Anda di halaman 1dari 16

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Regulasi dan Standar Organisasi Sektor Publik Pemerintahan

Oleh :

Deni Rachmad Sulistiyanto 041711333234

Lifia Ulfa Inayah 041711333188

Rosalina 041711333201

Juppa Saroha Purba 041711333212

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akuntansi sektor publik adalah perlakuan akuntansi pada domain publik, dimana
domain publik yang dimaksud meliputi entitas yang aktivitasnya menghasilkan dan
memenuhi kebutuhan publik. Oleh karena itu, organisasi sektor publik bertanggung
jawab untuk mengelola dana masyarakat yang akan digunakan dalam pemenuhan
kebutuhan publik. Hal ini menyebabkan organisasi sektor publik harus mampu
memberikan pertanggungjawaban kepada publik melalui laporan keuangannya.
Penyajian laporan keuangan kepada publik diharapkan dapat memberikan informasi
yang utuh yang akan menciptakan transparansi guna mewujudkan akuntabilitas publik.
Agar pembaca laporan keuangan dapat memahami laporan keuangan, maka
diperlukan suatu regulasi dan standar pelaporan. Di Indonesia, beberapa upaya untuk
membuat standar yang relevan dengan praktik-praktik akuntansi di organisasi sektor
publik telah dilakukan baik oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) maupun oleh
pemerintah sendiri. Untuk organisasi nirlaba, IAI menerbitkan PSAK 45 tentang
“Organisasi Nirlaba”yang berisi tentang kaidah-kaidah serta prinsip yang harus diikuti
oleh organisasi nirlaba dalam membuat laporan keuangan. Namun, PSAK 45 belum
mengakomodasi praktik-prakti akuntansi yang diperlukan dalam suatu entitas yang
dimiliki pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah menyusun suatu standar yang
disebut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud regulasi dan standar organisasi sektor publik non-
pemerintahan?
2. Apa saja jenis dan regulasi organisasi sektor publik non-pemerintahan?
3. Bagaimana standar regulasi terkait organisasi non-pemerintahan (PSAK 45 dan SPAP)?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian regulasi dan standar organisasi sektor publik non
pemerintahan;
2. Untuk mengetahui jenis dan regulasi organisasi sektor publik non-pemerintahan;
3. Untuk mengetahui standar regulasi terkait organisasi non-pemerintahan (PSAK 45 dan
SPAP).
BAB II

PEMBAHASAN

Paket Undang-Undang Keuangan Negara

Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam
proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan atau tempat
peribadatan, dan organisasi sosial masyarakat lainnya.
a. Keuangan Negara
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-undang ini merupakan tonggak sejarah yang mengawali
reformasi keuangan negara menuju pengelolaan keuangan yang efisien dan
modern. Beberapa hal penting yang diatur dalam undang-undang ini adalah :
 Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara.
 Penyusunan dan penetapan APBN.
 Penyusunan dan penetapan APBD.
 Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral,
pemerintah daerah, serta pemerintah/lembaga asing.
 Hubungan keuangan antara pemerintah dan perusahaan negara,
perusahaaan daerah, perusahaan swasta, serta badan pengelola dana
masyarakat.
 Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD
2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Keuangan
Negara
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara mengatur
pemeriksaan keuangan negara oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Sebelum berlakunya Undang-Undang ini, dalam pelaksanaan tugas
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, BPK
berpedoman berpedoman kepada Instructie en Verdere Bepalingen voor de
Algemene Rekenkomer atau IAR (Staatsblad Tahun 1898 Nomor 9
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Staatsblad Tahun 1933 Nomor
320). Undang-Undang ini bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan
keuangan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, di
mana perlu dilakukan pemeriksaan oleh satu badan pemeriksa keuangan yang
bebas dan mandiri, sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 23E Undang-
Undang Dasar 1945.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, selain
berpedoman pada IAR, dalam pelaksanaan pemeriksaan BPK juga
berpedoman pada Indische Comptabiliteitswet atau lCW (Staatsblad Tahun
1925 Nomor 448 sebagaimana telah berkali-kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1968).

Ketentuan Umum :
1. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi
yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan
standar pemeriksaan untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas
dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
2. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat
pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pertanggungjawaban.
3. Tanggung jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk
melaksanakan pengelolaan Keuangan Negara secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
4. Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar
umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, standar pelaporan yang wajib
dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa
Lingkup Pemeriksaan :
Ada 3 (tiga) lingkup pemeriksaan BPK :
1. Pemeriksaan keuangan :
Adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah untuk memberikan pernyataan opini tentang tingkat
kewajaran informasi yang disajikan.
2. Pemeriksaan kinerja
Adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi serta
efektivitas.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Adalah pemeriksaan yang tidak termasuk dalam pemeriksaan
keuangan dan pemeriksaan kinerja.
Pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan yang disusun
oleh BPK setelah berkonsultasi dengan Pemerintah.

3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


Yang dimaksud dengan perbendaharaan negara dalam undang-undang
ini adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk
investasi dan kekayaan yang dipisahkan yang ditetapkan dalam APBN dan
APBD. Yang diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 ini adalah :
a. Ruang lingkup dan asas umum perbendaharaan negara.
b. Kewenangan pejabat perbendaharaan negara.
c. Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah.
d. Pengelolaan uang keuaangan negara/daerah.
e. Pengelolaan piutang dan utang negara/daerah.
f. Pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah.
g. Penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN/APBD.
h. Pengendalian internal pemerintah.
i. Penyelesaian kerugian negara/daerah.
j. Pengelolaan keuangan badan layanan umum.
b. Otonomi Daerah
Berdasarkan amanat UUD 1945, pemerintah daerah memiliki otonomi
daerahnya sendiri untuk mengurus pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan daerah tersebut. Maka, sejak diberlakukannya UU Nomor
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana pemerintah
melaksanakan otonomi daerahnya dalam rangka penyelenggaraan urusan
pemerintah yang lebih efisien, efektif, dan bertanggung jawab. Namun,
setelah tiga tahun pelaksanaan otonomi daerah terdapat banyak aspek yang
menimbulkan kerancuan. Selain itu, disadari bahwa UU Nomor 22 Tahun
1999 sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan keadaan dan tuntutan
penyelenggaraan otonomi daerah yang lebih efisien. Oleh karena itu,
dikeluarkanlah undang-undang pengganti, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Perubahan peraturan
perundangan tersebut dilandasi oleh beberapa alasan :
1) Adanya semangat desentralisasi yang menekankan pada upaya
efektivitas dan efisiensi pengelolaan sumber daya daerah.
2) Adanya semangat tata kelola yang baik yang mengedepankan
transparansi, akuntabilitas, dan mendekatkan masyarakat dengan
proses pengambilan keputusan.
3) Adanya konsekuensi berupa penyerahan urusan dan pendanaan yang
mengatur hak dan kewajiban daerah terkait dengan keuangan daerah.
4) Perlunya penyelarasan dengan paket Undang-undang Keuangan
Negara, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, serta UU Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan keuangan,


akuntansi dan audit di pemerintahan Republik Indonesia maka dibentuk standar akuntansi
pemerintahan yang dibentuk oleh komite SAP. Pada tanggal 8 Mei 2000 dibentuk
Kompartemen Akuntan Sektor Publik di IAI. Salah satu programnya adalah penyusunan
standar akuntansi keuangan untuk berbagai unit kerja pemerintah. Kemudian dihasilkan
Exposure Draft Standar akuntansi Sektor Publik. Ada enam eposure draft yang dikeluarkan
:
1. Penyajian laporan keuangan
2. Laporan arus kas
3. Koreksi surplus defisit, kesalahan fundamental, dan perubahan kebijakan akuntansi
4. Dampak perubahan nilai tukar mata uang luar negeri
5. Kos pinjaman
6. Laporan keuangan konsolidasi dan entitas kendalian
Publikasi tersebut mendorong pemerintah untuk mengeluarkan standar akuntansi
pemerintahan sampai kemudian undang-undang tentang kuangan negara ditetapkan oleh
menteri keuangan yaitu Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 308/KMK.012/2002 tanggal
13 Juni 2002 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) pusat dan daerah,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangn
Nomor: 379/KMK.021/2004 tanggal 6 agustus 2004. KSAP terdiri atas komite konsulatif
dan komite kerja yang bertugas menyiapkan penyusunan konsep Rancangan Peraturan
Pemerintahtentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai prinsip akuntansi yang
wajib diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah baik
pusat ataupun daerah. Dalam menyusun SAP, digunakan materi yang diterbitkan oleh :
1. International Federation of Accountant (IFAC)
2. International Accounting Standards Committee (IASC)
3. International Monetary Fund (IMF)
4. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
5. Financial Accounting Standards Board (FASB)
6. Governmental Accounting Standards Board (GASB)
7. Perundang-undangan dan peraturan pemerintah lainnya yang berlaku di Indonesia
8. Organisasi profesional lainnya diberbagai negara yang membidangi pelaporan
keuangan akuntansi dan audit pemerintahan SAP diterapkan di lingkup pemerintahan,
baik pusat maupun daerah dan dinas-dinasnya. Dengan diterapkannya SAP ini,
diharapkan akan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan
daerah sehingga informasi keuangan pemerintah akan dapat menjadi dasar
pengambilan keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya transparansi serta
akuntabilitas.

IPSAS (International Public Sector Accounting Standards)

International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) adalah standar


akuntansi untuk entitas sektor publik yang dikembangkan oleh International Public
Sector Accounting Standards Board (IPSASB). IPSASB merupakan badan yang
bernaung di bawah International Federation of Accountants (IFAC), organisasi profesi
akuntansi di tingkat internasional yang didirikan tahun 1977. Keberadaan IPSASB
bermula dari kesadaran akan manfaat nyata informasi keuangan yang konsisten dan
terbandingkan (comparable) lintas-jurisdiksi. IPSAS, sebagai standar internasional
akuntansi sektor publik, diharapkan memainkan peran kunci untuk merealisasikan
manfaat tersebut.
IPSAS adalah standar akuntansi bagi organisasi sektor publik yang berlaku
secara internasional dan dapat dijadikan acuan oleh negara-negara diseluruh dunia
untuk mengembangkan standar akuntansi khusus sektor publik dinegaranya.
IPSAS bertujuan :
1. Meningkatkan kualitas dalam melaporkan keuangan sektor publik.
2. Menginformasikan secara lebih jelas pembagian alokasi sumber daya yang
dilakukan oleh entitas sektor publik.
3. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas entitas sektor publik.
Cakupan yang diatur dalam IPSAS meliputi seluruh organisasi sektor publik,
termasuk lembaga pemerintahan, baik pemerintah pusat, pemerintah regional
(provinsi), pemerintah daerah (kabupaten/kota), maupun komponen kerjannya (dinas-
dinas).
IPSAS yang diterbitkan oleh IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan
sektor publik, baik untuk yang masih menganut basis kas (cash basis) maupun yang
telah mengadopsi basis akrual (accrual basis). IPSAS yang berbasis akrual
dikembangkan dengan mengacu kepada International Financial Reporting Standards
(IFRS), standar akuntansi bisnis yang diterbitkan oleh International Accounting
Standards Board (IASB), sepanjang ketentuan-ketentuan di dalam IFRS dapat
diterapkan di sektor publik. Meskipun demikian, IPSASB tetap memperhatikan isu-isu
yang spesifik di sektor publik yang tidak tercakup di dalam IFRS.

SPKN (Standar Pemeriksaan Keuangan Negara)

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara diperlukan untuk menjaga


kredibilitas serta profesionalitas dalam pelaksanaan maupun pelaporan pemeriksaan
baik pemeriksaan keuangan, kinerja, serta pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara ditetapkan dengan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun
2007 yang berlaku sejak 7 Maret 2007. SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan
yang dilaksanakan terhadap entitas, program,kegiatan serta fungsi yang berkaitan
dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
SPKN memuat persyaratan profesional yang harus dipenuhi oleh setiap
pemeriksa/ auditor, mutu pelaksanaan pemeriksaan/audit, dan persyaratan laporan
pemeriksaan yang profesional. Dengan mendasarkan pelaksaan pemeriksaan/audit
pada SPKN, kredibilitas informasi dilaporkan oleh entitas yang diperiksa. SPKN ini
berlaku untuk :

1. Badan Pemeriksa Keuangan RI.

2. Akuntan publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan
dan tanggung jawab keungan negara untuk dan atas nama BPK RI.

3. Aparat pengawas internal pemerintah (APIP) , termasuk satuan pengawas interen


(SPI) BUMN/ BUMD sebagai acuan dalam menyusun standar pemeriksaan sesuai
dengan kedudukan, tugas pokok, dan fungsi masing-masing.

4. Pihak-pihak lain yang ingin menggunakan SPKN.

Sebagai acuan audit di sektor pemerintahan, SPKN memberikan kerangka


dasar untuk menerapkan secara efektif standar pekerjaan lapangan dan pelaporan
audit. SPKN memberikan suatu standar umum yang berkaitan dengan
persyaratan kemampuan/keahlian staf, independensi organisasi pemeriksa dan
pemeriksa secara individual, pelaksaan pengendalian secara profesional secara cermat
dan seksama serta pengendalian mutu hasil pekerjaan.
SPKN membagi audit.pemeriksaan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Pemeriksaan Keuangan : Pemeriksaan ini bertujuan memberikan keyakinan yang


memadai mengenai kewajaran dari penyajian suatu laporan keuangan dalam segala
hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang belaku umum di Indonesia.

2. Pemeriksaan Kinerja : Pemeriksaan kinerja merupakan pemeriksaan yang


dilakukan secara efektif dan sistematis terhadap bukti-bukti, unutk dapat
memberikan penilaian secara independen atas kinerja suatu entitas.

3. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu : Pemeriksaan dengan tujuan tertentu dapat


bersifat pemeriksaan, penelaahan, dan prosedur yang disepakati untuk
menghasilkan suatu kesimpulan tentang keandalan suatu asersi entitas yang
diperiksa.

Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi

Peraturan perundangan terus bergerak dinamis khususnya Peraturan Pemerintahan (PP)


sebagai turunan berbagai undang-undang di atas, antara lain :

1. PP Nomor 23 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.


2. PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
3. PP Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.
4. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
5. PP Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
6. PP Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.
7. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengeloalaan Keuangan Daerah.
8. PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal.
9. PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

 PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah sebagai pengganti


PP 24 tahun 2005

Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintah sebagai pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit
maka akan diikuti dengan aturan-aturan pelaksanaannya baik berupa Peraturan
Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat maupun Peraturan Menteri Dalam
Negeri untuk pemerintah daerah. Ada yang berbeda antara PP 71 tahun 2010 ini
dengan PP-PP lain. Dalam PP 71 tahun 2010 terdapat 2 buah lampiran. Lampiran I
merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual yang akan dilaksanakan
selambat-lambatnya mulai tahun 2014, sedangkan Lampiran II merupakan Standar
Akuntansi Pemerintah berbasis Kas Menuju Akrual yang hanya berlaku hingga
tahun 2014. Lampiran I berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera
diterapkan oleh setiap entitas (strategi pentahapan pemberlakuan akan ditetapkan
lebih lanjut oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri), sedangkan
Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk
menerapkan SAP Berbasis Akrual. Dengan kata lain, Lampiran II merupakan
lampiran yang memuat kembali seluruh aturan yang ada pada PP 24 tahun 2005
tanpa perubahan sedikit pun.

Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual


dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku
kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah,
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan salah satu
prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat
yang diperoleh.

Manfaat basis akrual antara lain :

1. Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah.


2. Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban
pemerintah.
3. Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan,
efisiensi dan pencapaian tujuan.

Struktur SAP berbasis akrual (Lampiran I PP 71 tahun 2010) :


1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pekerjaan;
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi
dan Peristiwa Luar Biasa;
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
12. PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.

Komponen Laporan Keuangan berdasarkan PP 71 tahun 2010 yaitu:


1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
3. Neraca
4. Laporan Arus Kas
5. Laporan Operasional
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan

Struktur SAP berbasis akrual (Lampiran II PP 71 tahun 2010) :


• Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
• Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) :
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa.
Dalam sistem akrual, pencatatan biaya depresiasi suatu aset dibebankan ke
periode waktu selama suatu aset tersebut digunakan berdasarkan biaya harga
pembelian aset. Sedangkan menurut sistem akuntansi berbasis kas, biaya pengadaan
aset tersebut dibebankan ke periode saat dilakukan pembayaran atas harga aset.

Isu tentang pentingnya timing dalam pengakuan / recognition suatu


transaksi atau peristiwa ekonomi merupakan hal yang sangat penting dalam
lingkungan sstem akrual, sehingga lebih membantu dalam meningkatan
akuntabilitas pengambilan keputusan. Angka-angka akuntansi berdasarkan sistem
akrual dianggap lebih informatif, membawa implikasi yang signifikan untuk
pimpinan daerah dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Akuntansi sektor publik memiliki standar yang sedikit berbeda dengan akuntansi
biasa. Karena, akuntansi biasa belum mencakup pertanggungjawaban kepada masyarakat
yang ada di sektor publik. Ikatan Akuntansi Indonesia sebenarnya telah memasukan
standar untuk organisasi nirlaba di Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Standar ini tercantum pada PSAK nomor 45 tentang organisasi nirlaba. Namun, standar ini
belum mengakomodasi praktik-praktik lembaga pemerintahan ataupun organisasi nirlaba
yang dimilikinya. Karna itu, pemerintah mencoba menyusun suatu standar yang disebut
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Menurut Mardiasmo (Mardiasmo, 2004) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam penetapan standar akuntansi, antara lain:

1. Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan dalam


laporan posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh
pengguna informasi.
2. Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang
memungkinkan pengujian secara hati-hati dan independen saat menggunakan
keahlian dan integritasnya dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat
membuktikan kewajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.

Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat

https://feelinbali.blogspot.com/2016/02/regulasi-dan-standar-di-sektor-publik.html

http://www.wikiapbn.org/pemeriksaan-keuangan-negara/

Anda mungkin juga menyukai