ABSTRACT
74
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008
75
Faktor-Faktor Yang Berhubungan ... (Heri W, Antono S, Zahroh S)
76
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008
77
Faktor-Faktor Yang Berhubungan ... (Heri W, Antono S, Zahroh S)
78
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008
menggunakan jarum bekas IDU lain karena AIDS bukanlah penyakit yang serius karena
sudah mencuci walaupun hanya dengan air bersih, tidak memerlukan biaya yang besar untuk
14,7% responden juga merasa tidak berisiko pengobatan, 40,0% yang menganggap AIDS
tertular HIV bila menggunakan jarum bekas sama dengan penyakit-penyakit lainnya, bukanlah
tanpa mensterilkannya dengan larutan pemutih, penyakit yang membahayakan, dan 37,4%
dan 14,7% responden tidak merasa berisiko responden mempunyai persepsi bahwa AIDS
tertular HIV meskipun menggunakan jarum suntik bukan penyakit yang menakutkan karena tidak
secara bergantian, karena teman-temannya mengganggu aktifitas.
berbadan sehat. Dari hasil analisis statistik dengan Chi-
Dari hasil analisis statistik dengan Chi- Square diperoleh nilai X2 = 0,811 dengan p-
Square diperoleh nilai X2 = 3,158 dengan p- value sebesar 0,368 pada taraf kesalahan (á) =
value sebesar 0,076 pada taraf kesalahan (á) = 5%, sehingga dapat disimpulkan tidak ada
5%, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara persepsi keparahan HIV/AIDS
hubungan antara persepsi kerentanan terhadap dengan penggunaan jarum suntik bergantian.
HIV/AIDS dengan penggunaan jarum suntik Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
bergantian. Hartgers, Krijnen dan Van der Pligt yang
Penelitian ini juga tidak sesuai pendapat yang menyatakan bahwa persepsi keparahan
dikemukakan oleh Bailey (2007) yang mempunyai hubungan yang positif dengan niat
menyatakan persepsi resiko tertular HIV melalui menyuntik yang aman.
needle sharing mempunyai hubungan yang Ketidaksesuaian tersebut mungkin bisa
signifikan terhadap penerimaan syringe sharing, dijelaskan bahwa menurut L. Green jika
dimana seseorang yang mempunyai persepsi seseorang mempunyai pengetahuan maupun
resiko tertular HIV yang tinggi berhubungan keyakinan (faktor predisposisi) mungkin cukup
dengan berkurangnya penerimaan syringe shar- untuk memulai suatu perilaku, tetapi akan tidak
ing. mencukupi jika orang tersebut tidak mampu
Ketidaksesuaian tersebut mungkin bisa mengakses sarana yang diperlukan untuk
dijelaskan sebagai berikut, sebagaimana melaksanakan perilaku tersebut.
diketahui sesuai teori L. Green bahwa jika 5. Persepsi manfaat penggunaan jarum
seseorang mempunyai pengetahuan maupun suntik bergantian
keyakinan (faktor predisposisi) mungkin cukup Sebagian besar responden (76,0%)
untuk memulai suatu perilaku, tetapi hal itu tidak mempunyai persepsi yang tinggi tentang manfaat
akan mencukupi jika orang tersebut tidak mampu penggunaan jarum suntik steril. Walaupun
mengakses sarana yang diperlukan untuk sebagian besar responden (76,0%) mempunyai
melaksanakan perilaku tersebut. persepsi manfaat penggunaan jarum suntik steril
4. Persepsi keparahan HIV/AIDS yang tinggi, namun masih terdapat 49,4%
Sebagian besar responden (85,3%) responden mempunyai persepsi bahwa
mempunyai persepsi tinggi tentang keparahan penggunaan jarum baru setiap menyuntik tidak
penyakit AIDS. Walaupun sebagian besar akan menurunkan resiko tertular HIV dan 42,7%
responden (85,3%) mempunyai persepsi responden mempunyai persepsi bahwa
keparahan HIV/AIDS yang tinggi, namun masih penggunaan jarum baru setiap menyuntik tidak
terdapat 61,4% responden mempunyai persepsi mengurangi risiko terjadinya tertular hepatitis C.
AIDS bukanlah penyakit yang serius karena Dari hasil analisis statistik dengan Chi-
tidak dijauhi oleh keluarga dan masyarakat, Square diperoleh nilai X2 = 3,430 dengan p-
54,6% responden juga mempunyai persepsi value sebesar 0,064 pada taraf kesalahan (á) =
79
Faktor-Faktor Yang Berhubungan ... (Heri W, Antono S, Zahroh S)
5%, sehingga dapat disimpulkan tidak ada untuk membeli jarum suntik (45,3%). Rintangan
hubungan antara persepsi manfaat penggunaan lainnya yang dirasakan responden adalah
jarum suntik steril dengan penggunaan jarum membeli jarum di apotik (40%), dan sakaw
suntik bergantian. (37,3%).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Dari hasil analisis statistik dengan Chi-
pendapat Magura (1989), yang menyatakan Square diperoleh nilai X2 = 4,684 dengan p-
bahwa needle sharing berhubungan langsung value sebesar 0,030 pada taraf kesalahan (á) =
dengan rendahnya manfaat yang dirasakan untuk 5%, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
menghindari resiko AIDS. Hasil ini juga berbeda yang signifikan antara persepsi rintangan
dengan pendapat yang dikemukakan Hartgers, pemakaian jarum suntik steril dengan penggunaan
Krijnen dan Van der Pligt yang menyatakan jarum suntik bergantian.
bahwa respone efficacy mempunyai hubungan Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
yang positif dengan niat menyuntik yang aman. Health Belief Model yang dikemukanan oleh
Ketidaksesuaian ini mungkin bisa dijelaskan Rosenstock bahwa kemungkinan individu
sebagai berikut, persepsi manfaat suatu tindakan melakukan tindakan pencegahan tergantung
pencegahan penyakit akan mempengaruhi secara langsung pada hasil dari dua keyakinan
kemungkinan seseorang melakukan tindakan atau penilaian kesehatan (health belief) yaitu :
pencegahan tersebut. Akan tetapi, walaupun ancaman yang dirasakan dari rasa sakit (per-
seseorang yakin bahwa tindakan pencegahan ceived threat of injury or illness) dan
tersebut benar-benar bermanfaat untuk pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian
mengurangi risiko tertular penyakit dia tidak akan (benefit and cost).
begitu saja menerima tindakan kesehatan yang 7. Self-efficacy
dianjurkan kepadanya, kecuali bila dia yakin Sebagian besar responden (61,3%)
bahwa dia sanggup melakukannya (Rosenstock, mempunyai self efficacy yang tinggi dan sebanyak
1974). 38,7% responden mempunyai self efficacy yang
6. Persepsi rintangan penggunaan jarum rendah dalam penggunaan jarum suntik steril.
suntik bergantian Walaupun sebagian besar responden (61,3%)
Sebagian besar responden (92,0%) mempunyai self-efficacy yang tinggi, namun masih
mempunyai persepsi rintangan yang rendah dalam terdapat 78,6% responden tidak mampu untuk
penggunaan jarum suntik steril dan hanya 8,0% selalu membawa jarum suntik, sebanyak 56,0%
responden yang mempunyai persepsi rintangan responden juga tidak mampu menunda menyuntik
yang tinggi dalam penggunaan jarum suntik steril. sampai mendapatkan jarum baru dan 40,0%
Walaupun sebagian besar responden (92,0%) responden tidak mampu menolak ajakan teman
mempunyai mempunyai persepsi rintangan yang ingin bergantian menggunakan jarum,
penggunaan jarum steril yang rendah, namun bahkan 42,7% responden merasa tidak mampu
sebanyak 77,3% responden takut tertangkap untuk tidak menyuntik dari pada menggunakan
polisi bila selalu membawa jarum suntik, 68,0% jarum bekas penasun lainnya.
responden juga takut diketahui keluarga sebagai Dari hasil analisis statistik dengan Chi-
pengguna napza suntik, dan sebanyak 48,0% Square diperoleh nilai X2 = 13,763 dengan p-
responden merasa takut diketahui teman sebagai value sebesar 0,0001 pada taraf kesalahan (á)
penasun bila selalu membawa jarum suntik. = 5%, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
Selain itu responden juga menganggap bahwa yang signifikan antara self efficacy dengan
selalu menggunakan jarum suntik steril setiap penggunaan jarum suntik bergantian.
menyuntik akan menambah pengeluaran uang Berdasarkan hasil analisis statistik dengan
80
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008
regresi logistik multiple dengan metode enter dalam program pertukaran jarum suntik dengan
diketahui bahwa variabel self-efficacy penggunaan jarum suntik bergantian.
berpengaruh terhadap penggunaan jarum suntik Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
bergantian dengan odds ratio 4,431 (95% CI : penelitian Bluthenthal (2000) yang menemukan
1,001 – 19,607). Hal ini berarti bahwa pengguna bahwa pengguna napza suntik yang telah memulai
napza suntik yang mempunyai sel-efficacy yang dan kontinyu memanfaatkan program pertukaran
rendah mempunyai kemungkinan 4,431 kali jarum suntik (NSEP) secara signifikan lebih besar
menggunakan jarum suntik bergantian kemungkinan untuk tidak melakukan needle
dibandingkan dengan mereka yang mempunyai sharing dibandingkan dengan penasun yang tidak
self-efficacy yang tinggi. menggunakan NSEP. Penelitian ini juga sesuai
Hasil penelitian sesuai dengan pendapat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bailey
Hartgers, Krijnen dan Van der Pligt yang (2007) bahwa rendahnya penerimaan
menyatakan bahwa self-efficacy mempunyai penggunaan jarum suntik berganian berhubungan
hubungan yang positif dengan niat menyuntik yang erat dengan memperoleh syringe dari apotik
aman dan bahkan self-efficacy sebagai prediktor maupun program pertukaran jarum suntik.
yang paling kuat. Gleghorn (1997) juga menyimpulkan bahwa
8. Ketersediaan jarum suntik steril pengguna napza suntik yang menggunakan
Sebagian besar responden (81,3%) pertukaran jarum suntik (Needle exchange Pro-
menyatakan bahwa jarum suntik steril tersedia gram) mempunyai kemungkinan tiga kali
dalam enam bulan terakhir dan hanya 18,7% menggunakan jarum suntik baru dibandingkan
yang menyatakan bahwa jarum suntik pernah dengan mereka yang tanpa menggunakan
tidak tersedia dalam enam bulan terakhir. pertukaran jarum suntik.
Responden biasanya memperoleh jarum suntik 10.Konseling dan tes HIV sukarela (VCT)
baru dari petugas outreach 74,7%, teman Sebagian besar responden (76,0%) yang
pemakai 61,3%, drop in center 41,3%, apotek pernah melakukan konseling dan tes HIV secara
30,7%, dan penjual napza 2,7%. sukarela (VCT). Berdasarkan hasil analisis
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat statistik dengan Chi-Square diperoleh nilai X2 =
Wood E. (2002) yang menyatakan adanya 12,648 dengan nilai p = 0,0001. Karena nilai p
hubungan antara kesulitan memperoleh jarum < 0,05 maka Ho ditolak, sehingga dapat
suntik tingginya risiko needle sharing. Pendapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
yang lainnya dikemukakan oleh Shaw (2007) antara konseling dan tes HIV sukarela dengan
bahwa individu yang mempunyai kesulitan penggunaan jarum suntik bergantian.
memperoleh jarum suntik steril mempunyai Konseling dan tes HIV sukarela yang dikenal
kemungkinan 3,6 kali untuk melakukan sharing. sebagai Voluntary Counselling and Testing
9. Keikutsertaan program pertukaran (VCT) merupakan salah satu strategi kesehatan
jarum suntik masyarakat sebagai pintu masuk ke seluruh
Pengguna napza suntik di Kota Semarang layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan
yang menjadi responden sebagian besarnya (KPA, 2007). Salah satu tujuan VCT adalah
(74,7%) ikut program pertukaran jarum suntik. mendorong perubahan perilaku yang dapat
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan Chi- mencegah penularan HIV, sehingga diharapkan
Square diperoleh nilai X2 = 10,883 dengan nilai penasun yang telah melakukan konseling dan tes
p = 0,001. Karena nilai p < 0,05 maka Ho HIV sukarela berperilaku yang dapat mencegah
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada penularan HIV.
hubungan yang signifikan antara keikutsertaan 11. Frekuensi pertemuan penasun dengan
81
Faktor-Faktor Yang Berhubungan ... (Heri W, Antono S, Zahroh S)
82
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008
83
Faktor-Faktor Yang Berhubungan ... (Heri W, Antono S, Zahroh S)
and Street Youth in San Fransisco : The Magura S., Grossman J.I., Lipton D.S.,Siddiqi
AIDS Evaluation of Street Outreach Q., Shapiro J., Marion I. & Amann K.R.
Project. AIDS and Behavior. 1997;1(4) : Determinants of Needle Sharing among In-
261 – 271. Available from URL : http: // travenous Drug Users. American Journal of
w w w. s p r i n g e r l i n k . c o m / c o n t e n t / Public Health. 1989; 79(4): 459-462.
r1w932421x025626/fulltext.pdf diakses Available from URL : http://www.ajph. rg/
tanggal 11 Maret 2008. cgi/reprint/79/4/459 diakses tanggal 6
Golub E.T., Strathdee S.A., Bailey S.L., Hagan Desember 2007
H., Latka M.H., Hudson S.M., & Garfein Pisani E., Dadun, Sucahya P.K., Kamil O., Jazan
R.S. Distribute syringe sharing among young S. Sexual Behavior among Injection Drug
adult injection drug users in five U.S. cities. Users in 3 Indonesian Cities Carries a High
Drug and Alcohol Dependence. 2007; 91S: Potential for HIV Spread to Nonijectors. J
S30-S38. Available from URL : http:// Acquir Immune Defic Syndr.
www.sciencedirect.comscience?_ob= 2003.34(4):403 – 406. Terdapat dalam
MImg&_imagekey=B6T634NCKJX9- URL : http://www.jaids.org/pt/re/jaids/
31&_cdi=5019&_user=1441945&_orig= pdfhandler.00126334-200312010-00007.
search& _coverDate=11%2F30%2F2007 d f ; s e s s i o n i d H LW T b n l 1 0 X B W
&_sk=999089999.8998&view=c& 7GkT1Qm159xz2kVh6yFg0DP
w c h p = d G L z V l z z S k WA & m d 5 = hsjrmqQLh2yhsxrjG!-
94edd6e27e80 a2e12178f3c31aba78 667243907!181195629!8091!-1 diakses
72&ie=/sdarticle.pdf diakses tanggal 16 tanggal 1 Maret 2008
Pebruari 2008. Rosenstock.1974. Historical Origins of the
Green, Lawrence W. 2000. Health Promotion Health Belief Model. In : Becker, Marshall
Planning An Educational and Environmen- H. Eds. The Health Belief Model and Per-
tal Approach. Mayfield Publishing Com- sonal Health Behavior. Charles B. Slack
pany. Mountain View-Toronto-London. Inc, Thorofare, New Jersey.
Hartgers C, Krijnen P, Pligt JVD. HIV and In- Shaw S.Y., Shah L., Jolly A.M. & Wylie J.L.
jecting Drug Users : The Role of Protection Determinants of injection drug users (IDU)
Motivation. Available from URL : http:// syringe sharing : the relationship between
www.drugtext.org/library /books/ hartgers/ availability of syringes and risk network
chapter07.htm diakses tanggal 27 member characteristics in Winnipeg,
Nopember 2007 Canada. Addiction. 2007; 102: 1626-
KPA, 2007. Peraturan Menteri Koordinator 1635. Available from URL http:/
Bidang Kesejahteraan Rakyat RI selaku w w w. b l a c k w e l l s y n e r g y c o m
Ketua Komisi Penanggulangan AIDS actionhowdf?ubmitDFFull+
Nasional Nomor : 02/PER /MENKO / ext+PDF+%28115+KB%2
KESRA/2007 tentang Kebijakan Nasional 9&doi=10.1111%2Fj.1360-
Penanggulangan HIV dan AIDS melalui 0443.2007.01940.x diakses tanggal 26
Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Desember 2007.
Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Sucahya P.K., Siagian F. & Sari K. 2001.
Suntik, KPA, Jakarta. Memahami Kebutuhan Aktor dan Pengguna
KPA Kota Semarang. 2008. Laporan Tahunan Narkotika Suntik. Yogyakarta : PSKK
KPA Kota Semarang Tahun 2007. UGM Yogyakarta.
Semarang.
84
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 2 / Agustus 2008
85