Anda di halaman 1dari 34

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Anatomi, Fisiologi, Kimia, Fisika dan Biokimia Sistem Sensori Persepsi

OLEH :

KELOMPOK 4

I Ketut Antono 17.321.2669

I Made Wahyu Aditra 17.321.2671

Komang Purnama Sari 17.321.2676

Ni Putu Linda Kusuma Wardani 17.321.2701

Ni Putu Yunita Diyantari 17.321.2703

Putu Eka Wulandari 17.321.2707

A11-A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHAAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatnya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca supaya kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepanya dapat lebih baik lagi dan
semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun
pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan. Makalah ini kami sadari masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu,
kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 16 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat ......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Sensori Persepsi ........................................................... 2


2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal ........................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 30


3.2 Saran ............................................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anatomi adalah ilmu yg mempelajari suatu bangun atau suatu bentuk dengan
mengurai-uraikannya ke dalam bagian-bagiannya. Dilihat dari sudut kegunaan, bagian
paling penting dari anatomi khusus adalah yang mempelajari tentang manusia dengan
berbagai macam pendekatan yang berbeda. Dari sudut medis, anatomi terdiri dari
berbagai pengetahuan tentang bentuk, letak, ukuran, dan hubungan berbagai struktur dari
tubuh manusia sehat sehingga sering disebut sebagai anatomi deskriptif atau topografis.
Kerumitan tubuh manusia menyebabkan hanya ada sedikit ahli anatomi manusia
profesional yang benar-benar menguasai bidang ilmu ini; sebagian besar memiliki
spesialisasi di bagian tertentu seperti otak atau bagian dalam. Anatomi tubuh sangat
penting untuk dipelajari khususnya bagi mahasiswa kesehatan. Sebab ketika sudah di
rumah sakit sebagai tenaga kesehatan dituntut untuk dapat melayani pasien. Untuk itulah
makalah ini dibuat, sebagai langkah awal untuk mempelajari anatomi tubuh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja anatomi dan fisiologi organ dalam sistem sensori persepsi?
2. Apa saja anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang apa saja anatomi organ dalam sistem sensori persepsi.
2. Menegetahui tentang anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal.

1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai anatomi organ dalam sistem
sensori persepsi.
2. Menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai anatomi dan fisiologi sistem
muskuloskeletal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Sensori Persepsi


Sistem sensoris atau dalam bahasa Inggris sensory system berarti yang
berhubungan dengan panca indra (pengelihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan
peraba). Sistem ini membahas tentang organ yang khusus menerima berbagai jenis
rangsangan tertentu. Rangsangan tersebut dihantarkan oleh sensoris neuron (saraf
sensoris) dari berbagai organ indra menuju otak untuk ditafsirkan. Reseptor sensori,
merupakan sel yang dapat menerima informasi kondisi dalam dan luar tubuh untuk dapat
direspon oleh saraf pusat. Implus listrik yang dihantarkan oleh saraf akan diterjemahkan
menjadi sensasi yang nantinya akan diolah menjadi persepsi di saraf pusat.
A. Indera Penglihatan (Mata)
Mata adalah organ yang tersusun dari bercak sensitif cahaya primitif sehingga
mata sangat sensitif terhadap rangsangan cahaya karena ada photoreceptor di
dalamnya. Mata mempunyai lapisan reseptor, sistem lensa pemfokusan cahaya oleh
reseptor, dan terhubung atas suatu sistem saraf. Jika dilihat secara struktural bola mata
layaknya kamera, tetapi mekanismenya tidak secanggih mata (ciptaan-Nya) yang
sistem persarafannya amat rumit dan tidak ada bandingannya. Susunan saraf pusat
terhubung melalui suatu berkas serat saraf yang disebut saraf optik (nervosa optikus).
Implus saraf dari stimulus photoceptor dibawa ke otak pada lobus oksipital di
serebrum dimana sensi penglihatan diubah menjadi presepsi. Reseptor penglihatan
dapat merespon satu juta stimulus yang berbeda setiap detik.
Bola mata berada di ruang cekung pada tulang tengkorak yang disebut orbit.
Orbit tersusun oleh tujuh tulang tengkorak yaitu tulang frontalis, lakrimalis, etmoid,
zigomatikum, maksila, sphenoid dan palatin yang berfungsi mendukung, menyanggah
dan melindungi mata. Pada orbit terdapat lubang yaitu foramen optic untuk lintasan
saraf optik dan arteri optalmik dan fisura orbital superior yang berfungsi untuk
lintasan safaf dan arteri otot mata. Fungsi utama mata adalah mengubah energy
cahaya menjadi implus saraf sehingga dapat diterjemahkan oleh otak menjadi gambar
fisual.

2
Bagian-bagaian mata terdiri dari :

1. Sklera
Sklera merupakan jarinagan ikat fibrosa yang kuat berwarna putih buram dan
tidak tembus cahaya. Sclera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan
tempat melekat otot ekstrinsik.
2. Kornea
Kornea merupakan tempat masuknya cahaya dan memfokuskan bekas cahaya.
Kornea tersusun atas 5 lapisan yaitu epithelium, membrane , buwman, stroma,
membrane descemet dan endothelim.
3. Lapisan koroid
Lapisan koroid berwarna coklat kehitaman dan merupakan lapisan yang
berpigmen mengandung banyak pertumbuhan darah untuk memberi nutrisi dan
oksigen pada retina. Warna gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah refleksi
atau pemantulan sinar.
4. Iris
Iris tidak tembus pandang dan berpigmen berfungsi mengendalikan banyaknya
cahaya yang masuk kedalam mata dengan cara merubah ukuran pupil. Ukuran
pupil dapat berubah karena mengandung serat-serat otot silkuler yang mampu
menciutkan pupil dan serta-serta radikal yang menyebabkan kelebaran pupil.
5. Lensa
Lensa mempunyai struktur bikonvfeks, tidak mempunyai pembuluh darah,
transparan dan tidak berwarna. Lensa berada dibelakang iris dan ditahan oleh

3
ligamentum yang disebut zonula. Adanya ikatan lensa dengan ligamentum ini
menyebabkan dua rongga bola maka yaitu bagian depan lensa dan bagian
belakang lensa. Ruang bagian depan lensa berisi cairan yang disebut aqueous
humor , cairan ini diproduksi oleh korpus silialis dan ruangan pada bagian
belakang lensa berisi cairan vitreous humor. Kedua cairan tersebut berfungsi
menjaga lensa pada tempatnya dan dalam bentuk yang sesuai serta memberikan
makanan pada kornea dan lensa.
6. Retina
Retina merupakan lapisan terdalam pada mata, melapisi lapisi 2/3 bola pada
bagian belakang. Pada bagian depan retina terdapat lapisan berpigmen dan
berhubungan dengan koroid dan pada bagian belakang terdapat lapisan saraf
dalam. Pada lapisan sel saraf dalam mengandung reseptor, sel bifolar, sel
ganglion, sel horizontar dan sel akmagrin. Ada dua sel reseptor pada retina yaitu
sel konus atau sel kerucut dan sel rod atau sel batang. Sel kerucut berisi pigmen
lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu, kedua pigmen tersebut akan terurai
jika terkena sinar. Pigmen pada sel batang berfungsi untuk situasi yang kurang
terang atau matahari sedangkan pada pigmen sel kerucut berfungsi lebih pada
suasana terang dan berperan dalam pengliatan disiang hari. Pada sel kerucut
terdapat tiga macam sel yang peka terhadap merah, hijau dan biru sehingga sel
kerucut dapat menagkap sprektum warna. Kerusakan pada salah satu sel kerucut
akan meyebabkan buta warna.
7. Saraf optic
Saraf optic merupakan saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina,
untuk menuju ke otak.
Agar dapat menghasilkan gambar fisual yang tepat dan diinginkan terjadilah
proses yang sangat kompleks dimulai adanya gelombang sinar atau cahaya yang
masuk ke mata berkas cahaya yang masuk kemata melalui konjungtiva, kornea,
okueus humor, lensa dan fitreurus humor, diaman pada masing-masing tersebut
berkas cahaya dibiaskan (refraksi) sebelum akhirnyaa jatuh tepat di retina. Jumlah
cahaya yang masuk akan diatur oleh iris dengan jalan membesarka atau
mengkecilakan pupil pada iris terdapa 2 otot polos yang tersusun silkuler dan radial
yang mampu bergerak dan mengecil membentuk pupil. Agar sinarobjek ,
menghasilakan sinar yang jelas pada retina harus dibiaskan (terjadi proses yang
disebut pemfokusan). Pemfokusan cahaya merupakan peran utama dari lensa. Lensa
4
akan mebiaskan cahaya dan membiaskannya. Kemampuan lensa untuk menyusuaikan
cahaya dekat atau jauh ketitik retina disebut okumudasi .Berkas cahaya dari lensa
kemudian difokuskan ke retina.Retina merupakan bagian mata veterbrata yang peka
terhadap cahaya dan mampu mengubahnya menjadi implus saraf untuk dihantarkan
keotak melalui nervuesorticus (nervous cranial 2).Pada retina terdapat lapisan saraf
atau neuron yaitu neuron fotoreseptor, neuran difolar dan neuron ganglion.Neuron
merupakan reseptor yang peka terhadap cahaya karena mengandung sel batang (rods
dan sel kerucut cones) sel batang mengandung sel redoksin yang khusus untuk
penglihatan hitam putih dalam cahaya redup sedangkan sel kerucut berisikan pigmen
lembayung yang merupakan senyawa iodoksin yang peka terhapad warna merah,
hijau dan biru sehingga dapat mendapat sprektum berwana dalan cahaya tajam yang
terang.Cahaya yang diterima oleh neuron fotoreseptor akan diubah dalam bayangan
pertama kemudian akan diubah kembali jadi bayangan kedua disel bifolar dan
diselanjutnya menjadi bayangan ketiga disel ganglion yang kemudian dibawa
kekorteks penglihatan primer untuk dihasilkan visual penglihatan.

B. Indera Pendengaran (Telinga)


Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang
ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui/mengidentifikasi apa yang terjadi
di sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Telinga kita
terdiri atas tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam.

5
1. Meatus auditorius eksternal (liang telinga luar)
Liang telinga (meatus akustikus eksternus) memiliki panjang kurang 2,5 cm,
berbentuk huruf S, 1/3 bagian luar terdiri dari tulang rawan, banyak terdapat
kelenjar minyak dan kelenjar Serumen, 2/3 bagian sisanya terdiri dari tulang
(temporal) dan sedikit kelenjar serumen. Meatus dibatasi oleh kulit dengan
sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-
kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat–coklatan
yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap dan
mencegah infeksi. Meatus ini juga berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan
kelembaban dan temperatur yang dapat mengganggu elastisitas membran tympani.
Adapun fungsi dari daun telinga yaitu menangkap bunyi dari berbagai arah
kedalam liang telinga, kanalis auditorius berfungsi untuk memproteksi membran
timpani dari pada trauma langsung dari luar.
2. Telinga bagian tengah (kavum timpani)
a. Membran Timpani
Membran timpani atau sering di sebut sebagai gendang telinga dengan bentuk
menyerupai gendang, terletak tepat setelah saluran auditori dan merupakan
penerima rangsang fibrasi pertama. Membran timpani berfungsi untuk
meneruskan suara meuju tulang-tulang pendengaran (osikula).
Cavum timpani terdiri dari 3 bagian yaitu :
 Epitimpanum, merupakan cavum timpani bagian atas yang berhubungan
dengan antrum dengan aditus adantrum
 Mesotimpanum, merupakan cavum timpani bagian tengah
 Hipotimpanum, merupakan cavum timpani bagian bawah yang
berhubungan dengan tuba eustachius
Pembagian secara fisiologi :
 Timpani anterior, terdiri dari mesotimpani, hipotimpani, tuba auditiva
 Timpani posterior, terdiri dari retrotimpani (antrum dan selula)
b. Osikula
Osikula merupakan tulang-tulang telinga yang terdiri atas tiga tulang kecil,
yaitu malleus (martil), incus (landasan), dan stapes (sanggurdi) tersusun pada
rongga telinga tengah seperti rantai dan bersambung, dari membran timpani

6
menuju rongga telinga dalam yang berfungsi untuk mengalirkan getaran suara
ke rongga telinga dalam.
c. Saluran eustacius
Eustacius merupakan saluran di dalam rongga telinga tengah yang menjorok
menghubungkan telinga dengan faring saluran eustacius akan tertutup jika
dalam keadaan biasa dan akan membuka ketika kita menelan, sehingga
tekanan udara di dalam telinga tengah dengan udara luar akan seimbang.
Dengan begitu, cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara
dapat dihindari.
3. Telinga bagian dalam
Telinga bagian dalam terdiri atas beberapa rongga yang menyerupai
saluran-saluran, yaitu :
a. Vestibula merupakan bagian pertama dari telinga dalam yang berfungsi
sebagai pintu penghubung antar bagian-bagian telinga.
b. Tiga saluran setengah lingkaran (saluran semi serkuler), yaitu saluran superior,
posterior dan lateral. Ketiga saluran ini saling membuat sudut tegak lurus satu
sama lain. Pada salah satu ujung saluran terdapat penebalan yang di sebut
ampula. Saluran semi serkuler berfungsi untuk membantu otak dalam
mengendalikan keseimbangan, dan kesadaran akan kedudukan tubuh kita.
c. Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya seperti
rumah siput. Belitan-belitan tersebut melingkari sebuah sumbu berbentuk
kerucut yang memiliki bagian tengah dari tulang, dan disebut modiolus dalam
koklea terdapat jendela oval (vanestra vestibuli) yang menghubungkan telinga
tengah dengan telinga dalam, dan jendela melingardan (fanestra kokhlea) yang
berfungsi sebagai reseptor suara. Selain itu, di dalam koklea juga terdapat
cairan limfe. Cairan tersebut bergetar jika ada bunyi, getaran tersebut
merangsang ujung-ujung saraf pendengaran (nervus auditori) oleh ujung-ujung
saraf pendengaran diteruskan ke otak untuk ditafsirkan sebagai suara.

C. Indera Pengecap ( Lidah)


Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah juga turut
membantu dalam tindakan bicara. Lidah ini, dibangun oleh suatu struktur yang
disebut kuncup pengecap (taste buds). Pada lidah lebih kurang 10.000 kuncup
7
pengecap yang tersebar dipermukaan atas dan di sepanjang pinggir lidah. Kuncup
pengecap tertanam dibagian epitel lidah dan bergabung dengan tonjolan-tonjolan
lidah yang disebut papilla. Kuncup pengecap dapat membedakan empat cita rasa
dasar, yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Rasa manis dan asin dideteksi pada ujung
lidah, rasa asam di tengah sisi-sisi lidah, dan rasa pahit di bagian belakang. Kuncup
pengecap di lidah dapat menerima rangsangan rasa suatu zat dalam bentuk larutan.
Fungsi lidah yaitu dapat menunjukkan kondisi tubuh. Selaput lidah manusia dapat
digunakan sebagai indikator metabolisme tubuh, terutama kesehatan tubuh manusia.
1. Jalan kerja impuls pengecap dari lidah ke otak
Tiga saraf cranial yang memainkan peranan dalam pengantaran impuls
dari lidah ke otak, yaitu nervus facial (VII) pada bagian 2/3 anterior lidah, nervus
glossopharyngeal (IX) pada bagian 1/3 posterior lidah, dan nervus vagus (X) pada
pharynx dan epiglottis. Diawali dari taste buds pada lidah, impuls menyebar
sepanjang nervus facial dan dari 1/3posterior lidah melalui nervus
glossopharyngeal. Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus
vagus. Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk
ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan
bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula.
Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian
dihantar ke thalamus yang akan memberi persepsi pengecapan yang dirasa.

8
2. Bagian-bagian lidah
Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis.
Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah
memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila.
Terdapat tiga jenis papila yaitu :
a. Papila filiformis, berbentuk seperti benang halus
b. Papila sirkumvalata, berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang
lidah
c. Papila fungiformis, berbentuk seperti jamur.
Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila, terdiri
dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai
reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Setiap kuncup
pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel penunjang, pada
sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang
pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup
pengecap melalui lubang-lubang pengecap (taste pores). Kuncup-kuncup
pengecap dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin dan pahit.
Letak masing-masing rasa berbedabeda yaitu :
a. Rasa asin : Lidah bagian depan
b. Rasa manis : Lidah bagian tepi
c. Rasa asam : Lidah bagian samping
d. Rasa pahit : Lidah bagian belakang

D. Indera Peraba (Kulit)


Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 %
berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5-1,9 meter
persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus
dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Kulit berfungsi sangat penting bagi
tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi,
9
eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan
cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen.

Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :


1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan vaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada
telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas (dari
lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
a. Stratum Korneum, terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
b. Stratum Lusidum, berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
c. Stratum Granulosum, ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.

10
2. Dermis
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
a. Lapisan papiler, tipis mengandung jaringan ikat jarang.
b. Lapisan retikuler, tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Dermis mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Fungsi dermis, yaitu struktur penunjang,
mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.
3. Subkutis
Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis/hypodermis, yaitu
melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan
mechanical shock absorber.

E. Indra Penciuman (Hidung)


Manusia dapat membedakan berbagai macam bau bukan karena memiliki
banyak reseptor pembau namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip
komposisi (component principle), organ pembau hanya memiliki tujuh reseptor. Alat
pembau atau sistem olfaction biasa juga disebut dengan Organon Olfaktus, dapat
menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptomya disebut pula
chemoreceptor.

11
Benda kimia yang dapat menstimulasi sel saraf dalam hidung adalah substansi
yang dapat larut dalam zat cair (lendir) yang terdapat pada cilia yang menutupi sel
tersebut.Makin berbau suatu substansi, maka hal tersebut menunjukkan bahw amakin
banyak molekul yang dapat larut dalam air dan lemak (konsentrasi penguapannya
tinggi). Organon olfaktus terdapat pada hidung bagian atas, yaitu pada concha
superior dan membran ini hanya menerima rangsang benda-benda yang dapat
menguap dan berwujud gas. Bagian-bagianya antara lain :
1. Concha Superior
2. ConchaMedialis
3. Concha Inferior
4. Septum nasi (sekat hidung)
Olfactory muscosa memiliki axon yang mampu melalui bagian tengkorak
yang permiable (cribriform plate) dan masuk ke olfactory bulbs (saraf cranial yang
pertama). Pada olfactory bulbs, terjadi sinapsis dengan neuron yang menyampaikan
pesan secara menyebar ke olfactory paleocortex di lobus temporal bagian medial
melalui lateral olfactory tract. Dari olfactory paleocortex, ada jejak saraf yang menuju
medial dorsal nucleus di thalamus dan kemudian menuju olfactory neocortex dibagian
depan frontal lobes, tepatnya pada permukaan inferior. Neuron-neuron olfactory
paleocortex yang lain akan menuju ke sistem lymbic. Bila proyeksi neuron ke
thalamic-neocortical bertugas sebagai perantara kesadaran persepsi terhadap aroma,
maka proyeksi neuron ke sistem lymbic bertugas sebagai perantara respon emosional

12
terhadap aroma. Fungsi hidung antara lain untuk jalan nafas, alat pengatur kondisi
udara (air conditioning), penyaring udara, indera penghidu, resonansi suara,
membantu proses bicara dan reflek nasal.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal


Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo)
dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Fungsi musculoskeletal
antara lain :
a. Kerangka tubuh, sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh.
b. Proteksi, sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak
dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga
dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).
c. Ambulasi dan mobilisasi, adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya
pergerakan tubuh dan perpindahan tempat.
d. Hemopoesis, berperan dalam pembentukan sel darah pada red marrow.
e. Deposit mineral, tulang mengandung 99 % kalsium & 90 % fosfor tubuh.

A. Pertumbuhan Tulang
Tulang mencapai kematangannya setelah pubertas dan pertumbuhan seimbang
hanya sampai usia 35 tahun. Berikutnya mengalami percepatan reabsorpsi sehingga
terjadi penurunan massa tulang sehingga pada usila menjadi rentan terhadap injury.
Pertumbuhan dipengaruhi hormon dan mineral.

B. Penyusunan Tulang
Tulang disusun oleh sel-sel tulang yang terdiri dari osteosit, osteoblast dan
osteoklast serta matriks tulang. Matriks tulang mengandung unsur organik terutama
kalsium dan fosfor.

13
C. Struktur Tulang
Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa
(jaringan berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat).
Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum) lapis tipis jaringan ikat
(endosteum) melapisi rongga sumsum dan meluas ke dalam kanalikuli tulang
kompak. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum merupakan
tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam
memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
Pars kompakta teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki
sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium
Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia
dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun
bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat
sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan
tulang tangan.
Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa).
Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah.
Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Secara
Mikroskopis tulang terdiri dari :
1. Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe)
2. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris)
3. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan yang mengandung sel
tulang)
4. Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke
osteon).

14
D. Bentuk Tulang
Sistem skelet disusun oleh tulang-tulang yang berjumlah 206 buah.
Berdasarkan bentuknya, tulang-tulang tersebut dikelompokkan menjadi :
1. Ossa longa (tulang panjang) : tulang yang ukuran panjangnya terbesar contohnya
os humerus dan os femur.

2. Ossa brevia (tulang pendek) : tulang yang ukurannya pendek, contoh: ossa carpi.

3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih) : tulang yg ukurannya lebar, contoh: os scapula

15
4. Ossa irregular (tulang tak beraturan), contoh : os vertebrae.

5. Ossa pneumatica (tulang berongga udara), contoh : os maxilla

Susunan tulang atau skelet (kerangka) merupakan salah satu unsur system
penegak dan pengerak. Tulang manusia dihubungkan dengan yang lain melalui
sambungan tulang atau persendian sehingga terbentuk kerangka yang merupakan
system lokomotor pasif, yang akan diatur oleh alat-alat lokomotif aktif dari otot.
Sistem skeletal dibagi kedalam kedua bagian besar yaitu axial skeleton yang terdiri
atas tulang kepala, vertebra, sternum, dan tulang iga. Pembagian yang berikutnya
adalah appendicular skeleton yang terdiri dari ekstremitas atas dan ekstermitas bawah.

16
1. Axial Skeleton
Axial skeleton terdiri dari :
 Skull  Truncus/ Batang badan
- Os Occipitale a. Os Sternum
- Os Parietale - Manubrium sterni
- Os Temporale - Louis angle
- Os Frontale - Corpus Sterni
- Os Sphenoid - Processus Xyphoideus
- Os Ethmoid b. Ribs/Costae
- Os Maxilla - Costae vera (1-7)
- Os Palatine - Costae spuriae affixae
- Os Nasal (8-10)
- Vomer - Costae spuriae
- Concha nasal inferior fluctuantes (11-12)
- Os Zygomatic c. Vertebrae
- Os Lacrimal - Cervical (7)
- Mandibula - Torakal (12)
- Ossicles auditori & Os Hyoid - Lumbal (5)
d. Sacrum (1)
e. Coccygeal (1)

2. Appendikular Skeleton
 Upper limb  Lower limb
- Os Scapula - Os coxae (Os Ilium, Os
- Os Clavicula Ischium,Os Pubis)
- Os Humerus - Os Femur
- Os Radius - Os Patella
- Os Ulna - Os Tibia
- Os Carpals - Os Fibula
- Ossa Metacarpals - Os Tarsals
- Ossa Phalanges - Ossa Metatarsals
- Ossa phalanges

17
E. Karakteristik Tulang Kerangka
1. Tulang panjang
Pada bagian tengah tulang panjang terdapat diafise dan ujungnya disebut epifise.
Ujung tulang dilapisi oleh tulang rawan yang memudahkan gerakan sendi rawan
disebut rawan sendi (artikulasio). Permukaan luar tulang dibungkus oleh selaput
tulang (periostinum) yang merupakan sifat menyerupai jaringan ikat.
2. Tulang atap kepala
Tulang atap kepala terdiri atas dua lapisan, yaitu substansi kompakta tubula
eksterna (lapisan luar) dan substansi kompakta tubula interna (lapisan dalam).
Diantara dua lapisan ini terdapat substansi spongeosa. Lubang bagian dalam diafise
terdapat ruang yang disebut kavum medulla yang berisi sumsum tulang kuning
(medulla osseum plava) dan pada lubang substansi spongeosa terdapat sumsum
tulang merah (medulla osseum rubra). Permukaan dalam substansi kompakta
diliputi oleh selaput tipis yang disebut endosteum. Dalam substansi kompakta
terdapat saluran yang dikelilingi oleh beberapa lapis yang disebut lamella havers
(keping tulang yang membentuk saluran) dan dibawah periostinum terdapat lapisan
tulang.
3. Tulang Tengkorak Bayi
Bentuk sutura pada tulang tengkorak bayi menyerupai garis dan ditemukan dua
buah celah, yaitu frontale mayor dan frontale minor.
- Frontale Mayor, celah ini berbentuk belah ketupat pada sudut pertemuan
antara tulang os parietal kiri dan kanan.
- Frontale Minor, celah ini terdapat pada pertemuan bagian belakang atas os
parietal dengan os oksipital, ujung belakang sutura sagitalis berbatas dengan
fossa cranii posterior.
4. Rangka Tulang Kepala
Kranium (tulang tengkorak) dibentuk oleh potongan tulang yang saling
bertautan membentuk kerangka kepala. Tulang-tulang yang membentuk kranium
adalah sebagai berikut :
a. Kerangka Otak (neuro kranium)
 Os Frontale, melengkung ke bawah membentuk margo superior orbita.
Pada tulang ini dapat dilihat adanya arkusnsupersiliaris dan insisura
foramen supra orbita, dibedakan atas 3 bagian:
- Squama frontalis (bagian atas)
18
- Kafum kranii (bagian tengah)
- Fasa Kranii Posterior (bagian belakang)

 Os Parietal
Dibentuk oleh tulang pipih segi empat di atas kranium terdapat :
- Fasies eksterna : permukaan luar os parietal yang menonjol tuber
parietal, pada bagian lateral terdapat 2 garis lengkung yang berjalan
sejajar yaitu linea temporalis superior dan linea temporalis inferior
- Fasies interna : permukaan dalam menghadap ke otak terdapat sulkus
yang bentuknya sesuai dengan tonjolan permukaan meningen.
 Os Oksipitalis
Tulang pipih yang berbentuk trapesium dan terletak dibelakang kepala
yang berlubang besar, di bawahnya terdapat foramen magnum yang
menghubungkan rangka otak (cavum kranii) dengan kanalis vertebralis
dan dilalui pangkal medula spinalis. Os oksipitalis dibagi atas 3 bagian
yaitu pars basilaris, pas lateralis, pas squamosa ossis oksipitalis.
 Os Temporalis

19
b. Dasar tengkorak (Basis Kranii)
 Os Spenoidale
Os Spenoidale terdiri atas korpus ossis Spenoidale ditengah-tengah
kedua pasang sayap kiri dan kanan, juga sebelah depan atas sayap kecil
dan sebelah belakang bawah sayap besar. Bagian tengah mempunyai
lekuk yang disebut sella tursika (pelana turki) yaitu kelenjar hipofisis.
 Os Ethmoidale
Os Ethmoidale terdiri atas lamina kribrosa, lamina perpendikularis, dan
labirintus ethmoidalis.
c. Tengkorak Wajah (Spankno kranii)
 Ossa Maksilaris merupakan dua buah tulang menjadi satu yang terdiri
atas 5 bagian, yaitu :
- Korpus maksilaris : berbentuk kubus, terdapat rongga udara yang
disebut sinus maksilaris.
- Prosesus frontalis : tonjolan pada sudut media anterior korpus
maksilaris berhubungan dengan os frontalis ke atas dan os ke bawah
medial
- Prosesus zigomatikus : berhubungan dengan os zigomatikum
membentuk pipi
- Prosesus alviolaris : membentuk lengkung dan mempunyai lubang di
ujungnya untuk perlengketan dengan gigi.
- Prosesus palatinum : tonjolan bagian medial bawah korpus
maksilaris membentuk sutura palatina.
d. Konka Nasalis Inferior
Menyerupai karang melengkung ke arah medialis, tepi atas melekat pada
krista konka nasalis ossis maksilaris dan ossis platina. Bagian tengah
terdapat pintu sinus maksilaris disantrum higmori membentuk kanalis
lakrimalis.
e. Ekstramitas Superior
Tulang-tulang ekstremitas superoir, antara lain :
 Os Skapula (tulang belikat)
 Os Klavikula (tulang selangka)
 Os Humerus (tulang lengan atas)

20
 Os Ulna (tulang hasta)
 Os radius (tulang pengumpil)
 Os metakarpalia (tulang telapak tangan)
 Falangus (tulang jari tengah)
f. Ekstremitas Inferior
Ekstermitas inferior terdiri dari :
 Os Koksa (tulang panggul), terdiri dari OS ileum (tulang usus), os pubis
( tulang kemaluan), dan os iskii (tulang duduk).
 Os femur(tulang paha)
 Os Patela (tulang tempurung lutut)
 Os Tibia (tulang kering)
 Fibula (tulang betis)
 Os Tarsalia (pangkal kaki)
 Os Metatarsal
 Os Falang pediss
g. Tulang Kerangka Dada
Tulang kerangka dada terdiri atas :
 Kolumna vertebralis (ruas tulang belakang)
Dibentuk oleh 33 buah os vetebra yang tersusu dari atas ke bawah mulai
dari leher sampai ke tulang ekor.
- Vetebra servikalis (tulang leher) 7 ruas, terdiri dari atlas, Aksis
(prosesus odontoid), dan Prosesus prominan.
- Vetebra torakalis (tulang punggung) 12 ruas, terdiri dari prosesus
spinosus, prosesus transverses, prosesus artikularis.
- Vetebra lumbalis (tulang pinggang) 5 ruas
- Tulang sakralis (tulang kelangkang ) 5 ruas, terdiri dari Arikulasio
sakro iliaka, promontorium sakralis, foramina sakralis, san hiatus
sakralis.
- Vetebra koksigalis ( tulang ekor) 4 ruas
 Os Kosta (tulang iga)
Os kosta terdiri atas 12 pasang tulang yang dibagi dalam 3 bagian yaitu
kosta vera (iga sejati 1-7), kosta spuira(iga tidak sejati 8-10), dan kosta
fluitantes (iga melayang 11-12)

21
 Os Sternum (tulang dada)
Terdiri dari Manubrium sterni, korpus sterni, dan prosesus sipoideus.

F. Sistem Persendian (Ilmu Gerak)


Persambungan tulang atau sendi (artikulasi) adalah pertemuan dua buah tulang
atau beberapa tulang kerangka. Persendian antara dua tulang atau lebih yang saling
berhubungan dapat terjadi pergerakan ataupun tidak. Alat gerak dibagi atas dua yaitu :
 Alat anggota gerak pasif : gerakan yang dilakukan oleh kerangka tulang badan
 Alat anggota gerak aktif : gerakan yang dilakukan oelh otot-otot badan.

Stabilisasi sendi tergantung pada :

 Permukaan sendi : bentuk permukaan tulang memegang peranan penting pada


stabilisasi sendi
 Ligamentum : ligamentum fibrosa mencegah pergerakan sendi secara berlebihan
jika terjadi regangan yang berlangsung lama dan terus-menerus maka ligamentum
fibrosa akan teregang
 Tonus otot : pada sebagian besar sendi, tonus otot merupakan faktor utama yang
mengatur stabilitas.

1. Persyarafan Sendi
Kapsula dan ligamentum memiliki saraf sensoris, pembuluh darah memiliki
serabut saraf otonom simpatis, dan tulang rawan yang meliputi permukaan sendi
memiliki sedikit ujung saraf didaerah pinggirnya. Menurut jenis sendi dapat
diklasifikasikan menjadi berikut :
a. Sendi pelana : permukaan sendi ini hampir datar. Hal ini memungkinkan
tulang saling bergeser satu sama lainya, misalnya persendian yang terdapat
pada bahu yaitu sendi pelana art.sternoklavikular dan art. Akromio klavikular.
b. Sendi engsel : bentuk sendi ini mirip engsel pintu sehingga memungkinkan
gerakan fleksi dan ekstensi. Permukaan bundar pada sendi ini berhubungan
dengan tulang yang lain sehingga gerakan hanya dalam satu bidang dan dua
arah misalnya sendi siku dan sendi lutut.

22
c. Sendi kondiloid : permukaan sendi berbentuk konveks dan bersendi denga
permukaan yang konkaf seperti sendi engsel tapi bergerak dengan dua bidang
dan empat arah (fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi).
d. Sendi elipsoid : permukaan sendi berbentuk konveks elips sehingga
pergerakan (fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi) dapat dilakukan, tetapi
rotasi tidak dapat dilakukan misalnya sendi ibu jari.
e. Sendi peluru ( ball and socket) :kepala sendi berbentuk bola pada salah satu
tulang cocok dengan lekuk sendi yang berbentuk seperti socket,bongkol sendi
tempat masuknya pada mangkok sendi gerakan yang dapat diberikan
keseluruh arah dengan pergerakan sangat bebas (fleksi, ekstensi, abduksi, dan
adduksi, rotasi ) misalanya sendi bahu dan sendi panggul.
f. Sendi pasak : pada swndi ini terdapat pasak yang dikelilingi cincin
ligamentum bertulang sehingga hanya satu gerakan yang dapat dilakukan
yaitu rotasi misalnya tulang atlas, berbentuk cincin berputar di atas prosesus
odontoid, gerakan radius disekitar ulna pronasi dan supinasi disebut juga sendi
berporos atau sendi putar
g. Sendi pelana (sendi timbal balik) : berbentuk pelana kuda yang dapat
memberikan banyak kebebasan untuk bergerak (fleksi, ekstensi, abduksi, dan
rotasi) misalnya ibu jari dapat berhadapan dengan jari yang lain.
2. Pembagian Sendi
a. Sendi fibrus (sinartrosis)
Sendi fibrus yaitu sendi yang tidak bergerak sama sekali, seperti :
 Sutura : persambungan tulang bergerigi, dimana pinggir tulang
dihibungkan oleh jaringan ikat yang tipis diantara tulang tengkorak

 Schindylosis : suatu lempeng tulang yang terjepit dalam celah tulang yang
lain misalnya perhubungan antara os maksilaris dan kedua os palatum, os
ethmoidal dan os femur.

23
 Komposis : dimana tulang yang satu berbentuk kerucut, masuk ke dalam
lekuk yang sesuai dengan bentuk dari tulang yang lain misalnya antara gigi
dengan alveoli dari os maksilaris dan os mandibilaris.
 Schindrosis : dimana jaringan perhubungan dari sendi terdiri dari tulang
rawan misalnya antara epifise dan diafise pada orang dewasa antara kedua
ossa pubika.

b. Amfiartosis
Amfiartosis yaitu uatu sendi yang pergerakannya sedikit karena komponen
sendi tidak cukup. Permukaan dilapisi oleh bahan yang memungkinkan
pergerakan sendi sedikit, misalnya sendi antara manubrium sterni dengan
korpus sterni dan sendi antara tulang vetebra.
c. Diartosis (sendi sinovial)
Diartosis adalah sendi dengan pergerakan bebas. Permukaan sendi diliputi
oleh lapisan tipis rawan hialin dipisahkan rongga sendi, susunan ini yang
memungkinkan sendi gerak bebas. Rongga sendi dibatasi oleh membran
sinovial yang terletak dari pinggir permukaan sendi ke permukaan sendi yang
lain.

Berdasarkan strukturnya sendi dibagi menjadi :

a. Sendi Fibrosa
Sendi fibrosa dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Terdapat dua tipe sendi
fibrosa, yaitu Sutura diantara tulang tulang tengkorak dan sindesmosis yang
terdiri dari suatu membran interoseus atau suatu ligamen di antara tulang.
Sendi ini mempunyai pergerakan yang terbatas.

24
b. Sendi Kartilago/tulang rawan
Ruang antar sendinya diisi oleh tulang rawan dan disokong oleh ligamen dan
hanya dapat sedikit bergerak. Ada dua tipe sendi kartilaginosa yaitu
sinkondrosis adalah sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh
rawan hialin dan Sendi-sendi kostokondral adalah contoh dari sinkondrosis.
Contoh sendi kartilago adalah simfisis pubis dan sendi sendi pada tulang
punggung.
c. Sendi Sinovial/sinovial joint
Sendi ini dilengkapi oleh kartilago yang melicinkan permukaan sendi, kapsul
sendi (kantung sendi), membran sinovial (bagian dalam kapsul), cairan
sinovial yang berfungsi sebagai pelumas dan ligamen yang berfungsi
memperkuat kapsul sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku,
dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada
tiap tiap sendi normal relatif kecil (1 sampai 3 ml).

Macam-macam pergerakan sendi diantaranya adalah :

 Fleksi  Rotasi  Opposisi


 Ekstensi  Pronasi  Protraksi
 Abduksi  Supinasi  Elevasi
 Adduksi  Inversi  Depresi
 sirkumduksi  Dorsifleksi  Lateral Fleksi

25
Gerak yang dihasilkan oleh sendi sinovial

Wrist Atlanto-
joint occipital
joint
Radioulnar joint Carpometacarpal
1 joint

3. Alat-alat khusus persendian


a. Kapsula artikularis : melekat pada epikondilus medialis permukaan depan,
humerus di atas fossa koronoidea dan fossa radialis sebelah bawah melekat
pada permukaan anterior prosesus koronoideus ulna.
b. Ligamentum kolateral ulna : ligamentum ini tebal merupakan tiga buah pita
berbentuk segitiga. Ligamentum ini berhubungan dengan M. Triseps brakhii,
flexor karpi ulnaris, nervus ulnaris merupakan origo dari M. Flexor digiterum
sublimis.
c. Ligamentum kolateral radiale : merupakan pita sederhana menghubungkan
epikondilus lateralis humeri dengan ligamentum ulnare berhubungan dengan
tendon M. Supinator.
d. Artikulasi radioulnaris proksimal : merupakan sendi antara sirkum ferensia
artikularis radii dengan insisura radialis ulna dan ligamentum ulnare.

26
e. Artikulasi radioulnaris distalis : sendi antara sirkumferensia artikularis kapituli
ulna dengan insura radii, rongga sendi berbentuk huruf L dibentuk oleh ulna
dan radius permukaan sendi sangat luas sehingga terdapat kemungkinan yang
luas untuk pergerakan supinasi dan pronasi.
f. Sinartrosis : kedua ulna dan radius dihubungkan oleh koroidea obligue dan
membran interosa antebrakii.

G. Sistem Otot
Sistem muscular atau otot dalam tubuh memiliki fungsi umum untuk
pergerakan, membentuk postur tubuh dan memproduksi panas. Otot didalam tubuh
manusia terdiri atas otot rangka,otot polos dan otot jantung. Sifat fisiologis dasar dari
otot adalah :
1. Contractily : mampu berkontraksi atau memendek
2. Excitability/irribility : kemampuan menerima dan berespon terhadap stimulus
3. Extensibility : kemampuan untuk meregang
4. Elasticity : kemampuan untuk kembali pada ukuran semula setelah
berkontraksi ataupun meregang.

27
Fungsi sistem otot rangka, yaitu :

1. Menghasilkan gerakan rangka.


2. Mempertahankan sikap dan posisi tubuh.
3. Menyokong jaringan lunak.
4. Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dalam sistem tubuh.
5. Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot
Setiap otot dilapisi jaringan konektif yang disebut epimisium. Otot rangka
disusun oleh fasikula yang merupakan berkas otot yang terdiri dari beberapa sel otot.
Setiap fasikula dilapisi jaringan konektif yang disebut perimisium dan setiap sel otot
dipisahkan oleh endomisium. Organisasi otot rangka terdiri dari otot, fasikula, serabut
otot, miofibril dan miofilamen. Secara mikroskopis sel otot rangka terdiri dari :
1. Sarkolema (membran sel serabut otot)
2. Miofibril (mengandung filamen aktin dan miosin)
3. Sarkoplasma (cairan intrasel berisi kalsium, magnesium, phosfat, protein &
enzim.
4. Retikulum Sarkoplasma (tempat penyimpanan kalsium)
5. Tubulus T (sistem tubulus pada serabut otot)

Tipe jaringan otot, antara lain :

1. Otot polos, memiliki 1 inti yang berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom
(involunter), serat otot polos (tidak berserat), terdapat di organ dalam tubuh
(viseral), sumber Ca2+ dari CES, sumber energi terutama dari metabolisme
aerobik, awal kontraksi lambat, kadng mengalami tetani, tahan terhadap kelelahan

2. Otot rangka, memiliki banyak inti, dipersarafi oleh saraf motorik somatik
(volunter), melekat pada tulang, sumber Ca2+ dari retikulum sarkoplasma (RS),
sumber energi dari metabolisme aerobik & anaerobik, awal kontraksi cepat,
mengalami tetani, dan cepat lelah.

28
3. Otot jantung, memiliki 1 inti yg berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom
(involunter), serat otot berserat, hanya ada di jantung, sumber Ca2+ dari CES &
RS, sumber energi dari metabolisme aerobik, awal kontraksi lambat, tidak
mengalami tetani, & tahan terhadap kelelahan

29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem sensoris atau dalam bahasa Inggris sensory system berarti yang
berhubungan dengan panca indra (pengelihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan
peraba). Sistem ini membahas tentang organ yang khusus menerima berbagai jenis
rangsangan tertentu.
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo)
dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.

3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dalam mengikuti
proses pembelajaran dan menambah pemahaman pembaca mengenai sistem sensori
persepsi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin, H. 2011. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta : EGC
Tarwoto. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : CV. Trans
Info Media

31

Anda mungkin juga menyukai