Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasive dengan membuka dan menampilkan

bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini

umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang

ditangani ditampilkan, selanjutnya dilakukan perbaikan yang diakhir

dengan penutupan dan penjahitan luka. Pembedahan terbagi

menjadi dua yaitu pembedahan minor dan pembedahan mayor.

Salah satu prosedur pembedahan mayor dengan melakukan

penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk

mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah

(hemoragi, porforasi, kanker dan seperti apendisitis porforasi, hernia

inguinalis, kanker lambung, kanker kolon dan rectum, obstruksi usus,

inflamiasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis (Sjamsuhidayat &

Jong,dalam Rahman, 2015).

Data WHO (2010) menunjukan bahwa selama lebih dari satu

abad, perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari

perawatan kesehatan diseluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun ada


230 juta tindakan bedah dilakikan diseluruh dunia (Hasri dalam

Kusumayanti, 2014).

Menurut Depkes RI dalam Anggraeni (2018), bahwa kasus

bedah laparatomi meningkat dari tahun ke tahun. Akhir 2005 kasus

ini berjumlah 162, kemudian meningkat menjadi 983 di tahun 2006

dan terus meningkat di angka 1.281 pada akhir 2007. Jumlah pasien

dengan laparatomi di RSUD kelas B Cianjur pada tahun 2016

sebanyak 886 orang, sedangkan jumlah pembedahan laparatomi

diruangan samolo I kelas B Cianjur sebanyak 600 orang pada tahun

2016.

Pemulihan pasien post operasi membutuhkan waktu rata-rata

72,45 menit, sehingga pasien akan merasakan nyeri yang hebat

rata-rata pada dua jam pertama sesudah operasi kerena pengaruh

obat anastesi sudah hilang, dan pasien sudah keluar dari kamar

sadar ( Mulyono dalam Pinandita, 2012).

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan karena adanya kerusakan jaringan atau

pontesial kerusakan jaringan atau gambaran tentang kerusakan

jaringan (Smeltzer dan Baredalam Tolinggi, 2015). Manajemen nyeri

dapat diterapkan secara non farmakologis dan farmakologis.

Pendekatan secara non farmakologis dan farmakologis tanpa


penggunaan obat-obatan ( Harris, Richards, & Grando dalam Fitri,

2018).

Manajemen nyeri non farmakologi lebih amam, sederhana

dan tidak menimbulkan efek merugikan. Salah satu cara yang

digunakan untuk menurunkan nyeri adalah dengan cara terapi

aroma lemon. Terapi aroma lemon merupakan jenis aroma terapi

yang digunakan untuk mengatasi nyeri dan cemas.

Anda mungkin juga menyukai