Anda di halaman 1dari 5

PRIMA

Volume 6, Nomor 12, Nopember 2009 ISSN : 1411-0296

ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS


RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK

Kristiyanti 1, Wahyuni Z Imran 1, Lely Yuniarsari 1


1
Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir – BATAN

ABSTRAK

ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP


PADA PEMERIKSAAN GONDOK. Telah dilakukan analisis perhitungan waktu peluruhan
radioisotope Iodium-131 (I-131) untuk diagnosis pasien gondok yang menggunakan peralatan
Thyroid Up-take. Perhitungan untuk mengetahui berapa lama waktu peluruhan yang dibutuhkan
Radioisotop tersebut agar mencapai aktivitas yang aman sebelum diberikan ke pasien.
Diagnosis pada pasien gondok biasanya menggunakan I-131 yang mempunyai aktivitas
tertentu dan diberikan ke pasien secara oral dalam bentuk kapsul. Untuk aktivitas yang tersedia
dalam kapsul 100 µCi didapatkan dosisnya 162 mSv. Sesuai dengan Nilai Batas Dosis (NBD)
yang direkomendasikan BAPETEN dosis yang diizinkan sebesar 50 mSv, sehingga aktivitas
tersebut harus diturunkan. Analisis perhitungan untuk menurunkan aktivitas menggunakan
prinsip dosis serap radiasi internal sesuai dengan yang direkomendasikan International
Commission of Radiological Protection (ICRP). Berdasarkan ICRP 68, dosis merupakan fungsi
dari aktivitas dan faktor koreksi. Dari hasil perhitungan untuk menurunkan aktivitas dibutuhkan
waktu meluruh paling cepat 14 hari sehingga aman bagi pasien.

Kata kunci : Iodium-131, dosis, waktu meluruh.

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF DECAY TIME TO SATISFY RADIOISOTOPE DOSE REQUIREMENT


IN THYROID EXAMINATION. A calculation of decay time for Iodium-131 (I-131) to be used in
thyroid patients using Thyroid Up-take has been done. The calculation was aimed define the
time needed for the radioisotope to decay for attaining the save activity before it is used by
patient. The diagnosis of thyroid patient typically uses I-131 capsules of a specific activity
administered orally. It was found that a 100 µCi capsule gave a dose of 162 mSv. The dose limit
threshold recommended by BAPETEN is no more than 50 mSv, thus the capsule activity has to
be reduced. The calculation on activity reduction was performed following the principle of
internally absorbed radiation dose according to the recommendation of ICRP (International
Commission of Radiation Protection). According to ICRP 68, dose is a function of activity and
correction factor. The calculation showed that at least 14 days are needed for the activity to
decay to level save for patient

Keywords : Iodine-131, dose, decay time

1. PENDAHULUAN Up-take yaitu suatu perangkat atau alat


untuk mempelajari kecepatan kelenjar
Penggunaan Radioisotop dalam gondok (thyroid gland) dalam
ilmu kedokteran akhir-akhir ini mengakumulasi dan melepaskan Iodium
berkembang dengan pesat. Di dunia yang menjadi komponen utama dalam
kedokteran untuk menyembuhkan suatu pembentukan hormon tiroksin yang
penyakit baik penyakit biasa maupun berguna bagi metabolisme tubuh melalui
penyakit yang membahayakan jika sejak suatu prosedur kedokteran nuklir.
dini dapat di deteksi maka proses Ruang lingkup dari kajian ini meliputi
penyembuhan dapat dilakukan dengan penggunaan radioisotop Iodium-131 (I-
tepat. 131) dengan aktivitas 100 µCi dalam
Salah satu alat yang digunakan uji bentuk kapsul yang akan diberikan ke
tangkap kelenjar gondok adalah Thyroid pasien untuk diagnostik. Kapsul aktif ini
371
PRIMA
Volume 6, Nomor 12, Nopember 2009 ISSN : 1411-0296

diukur aktivitasnya dengan alat tersebut. paruh. Waktu paruh (t½) suatu
Hasil pengukuran digunakan sebagai radioisotop adalah waktu yang
acuan standar. Setelah itu kapsul diperlukan radioisotop untuk meluruh
tersebut diberikan kepada pasien secara menjadi setengahnya.[3] .
oral. Isotop Iodium tercatat secara
otomatis dalam komputer. Hasil At=Ao.e-λt½ (1)
serangkaian pengukuran setelah
pemberian kapsul Iodium dibandingkan dimana :
dengan referensi (nilai perhitungan At = aktivitas pada saat t
peluruhan). Hasil ini merupakan kurva Ao = aktivitas mula-mula
persensi aktivitas Iodium yang terukur λ = tetapan peluruhan
dalam kelenjar tadi [1]. t½ = umur paro
Pengukuran dosis dihitung dengan
mempertimbangkan prinsip proteksi Aktivitas zat Radioaktif.
radiasi untuk radiasi secara internal.
Penggunaan radioisotop yang Aktifitas zat radioaktif menyatakan
dipergunakan dalam bidang kedokteran jumlah zat radioaktif yang melakukan
nuklir, perlu diperhatikan dosis peluruhan (desintegrasi) setiap satuan
pemakaian yang tepat berdasarkan atas waktu (satuan waktu yang lazim
maksimum dosis radiasi yang diizinkan digunakan adalah detik). Untuk
atau Nilai Batas Dosis (NBD) sesuai menyatakan aktivitas zat radioaktif
dengan SK. Ka BAPETEN No: 01/Ka- digunakan satuan Becquerel, yang
BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan disingkat Bq. Zat radioaktif dikatakan
Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi, beraktifitas satu Bq apabila zat itu
yang mengacu pada rekomendasi melakukan satu kali peluruhan. Jadi [3] :
International Comission on Radiological 1 Bq = 1 disentegrasi per sekon
Protection (ICRP) No 26 tahun 1997 dan (dps)
Safety Series IAEA No.9 tahun 1983 Satuan Bq merupakan satuan yang
yang menyatakan bahwa [2]: sangat kecil.
- Nilai Batas Dosis bagi pekerja Selain Bq, kita juga dapat menemui
radiasi untuk seluruh tubuh 50 mSv satuan lain untuk menyatakan aktivitas
per tahun. zat radioaktif, yaitu dalam Curie yang
- Nilai Batas Dosis untuk masyarakat disingkat dengan Ci. Pada umumnya
umum untuk seluruh tubuh 5 mSv untuk zat radioaktif dengan tingkat
per tahun. Dalam hal penyinaran aktivitas rendah digunakan satuan Bq,
local yaitu bagian-bagian khusus sedang untuk aktivitas tinggi digunakan
dari tubuh, dosis rata-rata dalam tiap satuan Ci. Satu Curie semula
organ atau jaringan yang terkena didefinisikan sebagai aktivitas 1 gram
harus tidak lebih dari 50 mSv. Radium-226 yang melakukan peluruhan
Aktivitas Iodium yang tersedia dalam 3,7x1010 disintegrasi per sekon (dps).
kapsul sebesar 100 µCi, sehingga Karena 1 dps = 1 Bq, maka :
diperlukan perhitungan waktu peluruhan
radioisotop tersebut untuk memenuhi 1 Ci = 3,7 x 1010 Bq
NBD. Dengan menggunakan
perhitungan hubungan antara aktivitas Satuan Ci menunjukkan tingkat aktivitas
dengan faktor konversi dosis atau dosis zat radioaktif yang sangat tinggi. Untuk
terikat efektif per satuan intake maka menyatakan aktivitas yang lebih kecil
bisa didapatkan dosis yang aman. seringkali digunakan satuan-satuan
sebagai berikut:
2. TEORI 1 milicurie (mCi) = 10-3 Ci
1 microcurie (µCi) = 10-6 Ci
Perhitungan waktu peluruhan 1 nanocurie (nCi) = 10-9 Ci
radioisotop untuk mencapai aktivitas 1 picocurie (pCi) = 10-12 Ci
yang diinginkan berdasarkan waktu
372
PRIMA
Volume 6, Nomor 12, Nopember 2009 ISSN : 1411-0296

Aktivitas zat radioaktif hanya Sehingga D = J/kg atau Gray (Gy) atau
nenunjukkan jumlah inti radioaktip yang 100 radiation absolud dose (rad)
melakukan peluruhan, tetapi tidak Sehingga dosis serap terhadap waktu
menunjukkan jumlah radiasi yang disebut laju dosis serap dirumuskan
dipancarkannya. Dalam setiap kali sebagai :
melakukan peluruhan, zat radioaktif D0 = dD/dt
dapat memancarkan lebih dari satu Dimana dt dinyatakan sebagai
macam radiasi. Gray/detik.

Dosimetri Radiasi b. Dosis Ekuivalen.


Dalam proteksi radiasi, besaran
Metode pengukuran dosis radiasi dosimetri yang lebih berguna karena
dikenal dengan sebutan dosimetri berhubungan langsung dengan efek
radiasi. Selama perkembangannya, biologi adalah dosis ekivalen.
besaran yang dipakai dalam Besaran dosis ekivalen lebih banyak
pengukuran jumlah radiasi selalu digunakan berkaitan dengan pengaruh
didasarkan pada jumlah ion yang radiasi terhadap tubuh manusia atau
terbentuk dalam keadaan tertentu atau sistim biologi lainnya. Dalam konsep ini
pada jumlah energi radiasi yang radiasi apapun jenisnya asal nilai dosis
diserahkan kepada bahan. Radiasi ekivalen sama akan menimbulkan efek
mempunyai satuan karena radiasi biologi yang sama pula terhadap
membawa atau menstransfer energi dari jaringan tertentu. Dalam perhitungan
sumber radiasi yang diteruskan kepada dosis ekivalen ada faktor yang ikut
medium yang menerima radiasi. Sampai menentukan yaitu kualitas radiasi.
saat ini ICRP masih tetap menggunakan Kualitas radiasi ini mencakup jenis dan
besaran makroskopis yang disebut energi dari radiasi yang bersangkutan.
besaran dosimetri. ICRP 60 memperkenalkan kualitas
Ada beberapa satuan dasar yang radiasi sebagai faktor bobot radiasi wR.
berhubungan dengan radiasi pengion Dosis ekuivalen dalam organ T yang
yang disesuaikan dengan kriteria menerima penyinaran radiasi R (H TR)
penggunaannya yaitu [4] : ditentukan melalui persamaan :

a. Dosis Serap HT,R=wR.DT,R (3)


Yaitu besaran yang tidak
bergantung pada jenis radiasi, energi
radiasi maupun sifat bahan penyerap, dimana :
tetapi hanya bergantung pada jumlah DT,R adalah dosis serap yang
energi radiasi yang diserap persatuan dirata-ratakan untuk daerah
massa bahan yang menerima organ atau jaringan T yang
penyinaran tersebut. Jadi dosis radiasi menerima radiasi R.
merupakan jumlah energi yang wR adalah factor bobot dari
diserahkan oleh radiasi atau banyaknya radiasi R yang tidak berdimensi.
energi yang diserap oleh bahan Karena wR tidak berdimensi maka
persatuan massa bahan. satuan dari dosis ekivalen sama dengan
Bisa dirumuskan : dosis serap yaitu J/Kg. Namun untuk
membedakan antara kedua besaran
D=dE/dm (2) tersebut dosis ekivalen diberi satuan
Sievert (Sv).
dimana :
D = Dosis serap c. Dosis Serap
dE = energi yang diserap oleh Keefektifan radiasi dalam
medium bermasa dm. menimbulkan efek tertentu pada suatu
Jika dE dalam Joule (J) dan dm dalam organ diperlukan besaran baru yang
kilogram (kg) disebut besaran dosis efektif. Besaran
373
PRIMA
Volume 6, Nomor 12, Nopember 2009 ISSN : 1411-0296

ini merupakan penurunan dari besaran Harga m(t) bergantung :


dosis ekivalen yang dibobot. Faktor - waktu intake
pembobot dosis ekivalen untuk organ T - jenis pengukuran
disebut faktor bobot jaringan, wT . Nilai - ukuran partikel
ini dipilih agar setiap dosis ekivalen - klasifikasi faktor penyerapan dalam
yang diterima seragam di seluruh tubuh darah (tipe F, m,s)
menghasilkan dosis efektif yang nilainya
sama dengan dosis ekuivalen yang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
seragam itu. Dosis efektif dalam organ
T, HE yang menerima radiasi dengan Sumber radioisotop yang
dosis ekuivalen HT ditentukan melalui digunakan pada pemeriksaan gondok
persamaan : biasanya dosis yang tersedia tidak tepat
sesuai dengan yang akan digunakan.
HE=wT.HT (4) Pihak penyedia radioisotop akan
menyerahkan radioisotop dengan
d. Dosis tara terikat besaran aktifitas yang mudah dalam
Yaitu dosis yang diterima pengukuran misalnya 100 µCi.
seseorang dari radiasi yang dipancarkan Sedangkan sesuai dengan ketentuan
oleh radionuklida yang ada dalam tubuh. yang berlaku besarnya dosis yang
Radioaktif yang terdeposit dalam tubuh diizinkan diberikan ke pasien 50 mSv,
merupakan fungsi dari jenis sehingga aktivitas tersebut perlu
radionuklida, waktu paro dan diturunkan diantaranya dengan cara
metabolisme radionuklida tersebut. peluruhan.
ICRP menerapkan perhitungan untuk Perhitungan peluruhan dilakukan untuk
dosis tara total pada organ yang akan mengetahui berapa lama atau pada hari
diterima selama 50 tahun setelah ke berapa dosis bisa memenuhi batas
masuknya radionuklida kedalam tubuh. aman. Sesuai dengan NBD dari
BAPETEN, dosis yang diperkenankan
Perhitungan dosis menurut ICRP 68. diberikan ke pasien.
Untuk mempermudah perhitungan,
maka ICRP 68 menghitung dosis yaitu Perhitungan waktu peluruhan untuk I-
dengan persamaan [5]: 131.
Perhitungan waktu peluruhan
HT,R=I(t)xe(g) (5) untuk I-131 dilakukan untuk mengetahui
berapa lama waktu yang diperlukan
untuk meluruh sehingga didapatkan
dimana : dosis yang diperkenankan. Contoh
HT,R = dosis ekivalen (mSv) perhitungan peluruhan I-131 untuk
I(t) = aktivitas (Bq) aktivitas 100 µCi,
e(g) = faktor konversi dosis Jika diketahui :
(Sv/Bq) •
Faktor bobot radiasi wR = 1 [4]

Faktor bobot jaringan wT untuk
Sedangkan jaringan tiroid = 0,05 [4]
• Faktor koreksi e(g) untuk pemberian
I(t)=m/m(t) (6) secara oral 1,9.10-11 Sv/Bq [6].

Waktu paro t ½ untuk I-131 = 8,05
dimana : jam [4]
m = aktivitas terdeteksi (Bq) atau laju Dengan menggunakan rumus (1),(3),(4)
ekskresi (Bq/hari) dan (5) maka didapatkan hasil
perhitungan hubungan antara waktu
m(t) = fraksi intake yang ada dalam peluruhan dan aktivitas untuk hari ke 1
tubuh (invivo) atau fraksi intake yang dan seterusnya dari aktivitas mula-mula
dikeluarkan dari tubuh (infitro) pada 100 µCi seperti pada Tabel 1.
waktu t (hari) setelah intake.
374
PRIMA
Volume 6, Nomor 12, Nopember 2009 ISSN : 1411-0296

Karena aktivitas I-131 dalam kapsul didapatkan dosis 53 mSv dengan


yang tersedia 100 µCi, didapatkan aktivitas 33 µCi.
besarnya dosis 162 mSv sehingga perlu Jadi bila digunakan aktivitas 100 µCi
dilakukan peluruhan. Dari Tabel 1 bisa maka dibutuhkan waktu meluruh lebih
diketahui bahwa untuk mencapai 50 dari hari ke 14 untuk mencapai batas
mSv maka baru pada hari ke 14 aman sesui NBD dari BAPETEN.

Tabel 1. Hubungan antara waktu peluruhan dengan aktivitas.

Hari ke Aktivitas (µCi) Dosis (mSv) Hari ke Aktivitas (µCi) Dosis (mSv)
1. 100 162 11. 42 68
2. 92 149 12. 39 63
3. 84 139 13. 36 58
4. 77 126 14. 33 53
5. 71 115 15. 30 49
6. 65 105 16. 27 45
7. 60 97 17. 25 41
8. 55 89 18. 23 38
9. 50 81 19. 21 34
10. 46 75 20. 19 32

4. KESIMPULAN [5]. ICRP 68, Evaluation of radiation


doses to body tissues from Internal
Bila untuk keperluan diagnosis contamination due to occupational
aktivitas I-131 yang tersedia 100 µCi , Commission on Radiation
maka dibutuhkan waktu meluruh Protection, Publikasi No 10,
sesudah hari ke 14 dimana I-131 telah Pergamon Press, Oxford, 1968.
mengalami peluruhan dengan aktivitas [6]. SAFETY REPORT SERIES No 37,
menjadi 33 µCi dengan dosis 53 mSv. Methodes for Assessing
Sehingga dosis yang akan diterima Occupational Radiation Doses Due
pasien sesuai dengan rekomendasi to Intakes of Radionuclides.
yang diberikan oleh BAPETEN yaitu [7]. KRISTIYANTI “Analisis Perhitungan
maksimal 50 mSv. Aktivitas Iodium untuk Diagnosis
Pasien Thyroid” Proseding
5. DAFTAR PUSTAKA Pertemuan Ilmiah Rekayasa
Perangkat Nuklir PRPN-BATAN,
[1]. WIRANTO dkk. “Pencacah Thyroid 2009.
Up-take untuk diagnosis fungsi
kelenjar gondok” PRPN-BATAN,
2009.
[2]. SK Ka. BAPETEN No : 01/Ka-
BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan
Keselamatan Kerja Terhadap
Radiasi, 1999.
[3]. MUKHLIS AKHADI, Dasar-dasar
Proteksi Radiasi, Rineka Cipta,
Jakarta, 1997.
[4]. PUSAT PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN BATAN, Prinsip
Proteksi Radiasi, BATAN Serpong,
2006.

375

Anda mungkin juga menyukai