikah, berhubungan seks hanya Sebagian besar responden (88,0%)
dengan pasangannya (46,7%) dan kurang dari mempunyai persepsi kerentanan tertular HIV
separuh responden (48%) yang menyatakan tinggi dan hanya 12,0% responden yang
menghindari penggunaan napza suntik untuk mempunyai persepsi kerentanan tertular HIV
mencegah tertular HIV. rendah. Walaupun sebagian besar responden
Dari hasil analisis statistik dengan Chi- (88,0%) mempunyai persepsi kerentanan tertular
Square diperoleh nilai X2 = 20,671 dengan p- HIV yang tinggi, namun masih terdapat 36,7%
value sebesar 0,0001 pada taraf kesalahan (á) responden merasa tidak berisiko tertular HIV bila

77
Faktor-Faktor Yang Berhubungan ... (Heri W, Antono S, Zahroh S)

78
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008

menggunakan jarum bekas IDU lain karena AIDS bukanlah penyakit yang serius karena
sudah mencuci walaupun hanya dengan air bersih, tidak memerlukan biaya yang besar untuk
14,7% responden juga merasa tidak berisiko pengobatan, 40,0% yang menganggap AIDS
tertular HIV bila menggunakan jarum bekas sama dengan penyakit-penyakit lainnya, bukanlah
tanpa mensterilkannya dengan larutan pemutih, penyakit yang membahayakan, dan 37,4%
dan 14,7% responden tidak merasa berisiko responden mempunyai persepsi bahwa AIDS
tertular HIV meskipun menggunakan jarum suntik bukan penyakit yang menakutkan karena tidak
secara bergantian, karena teman-temannya mengganggu aktifitas.
berbadan sehat. Dari hasil analisis statistik dengan Chi-
Dari hasil analisis statistik dengan Chi- Square diperoleh nilai X2 = 0,811 dengan p-
Square diperoleh nilai X2 = 3,158 dengan p- value sebesar 0,368 pada taraf kesalahan (á) =
value sebesar 0,076 pada taraf kesalahan (á) = 5%, sehingga dapat disimpulkan tidak ada
5%, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara persepsi keparahan HIV/AIDS
hubungan antara persepsi kerentanan terhadap dengan penggunaan jarum suntik bergantian.
HIV/AIDS dengan penggunaan jarum suntik Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
bergantian. Hartgers, Krijnen dan Van der Pligt yang
Penelitian ini juga tidak sesuai pendapat yang menyatakan bahwa persepsi keparahan
dikemukakan oleh Bailey (2007) yang mempunyai hubungan yang positif dengan niat
menyatakan persepsi resiko tertular HIV melalui menyuntik yang aman.
needle sharing mempunyai hubungan yang Ketidaksesuaian tersebut mungkin bisa
signifikan terhadap penerimaan syringe sharing, dijelaskan bahwa menurut L. Green jika
dimana seseorang yang mempunyai persepsi seseorang mempunyai pengetahuan maupun
resiko tertular HIV yang tinggi berhubungan keyakinan (faktor predisposisi) mungkin cukup
dengan berkurangnya penerimaan syringe shar- untuk memulai suatu perilaku, tetapi akan tidak
ing. mencukupi jika orang tersebut tidak mampu
Ketidaksesuaian tersebut mungkin bisa mengakses sarana yang diperlukan untuk
dijelaskan sebagai berikut, sebagaimana melaksanakan perilaku tersebut.
diketahui sesuai teori L. Green bahwa jika 5. Persepsi manfaat penggunaan jarum
seseorang mempunyai pengetahuan maupun suntik bergantian
keyakinan (faktor predisposisi) mungkin cukup Sebagian besar responden (76,0%)
untuk memulai suatu perilaku, tetapi hal itu tidak mempunyai persepsi yang tinggi tentang manfaat
akan mencukupi jika orang tersebut tidak mampu penggunaan jarum suntik steril. Walaupun
mengakses sarana yang diperlukan untuk sebagian besar responden (76,0%) mempunyai
melaksanakan perilaku tersebut. persepsi manfaat penggunaan jarum suntik steril
4. Persepsi keparahan HIV/AIDS yang tinggi, namun masih terdapat 49,4%
Sebagian besar responden (85,3%) responden mempunyai persepsi bahwa
mempunyai persepsi tinggi tentang keparahan penggunaan jarum baru setiap menyuntik tidak
penyakit AIDS. Walaupun sebagian besar akan menurunkan resiko tertular HIV dan 42,7%
responden (85,3%) mempunyai persepsi responden mempunyai persepsi bahwa
keparahan HIV/AIDS yang tinggi, namun masih penggunaan jarum baru setiap menyuntik tidak
terdapat 61,4% responden mempunyai persepsi mengurangi risiko terjadinya tertular hepatitis C.
AIDS bukanlah penyakit yang serius karena Dari hasil analisis statistik dengan Chi-
tidak dijauhi oleh keluarga dan masyarakat, Square diperoleh nilai X2 = 3,430 dengan p-
54,6% responden juga mempunyai persepsi value sebesar 0,064 pada taraf kesalahan (á) =

79
Faktor-Faktor Yang Berhubungan ... (Heri W, Antono S, Zahroh S)

5%, sehingga dapat disimpulkan tidak ada untuk membeli jarum suntik (45,3%). Rintangan
hubungan antara persepsi manfaat penggunaan lainnya yang dirasakan responden adalah
jarum suntik steril dengan penggunaan jarum membeli jarum di apotik (40%), dan sakaw
suntik bergantian. (37,3%).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Dari hasil analisis statistik dengan Chi-
pendapat Magura (1989), yang menyatakan Square diperoleh nilai X2 = 4,684 dengan p-
bahwa needle sharing berhubungan langsung value sebesar 0,030 pada taraf kesalahan (á) =
dengan rendahnya manfaat yang dirasakan untuk 5%, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
menghindari resiko AIDS. Hasil ini juga berbeda yang signifikan antara persepsi rintangan
dengan pendapat yang dikemukakan Hartgers, pemakaian jarum suntik steril dengan penggunaan
Krijnen dan Van der Pligt yang menyatakan jarum suntik bergantian.
bahwa respone efficacy mempunyai hubungan Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
yang positif dengan niat menyuntik yang aman. Health Belief Model yang dikemukanan oleh
Ketidaksesuaian ini mungkin bisa dijelaskan Rosenstock bahwa kemungkinan individu
sebagai berikut, persepsi manfaat suatu tindakan melakukan tindakan pencegahan tergantung
pencegahan penyakit akan mempengaruhi secara langsung pada hasil dari dua keyakinan
kemungkinan seseorang melakukan tindakan atau penilaian kesehatan (health belief) yaitu :
pencegahan tersebut. Akan tetapi, walaupun ancaman yang dirasakan dari rasa sakit (per-
seseorang yakin bahwa tindakan pencegahan ceived threat of injury or illness) dan
tersebut benar-benar bermanfaat untuk pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian
mengurangi risiko tertular penyakit dia tidak akan (benefit and cost).
begitu saja menerima tindakan kesehatan yang 7. Self-efficacy
dianjurkan kepadanya, kecuali bila dia yakin Sebagian besar responden (61,3%)
bahwa dia sanggup melakukannya (Rosenstock, mempunyai self efficacy yang tinggi dan sebanyak
1974). 38,7% responden mempunyai self efficacy yang
6. Persepsi rintangan penggunaan jarum rendah dalam penggunaan jarum suntik steril.
suntik bergantian Walaupun sebagian besar responden (61,3%)
Sebagian besar responden (92,0%) mempunyai self-efficacy yang tinggi, namun masih
mempunyai persepsi rintangan yang rendah dalam terdapat 78,6% responden tidak mampu untuk
penggunaan jarum suntik steril dan hanya 8,0% selalu membawa jarum suntik, sebanyak 56,0%
responden yang mempunyai persepsi rintangan responden juga tidak mampu menunda menyuntik
yang tinggi dalam penggunaan jarum suntik steril. sampai mendapatkan jarum baru dan 40,0%
Walaupun sebagian besar responden (92,0%) responden tidak mampu menolak ajakan teman
mempunyai mempunyai persepsi rintangan yang ingin bergantian menggunakan jarum,
penggunaan jarum steril yang rendah, namun bahkan 42,7% responden merasa tidak mampu
sebanyak 77,3% responden takut tertangkap untuk tidak menyuntik dari pada menggunakan
polisi bila selalu membawa jarum suntik, 68,0% jarum bekas penasun lainnya.
responden juga takut diketahui keluarga sebagai Dari hasil analisis statistik dengan Chi-
pengguna napza suntik, dan sebanyak 48,0% Square diperoleh nilai X2 = 13,763 dengan p-
responden merasa takut diketahui teman sebagai value sebesar 0,0001 pada taraf kesalahan (á)
penasun bila selalu membawa jarum suntik. = 5%, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
Selain itu responden juga menganggap bahwa yang signifikan antara self efficacy dengan
selalu menggunakan jarum suntik steril setiap penggunaan jarum suntik bergantian.
menyuntik akan menambah pengeluaran uang Berdasarkan hasil analisis statistik dengan

80
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008

regresi logistik multiple dengan metode enter dalam program pertukaran jarum suntik dengan
diketahui bahwa variabel self-efficacy penggunaan jarum suntik bergantian.
berpengaruh terhadap penggunaan jarum suntik Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
bergantian dengan odds ratio 4,431 (95% CI : penelitian Bluthenthal (2000) yang menemukan
1,001 – 19,607). Hal ini berarti bahwa pengguna bahwa pengguna napza suntik yang telah memulai
napza suntik yang mempunyai sel-efficacy yang dan kontinyu memanfaatkan program pertukaran
rendah mempunyai kemungkinan 4,431 kali jarum suntik (NSEP) secara signifikan lebih besar
menggunakan jarum suntik bergantian kemungkinan untuk tidak melakukan needle
dibandingkan dengan mereka yang mempunyai sharing dibandingkan dengan penasun yang tidak
self-efficacy yang tinggi. menggunakan NSEP. Penelitian ini juga sesuai
Hasil penelitian sesuai dengan pendapat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bailey
Hartgers, Krijnen dan Van der Pligt yang (2007) bahwa rendahnya penerimaan
menyatakan bahwa self-efficacy mempunyai penggunaan jarum suntik berganian berhubungan
hubungan yang positif dengan niat menyuntik yang erat dengan memperoleh syringe dari apotik
aman dan bahkan self-efficacy sebagai prediktor maupun program pertukaran jarum suntik.
yang paling kuat. Gleghorn (1997) juga menyimpulkan bahwa
8. Ketersediaan jarum suntik steril pengguna napza suntik yang menggunakan
Sebagian besar responden (81,3%) pertukaran jarum suntik (Needle exchange Pro-
menyatakan bahwa jarum suntik steril tersedia gram) mempunyai kemungkinan tiga kali
dalam enam bulan terakhir dan hanya 18,7% menggunakan jarum suntik baru dibandingkan
yang menyatakan bahwa jarum suntik pernah dengan mereka yang tanpa menggunakan
tidak tersedia dalam enam bulan terakhir. pertukaran jarum suntik.
Responden biasanya memperoleh jarum suntik 10.Konseling dan tes HIV sukarela (VCT)
baru dari petugas outreach 74,7%, teman Sebagian besar responden (76,0%) yang
pemakai 61,3%, drop in center 41,3%, apotek pernah melakukan konseling dan tes HIV secara
30,7%, dan penjual napza 2,7%. sukarela (VCT). Berdasarkan hasil analisis
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai X2 =
Wood E. (2002) yang menyatakan adanya 12,648 dengan nilai p = 0,0001. Karena nilai p
hubungan antara kesulitan memperoleh jarum < 0,05 maka Ho ditolak, sehingga dapat
suntik tingginya risiko needle sharing. Pendapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
yang lainnya dikemukakan oleh Shaw (2007) antara konseling dan tes HIV sukarela dengan
bahwa individu yang mempunyai kesulitan penggunaan jarum suntik bergantian.
memperoleh jarum suntik steril mempunyai Konseling dan tes HIV sukarela yang dikenal
kemungkinan 3,6 kali untuk melakukan sharing. sebagai Voluntary Counselling and Testing
9. Keikutsertaan program pertukaran (VCT) merupakan salah satu strategi kesehatan
jarum suntik masyarakat sebagai pintu masuk ke seluruh
Pengguna napza suntik di Kota Semarang layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan
yang menjadi responden sebagian besarnya (KPA, 2007). Salah satu tujuan VCT adalah
(74,7%) ikut program pertukaran jarum suntik. mendorong perubahan perilaku yang dapat
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan Chi- mencegah penularan HIV, sehingga diharapkan
Square diperoleh nilai X2 = 10,883 dengan nilai penasun yang telah melakukan konseling dan tes
p = 0,001. Karena nilai p < 0,05 maka Ho HIV sukarela berperilaku yang dapat mencegah
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada penularan HIV.
hubungan yang signifikan antara keikutsertaan 11. Frekuensi pertemuan penasun dengan

81
Faktor-Faktor Yang Berhubungan ... (Heri W, Antono S, Zahroh S)

petugas outreach mempunyai anggapan bahwa norma teman


Jumlah pertemuan responden dengan sebaya tidak mendukung penggunaan jarum
petugas outreach selama enam bulan terakhir suntik bergantian, namun masih terdapat 32,7%
berkisar antara 0 sampai 40 kali dengan rata- responden menyatakan bahwa teman-teman
rata 13,85 kali dan standar deviasi 11,0 kali. mereka meminjamkan jarum yang telah
Berdasarkan hasil penghitungan korelasi biserial digunakan, dan 18,7% responden juga
diperoleh nilai rbis = -0,5932 dengan nilai t = menyatakan bahwa kebanyakan teman-teman
4,441. Oleh karena t hitung lebih besar dari t menggunakan jarum suntik bergantian saat
tabel maka Ho ditolak, sehingga dapat menyuntik.
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan Berdasarkan hasil analisis statistik dengan
antara frekuensi pertemuan pengguna napza Chi-Square diperoleh nilai X2 = 9,355 dengan
suntik dengan petugas outreach dengan nilai p = 0,001. Karena nilai p < 0,05 maka Ho
penggunaan jarum suntik bergantian. ditolak, sehingga disimpulkan bahwa ada
Hasil penelitian ini sesuai pendapat Gleghorn hubungan yang signifikan antara norma teman
(1997) yang menunjukkan bahwa pengguna sebaya dengan penggunaan jarum suntik
napza suntik dengan 30 kali atau lebih kontak bergantian.
dengan petugas outreach dalam enam bulan, Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan hasil
mempunyai kemungkinan lima kali untuk penelitian Magura (1989) yang menyatakan
menggunakan jarum baru dibandingkan dengan bahwa needle sharing berhubungan langsung
pengguna napza suntik yang hanya sekali kontak. dengan pengaruh teman sebaya dari IDUs.
12. Norma teman sebaya Pernyataan ini juga didukung oleh Bailey (2007)
Sebagian besar responden (92,0%) yang menyatakan bahwa tingginya Receptive
mempunyai anggapan bahwa norma teman Sharing Syringe (RSS) berhubungan dengan
sebaya tidak mendukung penggunaan jarum persepsi dimana teman sebaya tidak menentang
suntik bergantian dan hanya 8,0% responden needle sharing. Pendapat yang sama juga
yang beranggapan bahwa norma teman sebaya disampaikan Golub (2007) bahwa pengguna
mendukung penggunaan jarum suntik bergantian. napza suntik yang mempunyai persepsi bahwa
Walaupun sebagian besar responden (92,0%) norma teman sebaya mendukung needle shar-

Tabel 3. Hasil analisis regresi logistik multiple

82
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008

ing berhubungan dengan Distributive Syringe b5d1571e6b044d94134ae97ef42ed&


sharing (DSS). ie=/sdarticle.pdf diakses tanggal 16
Pebruari 2008
SIMPULAN Bidang Litbang Info BNP Jateng. 2006. Data-
1. Persentase penggunaan jarum suntik base Narkoba Provinsi Jawa Tengah Tahun
bergantian diantara pengguna napza suntik 2006. Semarang.
di Kota Semarang 34,7%. Bluthenthal R.N., Kral, A.H., Gee, L., Erringer
2. Penggunaan napza suntik bergantian diantara E.A., Edlin B R. 2000. The effect of sy-
penasun secara signifikan berhubungan ringe exchange use on high-risk injection
dengan pengetahuan tentang HIV/AIDS, drug users : a cohort study. AIDS. 2000;
persepsi rintangan penggunaan jarum suntik 14: 605 – 611. Available from URL : http:/
steril, self-efficacy, ketersediaan jarum suntik / www.aidsonline. com/pt/re /aids/
steril, keikutsertaan dalam program pdfhandler.00002030-200003310-
pertukaran jarum suntik, frekuensi pertemuan 00015.pdf;jsessionid=
pengguna napza suntik dengan petugas out- H7LS0X9MZ42W9wmPhv1LnFyhpGRn
reach, konseling dan tes HIV sukarela nJpFWJxv1TnmJNPqcZnw1vx1!
(VCT), dan norma teman sebaya. Namun 1 3 9 0 2 2 9 1 6 9 ! 1 8 11 9 5 6 2 9 ! 8 0 9 1 ! -
penggunaan napza suntik bergantian diantara 1?nav=reference diakses tanggal 2 Januari
penasun tidak berhubungan dengan persepsi 2008
kerentanan terhadap HIV/AIDS, persepsi
keparahan HIV/AIDS dan persepsi manfaat Costigan G., Crofts N & Reid G. 2001. Pedoman
penggunaan jarum suntik steril. Mengurangi Dampak Buruk Narkoba di
3. Pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS Asia Edisi Indonesia. Translated by I Wayan
dan rendahnya self-efficacy mempunyai Juniarta & Made Setiawan.,Yogyakarta :
pengaruh yang signifikan terhadap Warta AIDS. Terdapat dalam URL : http:/
penggunaan jarum suntik bergantian diantara / w w w. b n n . g o . i d / k o n t e n . p h p ?
pengguna napza suntik. ArtikelLitbang&op:detail-artikel-litbang&id
diakses tanggal 9 Mei 2007
KEPUSTAKAAN Depkes RI dan Komisi Penanggulangan AIDS.
Bailey S.L., Ouellet L.J., Mackesy-Amiti M.E., 2006. Laporan Nasional Kegiatan Estimasi
Golub E.T., Hagan H., Hudson S.M., Latka Populasi Dewasa Rawan Terinfeksi HIV
M.H., Gao W., & Garfein R.S. 2007. Per- Tahun 2006 . Jakarta : KPAN. 2006.
ceived Risk, Peer influences, and injection Dinkes. Prop. Jateng. Laporan Triwulan IV
partner type predict receptive syringe shar- Pengidap infeksi HIV dan Kasus AIDS s.d.
ing among young adult injection drug users 31 Desember 2007. Semarang. 2008.
in five U.S. cities. Drug and Alcohol De- Ditjen PPM dan PL Depkes. RI. Statistik Kasus
pendence. 2007; 91S: S18-S29. Available HIV/AIDS di Indonesia di lapor s/d
from URL : http:// www. sciencedirect. com/ Desember 2007. Terdapat dalam URL :
science?_ob = http://www.aids-ina. org/files/ datakasus /
MImg&_imagekey=B6T63-4NH6N7X- des07.pdf diakses tanggal 8 Maret 2008.
1-1&_cdi=5019&_user=1441945& Gleghorn A.A., Clements K.D., Marx R.,
_orig=search&_coverDate=11%2F30%2F Vittinghoff E., Lee-Chu P. & Katz M. The
2007&_sk=999089999.8998&view Impact of Intensive Outreach on HIV Pre-
=c&wchp=dGLzVlzzSkWA&md5=c72 vention Activities of Homeless, Runaway,

83
Faktor-Faktor Yang Berhubungan ... (Heri W, Antono S, Zahroh S)

and Street Youth in San Fransisco : The Magura S., Grossman J.I., Lipton D.S.,Siddiqi
AIDS Evaluation of Street Outreach Q., Shapiro J., Marion I. & Amann K.R.
Project. AIDS and Behavior. 1997;1(4) : Determinants of Needle Sharing among In-
261 – 271. Available from URL : http: // travenous Drug Users. American Journal of
w w w. s p r i n g e r l i n k . c o m / c o n t e n t / Public Health. 1989; 79(4): 459-462.
r1w932421x025626/fulltext.pdf diakses Available from URL : http://www.ajph. rg/
tanggal 11 Maret 2008. cgi/reprint/79/4/459 diakses tanggal 6
Golub E.T., Strathdee S.A., Bailey S.L., Hagan Desember 2007
H., Latka M.H., Hudson S.M., & Garfein Pisani E., Dadun, Sucahya P.K., Kamil O., Jazan
R.S. Distribute syringe sharing among young S. Sexual Behavior among Injection Drug
adult injection drug users in five U.S. cities. Users in 3 Indonesian Cities Carries a High
Drug and Alcohol Dependence. 2007; 91S: Potential for HIV Spread to Nonijectors. J
S30-S38. Available from URL : http:// Acquir Immune Defic Syndr.
www.sciencedirect.comscience?_ob= 2003.34(4):403 – 406. Terdapat dalam
MImg&_imagekey=B6T634NCKJX9- URL : http://www.jaids.org/pt/re/jaids/
31&_cdi=5019&_user=1441945&_orig= pdfhandler.00126334-200312010-00007.
search& _coverDate=11%2F30%2F2007 d f ; s e s s i o n i d H LW T b n l 1 0 X B W
&_sk=999089999.8998&view=c& 7GkT1Qm159xz2kVh6yFg0DP
w c h p = d G L z V l z z S k WA & m d 5 = hsjrmqQLh2yhsxrjG!-
94edd6e27e80 a2e12178f3c31aba78 667243907!181195629!8091!-1 diakses
72&ie=/sdarticle.pdf diakses tanggal 16 tanggal 1 Maret 2008
Pebruari 2008. Rosenstock.1974. Historical Origins of the
Green, Lawrence W. 2000. Health Promotion Health Belief Model. In : Becker, Marshall
Planning An Educational and Environmen- H. Eds. The Health Belief Model and Per-
tal Approach. Mayfield Publishing Com- sonal Health Behavior. Charles B. Slack
pany. Mountain View-Toronto-London. Inc, Thorofare, New Jersey.
Hartgers C, Krijnen P, Pligt JVD. HIV and In- Shaw S.Y., Shah L., Jolly A.M. & Wylie J.L.
jecting Drug Users : The Role of Protection Determinants of injection drug users (IDU)
Motivation. Available from URL : http:// syringe sharing : the relationship between
www.drugtext.org/library /books/ hartgers/ availability of syringes and risk network
chapter07.htm diakses tanggal 27 member characteristics in Winnipeg,
Nopember 2007 Canada. Addiction. 2007; 102: 1626-
KPA, 2007. Peraturan Menteri Koordinator 1635. Available from URL http:/
Bidang Kesejahteraan Rakyat RI selaku w w w. b l a c k w e l l s y n e r g y c o m
Ketua Komisi Penanggulangan AIDS actionhowdf?ubmitDFFull+
Nasional Nomor : 02/PER /MENKO / ext+PDF+%28115+KB%2
KESRA/2007 tentang Kebijakan Nasional 9&doi=10.1111%2Fj.1360-
Penanggulangan HIV dan AIDS melalui 0443.2007.01940.x diakses tanggal 26
Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Desember 2007.
Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Sucahya P.K., Siagian F. & Sari K. 2001.
Suntik, KPA, Jakarta. Memahami Kebutuhan Aktor dan Pengguna
KPA Kota Semarang. 2008. Laporan Tahunan Narkotika Suntik. Yogyakarta : PSKK
KPA Kota Semarang Tahun 2007. UGM Yogyakarta.
Semarang.
84
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008

Sutriswanto. 2003. Perilaku IDU (Intravenous


Drug Users ) dalam Menghadapi Bahaya
HIV/AIDS di Kota Semarang Propinsi
Jawa Tengah (Skripsi).
Turner C.F., Miller H.G. & Moses L.E. 1989.
AIDS, Sexual Behaviour and Intravenous
Drug Use. Washington DC : National Acad-
emy Press. Available from URL : http://
w w w. n a p . e d u / o p e n b o o k . p h p ?
record_id=1195& page=186 diakses
tanggal 17 Nopember 2007.
Utomo, B. Survei Nasional Penyalah-Gunaan
dan Peredaran Gelap Narkoba pada
Kelompok Rumah Tangga di Indonesia,
2005. Terdapat dalam URL : http://
situs.kesrepro.info/pmshivaids/jul/2006/
pms01.htm diakses tanggal 27 Februari
2007.
Wood E., Tyndall M.W., Spittal P.M., Li K., Kerr
T., Hogg R.S., Montaner J.S.G.,
O’shaughnessy M.V. & Schechter M.T.
Unsafe injection practice in a cohort on in-
jection drug users in Vancouver : Could safer
injecting rooms helps? Canadian Medical
Association Journal. 2001;165(4):405-
410. Available from URL : http://
www.cmaj.ca/cgi/reprint/165/4/405
diakses tanggal 6 Desember 2007
Wood E., Tyndall M.W., Spittal P.M., Li, Kathy.,
Hogg R.S., Montaner J.S.G.,
O’shaughnessy M.V., Michael V. &
Schechter M.T. Factors associated with
persistent high-risk syringe sharing in the
presence of an established exchange
programme. AIDS. 2002;16 (6) : 941-943.

85

Anda mungkin juga menyukai