Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan dan distribusi
dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu pengetahuan dari sumber alam
atau sintetik menjadi material atau produk yang cocok dipakai untuk mencegah, dan
mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi juga mempelajari berbagai ilmu terapan, diantaranya
adalah matematika, fisika, biologi, kimia, dan masih banyak cabang ilmu lainnya. Ilmu yang
mendasari dari farmasi yaitu farmasetika (Anief, 2005).
Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi
pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obatan, seni peracikan
obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai
obat, serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat (Syamsuni,
2006).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua mahluk hidup
bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuh
penyakit. Secara umum menurut bentuk sediaannya, obat terbagi atas 3 macam yaitu sediaan
cair, sediaan semi padat dan sediaan padat. Dalam praktikum kali ini kami membuat salah satu
bentuk sediaan padat yaitu kapsul (Ansel, 1989).
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat
larut. Cangakng kapsul umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau
bahan lainnya yang sesuai (Dirjen POM, 1995).
Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai cara pembuatan sediaan kapsul yang baik dan
benar serta, apa saja yang harus diperhatikan saat pembuatan kapsul maka dilakukan praktikum
ini.

I.2 Maksud dan Tujuan


I.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara
pembuatan kapsul dengan metode tertentu.
I.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat membuat kapsul menggunakan metode
pengisian dengan tangan dan mahasiswa dapat melakukan skrining resep berdasarkan
administratif, farmasetik dan klinis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Pengertian Kapsul
Menurut Dirjen POM (1979), kapsul adalah sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras
atau lunak. Sedangkan menurut Ansel (2005), kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk
sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/ atau bahan inert lainnya yang
dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air.
II.1.2 Macam-macam Kapsul
Macam-macam kapsul menurut Anief (1986), yaitu:
1. Kapsul gelatin keras
Kapsul gelatin keras merupakan kapsul yang mengandung gelatin, gula, dan air. Kapsul dengan
tutup diberi warna-warna. Diberi tambahan warna adalah untuk dapat menarik dan dibedakan
warnanya. Menurut besarnya, kapsul diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut: no.
000; 00; 0; 1; 2; 3. Kapsul harus disimpan dalam wadah gelas yang tertutup kedap, terlindung
dari debu, kelembaban dan temperatur yang ekstrim (panas).
2. Kapsul cangkang lunak
Kapsul lunak merupakan kapsul yang tertutup dan diberi warna macam-macam. Perbedaan
komposisi kapsul gelatin lunak dengan kapsul gelatin keras yaitu gula diganti dengan
plasticizer yang membuat lunak, 5% gula dapat ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah.
Sebagai plasticizer digunakan gliserin dan sorbitol atau campuran kedua tersebut, atau
polihidris alkohol lain.
3. Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran, atau granul. Bahan semi padat
atau cairan dapat juga diisikan ke dalam kapsul cangkang keras, tetapi jika cairan dimasukkan
dalam kapsul, salah satu teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah terjadinya
kebocoran. Kapsul cangkang keras dapat diisi dengan tangan. Cara ini memberikan kebebasan
bagi penulis resep untuk memilih obat tunggal atau campuran dengan dosis tepat yang paling
baik bagi pasien. Fleksibelitas ini merupakan kelebihan kapsul cangkang keras dibandingkan
bentuk sediaan tablet atau kapsul cangkang lunak.
II.1.3 Cara pembuatan kapsul
Cara pembuatan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan tangan tanpa bantuan alat
lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk melayani resep dokter, dan sebaiknya
menggunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan
obat kedalam kapsul dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang
diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan kapsul lalu ditutup.
2. Alat bukan mesin
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan alat ini, akan
didapatkan kapsul lebih seragam dan pengerjaan yang dapat lebih cepat karena dapat dihasilkan
berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang tetap dan yang
bergerak.
Cara pengisiannya yaitu :
1. Buka bagian-bagian kapsul
2. Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian obat yang tidak bergerak/ tetap.
3. Taburkan serbuk yang akan dimaksudkan kedalam kapsul.
4. Ratakan dengan bantuan alat kertas film.
5. Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian alat yang bergerak.
3. Alat mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga keseragaman kapsul, perlu
digunakan alat otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai menutup kapsul.
II.1.4 Cangkang kapsul
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling
besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran (00) adalah ukuran
terbesar yang dapat diberikan kepada pasien ( Dirjen POM, 1995).
Ukuran dan berat cangkang kapsul (Soetopo, 2004):
No. Ukuran
Asetosal (gr)
Natrium bikarbonat (gr)
NBB (gr)
000
00
0
1
2
3
4
5
1
0,6
0,5
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
1,4
0,9
0,7
0,5
0,4
0,3
0,25
0,12
1,7
1,2
0,9
0.6
0,5
0,4
0,25
0,12

II.1.5 Cara penyimpanan kapsul


Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah mengalami
peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan dalam larutan berair. Oleh
karena itu kapsul gelatin yang lunak pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk
mencegah timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam lingkungan
dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di absorpsi (diserap) oleh cangkang
kapsul dan kapsul tersebut akan mengalami kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel,
1989).
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih mengandung air dengan kadar
10-15% menurut Farmakope Indonesia edisi IV dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni
2006. Jika disimpan di tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu
sama lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari udara yang lembab.
Sebaliknya, jika disimpan di tempat yang terlalu kering, kapsul itu akan kehilangan airnya
sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah (Syamsuni, 2006).
Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul sebaiknya dalam tempat atau
ruangan yang:
1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.
2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering (silika gel).
3. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau str.
II.1.6 Keuntungan dan kerugian kapsul
Keuntungan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Bentuknya menarik dan praktis.
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan berbau tidak
enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat cepat diabsorpsi.
4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tambahan atau
penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
Kerugian kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak dapat
menahan penguapan.
2. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak dapat diberikan untuk balita.
5. Tidak dapat dibagi-bagi.
KAPSUL (laporan resmi)
I. Dasar Teori
- Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras atau lunak.
Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan. (Anonim, 1979)
- Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8 macam ukuran,
yaitu 000, 00, 0, 1, 2, 3, 4, 5. Ukuran 000 adalah ukuran kapsul untuk hewan, sedangkan untuk
pasien ukuran terbesar adalah 00. (Anonim, 2007)
- Macam-macam kapsul :
1. Capsulae Gelatinosae Operculatae (kapsul keras)
Kapsul keras terdiri dari cangkang dan tutup. Cangkang kapsul keras terbuat dari gelatin, gula,
dan air, dan merupakan cangkang kapsul yang bening tak berwarna dan tak terasa. Kapsul harus
disimpan di wadah yang berisi zat pengering.
3. Soft Capsule (kapsul lunak)
Merupakan kapsul yang tertutup dan berisi obat yang pembuatan dan pengisian obatnya
dilakukan dengan alat khusus. Cangkang kapsul lunak dibuat dari gelatin ditambah gliserin
atau alcohol polihidris, seperti sorbitol untuk melunakkan gelatinnya. Kapsul lunak diperlukan
untuk wadah obat cair atau cairan obat seperti minyak levertran.
4. Capsule Amylaceae
Sekarang sudah tidak digunakan lagi.

- Kapsul harus memenuhi syarat sebagai berikut :


1. Keseragaman bobot (bervariasi antara 7,5 % - 20 %)
2. Keseragaman isi zat yang berkhasiat
3. Waktu hancur, yaitu tdak boleh dari 15 menit
4. Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat. (Anief, Moh., 1997)

- Keuntungan untuk sediaan kapsul :


1. Bentuk menarik dan praktis
2. Tidak berasa sehingga bisa menutupi rasa dan bau obat yang kurang enak
3. Mudah ditelan dan cepat hancur/larut di dalam perut
4. Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam bahan obat
dan dengan dosis yang berbeda menurut kebutuhan pasien
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat, tidak memerlukan bahan penolong.
- Kerugian bentuk sediaan kapsul :
1. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap sebab poti-pori cangkang tidak menahan
penguapan
2. Tidak untuk zat-zat yang terhigroskopis
3. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul
4. Tidak untuk balita
5. Tidak bisa dibagi. (Anonim, 2007)

- Pengisian cairan ke dalam kapsul keras :


1. Zat-zat setengah cair atau cairan kental
Misalnya ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat dikapsul sebagai serbuk sesudah
dikeringkan dengan bahan-bahan inert, tetapi kalau jumlahnya banyak yang jika dikeringkan
membutuhkan terlalu banyak bahan inert, maka dapat dibuat seperti massa pil dan dipotong-
potong sebanyak yang diperlukan baru dimasukkan ke dalam cangkang keras dan direkat.
2. Cairan-cairan
Untuk cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang tidak melarutka gelatinnya
dapat langsung dimasukkan dengan pipet yang telah ditara. Sesudah itu tutup kapsul harus
ditutup (diseal) supaya cairan yang ada di dalamnya tidak bocor atau keluar. Untuk cairan-
cairan seperti minyak menguap, kreosot, atau alcohol yang akan bereaksi dengan minyak lemak
sampai kadarnya di bawah 40% sebelum dimasukkan ke dalam kapsul, kapsul diletakkan dalam
posisi berdiri pada sebuah kotak, kemudian cairan diteteskan dengan pipet yang sudah ditara
dengan tegak lurus, setelah iu ditutup. (Anonim,2007)

- Factor-faktor yang merusak cangkang kapsul :


1. Mengandung zat-zat yang mudah mencair (higroskopis)
Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap air dari kapsulnya
sendiri sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Penambahan lactose/amylum akan
menghambat proses ini. Contoh: kapsul yang mengandung KI, NaI, NaNo2, dsb.
2. Mengandung campuran eutecticum
Zat yang dicampur akan memilih titik lebur lebih rendah daripada titik lebur semula sehingga
menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya kapsul yang mengandung asetosal dengan
hexamine atau champor dengan menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur masing-
masing dengan bahan inert lalu keduanya dicampur.
3. Mengandung minyak menguap, kreosot, atau alcohol
4. Penyimpanan yang salah
a. Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar dibuka karena kapsul
tersebut menghisap air dari udara yang lembab tersebut
b. Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi rapuh dan mudah
pecah.
- Mengingat sifat kapsul tersebut sebaiknya kapsul disimpan :
1. Dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering
2. Dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silica (pengering)
3. Dalam wadah plastic yang diberi pengering
4. Dalam blister (strip alufoil). (Anonim, 2007)

II. Resep
R/
Acetaminophen 0,400
Luminal 0,020
Da in caps dtd no. XII
s.t.d.d. I caps p.c.
Pro : Yanuar (15 th)

III. Analisis Resep


1. Acetaminophen (FI III, hal. 37)
Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : larut dalam 7 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton
P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam larutan alkali
hidroksida.
Khasiat : antipirektikum.
2. Luminal (FI III, hal. 481)
Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa agak pahit.
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dala etanol (95%) P, dalam eter P, dalam larutan
alkali hidroksida, dan dalam larutan alkali karbonat.
Khasiat : hipnotikum, sedativum.
DM : 300 mg/600 mg
IV. Penimbangan Bahan
Acetaminophen = 100 mg × 12 = 4.800 mg = 4,8 g
Luminal = 20 mg × 12 = 240 mg
Orientasi cangkang kapsul
Cangkang + isi = 470 mg
Cangkang kosong = 50 mg
Isi = 470 mg – 50 mg = 420 mg
Cangkang yang dipakai no. I

Perhitungan dosis
Luminal : DM 300 mg/600 mg
Penyesuaian dosis
1 × p = n/20 × DM
= 15/20 × 300 mg
= 225 mg
1 hari = n/20 × DM
= 15/20 × 600
= 450 mg
Pemakaian
1 × p = 1 kapsul
= 20 mg < 225 mg (TOD)
1 hari = 3 kapsul
= 60 mg < 450 mg (TOD)
*Resep boleh dibuat

V. Cara Kerja
Ditimbang semua bahan
Dimasukkan luminal, ditambahkan sebagian acetaminophen, digerus ad homogen

Dicampurkan sisa acetaminophen sampai habis, digerus ad homogen

Dibagi campuran seperti membagi pulveres dalam bagian yang dikehendaki

Dimasukkan dalam cangkang kapsul, ditutup, dan dibersihkan cangkang kapsul dengan lap
yang bersih dan kering

Dimasukkan dalam wadah dan diberi etiket yang sesuai.

Diletakkan ke dalam wadah dan diberi etiket yang sesuai.

VI. Etiket

VII. Copy Resep

VIII. Pembahasan
Pada resep ini dokter meminta sediaan dalam bentuk kapsul. Kapsul adalah bentuk sediaan
terbungkus cangkang keras atau lunak.
Dalam resep ini berisi acetaminophen dan luminal. Sebelum menentukan ukuran kapsul yang
dipakai, kita harus mencoba ukuran kapsul dengan luminal supaya kapsul menjadi lebih berisi
dan padat. Sebelum itu ditimbang seluruh bahan, lalu diletakkan dalam mortir dan digerus
homogeny kemudian dibagi seperti membagi pulveres. Dimasukkan ke dalam kapsul, ditutup
cangkang, lalu dibersihkan.
Acetaminophen berkhasiat sebagai antipirektikum/penurun panas. Luminal berkhasiat sebagai
hipnotikum, sedativum. Resep ini ditujukan kepada Yanuar berumur 15 tahun, dengan signa
pemakaian 3 kali sehari 1 apsul setelah makan. Diberi etiket putih karena pemakaian dalam
(obat dalam).

IX. Kesimpulan
1. Obat ini digunakan sebagai obat penurun panas
2. Obat ini diberi signa 3x sehari 1 kapsul setelah makan
3. Obat ini diberi etiket berwarna putih karena pemakaian dalam
4. Dalam resep tidak ada iter, jadi resep hanya diambil 1 kali saja.

X. Pustaka
Anief, Moh. 1997, Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 2007, Ilmu Resep Jilid I, Depkes RI, Jakarta

Unknown di 04.45
Berbagi
1 komentar:

El Tara18 September 2018 16.16


Kak, kenapa yang Acetaminophen ngga dihitung dosisnya?

Balas

Link ke posting ini


Buat sebuah Link



Beranda
Lihat versi web
Diberdayakan oleh Blogger.
Materi kuliah S1 Farmasi laporan anfisman termoregulasi
Rabu, 31 Mei 2017
Laporan farmasetika KAPSUL

LAPORAN FARMASETIKA KAPSUL


BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Gelatin adalah Produk alami yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen. Gelatin merupakan
protein yang larut yang bias bersifat sebagai gelling agent (bahan pembuat gel) atau sebagai
non gelling agent. Sumber bahan baku gelatin dapat berasal dari sapi (tulang dan kulit jangat),
babi (hanya kulit), dan ikan (kulit). Karena gelatin merupakan produk alami, maka
diklasifikasikan sebagai bahan pangan bukan bahan tambahan pangan.
Gelatin sangat penting dalam rangka diversifikasi bahan makanan, karena nilai gizinya yang
tinggi yaitu terutama akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar
lemak. Gelatin juga sangat penting untuk bahan pembuatan kapsul pada obat. Indonesia
menggunakan kapsul keras, bahan baku untuk membuat kapsul keras adalah gelatin. Kapsul
keras (hard capsule) merupakan pengembangan obat yang isinya dalam bentuk serbuk. Gelatin
kering mengandung kira-kira 84 – 86 % protein, 8 – 12 % air, dan 2 – 4 % mineral. Dari 10
asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino essensial,
satu asam amino essensial yang hamper tidak terkandung dalam gelatin yaitu Triptofan. Gelatin
mempunyai sifat mudah larut dengan air liur dan juga kenyal.
Umumnya gelatin diproduksi dari bahan yang kaya akan kolagen baik tulang amupun kulit.
Kulit dan tulang dapat diperoleh dari hewan seperti sapi atau babi. Akan tetapi, apabila gelatin
dibuat dengan menggunakan kulit atau tulang sapi akan memerlukan proses lama dan butuh
bahan kimia untuk penetral lebih banyak sehingga memerlukan banyak biaya yang sangat
mahal. Babi merupakan salah satu bahan baku yang sanga mudah dimanfaatkan untuk bahan
baku gelatin. Mengingat babi mudah dibudidayakan pada kondisi yang fleksibel dan
kandungan kolagen dalam babi sangat besar, maka banyak perusahaan atau masyarakat yang
menggunakan babi sebagai bahan baku pembuatan gelatin.
Banyaknya pembuatan gelatin dari bahan baku babi membuat sebagian orang khususnya yang
beragama Islam menjadi khawatir akan kehalalan dari produk tersebut. Selain itu, Negara
Indonesia sendiri tidak bisa memproduksi gelatin di dalam negeri, melainkan harus banyak
mengimpor dari Negara tetangga. Mengingat banyaknya produsen luar negeri yang sering
menggunakan bahan baku babi untuk memproduksi gelatin, maka kehalalan dari produksi
tersebut diragukan. Oleh karena itu, diperlukan berbagai solusi alternatif untuk mengatasi
masalah tersebut.
Di Indonesia yang mayoritas warganya menganut agama Islam, penggunaan cangkang kapsul
yang bahan bakunya dari babi tentu sangat dihindari. Masa kini, para peneliti sedang
mengupayakan agar terciptanya inovasi dalam pembuatan cangkang kapsul dari bahan baku
alternatif selain dari hewan dengan bahan baku yang mudah didapat dan dengan kualitas yang
sama bahkan jauh lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang keras
ataupun lunak yang padat larut (Syamsuni, 2012). Cangkang kapsul di buat dari gelatin
dengan atau tanpa zat tambahan lainnya. Cangkang juga dapat di buat dari metilselulosa
atau bahan lainnya yang cocok (Anief, 2012).
Ukuran kapsul menujukkan ukuran volume dari kapsul dan di kenal 8 macam ukuran,
yaitu 000, 00, 0, 1, 2, 3, 4, 5. Ukuran 000 adalah ukuran kapsul untuk hewan, sedangkan
untuk pasien ukuran terbesar adalah 00. Ukuran kapsul bermacam-macam baik panjang
atau pendek, dengan bentuk bervariasi, misalnya bulat, oval, panjang dan silinder
(Anonim,2007).
Macaam-macam kapsul (Lia Amalia,2003) :
1. Kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul)
Contohnya kapsul tetrasiklin, kapsul kloramfenikol dan kapsul Sianokobalamin.
2. Kapsul cangkang lunak (capsulae molles, soft capsule)
Contohnya kapsul minyak ikan dan kapsul vitamin.
Keuntungan bentuk sediaan kapsul (Syamsuni, 2005) :
1. Bentuk menari dan praktis.
2. Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak.
3. Mudah di telan dan cepat hancur/larut di dalam perut, sehingga bahan cepat
segera di absorbs (diserap) usus.
4. Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam bahan
obat dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien.
5. Kapsul dapat di isi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti pada
pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorpsi bahan obatnya.
Kerugian bentuk sediaan kapsul (Syamsuni 2005) :
1. Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak menahan
penguapan.
2. Tidak untuk zat-zat yang higroskopis.
3. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak untuk balita.
5. Tidak bisa dibagi (missal ½ kapsul).
Ada 3 cara pembuatan (Syamsuni 2005) :
1. Dengan tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena hanya menggunakan tangan, tanpa
menggunakan alat.
2. Dengan alat bukan mesin
Alat yang di maksud di sini adalah berupa alat manual yang pengerjaannya tidak
menggunakan mesin dan listrik.
3. Dengan mesin
Untuk produksi obat kapsul secara besar-besaran, perlu menggunakan mesin untuk
membantu pengisian kapsul.

Syarat-syarat Kapsul (Syamsuni 2005) :


1. Keseragaman Bobot
Menurut FI.III, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Kapsul berisi obat kering
b. Kapsul berisi obat cair atau pasta
2. Waktu Hancur
3. Keseragaman Sediaan
4. Uji Disolusi

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2012. Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.


Anonim. 2007. Ilmu Resep Jilid I. Jakarta : Depkes.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta
Juliansyah, Risky.2016.Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar. Stikes mw:kendari.
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai