Anda di halaman 1dari 13

1.

Rugi-Rugi Pada Serat Optik


Rugi-rugi/loss pada serat optik antara lain akibat terjadinya
kebocoran atau karena kurangnya kejernihan bahan serat optik.
Besaran pelemahan energi yang dibawa oleh fiber optik dinyatakan
dalam deci-Bell (dB). Faktor utama penyebab pelemahan ini
adalah: absorpsi (serapaan), scattering (hamburan) dan bending
losses. Bending adalah pembengkokkan yang menyebabkan
cahaya yang merambat pada serat optik menyimpang dari arah
transmisinya semula dan lenyap. Pembengkokan ini menyebabkan
rugi-rugi yang dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1.1 Pembengkokan Makro (macro bending)

Rugi-rugi Macrobending terjadi ketika cahaya


melalui serat optik yang dibengkokan sehingga
membentuk kelengkungan dengan radius yang lebih
besar dari radius serat optik, seperti terlihat pada gambar
berikut.

Gambar 1.1. Pembengkokan makro pada serat optik


[https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/34
6eeefba6573094906050b131bd44d1.pdf]
Jari-jari kritis atau critical radius adalah jari-jari
bengkokan mendekati pertambahan nilai rugi-rugi yang
cepat. Jari-jari kritis pada multi mode dirumuskan dengan
persamaan 1.11:
(1.11)

Ketika dibengkokkan, serat optik mengalami


stress. Stress ini mengakibatkan indeks bias bahan serat
optik berubah menurut formulasi yang diperoleh secara
eksperimen.

1.2 Pembengkokan Mikro(micro bending)


Pada prinsipnya microbending menimbulkan efek
yang sama dengan macrobanding, hanya saja ukuran dan
penyebab terjadinya berbeda. Jari-jari lekukan yang
timbul dalam kasus ini adalah sama dengan atau kurang
dari garis tengah serat serat optik yang hanya terdiri dari
inti, jaket dan buffer primer.

Permasalahan pembengkokan mikro pada


umumnya timbul di dalam proses pabrikasi. Salah satu
penyebabnya adaah perbedaan laju pemuaian dan
penyusutan antar serat optik dan pelindung-pelindung
luarnya. Peristiwa serat optik akibat pembengkokan
makro dapat dilihat pada gambar 1.2

Gambar 2.9. Skema pembengkokan mikro


[https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/34
6eeefba6573094906050b131bd44d1.pdf]

1.3 Perhitungan Rugi-Rugi

Secara umum rugi-rugi yang muncul pada media


transmisi serat optik merupakan rugi-rugi yang
disebabkan oleh bahan serat optik itu sendiri dan
rugi-rugi akibat instalasi seperti : alat penghubung
(connector), pembengkokan, penyambungan
(splitter) (Dian , 2005). Berikut merupakan pedoman
internasional untuk pengukuran.

Tabel 2.1 Karakteristik dari serat optik yang digunakan

Pengukuran besarnya rugi-rugi yang terjadu


sepanjang lintasan sesuai buku panduan PT. Telkom
dapat di hitung dengan menggunakan persamaan berikut
Rugi-rugi (dB) = Lα + n1α1 + n2α2 + n3α3 + n4α4
(2.16)
dengan :
α : Rata-rata rugi-rugi serat optik (dB/km) α2 : Rugi-rugi
akibat sambungan (dB)
L : Panjang kabel (km) n3 : jumlah
percabangan 1 : 2

n1 : Jumlah konektor
α3 : Rugi-rugi akibat percabangan 1 : 2
(dB) α1 : Rugi-rugi konektor (dB) n4 : Jumlah
percabangan 1 : 4 n2 : Jumlah sambungan
α4 : Rugi-rugi akibat percabangan 1 : 4

2. Nilai Rugi-rugi akibat Pembengkokan


Nilai rugi-rugi dihitung dari penurunan tegangan signal
yang diterima oleh receiver. Nilai rugi-rugi ini dapat dicari dalam
bentuk deci-Bell menggunakan persamaan 2.1 dengan asumsi
bahwa tegangan sebanding dengan arus `

(2.11)
Konsep deci-Bell diterapkan untuk membandingkan daya
yang diberikan sebagai input dengan daya yang dihasilkan oleh
sebuah rangkaian tertentu. Persamaan 2.17 menunjukkan
hubungan antara rugi-rugi daya optik dengan membandingkan
daya awal dan daya yand diterima oleh receiver. Untuk
mengetahui hubungan antara tegangan dengan rugi-rugi serat
optik, persamaan 2.11 bisa diubah melalui rumus yaitu:

𝑃 = 𝑉. 𝐼
(2.12)

(2.13)
dimana P adalah Daya, V adalah tegangan, I adalah arus dan R
adalah hambatan. Maka didapatkan persamaan

(2.14)
Persamaan 2.14 menunjukkan hubungan antara rugi-rugi optik
dengan perbandingan tegangan, dimana V1 merupakan tegangan
awal, V2 merupakan tegangan yang diterima receiver dan
keduanya dalam satuan millivolt.

PENGARUH PERLAKUAN PADA SERAT OPTIK

3.1. Rug-rugi Serat Optik yang ditimbulkan karena pengupasan


cladding.

Penelitian yang dilakukan oleh Andeskob Topan Indra dan


Harmadi mengenai karakteristik sistem sensor serat optik
ditunjukkan seperti pada gambar dibawah. Gambar 3.1
menunjukan pengaruh panjang pengupasan cladding terhadap rugi-
rugi serat optik dengan cladding udara. Gambar 3.2 menunjukan
pengaruh panjang pengupasan cladding terhadap rugi-rugi serat
optik dengan air. Rugi-rugi yang ditimbulkan akan semakin besar
dengan semakin panjangnya pengupasan cladding.

Untuk cladding udara rentang nilai rugi-ruginya adalah


3,562 dB – 13,412 dB. Sedangkan untuk cladding air 1,978 dB –
12,436 dB. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa untuk panjang
pengupasan cladding yang sama pada cladding udara rugi-rugi
yang ditimbulkan lebih besar daripada cladding air.
Gambar 3.1 Grafik rugi-rugi sebagai fungsi panjang pengupasan
cladding serat
optik pada
cladding udara.

Gambar 3.2 rugi-rugi k sebagai fungsi panjang pengupasan


cladding serat optik pada cladding air.
Indeks bias udara dan air yang berbeda berperan pada perbedaan
nilai rugi-rugi untuk panjang pengupasan cladding yang sama.
Pada kasus efek gelombang evanescent, intensitas cahaya yang
diteruskan oleh serat optik sangat dipengaruhi oleh nilai indeks
bias cladding. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Andeskob Topan Indra dan Harmadi, penurunan intensitas cahaya
berbanding lurus dengan penurunan indeks bias cladding.
Peningkatan nilai kedalaman penetrasi oleh gelombang
evanescent juga berakibat penurunan intensitas cahaya. Hal ini
menunjukan bahwa jika nilai indeks bias semakin kecil maka
rugi-rugi besar atau sebaliknya peningkatan indeks bias cladding
akan menurunkan kedalam penetrasi, sehingga rugi-rugi kecil.
(Adeskob, 2014).

3.2. Rugi-Rugi Karena Pembengkokan.

Rugi-rugi serat optik berdasarkan efek gelombang


evanescent juga disebabkan akibat adanya pembengkokan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andeskob
Topan Indra dan Harmadi, diketahui bahwa semakin besar
pembengkokan pada serat optik, maka makin besar pula rugi-rugi
yang ditimbulkan pada serat optik. Hasil ini diperoleh untuk
semua serat optik yang digunakan sebagai sample. (Andeskob,
2014). Gambar berikut menunjukan pengaruh pembengkokan
terhadap nilai tegangan keluaran.
Gambar 3.3. Rugi-rugi sebagi fungsi panjang pengupasan
cladding udara (Andeskob, 2014)
Gambar 3.4. Rugi-rugi sebagi fungsi panjang pengupasan
cladding air (Andeskob, 2014)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dewi Mayang pada serat


optik PT. Telkom, diketahui bahwa ketika dibengkokkan, serat
optik mengalami rugi-rugi akibat stress disepanjang lekukan. Pada
daerah yang dibengkokkan, indeks bias inti mengalami distorsi.
Nilai indeks bias yang terdistorsi ini sangat tergantung pada besar
jari-jari kelengkungannya. Sisi sebelah dalam serat optik yang
mengalami pembengkokan akan mempunyai indeks bias yang
lebih besar dari sisi luarnya. Banyaknya berkas sinar yang lolos
dari inti serat saat berkas sinar mengenai bidang batas inti-selimut
dengan sudut datang yang lebih kecil dari sudut kritisnya akan
semakin bertambah dengan semakin kecilnya indeks bias separuh
bagian luar sert optik. Dengan melilit serat optik 2 lilitan maka
lengkungan sepanjang serat optik semakin banyak dan rugi-rugi
yang dialami semakin besar pula. Gambar 3.6 menunjukan
lekukan serat optik semakin tajam jika bila tekanan ditambah.

Gambar 3.5. Perubahan ketajaman lekukan karena tekanan. (a)


Lilitan sebelum ditekan. (b)
Lilitan setelah ditekan (Dewi,
2009).
Tekanan yang diberikan pada serat optik terlilit mengakibatkan
rugi-rugi semakin besar. Ketika ditekan, lekukan yang dialami
serat optik semakin tajam sehingga stress yang ditimbulkannya
menyebabkan rugi-rugi yang semakin besar pula. Penekanan pada
lilitan juga mengakibatkan sudut kelengkungan serat optik
mengecil. Hal ini menyebabkan beberapa berkas sinar sampai
pada bidang inti-selimut pada titik kelengkungan dengan sudut
yang lebih kecil atau sama dengan sudut kritis. Berkasberkas yang
demikian pada akhirnya akan keluar meninggalkan inti serat
optik. Gambar 3.6 menunjukkan hubungan rugi-rugi dengan
tekanan yang dilakukan pada serat optik
Gambar 3.6. Pengaruh tekanan terhadap rugi-rugi serat optik pada
jari-jari pembengkokan 0.5 cm, 0,6 cm, 0,7 cm 0,9 cm, 1,0 cm. (a)
Pembengkokan dengan 1 lilitan. (b) Pembengkokan dengan 2
lilitan (Mayang, 2010)

Dari Gambar 3.6 dapat dilihat bahwa pengaruh tekanan


pada lilitan terhadap rugi-rugi yang ditimbulkan ternyata
signifikan. Semakin ditekan, rugi-rugi optik semakin bertambah.
Serat optik yang dibengkokkan dengan 2 lilitan (Gambar 4.6 (b))
memiliki rugi-rugi yang lebih besar dibandingkan dengan serat
optik yang dibengkokkan 1 lalitan (Gambar 4.6 (a)).

Anda mungkin juga menyukai